PENGENDALIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGENDALIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh:

ReskyPradhanaRomli

Kualitas udara di Kota Bandar Lampung semakin memprihatinkan, dari hasil pengujian sampel udara di empat ruas jalan padat kendaraan yang dilakukanoleh BPLH, DinasPerhubungan, dan Polresta ditemukan bahwa polusi udara sudah melebihi baku mutu udara ambein yang telahditetapkan dalam Lampiran I PP no 41 tahun 1999 yang berdampak pada memburuknya kualitas kesehatan masyarakat Kota Bandar Lampung. Polusi ini 80% disumbangkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung, sisanya disumbangkan oleh Limbah Pabrik sebesar 10%, dan limbah lainnya sebesar 10%. Dalam skripsi ini peneliti merumuskan masalah menjadi bagaimanakah pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung dan apa faktor-faktor penghambat dalam pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris, dimana peneliti turun lapangan dan mensinkronisasi dengan teori dan undang-undang terkait yang menjadi dasar hukum penelitian ini diantaranya UU no 32 tahun 2009, UU no 22 tahun 2009, dan PP no 41 tahun 1999.

Dari hasil enelitian yang dilakukan pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung baik secara preventif dalam bentuk Program Langit Biru, Ruang Terbuka Hijau, Pengujian KendaraanBermotor, Kendaraan Berorientasi Transit maupun bentuk pengendalian secara represif dalam bentuk Pengujian Emisi Gas Buang secara acak di empat ruas jalan padat kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung masih sangat lemah sehingga menyebabkan terus meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Beberapa faktor yang menghambat dalam pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain karena kurangnya sosialisasi mengenai emisi gas buang, kurangnya sarana, fasilitas pendukung pengujianemisi gas buang kendaraan bermotor, dan tidak adanya tindaklanjut dalam pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.


(2)

ABSTRACT

CONTROLOVER GAS EMISSION VEHICLES IN CITYOF BANDAR LAMPUNG

by:

RESKY PRADHANA ROMLI

Air quality in the city of Bandar Lampung is increasingly of concern, from the results of testing air samples in four solid road vehicles are carried out by the Department of transportation, BPLH, and Polresta found that air pollution has exceeded the air quality standard that has been established in ambein Annex I PP No. 41 of 1999 which resulted in the worsening of the quality of public health city of Bandar Lampung. This pollution 80% contributed by motor vehicle exhaust emissions in the city of Bandar Lampung, the rest was donated by Factory Waste by 10%, and other wastes by 10%. In this thesis the researcher formulates the problem becomes how does the control of motor vehicle exhaust emission in the city of Bandar Lampung and what barrier factors in the control of motor vehicle exhaust emission in the city of Bandar Lampung.

Approach used in this research is normative empirical, where researcher falling pitch and synchronize with theory and the Act of related that be legal basis this research are Act no.32 2009, Act no.22 / 2009, and Government Regulation No 41 1999.

From the results of research conducted by control gas emissions vehicles in city lampung both in preventive in the form of the blue sky program green open space, road-worthy test, vehicle oriented transit or form in repressive control in the testing gas emissions at random on four lanes solid vehicles in city lampung still very weak thus causing continued rise gas emissions motor vehicles. Several factors that inhibits in the control of exhaust gas emissions a motor vehicle among others due to lack of socialization regarding gas emissions, a lack of facilities, supporting facilities testing gas emissions motor vehicles, and the absence of a follow-up in the control of exhaust gas emissions a motor vehicle in the city of lampung.


(3)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Studi Bappenas pada tahun 2010 melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah China, India dan Mexico. Pencemaran udara menjadi penyebab penyakit akut dan kronis pada kesehatan manusia (WHO, 2000).Dalam lingkungan perkotaan dan terutama di daerah yang kepadatan penduduk dan lalu lintas relatif tinggi, manusia yang terpapar zat berbahaya secara signifikan meningkat. Hal ini sering terjadi di dekat jalur lalu lintas sibuk di pusat kota, dimana situasi perkotaan dapat berkontribusi pada penciptaan kondisi dispersi udara buruk dari tempat kontaminasi pencemaran udara (Sotiris et al, 2003). Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan.Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.

Kita semua sepakat bahwa udara yang bersih dan sehat sangatlah dibutuhkan oleh setiap manusia dalam beraktivitas.Namun saat beraktivitas, manusia justru melepaskan berbagai emisi atau zat yang berpotensi untuk mencemari udara.Misalnya, saat menggunakan kendaraan bermotor, memasak, menggunakan


(4)

listrik, menghisap rokok, membakar sampah, dan lain sebagainya. Bahkan setiap barang yang digunakan maupun dikonsumsi manusia juga menghasilkan emisi pada saat proses produksi maupun distribusinya. Akibat yang ditimbulkan berbagai emisi yang terus menerus dilepaskan ke udara berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran udara.

Di kota-kota yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan arus lalu lintas kendaraan yang tinggi pula, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-80%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll.

Sesuai fungsinya sebagai tempat pemusatan dan distribusi pelayananjasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi, maka di kawasan perkotaandi Indonesia terjadi pemusatan penduduk dan aktivitasnya.Hal ini menyebabkankemungkinan terjadinya pencemaran udara di kawasan tersebut sangat besar.Salah satuaktivitas yang berpotensi menjadi sumber pencemar utama di kawasan perkotaan adalahtransportasi, bila meningkatnya kebutuhan pergerakan penduduk di kawasan tersebutterus dipenuhi dengan kendaraan bermotor.Salah satu aktivitas yang berpotensi menjadi sumber pencemar utama di kawasan perkotaan adalah transportasi, bila meningkatnya kebutuhan pergerakan penduduk di kawasan tersebut terus menggunakan kendaraan bermotor.


(5)

Salah satu aktivitas yang berpotensi sebagai sumber pencemar utama di kawasanperkotaan adalah transportasi.Namun, transportasi merupakan aspek penting yangmendukung pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan.Sesuai fungsinya, di kawasanperkotaan terjadi pertukaran barang, keahlian, ide, budaya, spiritual dan lainnya, yangsemuanya memunculkan kebutuhan pergerakan. Berpindahnya orang atau barang darisatu tempat ke tempat lain untuk mencapai suatu tujuan tersebut yang didefinisikansebagai transportasi (Morlok, 1978).

Transportasi dapat dilakukan dengan beragam cara, mulai dari berjalan kaki,naik sepeda atau kendaraan tak bermotor lainnya, sepeda motor, mobil pribadi, taksiatau angkutan umum. Transportasi dengan menggunakan kendaraan bermotor dapatmencemari udara bebas dengan emisi gas buangnya.Tapi justru transportasi ini yang semakin banyak digunakan di kawasanperkotaan.Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di kawasan perkotaan tercermindari pemandangan antrian panjang kendaraan bermotor yang semakin seringdijumpai. Tidak hanya di kota metropolitan, kemacetan juga terjadi di beberapa kotabesar di Indonesia. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor tersebut sudah pasti berdampak pada peningkatankebutuhan ruas jalan dan penurunan kualitas udara sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:


(6)

Aktivitas manusia Jumlah kendaraan meningkat Emisi meningkat

Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009

Data statistik menunjukkan jumlah kendaraanbermotor di Indonesia bertambah secara eksponensial.Dalam 20 tahun terakhir, total jumlah kendaraan bermotor menjadi hampir enam kali lipat.Laju pertumbuhannyalebih cepat daripada pertumbuhan penduduk Indonesia.Pertumbuhan paling cepatterjadi untuk kategori sepeda motor dan mobil. Secara rata-rata tingkat kepemilikan sepeda motor kendaraan bermotor meningkat dari sekitar 34 sepeda motor per 1000 penduduk pada tahun 1990 menjadi 130 pada tahun 2005. Sementaramobil meningkat dari sekitar 7 menjadi 25 unit per 1000 penduduk.

Pertumbuhan laju kendaraan yang pesat ini menimbulkan permasalahan-permasalahan baru, antara lain kemacetan dan menurunnya kualitas udara perkotaan. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tahun 1987-2007:


(7)

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kendaraan di Indonesia

Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009

Bertambahnya jumlah kendaraan di Indonesia sejak tahun 1987 sekitar 8.700.000 unit untuk sepeda motor, menjadi 48.200.000 unit dalam kurun waktu 10 tahun terhitung sejak tahun 1997 sampai 2007. Bertambahnya kendaraan bermotor ini menyebabkan menurunnya kualitas udara di perkotaan.Hal ini disebabkan terpusatnya aktivitas


(8)

masyarakat dalam suatu wilayah perkotaan.Akibatnya selain kemacetan yang terjadi, emisi gas yang dikeluarkan oleh kendaraan menyebabkan kebersihan udara menjadi semakin berkurang dan tercemar seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. Penurunan kualitas udara akibat pertambahan kendaraan bermotor

Sumber:Pedoman Rancangan Strategi Pengendalian Emisi Dari Sektor Transportasi Jalan di Kawasan Perkotaan KemenLH Tahun 2009

Penyebaran penduduk Indonesia yang terpusat di kawasan perkotaan akanmendorong perilaku yang sama terhadap penyebaran kendaraan bermotor. Apalagitingkat kepemilikan kendaraan bermotor di kawasan perkotaan bisa jadi lebih tinggidaripada rata-rata nasional.Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor juga tercermin dari pemakaian bahan bakar minyak (BBM) oleh sektor transportasi juga turut meningkat.Peningkatan total pemakaian BBM sektor transportasi mencapai lebih dari dua kalilipat dalam kurun waktu tahun 1990-2005 (ESDM, 2007).Lebih dari 80%


(9)

pemakaianBBM sektor transportasi tersebut digunakan oleh transportasi darat.Pemakaian BBM oleh sektor transportasi paling dominan dibandingkan dengan sektor lainnya (industri,rumah tangga dan listrik). Proporsinya bahkan meningkat, bila pada tahun 1990masih pada kisaran 45% pemakaian BBM nasional, maka pada tahun 2007 mencapai 56% (Christiono, 2008).

Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi serta aktivitas lalu lintas kendaraan yang juga tinggi. Tercatat oleh Badan Pusat Statistik jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung dapat dilihat di bawah ini:

Tabel1.Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung Tahun 2010

Jumlah penduduk yang dapat dikatakan cukup tinggi tersebut tentu memiliki aktivitas dan mobilitas yang tinggi dimana diikuti oleh aktivitas lalu lintas kendaraan yang tinggi juga jumlahnya.Jumlah kendaraan yang ada di Kota Bandar Lampung dapat dilihat padagrafik di bawah ini:

Grafik 1. Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung

Tahun 1971 1980 1990 2000 2010 2030

Jumlah Penduduk

198.427 284.275 636.418 743.109 881.801 1.800.000* (Perkiraan)


(10)

Sumber:Satuan Lalu Lintas Polresta Kota Bandar Lampung

Dapat kita lihat dalam grafik diatas bahwa jumlah kendaraan di Bandar Lampung mengalami peninkatan dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti dengan semakin menurunnya kualitas udara kota Bandar Lampung akibat banyaknya jumlah kendaraan di Bandar Lampung. Kendaraan-kendaraan yang digunakan masyaakat mengeluarkan hasil pembakaran mesin ke udara yang kita sebut emisi gas buang kendaraan bermotor.Emisi gas buang kendaraan bermotor mengandung gas-gas polutan yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.

Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidro karbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44%suspended particulate matter(SPM), 71-89% hidro karbon, 34-73% oksida nitrogen (NOx), dan hampir seluruh karbon monoksida (CO2) diemisikan ke udara oleh kendaraan bermotor. WHO

35.219 Unit35.992 Unit32.335 Unit

42.724 Unit45.152 Unit

47.487 Unit

53.460 Unit

0 10 20 30 40 50 60

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011


(11)

memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak, orang dewasa yang berisiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Akibatnya para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.

Dampak kesehatan akibat emisi gas buang yang terhirup oleh masyarakat cukup berbahaya bagi kesehatan masyarakat sendiri.Emisi gas buang berdampak langsung kepada penderita Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di Kota Bandar Lampung.Masyarakat yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di Kota Bandar Lampung meningkat setiap tahunnya.Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 penemuan suspek Tuberkulosis (Tb) paru di Kota Bandar Lampung tahun 2011 sebanyak 8.424 suspek dari target yang ditetapkan 13.533 suspek (62,2%). Terdapat 1.259 total kasus penderita TB paru. Dari jumlah tersebut total penderita baru dengan hasil BTA positif adalah 1.000 penderita, jumlah total penderita dengan hasil BTA Negatif Rontgen positif adalah 231 kasus, dan jumlah total penderita BTA positif kambuh adalah 28 kasus. Dari total 1.000 penderita BTA positif diatas, penderita yang berobat atau diobati sebanyak 750 penderita. Dengan rincian 673 kasus berhasil sembuh, 45 kasus gagal, 19 kasus tidak periksa dahak, 8 kasus default, 3 kasus pindah, dan 2 kasus meninggal. (Sumber: P2M Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2011).


(12)

Selanjutnya berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Rajabasa Indah Lampung yang berpenduduk 35.128 jiwa, penemuan suspek TB paru di wilayah ini sebanyak 213 suspek dari target 533 suspek (40%) pada tahun 2011 jumlah kasus TB paru total 52 kasus. Dengan rincian 31 kasus berhasil sembuh, 10 kasus masih dalam pengobatan, 9 kasus pengobatan drop out/tidak melanjutkan pengobatan, dan 2 kasus meninggal dunia (Program P2PM, P2 TB Paru Puskesmas Rajabasa Indah, 2011).

Untuk mengendalikan dan mengurangi polusi udara yang semakin memprihatinkan, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa instrumen yuridis yang dilegalitaskan baik dalam bentuk undang-undang, Keppres, maupun Permenlh yang berisi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak terkait demi berkurangnya polusi udara yang 80 % disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor.Menurut aturan pemerintah, kendaraan bermotor di Indonesia yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari haruslah dalam status “Laik Jalan” dimana bahwa semua perangkat kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan

tidak menimbulkan polusi udara dan kerusakan lingkungan juga kesehatan.Mengenai hal ini telah ditetapkan dengan jelas dalam Pasal 48 ayat (1), (2), (3) Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dalam hal ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor telah diatur dengan jelas di pasal 210 ayat (1) dan (2) Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Prosedur dalam penanganan ambang batas emisi gas


(13)

buang kendaraan bermotor diatur dalam pasal Pasal 53 ayat (1) sampai (3) Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Batas emisi gas buang kendaraan bermotor yang dimaksud diatas telah diatur dalam PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Standar baku udara ambeien dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.Standar baku udara ambeien

N o Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan

1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer (Sulfur

Dioksida)

24 Jam 365 ug/Nm3

2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer (Karbon

Monoksida)

24 Jam 10.000 ug/Nm3 1 Tahun

-3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer (Nitrogen

Dioksida)

24 Jam 150 ug/Nm3 1 Tahun 100 ug/Nm3

4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemilumines cent

Spektrofotometer (Oksidan) 1 Tahun 50 ug/Nm3

5 HC (Hidro Karbon)

3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization

Gas Chromatogarfi 6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

(Partikel < 10 um )

PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi–Vol (Partikel < 2,5

um )

1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi–Vol 7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi–Vol

(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3

8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi–Vol (Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif


(14)

Pengabuan AAS 9 Dustfall 30 hari

(Debu Jatuh ) 10

Ton/km2/Bulan (Pemukiman)

Gravimetric Cannister

10 Total Fluorides (as F)

24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau 90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous

Analyzer 11 Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2

dari kertas limed filter

Colourimetric Limed Filter Paper

12 Khlorine &Khlorine Dioksida

24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Electrode

Impinger atau Countinous Analyzer 13 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100

cm3 Dari Lead Peroksida

Colourimetric Lead Peroxida Candle

Sumber:PP No. 41 Tahun 1999

Jika ada kendaraan yang beroperasi di jalan namun tidak memenuhi standar pembuangan emisi gas buang sebagaimana yang telah ditentukan diatas, maka akan terkena sanksi tegas sebagaimana yang tertulis dalam pasal 286 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Bentuk aturan diatas adalah suatu bentuk produk hukum dengan maksud untuk memberikan efek jera kepada pemilik kendaraan yang emisi gas buang kendaraannya melebihi batas yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dalam bidang Pengendalian oleh pemerintah, efek jera diatas adalah bentuk Pengendalian represif dimana penegakan hukum represif dilaksanakan dalam hal perbuatan melanggar peraturan dan bertujuan untuk mengakhiri secara langsung perbuatan terlarang itu,


(15)

dalam hal penegakkan hukum mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor menjadi kewenangan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Selain penegakkan hukum (law enforcement) secara represif, dikenal juga adanya penanggulangan pelanggaran hukum yang disebut tindakan preventif.Penegakan hukum yang bersifat preventif berarti pengendalian aktif dilakukan terhadap keputusan atas peraturan tanpa kejadian langsung yang menyangkut peristiwa konkrit yang menimbulkan dugaan bahwa peraturan hukum telah dilanggar.Upaya ini dapat dilakukan dengan penyuluhan, pemantauan, dan penggunaan kewenangan yang bersifat pengendalian (pengambilan sample, penghentian mesin-mesin, dan sebagainya).

Dalam upaya preventif membatasi emisi gas buang kendaraan bermotor, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung melakukan berbagai upaya salah satunya dengan kegiatan pengujian kendaraan bermotor (KIR) dimana pengujian kendaran bermotor menjadi langkah wajib yang harus dijalankan untuk membatasi dan mengontrol emisi gas buang kendaraan bermotor yang digunakan masyarakat di Kota Bandar Lampung.

Di bawah ini adalah grafik mengenai jumlah kendaraan yang melalui Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung:

Grafik 3.Jumlah Kendaraan Yang Melalui Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung


(16)

Sumber : UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Padagrafik diatas terlihat bahwa jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Bandar Lampung lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang telah melalui Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Hal ini berarti ada lebih dari 3000 unit kendaraan per tahun yang tidak melewati Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung namun masih beroperasi dan menjalankan aktivitas keseharian di Kota Bandar Lampung.

Dari data diatas dapat kita lihat upaya preventif yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dengan melakukan pengujian kendaraan bermotor terlihat tidak efektif dan tidak maksimal.Hal ini terlihat dari tidak seimbangnya banyaknya jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Bandar Lampung dengan banyaknya jumlah kendaraan yang diuji oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.Hal ini berdampak pada kondisi udara yang ada di Kota Bandar Lampung dimana kendaraan yang tidak diuji namun tetap beroperasi menimbulkan polusi udara yang semakin buruk di Kota Bandar Lampung.

29.568 Unit 31.736 Unit

35.392 Unit

28.452 Unit

31.996 Unit 34.146 Unit

0 5 10 15 20 25 30 35 40

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Kendaraan Yang Melalui Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung


(17)

Buruknya kondisi udara Kota Bandar Lampung yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor telah diuji oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Bandar Lampung dengan melakukan pengambilan sampel di tiga ruas jalan protokol di Kota Bandar Lampung. Tiga jalan protokol itu adalah:

1. Jalan Pangeran Antasari 2. Jalan Yos Sudarso 3. Jalan ZA Pagar Alam

Hasil dari pengujian kualitas udara dapat dilhat pada grafik di bawah: Grafik 4. Hasil Pengujian Kualitas Udara

Sumber: Pemantauan Kualitas Udara jalan raya Badan PengelolaanLingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Tahun 2011

Dari data diatas dapat dilihat bahwa kandungan zat berbahaya di udara sudah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh PP no.41 Tahun 1999.Melebihinya jumlah zat berbahaya yang ada di udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor mengancam masyarakat dan memperburuk kesehatan

179,69 177,52

187,145

181,145

160

140 150 160 170 180 190

P. Antasari Yos Sudarso ZA Pagar Alam Rata-rata Batas Baku Mutu Hasil Roadside Monitoring Tahun 2011 Kota Bandar Lampung


(18)

masyarakat.Pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat, padahal secara yuridis formil, baik peraturan pemerintah maupun lembaga atau instansi yang berwenang telah ada.

Hal ini terlihat menjadi sebuah anomali hukum dimana perangkat hukum yang mencakup secara formil dan materil telah jelas, namun pada kenyataan yang kita alami, penegakkan terlihat minim dan kurang maksimal, sehingga kita masih sering menghirup udara yang masih tercemar oleh emisi gas buang kendaraan bermotor yang membahayakan kesehatan kita.

Dari penjelasan tersebut,penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimanakah pemerintah bisa melaksanakan aturan-aturan dimana aturan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi polusi udara yang diakibatkan emisi gas buang pada kendaraan bermotor, namun pada kenyatannya masih banyak kendaraan yang beroperasi di jalan raya, dimana kendaraan-kendaraan tersebut sebenarnya bisa dikatakan ”tidak laik jalan” sehingga menyebabkan polusi dan pencemaran udara.

Penelitian tersebut dituangkan dalam judul skripsi :Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :


(19)

a) Bagaimanakah pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung?

b) Apa saja yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam Pengendalianemisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya permasalahan mengenai akibat emisi gas buang kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada bidang Hukum Administrasi Negara pada umumnya, yaitu mengenai Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Penelitian ini bertujuan untuk :

1.3.1.1Untuk mengetahui bagaimana pengendalian pengeluaran emisi gas buang kendaraan bermotor di Bandar Lampung.

1.3.1.2Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas juga memperdalam ilmu hukum administrasi negara dan memberikan kontribusi pada hukum tata lingkungan


(20)

khususnya mengenai peran sentral pemerintah dalam Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor untuk mengurangi polusi udara dan pencemaran lingkungan.

1.3.2.2 Kegunaan Praktis

Memberikan masukan mengenai usaha dalam mengoptimalkan peran pemerintah dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor serta faktor-faktor penghambat dalam dalam Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor agar dapat bermanfaat bagi banyak orang dan mengetahui dengan lebih jelas bagaimana bentuk Pengendalian pemerintah emisi gas buang kendaraan bermotor. Secara lengkap mengenai kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan masukan-masukan terhadap pelaksanaan dalam mengoptimalkan Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor.

2) Sebagai rekomendasi strategis kepada instansi terkait dalam Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotordan pemberian sanksi kepada pihak-pihak yang melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

3) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung bagian Hukum Administrasi Negara.


(21)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengendalian

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian

Pengendalian atau pengawasan (controlling) adalah bagian akhir dari fungsi manajemen.Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Pengendalian ialah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang dari pengembangan kedua istilah tersebut.Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh pengawas.Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali.

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengendalian berasal dari kata kendali yang artinya mengekang, dalam arti mengekang sesuatu yang dapat merugikan dan berdampak negatif”.Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi definisi pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; memiliki definisi pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan.

Pengendalian adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan


(22)

2 kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results. Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . The process of ensuring that actual activities conform the planned activities.

Pengendalianadalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamindan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapatberjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yangdikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dankebijaksanaan yang berlaku.Dengan rumusan yang lebih singkat di nyatakan bahwa "Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agarpekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan dengan semestinya”.Memperhatikan pengertian di atas, maka

pengendalian" mempunyaiarti yang lebih luas dari pada "pengawasan”. Arti pengendalian tidak terbatashanya pada usaha untuk mengetahui dan menilai suatu pekerjaan ataukegiatan, tetapi juga untuk "menjamin dan mengarahkan" agar pekerjaan ataukegiatan yang dilaksanakan itu dapat berjalan sesuai dengan yangdirencanakan, serta sesuai pula dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam pengendalian kewenangan untuk mengadakan tindakan korektif sudah terkandung di dalamnya, dalam pengertian Pengendalian tindakan korektif itu merupakan proses lanjutan.

Jelasnya pengendalianharusberpedoman terhadap: 1. Rencana (planning} yang telah diputuskan,


(23)

3 3. Tujuan dan/atau

4. Kebijaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dapat disimpulkan Pengendalian adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin.

