Pembangunan Kota- Kota Timbulnya Masyarakat Terpelajar

6 dengan sebutan Politik Etis.Semenjak saat itu pemerintah Belanda mulai giat dengan pembangunan fisik masyarakat pribumi.Sartono Kartodirdjo,1977

2.2 Pembangunan Kota- Kota

Dalam pola pembangunan fisik, pemerintah kolonial melakukan pola moderenisasi kota kota sejalan dengan kebutuhan dan pemantapan kekuasaan kolonial. Pada tahun 1914, kota lama yang telah terbangun di abad ke 13-14 pada masa keemasan kerajaan Mataram, seperti Cirebon, Demak, dan lainnya, kemudian di tata ulang. Dibuatnya alun alun yang menjadi ciri kota jaman kerajaan, bangunan huni untuk orang Eropa, benteng benteng tentara dan penjara, itu semua modeltata kota untuk mengupayakan moderenisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah kolonial. Sejalan dengan pembangunan infrastruktur, berkembangnya pola pikir modern di kalangan bangsa Indonesia asli, khususnya bagi kaum ningrat dan masyarakat keturunan Belanda pribumi adalah kesempatan emas untuk mengenyam pendidikan model “Eropa”, terutama bagi mereka yang dikirim ke negeri Belanda. M.C.Ricklefs.1994 a. Pembangunan Fisik Pembangunan fisik sebenarnya telah lama dirintis semenjak kekuasaan Daendels pada tahun 1801, memerintahkan para bupati untuk membangun sekolah-sekolah.Pada tahun 1816 dimantapkanlah Undang-Undang Pengajaran, yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan pendidikan untuk rakyat pribumi.Tetapi baru pemerintahan dari Van de Bosch tahun 1849-1852 lah baru didirikan 20 sekolah modern di Hindia Belanda.J.S.Furnivall,1983 Sesuai dengan konsekwensi Politik Etis, sekolah sekolah dengan sistem modern tersebut di perluas ke daerah desa-desa. Pada tahun awal abad ke-20, para pemuda pribumi menghadapi permasalahn baru , yaitu tumbuhnya upaya untuk membentuk jati diri bangsa.

b. Timbulnya Masyarakat Terpelajar

Sejumlah pemuda pribumi terpelajar mulai membangun jati dirinya, dengan cara mendorong kebanggaan sebagai bangsa, memperbesar loyalitas masyarakat terhadap bangsa, serta melakukan pengorbanan demi kepentingan perjuangan dan menuju pembaharuan dengan 7 perubahan yang revolusioner. Rasa nasionalisme ini mulai berkembang di kalangan warga pribumi yang kemudian menumbuhkan kesadaran untuk membawa negara kearah kemerdekaan. Kelompok terpelajar pada umumnya sadar betul akan pentingnya kemerdekaan, pandangan mereka bahwa status bangsa yang merdeka akan mempercepat proses mobilitas politik, berkembangnya infrastuktur dan terjadinya perubahan sosial dalam semua jenjang kehidupan bermasyarakat. Tumbuhnya jiwa kebangsaan tersebut diikuti oleh didirikannya organisasi pemuda Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 1908, Dr. Sutomo bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Dari organisasi inilah mulai bermunculan organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya.Suhartono,1994 Selanjutnya ada organisasi pemuda Tri Koro Dharmo pada tahun 1915 yang bercita cita untuk membentuk masyarakat Jawa Raya, meliputi orang Jawa timur, Jawa tengah juga orang Sunda, Madura, dan Bali. Pada tahun 1918 organisasi ini mulai berubah namanya menjadi Jong Java yang anggotanya hanya pemuda Jawa saja. Ideologi organisasi ini di kenal dengan „Nasionalisme Jawa‟, dan pada tahun 1919 terbentuklah „Panitia Nasionalisme Jawa‟. Demi kepentingan perjuangan menuju pembaharuan dengan perubahan yang revolusioner, Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi soerjadiningrat memilih bergabung dengan Indische Partij pimpinan Douwes Dekker, yang secara tegas memiliki ideology untuk berjuang melawan pemerintahan kolonial Belanda.Susanto Tirtoprodjo,1984 Setiap rumpun masyarakat pribumi di wilayah Hindia Belanda kemudian mengembangkan ideologi politiknya sendiri.Kemudian diadakan Kongres Pemuda pada tanggal 20 April sampai 2 Mei 1926 untuk memantapkan ideologi bersama yang dihadiri oleh wakil wakil organisasi pemuda nasionalis.Kongres ini berhasil menyatukan cita-cita para pemuda Nasionalis yang kemudian diwadahi menjadi satu organisasi saja, yaitu Jong Indonesia, dengan tujuan menanamkan semangat kebangsaan secara lebih luas serta untuk mewujudkan Indonesia Raya. 8 Pola pikir modern di kalangan masyarakat pribumi semakin meluas hingga menjelang kemerdekaan. Kondisi itu dicirikan dengan timbulnya masyarakat terpelajar yang memperoleh pendidikan tinggi dan kesadaran akan demokratisasi dalam berpolitik, yang tercermin pada pemikiran-pemikiran modern para tokoh politik dan budayawan nasional. Pola pikir modern tersebut diantaranya berupa kehendak untuk menjalankan demokrasi dan pembangunan , sejalan dengan negara negara maju. 9

BAB III PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA