nn

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF INFLUENCE ON DECISION QUALITY PRODUCTS FOR PURCHASE SONY ERICSSON PHONE

(STUDY OF PERCEPTION STUDY OF ITS STUDENTS OF UNIVERSITY FACULTY OF ECONOMICS)

By

Yonas Ardiyanto

Sony Ericsson (full name: Sony Ericsson Mobile Communications AB) is a manufacturer of mobile phone company which is a combined result of two major companies in two different areas: the Japanese company, Sony (electronics) and the Swedish company, Ericsson (telecommunications provider).

Problems faced by the company is the market share obtained by Sony Ericsson is still far away compared to Nokia which is the market leader. Saturation of the product to be one important factor that caused the failure of Sony Ericsson to become the market leader. As a follower of the mobile phone industry, Sony Ericsson is always trying to strengthen its position by always providing the best for their users or customers, so that Sony Ericsson is expected to improve product quality and to understand consumer perceptions of quality from all circles, including college students. Therefore, the problems in the analysis in this paper is whether the quality of the Sony Ericsson product influence the purchase decisions of students of Faculty of Economics, University of Lampung?


(2)

Yonas Ardiyanto

The purpose of this study was to determine the effect the quality of the Sony Ericsson product to decision of purchasing the students of Faculty of Economics, University of Lampung. In this study, the variables in the analysis is the perception of quality that includes seven dimensions namely, performance, service, durability, reliability, product characteristics, compliance with specifications, and results.

Research hypothesis is that there is influence between product quality and purchase decisions. The result was known through the product moment correlation and coefficient of determination, it is known that the seven dimensions of perceived quality of products (performance, reliability, service, reliability, product characteristics, compliance with specifications, results) as a whole has a positive influence on purchase decisions Sony Ericsson in Student Faculty of Economics, University of Lampung, with the value of 32.49%. Hypothesis test using t test and obtain the result t count> t table with a value of 6.6> 1.658. Sony Ericsson to the Company are advised to maintain product performance, easy to use cell phone or operated by any person. This needs to be done because the valuation of the elements of product quality perceptions, it turns out assessment of the indicators are obtaining the best value in the eyes of consumers student in the Faculty of Economics, University of Lampung.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PONSEL SONY ERICSSON

(STUDI KAJIAN PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG)

Oleh Yonas Ardiyanto

Sony Ericsson (nama lengkap: Sony Ericsson Mobile Communications AB) adalah perusahaan pembuat telepon genggam yang merupakan perusahaan hasil gabungan dari dua perusahaan besar dalam dua bidang yang berbeda: perusahaan Jepang, Sony (elektronik) dan perusahaan Swedia, Ericsson (telekomunikasi selular).

Masalah yang dihadapi perusahaan adalah pangsa pasar yang diperoleh Sony Ericsson masih jauh dibanding Nokia yang merupakan pemimpin pasar. Kejenuhan terhadap produk menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan kegagalan Sony Ericsson untuk menjadi pemimpin pangsa pasar. Sebagai follower dari industri mobile phone, Sony Ericsson selalu berusaha untuk memantapkan posisinya dengan selalu memberikan yang terbaik bagi penggunanya atau pelanggannya, sehingga Sony Ericsson dituntut untuk meningkatkan kualitas produk dan memahami persepsi kualitas konsumen dari semua kalangan, termasuk mahasiswa. Oleh karena itu, permasalahan yang di analisis dalam penulisan ini adalah apakah kualitas produk ponsel Sony Ericsson berpengaruh terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas produk ponsel Sony Ericsson terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.


(4)

Pada penelitian ini, variabel yang di analisis adalah pesepsi kualitas yang meliputi tujuh dimensi yaitu, kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk, kesesuaian dengan spesifikasi, dan hasil.

Hipotesis dalam penelitian adalah terdapat pengaruh antara kualitas produk dan keputusan pembelian. Hasil itu diketahui melalui korelasi product moment dan koefisien determinasi (KD), diketahui bahwa ketujuh dimensi persepsi kualitas produk (kinerja, ketahanan, pelayanan, keandalan, karakteristik produk, kesesuaian dengan spesifikasi, hasil) secara keseluruhan memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dengan nilai 32,49%. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dan memperoleh hasil t hitung > t tabel dengan nilai 6,6 > 1,658.

Kepada Perusahaan ponsel Sony Ericsson disarankan untuk mempertahankan kinerja produk ponselnya yang mudah digunakan atau dioperasikan oleh setiap orang. Hal ini perlu dilakukan karena dari penilaian terhadap elemen-elemen persepsi kualitas produk, ternyata penilaian terhadap indikator tersebut memperoleh nilai yang paling baik di mata konsumen mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Teknologi informasi dan komunikasi memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Pencapaian tujuan dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia akan lebih mudah terealisasi apabila informasi yang dibutuhkan dapat diterima dengan lebih cepat serta komunikasi dapat dilakukan dengan lebih baik. Teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah berkembang pesat seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia dan penemuan teknologi baru. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi meliputi perkembangan teknologi internet, email, teleconference, dan sebagainya.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini tentunya menciptakan peluang yang besar bagi perusahaan dan industri yang bergerak di bidang telekomunikasi dan alat-alat telekomunikasi, termasuk ponsel atau hand phone. Ponsel yang dahulu termasuk dalam kategori barang mewah dan hanya bisa dimiliki oleh kalangan tertentu telah mengalami perubahan dan menjadi kebutuhan pokok dan dapat dimiliki oleh semua kalangan termasuk mahasiswa.

Ponsel tidak hanya dapat berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menelpon atau mengirim pesan saja. Fungsi ponsel telah berkembang sebagai sarana penunjang pekerjaan dan dapat pula digunakan sebagai sarana hiburan. Sebagai sarana penunjang pekerjaan ponsel dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas, melakukan presentasi, melakukan browsing atau pencarian data, dan lain-lain. Sedangkan sebagai sarana hiburan selain dapat digunakan untuk bermain game ponsel juga dapat digunakan untuk mendengarkan musik, multimedia pengambilan gambar, perekam video, dan sebagainya.


(6)

Melihat pada kebutuhan manusia yang meningkat akan produk ponsel ini, mengakibatkan pada peningkatan jumlah penjualan ponsel di Indonesia. Hal ini ditunjukan pada Tabel 1. berikut ini:

Tabel 1. Perkembangan Penjualan Ponsel di Indonesia Tahun 2004-2008 Tahun Penjualan Ponsel (unit) Perubahan (%)

2004 2.637.318 30%

2005 3.527.467 33%

2006 5.074.375 31%

2007 6.748.918 33%

2008 8.031.213 34%

Sumber: www.gartner.com yang dikutip oleh Judika Simanjuntak (2008:4)

Berdasarkan Tabel 1, penjualan ponsel dari tahun 2003 hingga 2007 enaglami peningkatan rata-rata hingga 32% . Adapun data penjualan ponsel di atas adalah penjualan dari berbagai merek ponsel yang beredar di Indonesia seperti, Nokia, Motorola, Samsung, Siemen, serta Sony Ericsson itu sendiri.

Untuk memperjelas penjualan jenis-jenis ponsel tersebut, dibawah ini disajikan data penjualan dan pangsa pasar berbagai jenis ponsel yg beredar di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008.

Tabel 2. Pangsa Pasar Produk Ponsel di Indonesia Tahun 2004-2008

Produsen

2004 2005 2006 2007 2008

Penjualan (Unit) Pangsa Pasar (%) Penjualan (Unit) Pangsa Pasar (%) Penjualan (Unit) Pangsa Pasar (%) Penjualan (Unit) Pangsa Pasar (%) Penjualan (Unit) Pangsa Pasar (%) Nokia 1.321.296 50,1 1.911.887 54,2 2.709.716 53,4 3.590.424 53,2 4.320.792 53,8 Samsung 321.753 12,2 342.164 9,7 476.991 9,4 688.390 10,2 787.059 9,8


(7)

Siemens 337.577 12,8 324.527 9,2 436.396 8,6 323.948 4,8 361.405 4,5 Motorola 245.271 9,3 289.253 8,2 487.140 9,6 661.394 9,8 682.653 8,5 Sony

Ericsson

274.281 10,4 462.098 13,1 730.710 14,4 1.032.584 15,3 1.276.963 15,9

Merek lainnya

137.140 5,2 197.538 5,6 233.422 4,6 452.178 6,7 602.341 7,5

Total 2.637.318 100% 3.527.467 100% 5.074.375 100% 6.748.918 100% 8.031.213 100% Sumber: www.gartner.com yang dikutip oleh Judika Simanjuntak (2008:4)

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan perbandingan volume penjualan ponsel serta pangsa pasar dari berbagai merek ponsel yang ada di Indonesia. Jumlah penjualan dan pangsa pasar ponsel Sony Ericsson dari tahun 2004 hingga 2008 selalu mengalami peningkatan meskipun dari segi jumah penjualan bila dibandingkan dengan merek ponsel lainnya berada di bawah Nokia, Samsung, Siemen dan Motorola. Peta persaingan yang mengejutkan, Sony Ericsson cukup jauh dalam perolehan pangsa pasar dibanding Nokia, namun Sony Ericsson masih memiliki persaingan yang cukup sengit dengan kompetitor dibawahnya.

Sony Ericsson (nama lengkap: Sony Ericsson Mobile Communications AB) adalah perusahaan pembuat telepon genggam yang merupakan perusahaan yang didirikan pada 3 Oktober 2001 hasil gabungan dari dua perusahaan besar dalam dua bidang yang berbeda: perusahaan Jepang, Sony (elektronik) dan perusahaan Swedia, Ericsson (telekomunikasi selular).

Perusahaan induk mereka berada di Hammersmith, London, Inggris dan juga memiliki tim riset dan pengembangan di Swedia, Jepang, Cina, Jerman, Amerika Serikat, India, Pakistan dan Inggris.

Latar belakang terbentuknya adalah ketika Ericsson memutuskan untuk membuat chips ponsel mereka pada satu sumber, Philips Facility di New Mexico. Bulan Maret 2000,


(8)

kebakaran pada pabrik Philips telah mencemari fasilitas yang steril. Keadaan tersebut membuat produksi ponsel Ericsson dan Nokia (yang juga merupakan konsumen dari fasilitas tersebut) menjadi tertunda.Ketika menjadi jelas bahwa produksi akan benar-benar terpaksa dikompromikan untuk beberapa bulan, Ericsson telah dihadapi masalah serius.Masalah Nokia tidak terlalu serius karena telah membangun sumber alternatif produksi chip mereka.Tetapi, Ericsson posisinya jauh lebih buruk karena kedua perusahaan ini tengah memproduksi ponsel baru dengan tanggal peluncuran yang semakin dekat.Jelas, akibat kebakaran tersebut, Ericsson menderita kerugian yang sangat besar. Ketidakmampuan Ericsson dalam memproduksi ponsel murah seperti punya Nokia turut memperparah keadaan ini.Untuk mengurangi kerugian, Ericsson berfikir untuk merger dengan perusahaan asia yang dapat menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk produksi handset.

Sony adalah pemain yang marginal di pasar ponsel di seluruh dunia dengan persentase penjualan kurang dari 1 persen pada tahun 2000, yang juga mengalami kerugian pada kawasan ini tetapi juga ingin lebih fokus pada pasar dunia. Pada bulan April 2001, Sony mengkonfirmasikan bahwa ia berbicara dengan Ericsson untuk kemungkinan kerjasama dalam bisnis handset. Hal ini segera setelah Toshiba dan Siemens telah mengumumkan rencana pada bulan November 2000 untuk bekerja sama pada handset 3G untuk jaringan selular. Agustus 2001, dua perusahaan telah menyelesaikan syarat-syarat penggabungan yang diumumkan pada bulan April. Sony Ericsson memiliki tenaga kerja awal 3.500 karyawan.

Strategi Sony Ericsson adalah merilis model baru berkemampuan fotografi digital serta kemampuan multimedia lainnya seperti men-download dan melihat klip video dan kemampuan manajemen informasi pribadi. Untuk itu, Sony Ericsson meliris beberapa model baru yang telah memiliki kamera digital terintegrasi dan layar berwarna yang pada saat itu


(9)

merupakan sesuatu yang baru.P800 yang memilki kamera digital terintegrasi dan berkarakter PDA berhasil dan sukses di pasaran. Dengan demikian, target peraihan keuntungan pertama untuk tahun 2002 hingga 2003 untuk paruh kedua 2003 telah tercapai.

Sebagai follower dari industri mobile phone, Sony Ericsson selalu berusaha untuk memantapkan posisinya dengan selalu memberikan yang terbaik bagi penggunanya atau pelanggannya. Sony Ericsson selalu berusaha mengembangkan dan mempertahankan inti produknya yaitu inovasi, desain, kesederhanaan, dan kemudahan bagi pemakai. Sony Ericsson selalu menghadirkan tipe baru telepon seluler yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu berkembang.

Kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu berkembang membuat produsen ponsel termasuk Sony Ericsson berlomba-lomba meluncurkan tipe dan jenis ponsel terbaru. Dalam waktu yang relatif cepat, dimana dalam waktu tiga bulan saja produsen ponsel sudah meluncurkan produk terbarunya yang mempunyai feature dan teknologi terbaru dan diklaim memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan produk perusahaan pesaing. Strategi di atas dilakukan oleh produsen ponsel dalam rangka memuaskan konsumen dan memenangi persaingan. Tapi tidak jarang pula, karena kurangnya pemahaman perusahaan akan konsumen dan persepsi kualitas konsumen terhadap produk ponselnya, produk yang baru diluncurkan itu malah menjadi produk gagal yang kurang laku di pasaran. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap perusahaan untuk memahami persepsi kualitas konsumen dan pengaruhnya terhadap alasan pembelian sehingga perusahaan dapat memuaskan konsumennya.


(10)

Konsumen merupakan bagian terpenting dan kunci keberhasilan dari kegiatan bisnis, karena pada dasarnya tujuan dari setiap kegiatan bisnis adalah memperoleh keuntungan melalui kepuasan konsumen. Jumlah konsumen dan loyalitas merupakan dua hal penting yang hanya diperoleh melalui perjalanan panjang suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapatkan laba ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat dipenuhi. Dimana ini bukan berarti bahwa perusahaan harus memaksimalkan kepuasan konsumen dengan mengabaikan laba, melainkan berarti perusahaan harus mampu mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen.

Konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan produk yang berkualitas dan layanan yang baik dari perusahaan, karena jika mereka tidak mendapatkannya, perusahaan harus berhadapan dengan berbagai situasi yang kurang menguntungkan, seperti persepsi konsumen yang negatif, krisis kepercayaan dan citra, hingga sampai beralihnya minat konsumen ke produk dari perusahaan lain.

Perusahaan harus mampu menanggapi cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan konsumen dengan melakukan analisis konsumen. Ini penting dilakukan karena hal tersebut akan membantu perusahaan dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas produk. Kualitas produk sangat mempengaruhi alasan pembelian dan juga mempengaruhi kepuasan konsumen yang merupakan tolak ukur dari kesuksesan suatu perusahaan. Faktor-faktor di atas juga menuntut Sony Ericsson untuk mempelajari dan memahami persepsi kualitas konsumen terhadap produk ponselnya.


(11)

Persepsi kualitas atau perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan. Karena persepsi kualitas merupakan persepsi dari konsumen, maka persepsi kualitas tidak dapat ditentukan secara objektif. Persepsi konsumen akan melibatkan apa yang penting bagi dirinya karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.

Persepsi kualitas perlu dikelola dan dipahami untuk kepentingan perusahaan. Pihak perusahaan perlu mempelajari dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi kualitas seorang konsumen, faktor apa saja yang digunakan konsumen dalam mengukur kualitas, mengapa konsumen percaya bahwa beberapa produk mempunyai persepsi kualitas yang baik sehingga menimbulkan alasan pembelian dari konsumen tersebut, dan bagaimana membangun suatu persepsi kualitas yang baik (positif).

Persepsi kualitas yang baik akan mendorong dan menciptakan loyalitas konsumen. Dapat dikatakan jika persepsi kualitas konsumen baik, maka produk akan disukai dan dikonsumsi secara terus menerus oleh konsumen tersebut. Dan sebaliknya jika persepsi kualitas buruk (negatif), maka produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama di pasar. Hal ini menunjukan bahwa persepsi kualitas konsumen sangat berpengaruh terhadap penjualan produk dan kelangsungan hidup sebuah perusahaan.

Mahasiswa merupakan salah satu konsumen terbesar produk ponsel mempunyai persepsi kualitas produk yang beragam. Mahasiswa sebagai kalangan terpelajar mempunyai persepsi kualitas yang cukup tinggi dan sangat selektif dalam menentukan ponsel yang akan dibeli. Alasan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung terhadap ponsel Sony


(12)

Ericsson sangat ditentukan oleh persepsinya terhadap kualitas produk ponsel Sony Ericsson tersebut. Persepsi kualitas sebuah produk ponsel seperti halnya produk fisik lain ditentukan oleh dimensi kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk, keseuaian dengan spesifikasi, dan hasil dari produk tersebut (David A. Garvin yang dikutip oleh Darmadi Durianto:2001:98). Apabila mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung telah mempunyai persepsi kualitas yang baik terhadap produk ponsel Sony Ericsson, maka hal itu akan membentuk minat untuk membeli produk ponsel tersebut. Tentu, ini bukan berarti bahwa minat beli mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung terhadap ponsel hanya dipengaruhi oleh ketujuh dimensi persepsi kualitas di atas, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti pertimbangan harga dan atribut-atribut produk lainnya.

Berdasarkan Pra-Survey yang dilakukan oleh peneliti dalam kurun waktu dua periode yaitu pada minggu kedua dan ketiga bulan April 2010, Ponsel Sony Ericsson hanya menempati posisi kedua setelah Nokia dalam penguasaan pangsa pasar di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Metode yang digunakan adalah metode non-probability sampling dengan teknik Accidental Sampling. Accidental sampling merupakan prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau mudah untuk mendapatkannya (Mahrinasari, 2004:97). Populasi yang menjadi sampel dalam pra-survey tersebut adalah Mahasiswa Strata Satu Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Lampung angkatan tahun 2006-2008 yang masih aktif. Jumah pengguna ponsel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Mahasiswa Pengguna Ponsel di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

Produsen

Program Studi

Total Persentase S1 MGT S1 IESP S1 AKT


(13)

Samsung 2 2 1 5 9,1%

LG 2 1 1 4 7,3%

Motorola 1 1 1 3 5,4%

Sony Ericsson

8 4 3 15 27,3%

Merek lainnya

2 1 1 4 7,3%

Jumlah 27 16 12 55 100%

Sumber: Data hasil Pra-Survey, April 2010

Berdasarkan data Pra-Survey (Tabel 3), dapat kita ketahui penulis mendapat 55 konsumen Ponsel dengan segala merk yang berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Produk Ponsel yang paling banyak digunakan adalah Nokia 24 orang (43,6%), Sony Ericsson 15 orang (27,3%), Samsung 5 orang (9,1%), LG 4 orang (7,3%), Motorola 3 orang (5,4%), dan Di ikuti oleh merek lainnya 4 orang (7,3%). Selengkapnya lihat lampiran 11. Melihat minat konsumen yang cukup besar namun belum menjadi yang pertama terhadap produk ponsel, disertai fenomena produk ponsel Nokia yang hampir selalu menjadi pemimpin pasar, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“Analisis Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Ponsel Sony Ericsson (Studi Kajian Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung)”

1.2Permasalahan

Industri telekomunikasi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya pengguna ponsel di Indonesia dari tahun ke tahun dan makin banyaknya perusahaan yang masuk ke dalam industri telekomunikasi ponsel di Indonesia. Kejenuhan terhadap produk manjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan kegagalan Sony Ericsson untuk menjadi pemimpin pangsa pasar. Untuk memperbaiki posisinya dalam pangsa pasar produk ponsel di Indonesia, Sony Ericsson harus


(14)

meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan pemahaman terhadap konsumennya dari semua kalangan.

Mahasiswa adalah salah satu konsumen terbesar produk ponsel yang cukup kritis dan mempunyai banyak pertimbangan dalam memilih produk ponsel. Hal ini menjadikan peran mahasiswa sangat besar dalam membentuk persepsi kualitas produk ponsel Sony Ericsson. Pemahaman tentang persepsi kualitas konsumen dari semua kalangan, termasuk kalangan mahasiswa akan sangat bermanfaat bagi perusahaan. Pemahaman tentang persepsi kualitas akan membantu keberhasilan program pemasaran ponsel Sony Ericsson. Kualitas produk yang baik akan menimbulkan keputusan pembelian yang berujung pada meningkatnya penjualan ponsel dan dapat membantu Sony Ericsson memperbaiki posisinya dalam pangsa pasar ponsel di Indonesia.

Berdasarkan pra-survey yang dilakukan peneliti selama 2 minggu pada mahasiswa strata satu reguler Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, dari 55 orang hanya terdapat 15 orang menggunakan produk ponsel Sony Ericsson, sedangkan Nokia terdapat 24 orang pengguna. Ini berarti Sony Ericsson belum menjadi nomor satu, khususnya di Fakultas Ekonomi. Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan dalam penulisan penelitian ini

adalah: “Apakah kualitas produk ponsel Sony Ericsson yang terdiri dari dimensi kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk, keseuaian dengan spesifikasi, dan hasil berpengaruh terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

Lampung?”


(15)

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk ponsel Sony Ericsson terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

2. Sebagai bahan pertimbangan atau pemikiran dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya di bidang perencanaan maupun strategi pemasaran Sony Ericsson di Bandar Lampung.

1.4 Kerangka Pemikiran

Persepsi konsumen mempunyai peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Persepsi adalah proses dengan mana seorang individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan masukan (input) informasi untuk memahami lingkungannya.

Persepsi seseorang dapat terjadi karena dua hal, pertama karena adanya kesan oleh alat indera (sensory impressions), kedua karena adanya penafsiran seseorang atas suatu kejadian berdasarkan pengalaman masa lalunya. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman individu pada masa lalu dan sikap individu pada masa sekarang.

Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan. Persepsi kualitas terhadap suatu produk antara konsumen yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini terjadi karena keinginan dan harapan masing-masing individu akan suatu produk berbeda-beda pula.

Persepsi kualitas mempunyai peranan penting dalam membangun suatu produk. Dalam berbagai konteks, persepsi kualitas dapat menjadi alasan dan pertimbangan penting yang


(16)

menimbulkan minat beli dan pada akhirnya akan mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan merek yang akan dibeli.

Mengacu pada pendapat David A. Garvin, yang dikutip oleh Durianto, Darmadi (2001:98), dimensi persepsi kualitas dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1. Kinerja

Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama. Faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, sehingga sering kali pelanggan mempunyai sikap berbeda dalam menilai atribut-atribut kinerja suatu produk. Suatu atribut yang dianggap penting dan diberi nilai tinggi oleh satu konsumen dapat dianggap kurang penting dan diberi nilai rendah oleh pelanggan lainnya.

2. Pelayanan

Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. 3. Ketahanan

Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. 4. Keandalan

Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian lainnya.

5. Karakteristik produk

Bagian-bagian tambahan dari suatu produk. Pemberian bagian-bagian tambahan biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberikan penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai dengan perkembangan.


(17)

6. Kesesuaian dengan spesifikasi

Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.

7. Hasil

Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya.

Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka

kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

Konsep persepsi kualitas atas suatu produk yang merupakan uraian dari kerangka pemikiran di atas dituangkan pada Gambar 1, yang memperlihatkan persepsi kualitas yang terbentuk dari ketujuh elemen dimensi persepsi kualitas serta meperlihatkan kemampuan persepsi kualitas dalam menghasilkan nilai bagi konsumen dan keputusan pembelian.


(18)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peneliti

Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Dimensi Kualitas Produk

Kesesuaian dengan Spesifikasi Keandalan

Pelayanan

Kinerja Ketahanan Karakteristik Hasil

Produk


(19)

1.3Hipotesis

Berdasarkan dari uraian permasalahan dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dapat ditarik adalah kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.


(20)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran

2..1.1 Pengetian Pemasaran

Kegiatan pemasaran memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran tersebut. Sejarah telah membuktikan sejak dulu kala manusia telah melakukan kegiatan pemasaran, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu kegiatan tukar menukar antara barang yang satu dengan barang yang lainnya, yang lazim disebut dengan sistem

“barter”.

Kegiatan pemasaran saat ini sudah sangat luas sehingga pengertian pemasaran semakin banyak. Terdapat banyak definisi dari pemasaran, perbedaan hanya terletak dalam rinciannya. Pada dasarnya pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan tingkat harga, mendistribusikan produk ke tempat konsumen, dan mempromosikan agar produk dikenal konsumen.

Kotler, Philip (2000: 8) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut:

Marketing is a social and managing process by wich individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging product and services of value with others ”.


(21)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan dengan bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Staton, William J. dan Y. Lamarto (1996:7), memberikan definisi mengenai pemasaran yaitu sebagai berikut:

Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Swastha, Basu dan T. Hani Handoko (2000 : 5) mengenai pemasaran adalah:

Pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan serta mengendalikan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Kegiatan pemasaran ditujukan untuk membeli kebutuhan dan keinginan agar konsumen merasa puas dalam melakukan pembelian. Pemasaran adalah kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan sangat perlu melakukan pengelolaaan pemasaran agar usaha perusahaan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.


(22)

Konsep pemasaran yang berwawasan pasar berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dibanding perusahaan pesaing sejenis. Perusahaan yang telah menyadari bahwa pemasaran sangat penting bagi keberhasilan sebuah perusahaan perlu mengetahui dan mempunyai suatu falsafah tertentu yang disebut dengan konsep pemasaran.

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Menurut Philip Kotler (2004 : 22), konsep pemasaran terdiri atas empat pilar :

1. Pasar sasaran

Perusahaan akan berhasil secara gemilang bila mereka secara cermat memilih pasar sasarannya dan mempersiapkan program-program pemasaran yang dirancang khusus untuk pasar tersebut.

2. Kebutuhan pelanggan

Sebuah perusahaan dapat mendefinisikan pasar sasaran tetapi sering gagal untuk memahami kebutuhan pelanggan secara akurat. Memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan tidak selalu sederhana. Beberapa pelanggan memiliki kebutuhan yang tidak sepenuhnya mereka sadari. Kita dapat membedakan diantara lima jenis kebutuhan : kebutuhan yang dinyatakan, kebuthan riil, kebutuhan yang tidak dinyatakan, kebutuhan kesenangan dan kebutuhan rahasia.


(23)

3. Pemasaran terpadu

Bila semua departemen di suatu perusahaan bekerja sama untuk melayani kepentingan pelanggan, hasilnya adalah pemasaran terpadu. Pemasaran terpadu bisa terjadi pada dua

level. Pertama, berbagai fungsi pemasaran (tenaga penjualan, periklanan, pelayanan pelanggan, manajemen produk, riset pemasaran) harus bekerja sama. Kedua, pemasaran harus dirangkul oleh departemen-departemen lain, mereka harus juga memikirkan pelanggan.

4. Kemampuan menghasilkan laba

Tujuan terakhir dari konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuan mereka. Pada perusahaan swasta, tujuan utama adalah laba, pada organisasi publik dan nirlaba, tujuan utama adalah bertahan hidup dan menarik cukup dana guna melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Perusahaan swasta seharusnya tidak bertujuan meraup laba saja melainkan mendapatkan laba sebagai akibat dari penciptaan nilai pelanggan yang unggul. Sebuah perusahaan menghasilkan uang karena memenuhi kebutuhan pelanggan lebih baik dibandingkan pesaingnya.

