Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (Studi di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung)

(1)

ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

(Studi di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung)

( Tesis )

Oleh

MUHAMMAD ERLANDO JAYA

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FINANCIAL STATEMENTS BY GOVERNMENT ACCOUNTING STANDARDS (SAP)

(Study on Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung )

By

MUHAMMAD ERLANDO JAYA

With Government Accounting Standards (SAP), the government administration hopes that every region can give a good finance report, accurately and on time.

This research purposed to know the presentation of region financial statement at Government Regency of DISPENDA Kota Bandar Lampung have been reserved base on Government Accounting Standards (SAP). And to know other inhibiting factor base on Government Accounting Standards (SAP).

The techniques or methods of research by the authors is a descriptive study. Types and sources of data used in this study consists of primary data and secondary data. Primary data consisted of interviews about the presentation of Financial Statements by the Board of Finance and asset management areas. Secondary data from the data or information relating to the financial statements.

The results showed that Belfast City government in preparing the financial statements have been based on the Government Regulation No. 24 of 2005 on the Governmental Accounting Standards. In preparing the consolidated financial success in the area affected by the factors supporting the human resources and other inhibiting factor. And some of the factors inhibiting the implementation of SAP is the limited capacity of human resources who control the Government Accounting System application areas and also limited software (computer) application program contained Accounting Standards reign.

Keywords : Presentation of region Financial Statement with Government Accounting System (SAP)


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

(Studi di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung)

Oleh

MUHAMMAD ERLANDO JAYA

Dengan adanya SAP ini diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan pada pemerintah daerah dengan baik, akurat dan tepat waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penyajian Laporan Keuangan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi pemerintahan (SAP) dan juga untuk mengetahui faktor penghambat dalam penyusunan laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan.

Adapun teknik atau metode penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil wawancara tentang penyajian Laporan Keuangan Daerah dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan aset daerah. Data sekunder berupa data atau informasi yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung dalam penyajian laporan keuangan daerah telah berpedoman pada Peraturan Pemerintah daerah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dan beberapa faktor penghambat dalam penerapan SAP adalah terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang menguasai aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintahan daerah dan juga terbatasnya software (perangkat komputer) yang terdapat program aplikasi Standar Akuntansi Pemerintahannya. Kata Kunci : Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintah


(4)

ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

(Studi di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung)

Oleh

MUHAMMAD ERLANDO JAYA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(5)

Judul Tesis : ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (Studi di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : M u ham m ad E r l an do J aya

Nomor Pokok Mahasiswa : 1026021041

Program Studi : Magister Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Bambang Utoyo Drs. Yana Ekana PS, M.Si

NIP. 19630206 198803 1 002 NIP. 19610817 199003 1 004

2. Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Ari Darmastuti, M.A.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Bambang Utoyo _____________

Sekretaris : Drs. Yana Ekana PS, M.Si _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Feni Rosalia, M.Si _____________

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si

NIP. 19580109 198603 1 002

3. Direktur Program Pasca Sarjana Unila

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.

NIP. 19530528 198103 1 002


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul “Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (Studi di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung)” adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut dengan plagiatisme.

2. Hak Intelektual atas karya ilmiah yang diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibatnya dan mendapatkan sanksi sesuai ketentuan.

Bandar Lampung, Desember 2012 Yang Membuat

Muhammad Erlando Jaya


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Maret 1984, merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Hi. Erpani S. Jaya dan Ibu Thahera Achmad.

Jenjang akademis penulis berawal dari pendidikan Sekolah Dasar yang ditempuh di SD Kartika II Bandar Lampung pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP Al – Kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum SMU Negeri 3 Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2002.

Kemudian pada tahun 2003 penulis diterima pada program S1 non regular Jurusan Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Selanjutnya pada tahun 2010 penulis menempuh pendidikan pada program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung.