Di bawah ini digambarkan proses pengendalian sebagai berikut:

Gambar 4.Proses Pengendalian

STANDAR

Pedoman Hasil

Monitoring Koreksi

UMPAN BALIK (FEEDBACK)

Pengendalian pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengendalian diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan melalui pengendalian tercipta suatu aktifitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja

Rencana (Planning)

Pelaksanaan Pekerjaan (Performance)

Pengendalian (Control)


(24)

4 sudah dilaksanakan. Pengendalian juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Hasil pengendalian ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengendalian merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengendalian menjadi sama pentingnya dengan penerapangood governanceitu sendiri.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengendalian merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengendalian yang efektif, baik pengendalian intern (internal control) maupun pengendalian ekstern (external control). Disamping mendorong adanya pengendalian masyarakat (social control).

Sasaran pengendalian adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan; b. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;


(25)

5 Pengendalian bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.2 Asas dan Prinsip Pengendalian

Pengendalian adalah pengendalian ditambah tindakan korektif.Sedangkan Pengendalian adalah pengendalian tanpa tindakan korektif.Namun sekarang ini Pengendalian telah mencakup kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan penilaian terhadap kegiatan. Menurut Prayudi, dalam mencapai pelaksanaan pengendalianterhadap beberapa asas antara lain :

1) Asas tercapainya tujuan, ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan atau deviasi perencanaan.

2) Asas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.

3) Asas tanggung jawab, asas ini dapat dilaksanakan apabila pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.

4) Asas pengendalian terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu sekarang maupun di masa yang akan datang.

5) Asas langsung, adalah mengusahakan agar pelaksana juga melakukan Pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan.


(26)

6 6) Asas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan

perencanaan.

7) Asas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengendalian dilakukan sesuai dengan struktur organisasi dan kewenangan masing-masing.

8) Asas individual, bahwa pengendalian harus sesuai kebutuhan dan ditujukan sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana.

9) Asas standar, bahwa pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan.

10) Asas pengendalian terhadap strategis, bahwa pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis.

11) Asas kekecualiaan, bahwa efisiensi dalam pengendalian membutuhkan perhatian yang di tujukan terhadap faktor kekecualian yang dapat terjadi dalam keadaan tertentu, ketika situasi berubah atau tidak sama.

12) Asas pengendalian fleksibel bahwa pengendalian harus untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan perencanaan.

13) Asas peninjauan kembali, bahwa pengendalian harus selalu ditinjau, agar sistim yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.

14) Asas tindakan, bahwa pengendalian dapat dilakukan apabila ada ukuran – ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi dan pelaksanaan.


(27)

7 Oleh karena pengendalian tersebut mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip pengendalian yang dapat dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengendalian itu adalah sebagai berikut :

1) Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengendalian harus bersifat objektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

2) Berpangkal tolok dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, Pengendalian harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam:

a. Tujuan yang ditetapkan

b. Rencana kerja yang telah ditentukan

c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan d. Perintah yang telah diberikan

e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3) Preventif. Artinya bahwa pengendalian tersebut adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka Pengendalian harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan. 4) Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengendalian tersebut hendaknya tidak

dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.


(28)

8 5) Efisiensi. Artinya pengendalian haruslah dilakuan secara efisien, bukan

justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.

6) Apa yang salah. Artinya pengendalian haruslah dilakukan bukanlah semata-mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat kesalahan itu.

7) Membimbing dan mendidik. Artinya “Pengendalian harus bersifat membimbing dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.”

Proses pengendalian terbagi dalam empat tahap. Empat tahap pengendalian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5. Tahap dalam Proses Pengendalian

2.1.3 Jenis-jenis Pengendalian

Pada dasarnya ada beberapa jenis Pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Pengendalian Intern dan Ekstern

Pengendalian intern adalah Pengendalian yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.”


(29)

9 Pengendaliandalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian atasan langsung atau pengendalian melekat (built in control) atau pengendalian yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah PengendalianKementerian Dalam Negeri.

Pengendalian ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengendalian yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat Pengendalian intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengendalian keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

2) Pengendalian Preventif dan Represif

Pengendalian preventif lebih dimaksudkan sebagai, “Pengendalian yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengendalian ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengendalian ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengendalian preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh


(30)

10 atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Di sisi lain, pengendalian represif ialah Pengendalian yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengendalian represif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.Pengendalian Repressif ini dapat menggunakan

sistem-sistemPengendalian sebagai berikut:

a) Sistem Komperatif

1. MempeIajari laporan-laporan kemajuan (progress report) dari pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan jadwal rencana pelaksanaan.

2. Membandingkan laporan-laporan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah diputuskan sebelumnya.

3. Mengadakan analisa terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, termasuk faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

4. Memberikan penilaian terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk para penanggung jawabnya.

5. Mengambil keputusan atas usaha perbaikannya atau penyempurnaannya.

b) Sistem verifikatif

1. Menentukan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.

2. Pemeriksaan tersebut harus dibuat laporan secara periodik atau secara khusus.


(31)

11 3. Mempelajari laporan untuk mengetahui perkembangan dari hasil

pelaksanaannya.

4. Mengadakan penilaian terhadap hasil pelaksanaannya.

5. Memutuskan tindakan-tindakan perbaikan atau penyempurnaannya.

c) Sistem inspektif.

Inspeksi dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari suatu laporan yang dibuat oleh para petugas pelaksanaannya.Dalam pemeriksaan di tempat (on the spot inspection) instruksi-instruksi diberikan dalam rangka perbaikan dan pe-nyempurnaan pekerjaan.

d) Sistem investigatif

Sistem ini lebih menitikberatkan terhadap penyelidikan/penelitian yang lebih mendalam terhadap sesuatu masalah yang bersifat negatif.

3) Pengendalian Aktif dan Pasif

Pengendalian dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “Pengendalian yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan

pengendalian jauh (pasif) yang melakukan Pengendalian melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengendalian berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan


(32)

12 “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,

yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”

4) Pengendalian kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).

Pengendalian dalam mengendalikan emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung adalah salah satu bentuk dari penyelengaraan negara.Pengendalian mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor tidak hanya oleh satu instansi melainkan melibatkan instansi lainnya.Dalam hal Pengendalian baik preventif maupun represif menjadi kewenangan dari Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Namun untuk mengetahui dari segi teknis untuk memastikan kadar udara yang telah tercemar, maka yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengambilan sampel udara dan menguji tingkat polusi udara adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Kedua instansi ini yang paling substansial untuk melakukan Pengendalian baik terhadap kendaraan yang mengeluarkan emisi gas buang kendaraan bermotor maupun akibat emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap polusi udara di Kota Bandar Lampung.

2.1.4. Pengendalian Pencemaran Udara

Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.


(33)

13 Pencemaran udara terjadi jika kadar zat berbahaya dalam udara telah melewati batas baku lingkungan, dimana dalam Baku Mutu Lingkungan dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 20 ayat (2) huruf d termasuk baku mutu udara ambein.

Baku mutu udara ambient secara nasional ditetapkan dengan MENLH, sedangkan di daerah ditetapkan gubernur.Baku mutu emisi sumber tidak bergerak dan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, ditetapkan Kepala Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan.

Perlindungan mutu udara ambien didasarkan pada baku mutu udara ambien, status mutu udara ambien, baku mutu emisi, ambang batas emisi gas buang, baku tingkat gangguan, ambang batas kebisingan dan Indeks Standar Pencemar Udara.

Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.

Menteri melakukan pengawasan terhadap penataan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.Dalam hal wewenang pengawasan diserahkan kepada Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dapat melakukan pengawasan terhadap penataan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang membuang emisi dan/atau gangguan.


(34)

14 Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari upaya pengendalian pencemaran udara dan/atau gangguan dari sumber tidak bergerak yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran udara wajib menanggung biaya penanggulangan pencemaran udara serta biaya pemulihannya.