2.2 Persepsi Kualitas

Persepsi adalah proses dimana seorang individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan masukan (input) informasi untuk memahami lingkungannya. Persepsi seseorang dapat terjadi karena dua hal, pertama karena adanya kesan oleh alat indera (sensory impressions), kedua karena penafsiran seseorang atas suatu kejadian berdasarkan pengalaman masa lalunya. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman individu pada masa lalu dan sikap individu pada masa sekarang.


(24)

Menurut Kotler, Philip (1999:248) mengenai persepsi adalah:

Persepsi adalah proses seorang individu memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk mencapai sebuah gambar yang bermakna dunia. Menurut Hiam, Alexander & Charles D. Schewe (1994:212) mengenai persepsi:

Persepsi adalah proses pemberian arti oleh seseorang kepada berbagai rangsangan (stimulus) yang diterimanya.

Persepsi yang akan dibahas disini adalah persepsi kualitas yang menghasilkan alasan pembelian atas suatu produk. Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan.

Persepsi kualitas yang baik atau positif terhadap suatu produk akan menumbuhkan nilai bagi konsumen yaitu menghasilkan alasan pembelian serta menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika persepsi kualitas buruk atau negatif, maka produk tersebut tidak akan disukai dan tidak akan sukses dalam persaingannya dengan produk lain. Persepsi kualitas mencerminkan perasaan pelanggan secara menyeluruh tentang suatu produk.

Mengacu pada pendapat David A. Garvin, yang dikutip oleh Durianto, Darmadi (2001:98), dimensi persepsi kualitas dibagi menjadi tujuh, yaitu:

a. Kinerja

Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama. Faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, sehingga sering kali pelanggan mempunyai sikap berbeda dalam menilai atribut-atribut kinerja suatu produk. Suatu atribut yang dianggap penting dan diberi nilai tinggi oleh satu konsumen dapat dianggap kurang penting dan diberi nilai rendah oleh pelanggan lainnya.


(25)

b. Pelayanan

Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. c. Ketahanan

Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. d. Keandalan

Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian lainnya.

e. Karakteristik produk

Bagian-bagian tambahan dari suatu produk (feature). Pemberian bagian-bagian tambahan biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberikan penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai dengan perkembangan.

f. Kesesuaian dengan spesifikasi

Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.

g. Hasil

Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya.

Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “hasil akhir” produk yang baik maka

kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

Seorang pelanggan mungkin tidak memiliki informasi yang cukup yang mengarahkannya kepada penentuan kualitas suatu produk secara objektif. Mungkin pula pelanggan tidak termotivasi untuk memproses informasi, tidak mempunyai kesanggupan dan sumber daya untuk memperoleh dan memproses informasi sehingga dalam konteks ini persepsi kualitas menjadi sangat berperan dalam keputusan pelanggan. Karena persepsi kualitas berkaitan erat


(26)

dengan munculnya alasan pembelian maka persepsi kualitas dapat memberi kemudahan bagi perusahaan dalam mengefektifkan semua elemen program pemasaran khusunya promosi. Apabila persepsi kualitas dari suatu produk tinggi, maka kemungkinan besar program periklanan dan promosi dapat dijalankan dengan efektif.

Menurut Darmadi Durianto, Sugiarto, dan Tony Sitinjak (2001:101), secara umum persepsi kualitas dapat menghasilkan nilai-nilai berikut ini:

a. Menimbulkan alasan pembelian

Alasan pembelian konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh persepsi kualitas. Keterbatasan konsumen akan uang, waktu, dan informasi produk akan memunculkan alasan pembelian yang didasarkan pada persepsi kualitasnya terhadap produk tersebut, dimana minat dan alasan pembelian itu dapat berujung kepada keputusan pembelian. b. Diferensiasi atau posisi merek

Salah satu karakteristik yang penting dari merek produk adalah posisinya dalam dimensi persepsi kualitas. Persepsi kualitas dapat membantu perusahaan untuk melakukan diferensiasi dan posisi merek yang didasarkan atas beberapa hal, yaitu: apakah merek tersebut merupakan merek yang terbaik atau sama baiknya dengan merek lain, apakah merek tersebut ekonomis, apakah merek tersebut super optimum dan optimum, dan sebagainya.

c. Pemberian harga premium

Salah satu keuntungan dari persepsi kualitas adalah memberikan ruang pilihan dalam menentukan harga premium (premium price). Harga premium dapat meningkatkan laba yang secara langsung dapat meningkatkan keuntungan. Jika harga berperan sebagai pengarah kualitas maka harga premium cenderung memperkuat persepsi kualitas.


(27)

Karena produk dengan persepsi kualitas tinggi dicari konsumen, maka para pengecer dan distributor akan termotivasi untuk menjadi penyalur produk dengan persepsi kualitas yang tinggi, yang berarti dapat semakin memperluas distribusi dari produk tersebut.

e. Perluasan merek

Suatu merek produk dengan persepsi kualitas kuat dapat dieksploitasi ke arah perluasan merek. Merek dengan persepsi kualitas kuat dapat digunakan untuk memperkenalkan kategori produk baru yang beraneka macam. Produk dengan merek yang persepsi kualitasnya kuat akan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar dibandingkan dengan merek yang persepsi kualitasnya lemah, sehingga perluasan produk dari merek dengan persepsi kualitas yang kuat memungkinkan perolehan pangsa pasar yang lebih besar lagi. Dalam hal ini persepsi kualitas merupakan jaminan yang signifikan atas perluasan-perluasan merek tersebut.

Hal yang perlu diperhatikan dalam membangun persepsi kualitas menurut David Aaker, dalam Durianto, Darmadi (2001:104), adalah sebagai berikut:

a. Komitmen terhadap kualitas

Perusahaan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas serta memelihara kualitas tersebut secara terus menerus

b. Budaya kualitas

Komitmen kualitas harus tercermin dalam budaya perusahaan, norma perilakunya, dan nilai-nilainya. Jika perusahaan dihadapkan pada pilihan antara meningkatkan kualitas atau meminimalkan biaya, maka kualitas yang harus diutamakan.

c. Informasi masukan dari pelanggan

Dalam membangun persepsi kualitas, pelanggan merupakan pihak yang mendefinisikan kualitas. Untuk itulah perusahaan perlu secara berkesinambungan melakukan riset


(28)

terhadap pelanggannya sehingga diperoleh informasi yang akurat dan relevan dalam melakukan pengembangan terhadap produknya.

d. Sasaran atau standar yang jelas

Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu umum karena bila terlalu umum akan cenderung menjadi tidak bermanfaat. Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat dipahami, dan diprioritaskan.

e. Kembangkan karyawan yang berinisiatif

Karyawan harus diberi motivasi dan diizinkan untuk berinisiatif serta dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang dihadapi dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Karyawan juga secara aktif dilibatkan dalam pengendalian kualitas suatu produk maupun layanan.

2.3 Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses konsumen mengambil keputusan pembelian yang harus dipahami oleh pemasar perusahaan dengan tujuan untuk membuat strategi yang tepat. Proses pembuatan keputusan konsumen dalam membeli produk- produk tidak dapat dianggap sama. Contohnya, memutuskan untuk membeli mobil adalah proses yang berbeda dengan proses pembelian pasta gigi.

Assael mengembangkan suatu tipologi dari proses pengambilan keputusan yang berdasarkan pada dua dimensi, yaitu:

1. Tingkat pengambilan keputusan. 2. Tingkat keterlibatan dalam pembelian.


(29)

Dimensi pertama menggambarkan sebuah rangkaian kesatuan dari pengambilan keputusan (decision making) hingga kebiasaan (habit). Keputusan dibuat berdasarkan proses pertimbangan terhadap pencarian informasi dan evaluasi atas alternatif- alternatif merk. Dimensi kedua menggambarkan sebuah rangkaian kesatuan dari tingkat keterlibatan tinggi pembelian (high involvement purchases) hingga tingkat keterlibatan rendah (low involvement purchases). Pembelian dengan tingkat keterlibatan tinggi berarti pembelian itu penting bagi konsumen. Pembelian ini berkaitan dengan ego konsumen, citra diri, dan juga berkaitan dengan keuangan, sosial, atau resiko pribadi.

Konsumen dalam proses pembeliannya melewati serangkaian tahapan untuk mencapai suatu putusan pembelian dan hasilnya. Kotler (2000:212), membagi tahapan proses pengambilan putusan dalam membeli manjadilima tahap, yaitu:

1. Pengenalan Masalah

Tahap ini ditujukan untuk mengetahui adanya kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar diri pembeli. Untuk itu pemasar perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apakah yang menyebabkan itu semua muncul, dan bagaimana kebutuhan itu atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari barang atau jasa tertentu.

2. Pencarian Informasi

Tahap ini berkaitan dengan pencarian informasi tentang sumber- sumber dan nilai- nilainya. Untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan yang dirasakan, pencarian informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal. Pencarian informasi aktif


(30)

dapat dilakukan dengan cara menghimpun berbagai informasi tentang produk. Rencana informasi intern dapat berasal dari komunikasi atau pengaruh program yang terutama berasal dari pelopor opini. Sedangkan informasi ekstern dapat berasal dari media massa atau sumber- sumber informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan.

