8 perubahan yang dianggap tidak mengakomodasi kepentingannya atau memberikan
perlindungan . Dalam tahap negosiasi rancangan kontrak bisni sering kali membutuhkan waktu yang cukup panjang sampai pada akhirnya rancangan siap untuk ditandatangani
oleh pihak-pihak terkait. In house consel tentunya akan berusaha untuk mengakomodasi kepentingan para kliennya dan melindunginya dari kemungkinan-kemungkinan masalah
yang timbul klausula-klausula antisipatif yang akan dicerminkan dalam pengaturan klausula-klausula kontrak bisnis.
II.2.2.4. Tahap Penandatanganan Rancangan Kontrak Bisnis
Segera setelah tahap negosiasi selesai maka para pihak akan menandatangani rancangan kontrak bisnis. Peran in house counsel disini walaupun tidak terlalu dominan namun ia
tetap mempunyai peran. Perannya antara lain adalah meneliti apakah pihak-pihak yang menandatangani merupakan pihak-pihak yang memang secara hukumdiperbolehkan
menandatangani kontrak. Misalnya pihak tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Apabila pihak yang menandatangani adalah suatu
perseroan terbatas selanjutnya disingkat PT, apakah orang yang menandatangani memang memiliki kemampuan untuk itu, apakah surat kuasa apabila diperlukan sudah
ada, apakah pihak yang menandatangani harus memperoleh persetujuan dari komisaris atau rapat umum pemegang saham dapat dilihat dalam anggaran dasar PT yang
bersangkutan. Selanjutnya in house counsel harus memastikan bahwa penandatanganan rancangan kontrak bisnis yang dilakukan di Indonesia harus dibubuhkan materai
secukupnya.
II.2.2.5. Tahap Pelaksanaan Kontrak Bisnis
Dalam tahap pelaksanaan kontrak bisnis dapat dikatakan bahwa peran in house in counsel sangat pasif. Ia akan mempunyai peran apabila dimintakan opleh atasannya, spoerti
misalnya dimintakan nasehat sehubungan dengan pelaksanaan dari pasal tertentu. Atau ada mungkin ada suatu transaksi lain yang berkaitan dengan kontrak bisnis yang telah
ditandatangani dimana atasan menginginkan kepastian bahwa instansi tidak melanggar ketentuan dari kontrak bisnis yang ditandatangani.
9
II.2.2.6 Tahap Sengketa Kontrak Bisnis
Tahap berikutnya adalah tahap sengketa, yaitu tahap dimana mungkin dalam pelaksanaan kontrak bisnis para pihak tidak memenuhi salah satu kewajibannya. Dalam hal yang
demikian maka peran in house in counsel akan menjadi dominan kembali. Ia harus menentukan dalam tahap awal apakah memang betul telah terjadi peristowa cedera janji
sebagaimana diatur dalam kontrak yang dilakukan dan karenanya dapat menuntut ganti rugi. Apabila memang ada peristiwa cidera janji maka dilakukan penyelesaian sengketa
secara musyawarah untuk mufakat, yang pada umumnya diatur dalam salah satu klausula dalam kontrak bisnis. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat ditempuh
maka diambil jalan untuk menyelasaikan sengketa melalui badan peradilan, apakah melalui forum pengadilan atau arbitrase sebagaimana ditentukan dalam kontrak bisnis.
Seorang in house counsel umumnya tidak memiliki izin untuk beracara dan karenanya untuk pembelaan instansinya di forum pengadilan perlu untuk menyewa jasa pengacara.
Adapun adalam tahapan dimana pelanggaran terhadap kontrak bisnis terjadi maka in house counsel akan berperan sebatas membantu pengacara dalam usaha pengacara
tersebut memahami betul isi kontrak bisnis yang ada.
10
ANATOMI KONTRAK BISNIS III.1 Bagian Bagian Utama Sebuah Kontrak Bisnis
Kontrak Bisnis seperti halnya sebuah tulisan maka dapat diidentifikasi tiga bagian utama, yaitu bagian pendahuluan, isi dan penutup. Berikut akan dijelaskan satu persatu bagian
tersebut.
III.2 Bagian Pendahuluan
Dalam bagian pendahuluan dibagi menjadi beberapa sub-bagian sebagai berikut :
III.2.1 Sub bagian Pembuka
Dalam sub bagian ini dimuat dua hal sebagai berikut : a.