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, bahwa 80% pencemaran udara disebabkan oleh jumlah lepasan zat dari emisi gas buang kendaraan bermotor.Dalam mengendalikan pencemaran udara, pengendalian dilakukan pemerintah melalui beberapa instrument hukum. Dalam mengendalikan emisi gas kendaraan bermotor, Undang-undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 106 ayat (3)menjadi alat untuk mengendalikan pencemaran udara dimana jika pemilik kendaraan yang melanggar batas emisi gas yang telah ditentukan maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 286 Undang-undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pengendalian pencemaran udara yang dimana telah diatur oleh PP No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara telah menetapkan bahwa Baku mutu emisi sumber tidak bergerak dan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor ditetapkan dengan mempertimbangkan parameter dominan dan kritis, kualitas bahan bakar dan bahan baku, serta teknologi yang ada sesuai dengan Pasal 8 ayat (2). Dalam perkembangannya, pencemaran udara yang mencapai


(35)

15 80% disebabkan oleh pembuangan zat emisi gas buang kendaraan bermotor, diketahui disebabkan oleh zat pembuangan kendaraan pada tipe kendaraan lama.Tipe kendaraan lama menyumbang banyak emisi gas buang yang mencemari udara dikarenakan mesin tipe lama yang belum ramah lingkungan. Untuk mengendalikan pencemaran udara yang disebabkan oleh zat pembuangan emisi gas buang kendaraan lama, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Lama.Menurut Pasal 1 ayat (3) PerMENLH No. 5 Tahun 2006, yang dimaksud dengan kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia.Dalam Pasal 4, disebutkan bahwa emisi gas yang dikeluarkan oleh kendaraan lama harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (1) PerMENLH No. 5 Tahun 2006. Pengendalian dilakukan dalam bentuk represif dilakukan dengan cara menguji kendaraan lama sesuai dengan Pasal 1 ayat (4) untuk memastikan zat emisi yang dikeluarkan kendaraan lama tidak melebihi ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) PerMENLH No. 5 Tahun 2006.

2.2. Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat.Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam).Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya berjalan di atas jalanan.Berdasarkan UU No. 14 tahun 1992 ,pengertian kata kendaraan bermotor


(36)

16

dalam ketentuan ini adalah terpasang pada tempat sesuai dengan fungsinya.Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya.Berdasarkan PP No. 5 tahun 2012 ayat (1) dan (2), yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah:

1. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

2. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik.

Kondisi mesin kendaraan bermotor sangat menentukan emisi gas buang yang dihasilkannya.Ada banyak faktor yang mempengaruhi kendaraan terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


(37)

17 Gambar 6.Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya beban pencemar dari emisi gas buang kendaraan bermotor


(38)

18

2.3. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Transportasi telah menjadi sumber utama dari pencemaran udara khususnya daerah perkotaan.Terlebih lagi dengan penambahan unit kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya dan buruknya sistem angkutan umum menyebabkan pencemaran udara yang terjadi. Bahan pencemar yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

a. Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder.Polutan primer seperti sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan Hidro karbon (HC) langsung dibuang ke udara bebas dan

mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder ozon (O3) dan

peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis, atau oksidasi.

b. Komposisi Kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan anorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor.

c. Bahan Penyusun

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti debu, asap, abu, kabut, dan spray; partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.

Kendaraan bermotor dalam pencemaran udara dikategoikan sebagai sumber bergerak. Sumber emisi gas buang kendaraan bermotor diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Sulasono, 1996):


(39)

19 1) Emisi Gas Buang

Sejumlah gas hasil pembakaran di ruang bakar mesin yang dikeluarkan melalui pipa saluran buang (knalpot). Komponen dari gas buang ini terdiri dari Nitrogen (N2) dan uap 83% dan

sisanya 17% yang terbagi dari kabon dioksida (CO2), Hidro karbon (HC), dan Nitrogen oksida

(NOx). Emisi gas buang sangat dipengaruhi oleh jenis bahan bakar.

2) Blow by gas

Sejumlah gas yang keluar melalui celah-celah antara piston dengan lubang silinder. Komponen

blow by gas terdiri dari Nitrogen (N2), dan Oksigen (O2) sebesar 90% dan sisanya 10% terdiri

dari CO2, HC dan uap termasuk kandungan CO dan NOx.

3) Penguapan Emisi Gas Kendaraan

Timbulnya penguapan emisi gas terjadi pada tangki gasoline, karburator, dan saluran antara tangki ke karburator.Gas yang menguap berubah menjadi hido karbon (HC).Jumlahnya tergantung dari jenis dan tipe kendaraan, dimana komponen/zat yang berbahaya pada gas yaitu komponen CO dan COx, bertambahnya komponen ini akibat bertambahnya komponen HC.

Karakteristik emisi gas buang kendaraan bermotor berdasarkan bahan bakar yang digunakan.Komponen utama dari gas buang kendaraan bermotor adalah CO2dan air, yaitu hasil

oksidasi sempurna bahan bakar dan nitrogen. Pada umumnya oksidasi atau pembakaran bahan bakar dalam mesin tidak 100% sempurna sehingga gas CO dan Hidro karbon tidak terbakar selalu ada, termasuk senyawa NOxdan SOx. Selain itu , partikulat-partikulat juga dilepaskan dari

gas buang kendaraan bermotor tersebut seperti partikulat organik (aldehida) dan partikulat timbal (Pb), apabila menggunakan bahan bakar bensin bertimbal. Emisi Hidro karbon dari kendaraan bermotor yang bersifat racun adalah benzene, butadiene, formaldehida, asetaldehida, dan


(40)

20 aromatik berint banyak (PNA, polynuclear aromatic) dan konsentrasinya tergantung pada komposisi bahan baka (Sidjabat, 2000). Komposisi gas buang atau emisi kendaraan bermotor tergantung dari kondisi pengoperasian mesin kendaraan bermotor tersebut, misalnya dalam kondisi diam, berjalan, model kendaraan (tua dan baru), tingkah laku mengemudi, dan juga jenis atau formula bahan bakar yang digunakan.

Proses pembakaran bahan bakar yang menggerakan mesin kendaraan bermotor menghasilkan gas buang yang mengandung pencemar karbon monoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2), hidrokarbon (HC), dan partikulat (PM) (Soedomo, 2001). Lebih lanjut reaksi oksida nitrogen dan hidrokarbon yang diinisiasi sinar matahari berpotensi menghasilkan oksidan fotokimia (O3).Sementara bila bahan bakar yang digunakan mengandung zat aditif seperti timbel, maka zat tersebut dapat ditemui pula di dalam gas buangnya.Bahkan pada saat pembakaran terjadi secara sempurna sekalipun,kendaraan bermotor masih mengemisikan karbon dioksida (CO2) yang berpotensi mengakibatkan pemanasan global.Perlu digarisbawahi bawah tidak seluruh emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut dapat terlihat (kasatmata).Walaupun tidak kasat mata, emisi gas buang tersebut tetap sangat berbahaya bagi kesehatan.Dibawah ini adalah daftar zat yang terkandung dalam emisi gas buang kendaraan bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan.

Tabel 3.Dampak kesehatan akibat emisi gas buang kendaraan bermotor

Nama Zat Dampak Bagi Kesehatan

Karbon monoksida(CO) Zat memiliki kemampuan untuk

berikatan dengan hemoglobin (Hb), pigmen sel darah merah yang

mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan

karboksihemoglobin yang 200 kali lebih stabil dibandingkan ikatan Hb


(41)

21

dengan oksigen (oksihemoglobin). Akibatnya fungsi Hb yang membawa

oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Kondisi seperti ini bisa berakibat

serius, bahkan fatal, karena bisa sampai menyebabkan kematian.

Hidrokarbon(HC) Hidrokarbon(HC) di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan

akan membentuk ikatan baru yang disebut

plycyclic aromatic hydrocarbon

(PAH). Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan

merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

Oksida nitrogen(NOx) Oksida nitrogen(NOx) seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia.

Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO.

Di udara ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2

yang bersifat racun terutama terhadap paru. Pemajanan NO2 dengan kadar

5 ppm selama 10 menit mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

Sulfur dioksida(SO2) Sulfur dioksida(SO2) menimbulkan iritasi pada sistem penafasan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada

kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih. Bahkan pada beberapa individu yang

sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang

berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang

mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan kardiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan


(42)

22

SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.