Sumber- sumber informasi konsumen menurut Kotler (2000:195), terbagi menjadi empat kelompok:

a. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan).

b. Sumber niaga (iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan dan pameran). c. Sumber umum (media massa dan organisasi konsumen).

d. Sumber pengalaman (pernah menangani, menguji dan menggunakan barang atau jasa). 3. Penilaian Alternatif

Konsep- konsep dasar tertentu membantu memperjelas proses penilaian alternatif bagi konsumen dalam mengambil putusan pembelian, yaitu:

a. Sifat- sifat atau ciri- ciri barang dan jasa yang diminati.

b. Konsumen menghubungkan bobot pentingnya ciri- ciri yang sesuai.

c. Konsumen mengembangkan seperangkat kepercayaan merek, di mana setiap merek menonjolkan ciri.

d. Konsumen memiliki sebuah fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri.

e. Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa pilihan merek melalui prosedur penilaian.

4. Putusan Pembelian

Putusan pembelian mengakibatkan konsumen menetapkan pilihan atas berbagai merek yang tergabung dalam sejumlah alternatif pilihan. Alternatif pilihan meliputi kualitas, jenis barang atau jasa, merek, waktu pembelian, dan cara pembayaran.


(31)

5. Perilaku setelah Pembelian

Setelah melakukan pembelian terhadap suatu produk, maka konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan pembeli dengan barang atau jasa akan mempengaruhi tingkah lakunya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan peluang untuk pembelian yang lebih tinggi (loyal) serta akan menginformasikan kebaikan barang atau jasa tersebut kepada orang lain. Bagi konsumen yang tidak mendapatkan kepuasan akan mengusahakan kegiatan lain yang tidak dibeli. Selain itu konsumen akan mengeluarkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan penilaian sebelum membeli.


(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1Penelitian Kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, dan sumber-sumber bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.1.2Penelitian Lapangan

Penelitian dilakukan dengan mengadakan observasi dan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang memiliki ponsel merek Sony Ericsson.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa S1 Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Lampung angkatan tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Mengingat sangat besarnya jumlah populasi dalam penelitian ini yakni 930 responden, maka pengambilan sampel dilakukan melalui teknik Sampling Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling) yakni teknik pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel dipilih secara acak dari setiap strata tersebut. Dalam penelitian ini penulis membagi kedalam 3 strata/sub populasi yakni Jurusan


(33)

Manajemen, Akuntansi dan IESP. Metode yang digunakan yakni alokasi proporsional, dengan metode ini dari setiap strata akan diambil sampel dalam proporsi yang sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain besar kecilnya sampel untuk setiap strata bergantung pada ukuran masing–masing strata.

Menurut Nazir, Mohammad (2005 : 306), Untuk mencari besarnya sampel yang dapat mewakili penelitian ini, digunakan rumus untuk mengestimasi proporsi, yaitu:

    ) 1 ( . ) 1 ( . 2 . i i i i i i p p N D N p p N N

n dan n

N Ni

ni 

Dimana :

0

,

0025

4

)

10

,

0

(

4

2 2

B

D

Keterangan :

N = Total populasi.

Ni = Total subpopulasi dari strata i.

n = Besarnya sampel.

ni = Besar sampel unutk strata i.

Pi = Total unit sampling pada suatu kategori tertentu dalam strata i,

D = Estimasi terhadap mean.

B = Bound of error, dalam penelitian ini tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95%, sehingga nilai B = 5%.


(34)

.Jumlah populasi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung tahun 2006-2008 adalah 930 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 4. Mahasiswa S1 Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Tahun 2006-2008

Program Studi Total

2006/2007 2007/2008 2008/2009

S1 Manajemen 127 124 129 380

S1 Akuntansi 81 95 105 281

S1 Ekonomi Pembangunan 93 99 77 269

Jumlah 301 318 311 930

Sumber : Data diolah dari www.siakad.unila.ac.id

Berdasarkan rumus tersebut, besarnya sampel yang harus diambil adalah:

92 04 . 92 75 . 2399 220875 5 . 237 25 . 2162 5 . 237 930      n

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah responden yang akan diambil adalah sebanyak 92 responden.

Besarnya sampel per strata :

ni (Manajemen) 92 37.59 37

930

380

 responden

n2 (Akuntansi) 92 27.79 28 930 281     responden

n3 (IESP) 92 26.61 27

930 269     responden


(35)

3.3 Definisi Operasional Variabel

Dalam melakukan suatu penelitian, sangat diperlukan adanya identifikasi variabel, baik variabel bebas atau independent (X) yang bersifat menentukan maupun variabel terikat atau

dependent (Y) yang bersifat ditentukan. Identifikasi ini akan digunakan sebagai dasar atau batasan agar penelitian tidak menyimpang jauh dari pokok permasalahan yang dibahas.

3.3.1 Variabel bebas atau independent variable (X)

Variabel bebas atau independent variable (X) adalah variabel yang tidak tergantung pada variabel lainnya, artinya dapat berdiri sendiri. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah kualitas produk dengan menggunakan indikator kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk, kesesuaian dengan spesifikasi, dan hasil.

Tabel 5. Indikator Variabel Independen (X)

Konsep Operasional Variabel

Indikator Skala Pengukuran

Kinerja  Kecanggihan produk ponsel

 Kepraktisan dalam menggunakan

produk ponsel

Menggunakan skala likert dengan interval 1-5 Pelayanan  Sistem pelayanan pembelian produk

ponsel yang efektif dan efisien  Ketersediaan layanan service dan

garansi pembelian produk ponsel

Menggunakan skala likert dengan interval 1-5 Ketahanan  Ponsel merupakan produk yang

tidak mudah rusak (bandel)  Ponsel merupakan produk yang

tahan lama

Menggunakan skala likert dengan interval 1-5 Keandalan  Ponsel berfungsi sebagaimana

mestinya

 Ponsel dapat digunakan dan

Menggunakan skala likert dengan interval 1-5


(36)

diandalkan di setiap kondisi dan waktu

Karakteristik Produk

 Ponsel memiliki style dan desain produk yang menarik

 Produk ponsel memiliki fungsi multimedia yang lengkap dan menarik

Menggunakan skala likert dengan interval 1-5

Kesesuaian dengan Spesifikasi

 Produk ponsel memiliki kualitas proses manufaktur yang baik (tidak memiliki cacat produksi)

 Spesifikasi produk ponsel sesuai dengan keterangan perusahaan atau produsen

Menggunakan skala likert dengan interval 1-5

Hasil  Produk ponsel yang dimiliki tampak dan terkesan berkualitas  Kualitas produk ponsel sesuai

dengan harapan pelanggan

Menggunakan skala likert dengan interval 1-5

3.3.1 Variabel terikat atau dependent variable (Y)

Variabel terikat atau dependent variable (Y) adalah variabel yang tidak dapat berdiri sendiri, bergantung pada variabel lain. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah keputusan pembelian konsumen. Keterbatasan informasi, uang, dan waktu membuat alasan pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh persepsi kualitas suatu merek yang ada dibenak konsumen.

Keseluruhan variabel tersebut diukur dengan menggunakan alat ukur. Variabel yang diteliti dihitung dengan memberi skor dari masing-masing jawaban pada daftar pertanyaan yang telah disusun.

Penentuan skor yang digunakan dengan ukuran ordinal berdasarkan skala Likert.  Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

 Jawaban Setuju (S) diberi skor 4


(37)

 Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

 Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

3.4 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang memiliki ponsel merek Sony Ericsson. 2. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari kepustakaan melalui buku-buku atau literatur-literatur, serta hasil pengamatan terhadap mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang memiliki ponsel merek Sony Ericsson.

3.5 Uji Kevalidan dan Kereliabelan Alat Ukur

3.5.1 Uji Kevalidan

Uji kevalidan digunakan untuk menunjukan sejauh mana kuesioner dapat digunakan sebagai pengukur tingkat kevalidan dalam mengukur persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk. Uji kevalidan dilakukan terhadap 30 orang sampel dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, yaitu dengan mengkonsultasikan nilai r hitung yang diperoleh ke nilai r tabel. Jika r hitung > r tabel maka penelitian dapat dilanjutkan pada 92 orang sampel dan kuesioner yang disebar kepada responden disimpulkan valid.


(38)

3.5.2 Uji Kereliabelan

Uji kereliabelan digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang digunakan dapat dipercaya. Uji kereliabelan dilakukan terhadap 30 orang sampel dengan menggunakan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto 1998:164), yaitu:

r11 = 1

2

) 1 ( t b k k

   Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya jumlah pertanyaan

2 t

= jumlah varian total

Dengan rumus jumlah varian pertanyaan:

b

 =

n n X X 2 2  

Keterangan:

b

 = jumlah varian pertanyaan

2 X

 = jumlah kuadrat skor

X

 = jumlah skor

n = banyaknya skor responden yang diuji coba

Uji kereliabelan dengan cara menginterpretasikan hasil uji kereliabelan yang diperoleh ke tabel interprestasi r untuk menyimpulkan alat ukur yang digunakan cukup reliabel atau tidak reliabel.