(9)

M OT T O

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhan-mu lah hendaklah kamu berharap” {QS. Al-Insyirah (Kelapangan) : 5-7}

Yakinlah Allah akan menuntun seseorang Yang sedang menuntut ilmu dijalan-Nya untuk menemukan jalan yang tepat dalam merintis karir kehidupan agar

menikmati sukses dunia dan akhirat {Adya Ali Ahmad}

“Sesungguhnya lika-liku kehidupan baik manis maupun pahit merupakan pengalaman yang harus dijadikan bahan evaluasi diri dalam berbuat yang

lebih berharga dimasa mendatang” ( Erlando)


(10)

P ER SEM BA H A N

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Sembah syukur ku panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, ridho serta karunia-Nya kepadaku

Dengan senantiasa bersyukur kepada-Nya, kupersembahkan karyaku ini kepada :

 Ayah dan Ibu yang telah memberikan seluruh kasih sayang  Adik-adikku yang menjadi motivasi dalam menuntut ilmu  Seluruh keluarga besar

 Teman-teman yang selalu mendukung  Almamater Tercinta “Universitas Lampung”


(11)

SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmatNya penelitian tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis dengan judul "Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Studi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung” adalah sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Magister atau S-2 pada Program Pascasarjana Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

2. Ibu Dra. Ari Darmastuti, M.A., selaku Ketua Prodi MIP, terima kasih atas dorongan, motivasi, pengarahan, bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini;

3. Bapak Dr. Bambang Utoyo, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini;

4. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini;


(12)

5. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si., selaku Penguji Utama pada ujian Tesis. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu;

6. Bapak Darmawan Purba, S.IP, M.IP., selaku Pengelola E-jurnal MIP; 7. Bapak dan Ibu Staf Asdministrasi Fisip Unila;

8. Seluruh rekan-rekan yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuan.

Peneliti menyadari bahwa dalam tesis ini tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Demikianlah tugas akhir ini saya buat semoga bermanfaat baik khususnya untuk diri saya pribadi, serta masyarakat luas.

Bandar Lampung, Desember 2012 Peneliti,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penatausahaan Keuangan Daerah ... 7

B. Latar Belakang Munculnya SAP ... 9

C. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan ... 10

D. Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan Standar Akuntansi Pemerintahan ... 12 E. Manfaat Penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan SAP 14


(14)

F. Faktor Penghambat dalam Penyajian Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah ... 15

G. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Jenis Data ... 35

C. Tempat dan Waktu ... 35

D. Fokus Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data... 37

G. Sumber Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Gambaran Umum Pemda kota Bandar Lampung ... 37

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ... 50

3. Cakupan kegiatan/Wilayah Pelayanan ... 51

4. Konversi Penyajian Laporan Keuangan Daerah ... 52

B. Pembahasan ... 60

1. Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Daerah ... 62

2. Analisis Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung ... 67

3. Faktor Penghambat dalam Penyajian Laporan Keuangan Daerah ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbandingan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 dengan SAP ... 13

2. Data Kependudukan Kota Bandar Lampung Tahun 2010 ... 41

3. Data Kecamatan dan Kelurahan di Bandar Lampung ... 41

4. Struktur Realisasi Anggaran ... 56

5. Perbedaan Struktur APBD dengan Pengkodean yang lalu ... 56

6. Tabel Akun... 57

7. Kode Rekening Penganggaran Kepmendagri No.29 Tahun 2002 . 58 8. Kode Rekening Penganggaran PP No.24 Tahun 2005 ... 59

9. Tabel Pos-Pos Ekuitas ... 61

10.Format Laporan Realisasi Pemerintah Kota Bandar Lampung ... 75

11.Neraca berdasarkan PP No. 24 tahun 2005... 77

12.Neraca DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 79

13.Laporan Arus Kas berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005 ... 81

14.Saldo Kas di bendahara DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 83

15.Daftar Persediaan DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 84

16.Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 85

17.Format Neraca Laporan SKPD ... 86

18.Format Laporan Realisasi ... 88


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Klasifikasi Aset ... 61 2. Kerangka Konseptual ... 91 3. Bagan Struktur DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 92


(17)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbandingan Kepmendagri No. 29 tahun 2002 dengan SAP ... 13