Ozon(O3) Ozon(O3) pada kadar 0,3 ppm mulai menyebabkan terjadinya iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm

Kota di persimpangan jalan 17

selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing

dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon

berkadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan gejala

pembengkakan paru (edema pulmonari).

Partikulat(debu) Partikulat(debu) berpengaruh terhadap kesehatan, tergantung pada

ukurannya. Partikulat yang berbahaya berukuran antara 0,1-10 mikron.

Pada umumnya partikulat berukuran sekitar 5 mikron dapat langsung

masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Sementara yang

lebih besar dari 5 mikron dapat mengganggu saluran pernafasan bagian

atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan dapat menjadi lebih parah bila

terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga.

Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin

akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (visibility).

Timbel(Pb) Timbel(Pb) yang berikatan dengan partikulat di udara berbahaya bagi

kesehatan. Logam tersebut dapat terhirup dan bersifat akumulatif. Pb dapat


(43)

23

bereaksi dengan senyawa dalam protein yang menyebabkan pengendapan

protein dan menghambat pembuatan hemoglobin. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi, lelah, sakit kepala,

anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang, dan gangguan penglihatan.

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

Dari data diatas dapat diihat dampak kesehatan dari zat-zat yang dikeluarkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor yang sangat berbahaya bagi kesehatan.Inilah yang menjadi salah satu sebab pentingnya Pengendalian terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor harus dilaksanakan secara efektif.

2.4 Dasar Hukum

Penetapan satu standar yang berupa undang-undang atau surat keputusan diperlukan sebagai upaya untuk pengendalian pencemaran. Sampai saat ini sudah ada beberapa peraturan mengenai pencemaran udara, antara lain:

a) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

b) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

c) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara,

d) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04 Tahun 2009 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru,

e) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama,


(44)

24 f) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi (Current Production),

g) Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 108 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Saat ini pemerintah Indonesia telah berusaha melakukan pengendalian emisi dari kendaraan bermotor dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003. Dengan adanya peraturan ini diharapkan emisi kendaraan akan menurun disebabkan adanya pengendalian dalam penurunan laju emisi. Untuk melihat besarnya emisi pencemar kendaraan bermotor dengan adanya peraturan ini, maka dapat dilakukan model yang dinamis.Dalam pemodelan ini dibuat skenario, yaitu:

a) Tanpa usaha pengendalian dan Pengendalian. Dalam skenario ini akan menggambarkan kualitas udara di perkotaan bila usaha pengendalian dan Pengendalian tidak dilakukan. b) Pengendalian dengan penerapan peraturan baru secara efektif. Dalam skenario ini akan

memberikan gambaran mengenai kualitas udara yang akan memberikan gambaran mengenai kualitas udara yang akan terjadi bila emisi kendaraan bermotor tetap berada dalam ambang batas yang telah ditetapkan.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Dalam memperoleh data untuk penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif dilakukan dengan cara menelaah, mengutip dan mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan literatur yang berkaitan dengan Pengendalian pemerintah terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor.

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung dilapangan, berdasarkan fakta yang ada.

3.2 Sumber Data

Untuk mendapat data yang diperlukan dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil studi lapangan dengan cara mencari dan mengumpulkan data atau keterangan-keterangan dari pihak-pihak


(46)

dan instansi-instansi terkait mengenai Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.Dalam studi lapangan ini, peneliti melakukan penelitian studi lapangan pada dinas-dinas maupun instansi terkait emisi gas buang kendaraan bermotor. Dinas-dinas maupun instansi tersebut adalah:

1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

2. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data dari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa Peraturan Perundang-Undangan, meliputi Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-UndangNo. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup,Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04 Tahun 2009 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi (Current Production), dan Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 108 Tahun 2011


(47)

Tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

2) Bahan Hukum Sekunder

Untuk memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku ilmu pengetahuan hukum, buku-buku yang berkaitan dengan hukum lingkungan (khususnya yang berkaitan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor).

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk membantu dalam proses penelitian, maka peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

b. Studi lapangan

Studi lapangan yang dimaksud adalah data primer yang didapat dengan cara membuat daftar pertanyaan yang dipersiapkan terlebih dahulu berupa pokok-pokoknya saja yang dikembangkan pada saat wawancara berlangsung. Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah jenis wawancara dimana pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang diteliti, dan selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung, pewawancara mengikuti


(48)

suasana interviewer tanpa kehilangan fokus/menyimpang dari topik yang menjadi fokus pembicaraan.

3.3.2 Teknik Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dengan cara :

a. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan Data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasan dan kebenaran jawaban.

c. Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar memudahkan dalam mendeskripsikannya.

d. Penyusunan Data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.4 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.


(49)

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

1. Pengendalian emisi gas buang di Kota Bandar Lampungdilakukan dalam bentuk represif dan preventif. Pengendalian preventif dilakukan melalui Program Langit Biru, Ruang Terbuka Hijau, Pengujian Kendaraan Bermotor, dan Angkutan Umum Berorientasi Transit. Pengendalian represif dilakukan dengan pemeriksaan secara acak kendaraan di empat ruas jalan padat di Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh tiga instansi pemerintah yaitu Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, BPPLH, dan Polresta.

Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung baik secara preventif maupun represif masih lemah..Penegakkan hukumterhadap pelaku pelanggaran ketentuan baku udara ambien masih sulit ditegakkan sehingga Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor masih sangat lemah.

2. Beberapa faktor penghambat dalam Pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung adalah:


(50)

49 a) Kurangnya Sosialisasi Mengenai Emisi Gas Buang

b) Kurangnya Sarana dan Fasilitas Pendukung Pengujian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

c) Tidak Adanya Tindak Lanjut Dalam Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

1.2. Saran

1. Untuk mengatasi faktor penghambat yang paling utama adalah pemerintah harus mulai mengadakan sosialisasi mengenai semua hal mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor. Masyarakat sebagai pemilik kendaraan adalah subjek yang paling utama dalam penegakkan hukum mengenai emsi gas buang kendaraan bermotor, sehingga sosialisasi mengenai pemahaman akan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, kewajiban mengenai pengujian kendaraan bermotor secara berkala dan teratur, dan hal-hal lain yang terkait dengan emisi gas buang kedaraan bermotor mulai disosialisasikan secara aktif dan berkelanjutan oleh pemerintah agar kesadaran akan kebersihan udara dan kondisi kendaraan menjadi kesadaran masyarakat yang diikuti semakin mudahnya instansi dan lembaga dalam melakukan tugasnya untuk mengawasi semua hal terkait emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung.

2. Dalam melakukan fungsi yang telah diberikan undang-undang, instansi dan lembaga memerlukan sarana dan fasilitas yang mendukung dan memadai untuk berjalannya kegiatan tersebut. Dalam pengendalian emisi gas buang


(51)

50 kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung, instansi dan lembaga yang berwenang melakukan pPengendalian tidak memiliki sarana dan fasilitas mendukung. Pemerintah harus terus memantau perkembangan alat-alat dan sarana penunjang Pengendalian tersebut. Selain daripada memantau, pemerintah harus terus meremajakan alat yang digunakan, mengganti alat-alat yang rusak, dan menyediakan alat-alat-alat-alat tambahan atau sarana lain yang diperlukan untuk melakukan pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung. Hal ini dimaksudkan agar kendala dan masalah yang terjadi dapat diminimalisir dan pelaksanaan pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor dapat berjalan dengan baik.

3. Sebuah tindak lanjut berupa pemberian sanksi menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan pengendalian emisi gas buang sebagaimana yang telah diberikan undang-undang. Pengendalian yang diikuti tindak lanjut berupa penegakkan hukum yang berjalan dengan baik, tegas, dan tidak memihak menjadi sebuah hal yang mutlak diperlukan dalam mewujudkan suatu masyarakat yang patuh terhadap hukum dalam pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor, penegakkan hukum harus lebih dipertegas oleh pihak yang berwenang. Sanksi yang dikenakan dimaksudkan agar menimbulkan efek jera kepada pelaku penggaran ketentuan aturan perundang-undangan sehingga diharapkan untuk waktu kedepan pelanggaran tersebut tidak akan terjadi lagi.