(39)

Tabel 6. Nilai Interpretasi Kereliabelan Besarnya nilai r interpretasi 0,8000 – 0,10000

0,6000 – 0,7999 0,4000 – 0,5999 0,2000 – 0,3999 0,0000 – 0,1999

Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah Sumber: Suharsimi Arikunto (1998:260)

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Kuantitatif

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh kualitas produk digunakan rumus menurut Husein Umar (2000:207) sebagai berikut:

xy

r

=

2 2

2

 

2

 

   Y Y n X X n Y X XY n Keterangan: xy

r

= keeratan hubungan (korelasi) X = skor pertanyaan

Y = skor total n = jumlah sampel


(40)

Jika r hitung > r tabel maka penelitian dapat dilanjutkan.Sedangkan untuk mengetahui kadar persentase dan pengaruh maka dapat dihitung dengan menggunakan Koefisien Determinasi (KD), dengan rumus sebagai berikut :

KD = (rxy)2 x 100%

Nilai Koefisien Determinasi (KD) menunjukkan secara statistik besarnya pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson oleh Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

3.6.2 Uji Hipotesis

Untuk menguji apakah kualitas produk mempengaruhi alasan pembelian dapat diuji dengan uji t, Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

t =

2

1 2

r n r

 

Kriteria pengambilan keputusan:

a. Ho ditolak, bila t hitung > t tabel, pada derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan tertentu.

b. Ho diterima, bila t hitung < t tabel, pada derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan tertentu.

3.6.3 Analisis Kualitatif

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari kuesioner, digunakan penskalaan untuk mengetahui tingkat kesetujuan dan ketidaksetujuan responden terhadap serangkaian


(41)

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Dimana akan diukur dengan berdasarkan hubungan yang berpusat dari konsumen.

Untuk menganalisis seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pada metode pengumpulan data, bahwa kuesioner yang dibagikan pada responden bertujuan untuk menguatkan hipotesis yang telah diajukan. Responden yang terambil sebagai sampel diminta untuk memberi penilaian mengenai variabel-variabel kualitas yaitu kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk, kesesuaian dengan spesifikasi, dan hasil.

Jumlah responden 92 orang, maka:

1. Nilai tertinggi (bila semua menjawab sangat setuju/nilai 5): 925 = 460 2. Nilai terendah (bila semua menjawab sangat tidak setuju/nilai 1): 921 = 92

Pengelompokan skala interval dihitung dengan cara sebagai berikut:

Interval = nilai tertinggi – nilai terendah kelas

Interval = 5

92 460

= 73,6

Penilaian Kategori

92 - 165,6 166,6 - 238,2 239,2 - 311,8 312,8 - 385,4 386,4 - 460

Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik

Baik Sangat Baik Sumber: Singarumbun (1995:48)


(42)

(43)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Perusahaan

Sony Ericsson (nama lengkap: Sony Ericsson Mobile Communications AB) adalah perusahaan pembuat telepon genggam yang merupakan merupakan perusahaan yang didirikan pada 3 Oktober 2001 hasil gabungan dari dua perusahaan besar dalam dua bidang yang berbeda: perusahaan Jepang, Sony (elektronik) dan perusahaan Swedia, Ericsson (telekomunikasi selular). Perusahaan induk mereka berada di Hammersmith, London, Inggris dan juga memiliki tim riset dan pengembangan di Swedia, Jepang, Cina, Jerman, Amerika Serikat, India, Pakistan dan Inggris.

Latar belakang terbentuknya adalah ketika Ericsson memutuskan untuk membuat chips ponsel mereka pada satu sumber, Philips Facility di New Mexico. Bulan Maret 2000, kebakaran pada pabrik Philips telah mencemari fasilitas yang steril. Keadaan tersebut membuat produksi ponsel Ericsson dan Nokia (yang juga merupakan konsumen dari fasilitas tersebut) menjadi tertunda.Ketika menjadi jelas bahwa produksi akan benar-benar terpaksa dikompromikan untuk beberapa bulan, Ericsson telah dihadapi masalah serius.Masalah Nokia tidak terlalu serius karena telah membangun sumber alternatif produksi chip mereka.Tetapi, Ericsson posisinya jauh lebih buruk karena kedua perusahaan ini tengah memproduksi ponsel baru dengan tanggal peluncuran yang semakin dekat.Jelas, akibat


(44)

43

kebakaran tersebut, Ericsson menderita kerugian yang sangat besar. Ketidakmampuan Ericsson dalam memproduksi ponsel murah seperti punya Nokia turut memperparah keadaan ini.Untuk mengurangi kerugian, Ericsson berfikir untuk merger dengan perusahaan asia yang dapat menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk produksi handset.

Sony adalah pemain yang marginal di pasar ponsel di seluruh dunia dengan persentase penjualan kurang dari 1 persen pada tahun 2000, yang juga mengalami kerugian pada kawasan ini tetapi juga ingin lebih fokus pada pasar dunia. Pada bulan April 2001, Sony mengkonfirmasikan bahwa ia berbicara dengan Ericsson untuk kemungkinan kerjasama dalam bisnis handset. Hal ini segera setelah Toshiba dan Siemens telah mengumumkan rencana pada bulan November 2000 untuk bekerja sama pada handset 3G untuk jaringan selular. Agustus 2001, dua perusahaan telah menyelesaikan syarat-syarat penggabungan yang diumumkan pada bulan April. Sony Ericsson memiliki tenaga kerja awal 3.500 karyawan.

Strategi Sony Ericsson adalah merilis model baru berkemampuan fotografi digital serta kemampuan multimedia lainnya seperti men-download dan melihat klip video dan kemampuan manajemen informasi pribadi. Untuk itu, Sony Ericsson meliris beberapa model baru yang telah memiliki kamera digital terintegrasi dan layar berwarna yang pada saat itu merupakan sesuatu yang baru.P800 yang memilki kamera digital terintegrasi dan berkarakter PDA berhasil dan sukses di pasaran. Dengan demikian, target peraihan keuntungan pertama untuk tahun 2002 hingga 2003 untuk paruh kedua 2003 telah tercapai.


(45)

44

4.2 Uji Kevalidan dan Kereliabelan

4.2.1 Uji Kevalidan

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa cermat suatu kuesioner melakukan fungsi ukurnya. Pengukuran validitas dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment Spearman dengan bantuan SPSS 13. Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang tercantum pada lampiran 3 seluruh pernyataan dalam kuesioner adalah valid.

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Daftar Pernyataan

Variabel

Item Pernyataan

Nilai koefisien korelasi Sperman’s

rho

Keterang an

Spearman's

rho

Kualitas Produk (X)

Item01 0.661 Valid

Item02 0.545 Valid

Item03 0.547 Valid

Item04 0.656 Valid

Item05 0.759 Valid

Item06 0.522 Valid

Item07 0.838 Valid

Item08 0.793 Valid

Item09 0.786 Valid


(46)

45

Item11 0.662 Valid

Item12 0.669 Valid

Item13 0.882 Valid

Item14 0.833 Valid

Keputusan Pembelian (Y)

Item01 0.757 Valid

Item02 0.801 Valid

Item03 0.665 Valid

Item04 0.758 Valid

4.2.2 Uji Kereliabelan

Daftar pertanyaan diuji dengan menggunakan uji kevalidan dan kereliabelan dengan tingkat kepercayaan 95% Uji reliabilitas menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Croanbach yang dihitung dengan program SPSS. Pada Uji kereliabelan dalam penelitian ini nilai alpha croanbach diperoleh nilai 0.917 untuk daftar pertanyaan tentang kualitas Produk (X) dan 0.726 untuk daftar pertanyaan tentang Keputusan Pembelian (Y). Pengujian kereliabelan daftar pertanyaan ditunjukkan pada tabel berikut :


(47)

46

Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas Daftar Pernyataan Daftar

Pertanyaan Indikator r hitung Interpretasi r

Tentang Kualitas Produk (X)

Kinerja, Pelayanan, Ketahanan, Keandalan, Karakteristik Produk, Kesesuaian dengan spesifikasi, Hasil

0.917 Antara 0,800 - 1,00 = tinggi

Tentang Keputusan Pembelian

(Y)

Keputusan, Pengaruh, Layanan, Tampilan Produk

0.726 Antara 0.600 – 0.7999 = cukup

Sumber: Lampiran 3

Hasil Tabel 8 menunjukkan bahwa jawaban responden terhadap butir pertanyaan yang diajukan secara berulang-ulang dari waktu kewaktu cukup konsisten. Oleh karena itu penelitian dapat dilanjutkan dengan menyebarkan kuesioner kepada 92 orang responden.

4.3 Analisis Kuantitatif

Korelasi Product Moment digunakan untuk mengetahui adanya hubungan variable bebas yaitu kualitas produk dengan variabel variabel terikat yaitu keputusan konsumen. Perhitungan korelasi product moment dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS 13.


(48)

47

4.3.1 Analisis Statistik

Analisis statistik yang diperoleh menjelaskan ringkasan statistik masing-masing variabel berupa rata-rata pertanyaan, standar deviasi, atau derajat penyimpangan suatu variabel dan jumlah responden.

Berdasarkan Tabel 9 dapat diperoeh kesimpulan bahwa rata-rata pernyataan dari 92 responden mengenai Kualitas Produk adalah 53,52 dengan standar deviasi 7,109. Rata-rata dari pernyataan 92 responden mengenai keputusan pembelian adalah 16,37 dengan standar deviasi 2,063.