Sebutan atau nama kontrak dan penyebutan selanjutnya penyingkatan yang akan dilakukan.
b. Tanggal dari kontrak yang dibuat dan ditandatangani.
c. Tempat dibuat dan ditandatangani kontrak catatan : tidak selalu harus ada
III.2.2 Sub Bagian Pencatuman Identitas Para Pihak
Dalam Sub bagian ini identitas para pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak dan siapa-siapa yang akan menandatangani kontrak catatan : tidak semua pihak yang terikat
dapat menandatangani kontrak, maka harus dilakukan oleh “orang” yang mempunyai otoritas atau kuasanya dicantumkan. Hal-hal sebagai berikut terkadang perlu untuk
diperhatikan : a.
Dalam penyebutan para pihak maka harus disebutkan secara jelas. b.
Orang yang menandatangani harus disebutkan kapasitasnya sebagai apa. c.
Dalam sub bagian ini sering kali dilakukan pendefenisian pihak –pihak yang terlibat dalam kontrak.
III.2.3 Sub Bagian Penjelasan
11 Pada sub bagian ini diberikan penjelasan mengapa para pihak mengadakan kontrak
sering disebut sebagai premis, witnesseth, whereby, recitals, menerangkan terlebih dahulu dan lain-lain
III.3 Bagian Isi
Dalam bagian isi terdapat empat hal yang mendapat pengaturan, yaitu :
III.3.1 Klausula Defenisi
Dalam klausula defenisi biasanya dicantumkan berbagai defenisi untuk keperluan kontrak. Defenisi ini hanya berlakuk pada kontrak tersebut dan dapat mempunyai arti dari
pengertian umum. Klausula defenisi penting dalam rangka lebih mengefisiensikan klausula-klausula selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan.
Selain defenisi biasanya juga diatur tentang status judul dari tiap-tiap pasal. Dan apakah kata singular akan sama dengan plural dan demikian juga sebaliknya.
III.3.2 Klausula Transaksi
Adapun yang dimaksud dengan klausula transaksi adalah klausula-klausula yang berisi tentang transaksi yang akan dilakukan. Misalnya dalam jual beli asset maka harus diatur
tentang obyek yang akan dibeli dan pembayaran. Demikian pula dengan suatu kontrak usaha patungan maka perlu diatur tentang kesepakatan para pihak dalam kontrak untuk
mendirikan suatu perseroan terbatas dengan komposisi pemilikan saham tertentu. Demikian pula dalam kontrak yang mengatur perjanjian penjaminan emisi bidang pasar
modal maka dibuat klausula-klausula yang berisi tentang kesediaan perusahaan penjamin emisi untuk menjamin pelaksanaan emisi saham oleh emiten perseroan
terbatas yang hendak menjual sahamnya melalui bursa efek. Demikian pula dalam kontrak pinjam meminjam maka harus terdapat klausula yang mengatur tentang
kesediaan kreditur meminjamkan uangnya kepada debitur dan kesediaan debitur untuk mendapatkan pinjaman kreditur.
12 Jumlah pasal untuk mengatur klausula transaksi berbeda-beda dan ini sangat
digantungkan pada kebutuhan. Dalam suatu kontrak bisnis ada yang hanya diatur dalam beberapa pasal. Namun dalam kontrak bisnis yang lain maka pengaturan dari klausula
transaksi tidak cukup dalam beberapa pasal melainkan, terkadang, lebih dari lima pasal.
III.3.3 Klausula Spesifik
Klausula spesifik mengatur hal-hal yang spesifik dalam suatu transaksi. Artinya klausula tersebut tidak terdapat dalam kontrak dengan transaksi yang berbeda.
III.3.4 Klausula Ketentuan Umum
Adapun yang dimaksud dengan pengaturan klasula ketentuan umum adalah klausula yang sering kali dijumpai dalam berbagai kontrak bisnis. Klausula ini antara lain mengatur
tentang domisili hokum, penyelesaian sengketa, pilihan hokum, pemberitahuan, keseluruhan dari perjanjian dan banyak lagi akan diterangkan dalam contoh-contoh
klausula. Dalam beberapa kontrak bisnis, klausula lain-lain terkadang hanya diatur dalam beberapa pasal dan seringkali dimasukkan dalam ayat-ayat. Namun dalam kontrak
bisnis lain seringkalidiatur dalam banyak pasal.
III. 4 Bagian Penutup