Selain dari sanksi yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, ada baiknya pemerintah Kota Bandar Lampung memberikan sanksi dalam bentuk lain seperti bagi pemilik kendaraan yang tidak lulus uji emisi gas buang, maka


(52)

51 pemilik kendaraan tidak diperbolehkan membayar pajak kendaraan. Sanksi ini diikuti oleh diberikannya sebuah sertifikat atau surat yang menyatakan kendaraan tidak lulus uji emisi gas buang. Hal ini merupakan tindak lanjut dalam sebuah Pengendalian emisi gas buang dengan maksud agar pemilik kendaraan dapat merawat kendaraan sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.Dengan sanksi yang diterapkan kepada pelanggar aturan oleh pihak yang berwenang, maka pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor akan berjalan dengan baik dan efektif.


(53)

52

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku:

Akib Muhammad, 2008,Hukum Lingkungan “Kebijakan dan Pengaturan Hukum Global dan Nasional”, Lembaga Penelitian Universitas Lampung, Lampung,

Anton Tabah, 1994,Polri Dan Penegak Hukum Di Indonesia, Artikel UNISIA No. 22 Tahun XVI, Triwulan II,

BPHN,1997,Seminar Segi-segi Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bina Cipta, Bandung,

Dahlan Thaib, 1999,Kedaulatan Rakyat Negara Hukum dan Konstitusi, Liberty, Yogyakarta,

Handayaningrat, Soearno, 2000,Pengantar Ilmu Administrasi dan manajemen, CV Haji Masagung, Jakarta,

J.E. Goldtorpe, 2005,The Sociology Of The Tried, Disparity And

Involvement, Cambridge: Cambridge University Press, 1975, Hal. 218, Dalam Buku : Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Ketiga, 1987,

Kusnoputranto, H. 1995, Taksikologi lingkungan. UI Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan lingkungan. Jakarta,

Siagian, P. Sondang, 2001, Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, Rineka Cipta, Jakarta,

Siagian P. Sondang, 1996,Filsafat Administrasi, PT Toko Gunung Agung, Jakarta

Suparto Wijoyo, 2004,Hukum Lingkungan: “Mengenal Instrumen Hukum Pengendalian Pencemaran Udara Di Indonesia”, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya.

Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, 2005,Pengantar Manajemen, EdisiPertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.


(54)

53 Husaini Usman, 2008,Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Edisi

Kedua,Bumi Aksara, Jakarta.

T. Hani Handoko, 1999,Manajemen, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara,

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04 tahun 2009 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2006 Tentang

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141 tahun 2003 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi (Current Production), Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 108 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Sumber-sumber lain:

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997. Balai Pustaka. Jakarta

http://www.bps.go.id http://www.lampost.com


(55)

PENGENDALIAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI Oleh

RESKY PRADHANA ROMLI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(56)

PENGENDALIAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

OLEH

RESKY PRADHANA ROMLI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(57)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN SAN WACANA DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK DAFTAR TABEL

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian... 16

1.2.1 Permasalahan... 16

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian... 16

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 17

1.3.1 Penelitian... 17

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 17

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengendalian... 19

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian ... 19

2.1.2 Asas dan Prinsip Pengendalian... 23

2.1.3 Jenis-Jenis Pengendalian ... 26

2.1.4 Pengendalian Pencemaran Udara ... 30

2.2 Kendaraan Bermotor... 33

2.3 Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor... 36


(58)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah ... 44

3.2 Sumber Data... 44

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 46

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data... 46

3.3.2 Teknik Pengolahan Data ... 47

3.4 Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota BandarLampung ... 48

4.2 Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung ... 54

4.2.1 Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung SecaraPreventif... 54

4.2.1.1 Proram Langit Biru ... 54

4.2.1.2 Ruang Terbuka Hijau ... 56

4.2.1.3 Pengujian Kendaraan Bermotor ... 60

4.2.1.4 Angkutan Umum Berorientasi Transit ... 73

4.2.2 PengendalianEmisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung Secara Represif ... 78

4.3 Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Bandar Lampung ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA... 95


(59)

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

Halaman

1. Hubungan Jumlah Kendaraan Dengan Emisi Gas Buang... 4

2. Perkembangan Jumlah Kendaraan di Indonesia ... 5

3. Penurunan Kualitas Udara Akibat Pertambahan Kendaraan Bermotor ... 6

4. Jumlah KendaraanBermotor di Kota Bandar Lampung... 7

5. Jumlah Kendaraan Yang Melalui PengujianKendaraan Bermotor Pada Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 13

6. Hasil Pengujian Kualitas Udara ... 15

7. Proses Pengendalian... 21

8. Tahap dalam Proses Pengendalian ... 26

9. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Besarnya Beban Pencemar ... 35

10. Angkutan Umum Barang dan Penumpang di B.Lampung ... 53

11. Siklus Pengendalian ... 66

12. Hasil UjiEmisi (Spotcheck) Tahun 2011 di Kota Bandar Lampung Berdasarkan BahanBakar ... 80


(60)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung... 7 2. Standar Baku UdaraAmbeien... 11 3. Dampak Kesehatan Akibat Emisi Gas Buang... 39 4. Rincian Jumlah Kendaraan di Kota Bandar Lampung Tahun 2011 49 5. Hasil Pemantauan Kualitas Bensin dan Solar di Indonesia ... 50 6. Pelayanan Lalu Lintas di Beberapa Kota di Indonesia ... 52 7. Ambang Batas Emisi Gas BuangKendaraan Lama

JenisKendaraan Bermotor Katagori L... 63 8. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Lama

JenisKendaraan Bermotor Katagori M, N, dan O ... 63

9. Jumlah Kendaraan yang diuji Tahun 2011... 69 10. Jumlah Kendaraan yang diuji dalamKegiatan

Uji Emisi Gas Buang... 79 11. Rincian dari Rusaknya Peralatan Pengujian Kendaraan Bermotor


(61)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Muhammad Akib, S.H, M.Hum ……….

Penguji Utama : Upik Hamidah, S.H, M.H ……….

Sekertaris/Anggota : Sri Sulastuti, S.H.,M.H ……….

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S.

NIP 19621109 198703 1 003


(1)

2. Ketua jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, Ibu Nurmayani, S.H., M.H., sebagai bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran, bimbingan dan petunjuk serta nasihat selama penyusunan skripsi ini.

3. Pembimbing pertama Bapak Dr. Muhammad Akib., S.H., M.H dimana berkat bimbingan beliaulah skripsi ini sampai tahap penyelesaian. Terima kasih atas ilmu yang telah tersalurkan.

4. Pembimbing kedua Ibu Sri Sulastuti, S.H, M.H. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran, arahan, serta bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Pembahas pertama Ibu Upik Hamidah, S.H, M.H., sekaligus sebagai sekretaris jurusan bagian Hukum Administrasi Negara, saya berterima kasih atas izin yang diberikan untuk mengangkat penelitian ini, dan atas segala pengarahan, saran dan masukan yang telah diberikan selama dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Pembahas kedua Ibu Eka Deviani, S.H, M.H., terima kasih atas segala pengarahan, saran dan motivasinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Pembimbing Akademik Ibu Siti Nurhasanah, S.H, M.H., saya berterima kasih

atas segala bantuan selama menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Guru Besar bagian Hukum Perdata Ekonomi, Bapak Prof. Dr. I Gede AB Wiranata., S.H., M.H, terima kasih atas penghargaan dan kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk berkarya. Tidak ada balasan yag pantas peneliti lakukan selain membangun Indonesia menjadi lebih baik.


(2)

9. Seluruh dosen, Staf Pengajar dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan pemikiran, ilmu pengetahuan, interpretasi lain dalam melihat dadu, kesempatan, dan segala bentuk lainnya. Terima Kasih.