4.3.2 Analisis Korelasi Produk Moment

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi produk moment (lampiran . correlation)

Tabel 10. Correlations

1 ,574** ,000 92 92 ,574** 1 ,000

92 92 Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

KualitasProduk

Keputusan

Kualitas

Produk Keputusan

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Tabel 9. Descriptive Statistics

92 53,52 7,109

92 16,37 2,063

92 KualitasProduk

Keputusan

Valid N (listwise)


(49)

48

Tabel 10 menunjukkan bahwa besarnya korelasi antara faktor Kualitas Produk dengan keputusan pembelian adalah sebesar rhitung = 0,574 sedangkan untuk r tabel = 0,207, hal ini menunjukkan kedua variabel, yakni antara kualitas produk dan keputusan pembelian mempunyai hubungan yang cukup kuat. Sedangkan arah pengaruh adalah positif karena nila r positif. Hal ini berarti kualitas produk mempunyai hubungan yang positif yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian. Hubungan ini bersifat positif dimana setiap peningkatan kualitas produk akan meningkatkan keputuan pembelian terhadap Ponsel Sony Ericsson. Sedangkan untuk mengetahui kadar persentase dan pengaruh maka dapat dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi yang selanjutnya disingkat dengan KD, dengan perhitungan sebagai berikut :

KD = (rxy)2 x 100% KD = (0,57)2 x 100% KD = 0,3294 x 100% KD = 32,94%

Nilai koefisien determinasi sebesar 32,94% menunjukkan bahwa secara statistik besarnya pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi Univesitas Lampung adalah sebesar 32,49%.


(50)

49

4.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan memasukkan nilai rhitung atau korelasi keeratan hubungan variabel X dan Y kedalam rumus uji t. Nilai rhitung tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus uji t sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh thitung = 6,6, apabila dikonsultasikan dengan ttabel untuk n=92, pada tingkat kepercayaan 95% adalah sebesar 1,658. Dengan demikian thitung > ttabel atau 6,6 > 1,658.

Kriteria pengujian yaitu :

 H0 : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Kualitas Produk dan keputusan pembelian.

 H1 : Ada pengaruh signifikan antara variabel Kualitas Produk dan keputusan pembelian.

Kriteria pengambilan keputusan :

 Jika thitung > ttabel maka H1 diterima, berarti terdpat pengaruh antara Kualitas Produk dan keputusan pembelian.


(51)

50

 Jika thitung < ttabel mka H0 diterima, berarti tidak terdapat pengaruh antara kualitas produk dan keputusan pembelian.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat diperoleh thitung > ttabel yaitu 6,6 > 1,658. Ini berarti bahwa pengaruh tersebut signifikan, maka hipotesis H0 ditolak dan H1diterima. Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dapat diterima.

4.5 Analisis Kualitatif

4.4.1 Gambaran Umum Responden

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan kepada 92 orang responden, maka diperoleh gambaran umum identitas responden yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 11. Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki 31 33,7%

Perempuan 61 66,3%

Total 92 100%

Tabel 11 menjelaskan bahwa dari 92 Responden, 33,7 % atau 31 reponden berjenis kelamin laki-laki, dan 66,3% atau 61 orang berjeni kelamin perempuan.


(52)

51

Tabel 12. Umur Responden

Umur Jumlah Presentase

18 3 3,3%

19 18 19,6%

20 11 11,9%

21 16 17,4%

22 20 21,7%

23 24 26,1%

Total 92 100%

Tabel 12 menjelaskan bahwa usia responden berkisar antara 18 tahun sampai dengan 23 tahun. Usia responden sudah ditentukan oleh penulis.

Tabel 13. Tingkat Pengeluaran Responden Perbulan

Pengeluaran Jumlah Presentase

< Rp 500.000,00 51 55,4%

Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 29 31,6% Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00 5 5,4% Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 2 2,2%

> Rp 3.000.000,00 5 5,4%

Total 92 100%

Tabel 13 menjelaskan bahwa jawaban atas pertanyaan tingkat pengeluaran berada di tingkat kurang dari Rp. 500.000 ditunjukkan dengan jumlah responden


(53)

52

sebanyak 51 orang, hal ini menunjukkan bahwa pendapatan konsumen pengguna ponsel Sony Ericsson berasal dari kalangan mahasiswa.

Tabel 14. Alasan Utama Pembelian Ponsel

Alasan Utama Pembelian Ponsel Jumlah Presentase

Kualitas produk 53 57,6%

Harga yang kompetitif 10 10,9%

Reputasi merek 17 18,5%

Kemudahan layanan purna jual 8 8,7%

Iklan 4 4,3%

Total 92 100%

Jawaban yang diberikan berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan ponsel Sony Ericsson sebanyak 53 responden atau 57,6% menyatakan bahwa alasan utama pembelian adalah karena kualitas produk yang baik. Sedangkan yang dipengaruhi oleh iklan hanya 4 reponden atau 4,3%.

4.4.2 Pendapat Responden Terhadap Kualitas Produk Ponsel Sony Ericsson

Untuk menilai kategori setiap dimensi persepsi kualitas produk ponsel Sony Ericsson, dilakukan pengelompokan skala interval yang dihitung dengan cara menurut Singarumbun (1995:48) adalah sebagai berikut:


(54)

53

Interval = nilai tertinggi – nilai terendah kelas Interval = 5 92 460 = 73,6

Tabel 15. Nilai Interval Penilaian

Penilaian Kategori

92 - 165,6 166,6 - 238,2 239,2 - 311,8 312,8 - 385,4 386,4 - 460

Sangat Tidak Baik Tidak Baik Cukup Baik

Baik Sangat Baik

Tabel 16. Nilai Tanggapan Responden

Indikator Nilai Kategori

1. Dimensi kinerja

a. Ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang canggih 387 Sangat baik b. Ponsel Sony Ericsson mudah digunakan oleh setiap

orang

377 Baik

Rata-rata 382 Baik

2. Dimensi pelayanan

a. Sistem pelayanan pembelian ponsel Sony Ericsson efektif dan efisien

366 Baik

b. Ponsel Sony Ericsson memiliki layanan service dan garansi yang baik

360 Baik

Rata-rata 363 Baik

3. Dimensi ketahanan

a. Ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang tidak mudah rusak (bandel)

344 Baik

b. Ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang tahan lama

345 Baik

Rata-rata 344,5 Baik

4. Dimensi keandalan


(55)

54

mestinya setiap kali digunakan

b. Ponsel Sony Ericsson dapat digunakan di segala kondisi dan waktu

339 Baik

Rata-rata 338 Baik

5. Dimensi karakteristik produk

a. Ponsel Sony Ericsson mempunyai style atau desain produk yang menarik

352 Baik

b. Ponsel Sony Ericsson mempunyai fungsi multimedia yang lengkap

356 Baik

Rata-rata 354 Baik

6. Dimensi kesesuaian dengan spsifikasi

a. Ponsel Sony Ericsson memiliki kualitas manufaktur yang baik dan tidak memiliki cacat produksi

340 Cukup baik b. Spesifikasi ponsel Sony Ericsson sesuai dengan

keterangan yang diberikan oleh perusahaan atau produsen

350 Baik

Rata-rata 345 Baik

7. Dimensi hasil

a. Ponsel Sony Ericsson yang dimiliki tampak dan terkesan berkualitas

347 Baik

b. Kualitas produk ponsel Sony Ericsson sesuai dengan apa yang diharapkan

337 Baik

Rata-rata 342 Baik

Total jumlah rata-rata nilai 352,64 Baik Sumber: Lampiran 5

Tabel 16 menjelaskan bahwa nilai-nilai yang diperoleh adalah berdasarkan rekapitulasi atas jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan kuisioner yang diajukan kepada 92 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa dimensi kinerja, secara khusus diwakilkan pertanyaan tentang segi kecanggihan produknya, sebagian besar responden menjawab dengan tanggapan yang sangat baik, total nilai yang diperoleh adalah 387. Perusahaan ponsel Sony Ericsson disarankan untuk mempertahankan kinerja produk ponselnya yang mudah digunakan atau dioperasikan oleh setiap orang, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai keunggulan produk ponsel Sony Ericsson serta dapat digunakan untuk membantu Sony Ericsson memperbaiki posisinya dalam pangsa pasar ponsel di Indonesia.


(56)

55

Dimensi keandalan dan dimensi hasil, dari masing-masing pertanyaanya memperoleh nilai paling rendah yakni 337. Perusahaan ponsel Sony Ericsson disarankan untuk memperbaiki kualitas produknya, melakukan pengawasan yang lebih ketat pada proses manufaktur agar kualitas produk ponsel yang dihasilkan dapat lebih baik dan tidak memiliki cacat produksi, dan lebih kreaif dalam pengembangan model/tipe baru.

4.4.3 Analisis Crosstabs

1. Penilaian Konsumen tentang Indikator Dimensi Kinerja terhadap Keputusan Pembelian Ponsel SonyEricsson

Kinerja merupakan hal yang berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut (David A. Garvin 2001)

Penilaian konsumen tentang indikator Kinerja terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericson dapat dilihat pada tabel berikut. Pernyataan yang di ajukan adalah mengenai : Ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang canggih.


(57)

56

Tabel 17. Tanggapan Konsumen terhadap indikator “Kecanggihan” sebagai Dimensi Kinerja dalam Pembelian Ponsel Sony Ericsson

Sumber : lampiran 8

Tabel 17 menjelaskan bahwa dari 29 responden dengan jenis kelamin 12 pria dan 17 wanita menyebutkan sangat setuju jika ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang canggih. Dari 12 pria, 5 responden dari Jurusan Manajemen, 2 orang dari Jurusan Akuntansi dan 5 orang dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.Dari 17 wanita, 5 orang dari Jurusan Manajemen, 5 orang dari Jurusan Akuntansi,dan 7 orang dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dari 53 responden yang terdiri dari 15 responden pria dan 38 responden menyatakan setuju Ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang canggih. Dari 15 pria, 8 responden dari Jurusan Manajemen, 2 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 5 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dari 38 responden wanita, 15 responden dari Jurusan Manajemen, 14 dari Jurusan Akuntansi, dan 9 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

1 8 5 14

3 15 5 23

4 23 10 37

1 5 2 8

1 14 5 20

2 19 7 28

2 2 5 9

2 9 7 18

4 11 12 27

Pria Wanita Gender Total Pria Wanita Gender Total Pria Wanita Gender Total Jurusan Manajemen Akuntansi Ekonomi Pembangunan

cukup setuju setuju sangat setuju

Ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang canggih


(58)

57

Dari 10 responden yang terdiri dari 4 responden pria dan 6 responden wanita menyatakan cukup setuju Ponsel Sony Ericsson merupakan produk yang canggih. Dari 4 responden pria, 1 responden dari Jurusan Manajemen, 1 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 2 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.Dari 6 responden wanita, 3 responden dari Jurusan Manajemen, 1 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 2 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

2. Penilaian Konsumen tentang Indikator Dimensi Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Ponsel SonyEricsson

Dimensi Pelayanan merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.(David A. Garvin 2001)

Penilaian konsumen tentang indikator Kinerja terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericson dapat dilihat pada tabel berikut. Pernyataan yang di ajukan adalah mengenai : Ponsel Sony Ericsson memiliki service dan garansi yang baik.


(59)

58

Tabel 18. Tanggapan Konsumen terhadap indikator “service dan garansi” sebagai Dimensi pelayanan dalam Pembelian Ponsel Sony Ericsson

Sumber : Lampiran 8

Tabel 18 menjelaskan bahwa dari 22 responden dengan jenis kelamin 10 pria dan 12 wanita menyebutkan sangat setuju jika ponsel Sony Ericsson memiliki service dan garansi yang baik. Dari 10 pria, 5 responden dari Jurusan Manajemen, 3 reponden dari Jurusan Akuntansi, dan 2 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.Dari 12 wanita, 6 orang dari Jurusan Manajemen, 3 orang dari Jurusan Akuntansi,dan 3 orang dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dari 44 responden yang terdiri dari 15 responden pria dan 29 responden wanita menyatakan Setuju Ponsel Sony Ericsson memiliki layanan service dan garasi yang baik. Dari 15 pria, 8 responden dari Jurusan Manajemen, 3 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 4 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dari 29 responden wanita, 10 responden dari Jurusan Manajemen, 11 dari Jurusan Akuntansi, dan 8 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

0 1 8 5 14

1 6 10 6 23

1 7 18 11 37

0 2 3 3 8

2 4 11 3 20

2 6 14 6 28

0 3 4 2 9

1 6 8 3 18

1 9 12 5 27

Pria Wanita Gender Total Pria Wanita Gender Total Pria Wanita Gender Total Jurusan Manajemen Akuntansi Ekonomi Pembangunan

tidak setuju cukup setuju setuju sangat setuju Ponsel Sony Ericsson memiliki layanan service dan

garansi yang baik


(1)

Jurusan Manajemen, 7 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 3 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dari 19 responden wanita, 7 responden dari Jurusan Manajemen, 5 dari Jurusan Akuntansi, dan 7 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dari 27 responden yang terdiri dari 6 responden pria dan 21 responden wanita menyatakan cukup setuju Spesifikasi ponsel Sony Ericsson sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh perusahaan atau produsen. Dari 6 responden pria, 3 responden dari Jurusan Manajemen, 0 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 3 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.Dari 21 responden wanita, 7 responden dari Jurusan Manajemen, 8 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 6 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dari 6 responden yang terdiri dari 2 responden pria dan 4 responden wanita menyatakan tidak setuju Spesifikasi ponsel Sony Ericsson sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh perusahaan atau produsen. Dari 2 responden pria 2 responden tersebut dari jurusan Ekonomi Pembangunan. Dari 4 responden wanita, 1 responden dari jurusan Manajemen, 1 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 2 responden dari jurusan Ekonomi Pembangunan.

Hanya 1 responden pria dari jurusan Manajemen menyebutkan sangat tidak setuju Spesifikasi ponsel Sony Ericsson sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh perusahaan atau produsen.


(2)

7. Penilaian Konsumen tentang Indikator Dimensi Hasil terhadap Keputusan Pembelian Ponsel SonyEricsson

Dimensi hasil yakni mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan 6 (enam) dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak apat menghasilkan hasil akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas yang penting. (David A. Garvin 2001).

Penilaian konsumen tentang indikator Dimensi Hasil terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericson dapat dilihat pada tabel berikut. Pernyataan yang diajukan adalah mengenai : Ponsel Sony Ericsson yang ada miliki tampak dan

berkesan bekualitas.

Tabel 23. Tanggapan Konsumen terhadap indikator “berkualitas” sebagai Dimensi karakteristik produk dalam Pembelian Ponsel Sony Ericsson

Sumber : Lampiran 8

Tabel 23 menjelaskan bahwa dari 20 responden dengan jenis kelamin 9 pria dan 11 wanita menyebutkan sangat setuju jika Ponsel Sony Ericsson yang ada miliki tampak dan berkesan bekualitas. Dari 9 pria, 4 responden dari Jurusan

1 2 7 4 14

0 6 13 4 23

1 8 20 8 37

0 2 3 3 8

3 4 8 5 20

3 6 11 8 28

2 1 4 2 9

5 3 8 2 18

7 4 12 4 27

Pria Wanita Gender Total Pria Wanita Gender Total Pria Wanita Gender Total Jurusan Manajemen Akuntansi Ekonomi Pembangunan sangat tidak

setuju tidak setuju cukup setuju setuju sangat setuju Ponsel Sony Ericsson yang anda miliki tampak dan berkesan berkualitas


(3)

Manajemen, 3 reponden dari Jurusan Akuntansi, dan 2 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.Dari 11 wanita, 4 responden dari Jurusan Manajemen, 5 orang dari Jurusan Akuntansi,dan 2 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dari 43 responden yang terdiri dari 14 responden pria dan 29 responden wanita menyatakan Setuju Ponsel Sony Ericsson yang anda miliki tampak dan berkesan bekualitas. Dari 14 pria, 7 responden dari Jurusan Manajemen, 3 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 4 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dari 29 responden wanita, 13 responden dari Jurusan Manajemen, 8dari Jurusan Akuntansi, dan 8 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dari 18 responden yang terdiri dari 5 responden pria dan13 responden wanita menyatakan cukup setuju Ponsel Sony Ericsson yang ada miliki tampak dan berkesan bekualitas. Dari 5 responden pria, 2 responden dari Jurusan Manajemen, 2 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 1 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.Dari 13 responden wanita, 6 responden dari Jurusan Manajemen, 4 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 3 responden dari Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Dari 10 responden yang terdiri dari 2 responden pria dan 8 responden wanita menyatakan tidak setuju Ponsel Sony Ericsson yang ada miliki tampak dan berkesan bekualitas. Dari 2 responden pria 2 responden tersebut dari jurusan


(4)

Ekonomi Pembangunan. Dari 8 responden wanita, 3 responden dari Jurusan Akuntansi, dan 5 responden dari jurusan Ekonomi Pembangunan.

Hanya 1 responden pria dari jurusan Manajemen menyebutkan sangat tidak setuju Spesifikasi ponsel Sony Ericsson sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh perusahaan atau produsen.


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa Kualitas Produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson. Hal ini didasarkan pada :

1. Perhitungan korelasi product moment dan koefisien determinasi (KD), dapat disimpulkan bahwa ketujuh dimensi persepsi kualitas produk (kinerja, ketahanan, pelayanan, keandalan, karakteristik produk, kesesuaian dengan spesifikasi, hasil) secara keseluruhan memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dengan nilai 32,49%.

2. Dari uji hipotesis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian ponsel Sony Ericsson pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Hal tersebut terbukti dari hasil uji hipotesis dengan melihat thitung yaitu t = 6,6 yang lebih besar dari ttabel untuk n=92,pada tingkat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,658.

3. Berdasarkan analisis kualitatif pada kuisioner yang diajukan, dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung terhadap produk ponsel Sony Ericssson yang terbentuk dari tujuh dimensi kualitas secara keseluruhan dinilai baik dengan nilai rata-rata 352,64.


(6)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah:

1. Perusahaan ponsel Sony Ericsson disarankan untuk memperbaiki kualitas produknya, melakukan pengawasan yang lebih ketat pada proses manufaktur agar kualitas produk ponsel yang dihasilkan dapat lebih baik dan tidak memiliki cacat produksi, dan lebih kreaif dalam pengembangan model/tipe baru. Hal ini perlu dilakukan karena dari penilaian terhadap elemen-elemen persepsi kualitas produk ternyata penilaian terhadap kualitas produk dan dimensi keandalan nilai yang paling rendah di mata konsumen mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

2. Perusahaan ponsel Sony Ericsson disarankan untuk mempertahankan kinerja produk ponselnya yang mudah digunakan atau dioperasikan oleh setiap orang. Hal ini perlu dilakukan karena dari penilaian terhadap elemen-elemen persepsi kualitas produk, ternyata penilaian terhadap indikator tersebut memperoleh nilai yang paling baik di mata konsumen mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Kinerja produk ponselnya yang mudah digunakan atau dioperasikan oleh setiap orang dapat dimanfaatkan sebagai keunggulan produk ponsel Sony Ericsson serta dapat digunakan untuk membantu Sony Ericsson memperbaiki posisinya dalam pangsa pasar ponsel di Indonesia.