10. Ayahanda terbaik, pahlawan sesungguhnya, Agus Romli., S.H, eki sadar ini tidak akan pernah bisa melunasi segala bentuk kasih sayang dan pengorbanan yang engkau berikan, eki bakal terus berjuang untuk menjadi anak yang membanggakan. Terimakasih atas do’a dan segala ilmu kehidupan yang telah ayah berikan. Semoga Allah SWT membalas tiap tetesan keringat, segala bentuk perhatian dan kasih sayang yang melimpah dengan sebaik-baik balasan berupa ridho dan kasih sayang Allah SWT.

11. Ibunda terkasih, Ibu terbaik, malaikat tanpa sayap, Ety Emmayati, tanpa doa, kasih sayang, dorongan darimu, eki sadar eki tidak ada daya upaya yang mampu eki lakukan, terima kasih tak terhingga untuk mama atas semua dorongan, semangat, doa, kasih sayang tak terbatasnya. Tak ada hal yang mampu eki lakukan untuk membayar lunas semua itu.

12. Adikku tercinta, Regina Prananda R, terima kasih atas motivasinya dan doa selama ini, maaf selalu buat kamu berkorban, aa bakal bayar lunas semua itu. Aa bakal terus mencoba menjadi kakak yang baik dan lebih baik lagi. Semoga Allah SWT memberimu jembatan terkuat sebagai jalan mencapai akhir impianmu kelak.

13. Pendamping terbaik, partner tersetia, Ruth Yunita G. Terimakasih atas kasih sayang tiada jenuh, motivasi tiada henti, guratan kesabaran, karakter yang khas, usaha yang sepanjang waktu mendorong peenulis untuk bisa terus


(3)

menjadi lebih baik, dan pengertian tidak terbatas. Dalam setiap kalimat, “kerjain skripsinya”, dan ”harus cepet lulus”, adalah stimulus terindah untuk mengawali, memperbaiki, dan menyelesaikan karya ini. Terima Kasih atas pendampingan tiada lelah selama ini. God must be smiling when He was creating you and sent you to be at my side, limitless thanks to you dear.

14. Teman satu pembimbing akademik, Rendy Adithia, sahabat tersetia selama peneliti menjalani kehidupan di kampus. Kata terima kasih tidak akan cukup untuk membalas jasa sepanjang karir penulis menjadi mahasiswa. Semoga impianmu menjadi musisi internasional yang membawa nama Indonesia tidak lagi sebatas utopia. Salam terima kasih tak terbatas untuk kuda merah dimana tugasnya mendampingi penulis telah usai.

15. Teman-teman Backpaker yang selalu bisa menghadirkan tawa, candaan, kenangan yang akan penulis ingat selalu, Resta, Titan, Gegek, Nces, Wanda, mari kita lanjutkan perjalanan kita dengan penuh semangat, harapan, serta penuh moment abadi di waktu yang akan datang. Untuk Friskah Frindira, semoga kita memiliki kesempatan untuk bisa erasakan backpaker bersama di kemudian hari nanti. Pastikan ikatan keluarga kita tidak akan pernah terputus. 16. Teman yang menganjurkan agar judul ini diangkat dalam suatu penelitian,

partner menjalani kehidupan di ibukota negara Indonesia, A Rivan Utama. Pengalaman Backpaker untuk pertama kalinya, bergabung dalam keluarga besar Kementrian Luar Negeri selama 40 hari, dan semangat menembus masa depan akan selalu diingat. Semoga apa yang engkau Impikan dapat datang dalam hidupmu kelak.


(4)

17. Teman inspirasi, Alan Rahmadi, terimakasih atas motivasi dan membuat sadar bakat apa yang dimiliki penulis untuk menyambung jembatan masa depan. Dunia penulis akan menjadi jembatanmu untuk menggapai impian.

18. Teman seperjuangan perwakilan Sumatera ke nasional di event School of Diplomacy at University of Indonesia, Andhika Prayoga dan Ade Tiffany Pasha, terima kasih atas pengalaman indah dan menegangkan selama lima hari di Depok. Semoga ke depan kita bisa bertemu dengan mewakili Indonesia di Internasional. Amin.

19. Teman-teman SMA yang selalu memberikan semangat tiada henti secara langsung maupun tidak langsung, punggung yang selalu ada di depan, Ignasius Ryan Hasim, Erwin dan Dani, sahabat penuh perjuangan menggapai kampus impian, Jonathan Pardede, sahabat telama Risky Desfourandra, Muhammad Dedy Setiawan, sahabat dengan bakat yang sangat besar Muhammad Fadli, Citra Lisa Mentari, Winda Juliana.

20. Keluarga baru yang selalu dengan kerelaan dan kehangatan menerima, memberi semangat, dan diskusi pintar tiada henti, Keluarga Kampus Hijau Resident, Galuh, Suntan, Fadil, terima kasih atas canda tawa dan perdebatan indahnya. Semoga jalur impian yang telah dimulai dapat selesai di ujung cahaya terowongan perjuangan.

21. Keluarga selama 40 hari KKN, Alan, Verdy, Sujana, Nina, Nurul, Waldy, Susan, Martha, Induk Semang, Dosen Pembimbing Lapangan, Kru Pengajar Indonesia Mengajar bagian Tulang Bawang Barat, Kak Daniel Chrisendo, Kak Amel, terima kasih atas pengalaman baru dan kerjasamanya untuk bertahan


(5)

dan tetap profesional, sungguh pengalaman yang akan membuat senyum di kemudian hari.

22. Keluarga besar Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Divisi Eropa Barat, Pak Boyke, terima kasih atas kesempatan bergabung di Kementrian Luar Negeri, sebuah pengalaman tidak terlupakan. Pak Agung, Pak Fajar, Kak Marlen, Kak Amel, Kak Sasi, Kak Ayi, Kak Ditha, Kak Victor, Kak Edwin, Kak Fery, dan partner tersetia Mbun, Titan, Gegek, dan Rivan, juga semua pihak dari keluarga Kementrian Luar Negeri Divisi Eropa Barat, bimbingan, motivasi, semangat tak pernah lelah dari kalian akan terus diingat. Terima Kasih semuanya.

23. Teman-teman Fakultas Hukum 2009 dan HIMA HAN FH 2009, Keluarga besar FOSSI 2009, Keluarga besar PSBH 2009-2010 tersayang, terima kasih atas segala royalitas, loyalitas, kesederhanaan, kesetiakawanan, kepercayaan kepada peneliti untuk bekerjasama dalam segala urusan akademik, juga segala bentuk keakraban dan bantuan yang pernah diberikan kepada peneliti. Terimakasih atas segala kerjasama dan bantuannya selama menjalani masa perkuliahan.

24. Beberapa orang yang hadir dalam kehidupan peneliti di Kampus Unila yang mengajarkan akan iri hati, munafik, kebencian, jiwa kompetitif yang sangat berlebihan, dan sisi gelap lainnya, saya ucapkan terima kasih karena telah menyadarkan peneliti, bahwa kehidupan sangat keras, penuh pilihan, juga tidak selurus dan selancar yang dibayangkan.

25. Almamater tercinta Universitas Lampung, terima kasih atas segala fasilitas yang telah peneliti terima, baik itu penghargaan, materi, maupun


(6)

bentuk-bentun negatif sekalipun. Walaupun pada awalnya, Universitas Lampung tidak menjadi salah satu impian civitas akademik peneliti, namun Tuhan punya rencana lain untuk menaruh peneliti pada Universitas Lampung sebagai jembatan meraih impian. Peneliti pada akhirnya mencintai almamater ini sepenuh hati. Terima kasih Universitas Lampung.

26. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan menyumbangkan pemikirannya, semangat, motivasi, doa, dan materi dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga apa yang telah kalian berikan akan kembali lebih baik kepada kalian suatu hari nanti dengan penuh harapan dan impan yang menjadi kenyataan. Peneliti tidak pernah bisa mencapai titik ini tanpa kalian semua. Terima kasih untuk semuanya.

Sesungguhnya Jalan Kesuksesan akan dimulai ketika kita berfikir tentangnya. Dream, Believe, and Make it Happen! Agnes Monica. Semoga Allah SWT bisa membalas dengan kasih-Nya yang seluas Langit dan Bumi. Amin

Bandar Lampung, Februari 2013

Penulis