2. Struktur Realisasi Anggaran ... 56

3. Perbedaan Struktur APBD dengan Pengkodean yang lalu ... 56

4. Tabel Akun... 57

5. Kode Rekening Penganggaran Kepmendagri No.29 Tahun 2002 . 58 6. Kode Rekening Penganggaran PP No.24 Tahun 2005 ... 59

7. Tabel Pos-Pos Ekuitas ... 61

8. Format Laporan Realisasi Pemerintah Kota Bandar Lampung ... 75

9. Neraca berdasarkan PP No. 24 tahun 2005... 77

10.Neraca DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 79

11.Laporan Arus Kas berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005 ... 81

12.Saldo Kas di bendahara DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 83

13.Daftar Persediaan DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 84

14.Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 85

15.Format Neraca Laporan SKPD ... 86

16.Format Laporan Realisasi ... 88


(18)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Konseptual ... 33 2. Klasifikasi Aset ... 61 3. Bagan Struktur DISPENDA Kota Bandar Lampung ... 91


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) memerlukan waktu yang lama. Awalnya, dengan berlakunya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, daerah diberi kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pengelolaan keuangannya sendiri. Hal ini tentu saja menjadikan daerah provinsi, kabupaten, dan kota menjadi entitas-entitas otonom yang harus melakukan pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangannya sendiri mendorong perlunya standar pelaporan keuangan. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dalam pasal 35 mengamanatkan bahwa “penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman pada standar akuntansi keuangan pemerintah”, meskipun belum ada standar akuntansi pemerintahan yang baku.

Belum adanya standar akuntansi pemerintahan yang baku memicu perdebatan siapa yang berwenang menyusun standar akuntansi keuangan


(20)

2

pemerintahan. Sementara itu, pelaporan dan penyajian keuangan harus tetap berjalan sesuai dengan peraturan perundangan meskipun standar belum ada. Untuk mengisi kekosongan sambil menunggu penetapan yang berwenang menyusun dan menetapkan standar akuntansi pemerintahan dan terutama upaya untuk mengembangkan sistem pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntable maka pemerintah dalam hal ini Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan mengambil inisiatif untuk membuat pedoman penyajian laporan keuangan. Maka lahirlah sistem akuntansi keuangan daerah dari Departemen Keuangan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355/KMK.07/2001 tanggal 5 Juni 2001. Dari Departemen Dalam Negeri keluar Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tanggal 18 Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertangungjawaban dan Pengawasan Keuangan Derah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kedua keputusan ini bukanlah standar akuntansi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 maupun standar akuntansi pada umumnya.

Setelah pemerintah menyusun strandar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik pada pemerintah pusat ataupun pada pemerintah daerah dengan dibentuknya Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) pada tanggal 13 Juni 2005 Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005


(21)

3

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pada SAP tersebut menyatakan bahwa laporan keuangan pokok terdiri dari : a). Laporan Realisasi Anggaran, b). Neraca, c). Laporan Arus Kas dan d). Catatan Atas Laporan Keuangan.

Dengan adanya Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ini diharapkan oleh Pemerintah untuk dapat menurunkan tingkat penyimpangan dan bias anggaran yang tidak perlukan, serta akan diadanya transparansi laporan keuangan dalam pengelolaan keuangan di setiap daerah yang ada, sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya tindak korupsi yang merugikan masyarakat.

Dengan adanya ketentuan tersebut maka suatu Pemerintah daerah diwajibkan untuk melaporkan perencanaan dan penggunaan anggaran di daerahnya setiap satu tahun sekali dan dilaporkan kepada DPRD, masyarakat, dan stakeholder sebagai lampiran dalam pertanggungjawaban tahunan, laporan ini juga akan dimuat di surat kabat setempat. Pemerintah Daerah juga tidak perlu menunggu SK Depdagri, karena sistem SAP dapat diminta kapan saja kepada Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang berada di bawah Depkeu.

Dengan adanya reformasi keuangan pada wacana diatas Pemerintah Daerah khususnya harus dapat mengelola keuangan dengan baik, serta mampu menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi


(22)

4

Pemerintahan (SAP). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintahan Daerah dapat menggunakan perkembangan teknologi informasi yang ada saat ini.

Dari pemikiran diatas, penulis bermaksud membuat laporan Tugas Akhir ini tentang data keuangan khususnya dalam penggunaan anggaran Pemerintahan Daerah di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang akan diberi judul

Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Standar

Akuntansi Pemerintah” dimana studi dilakukan di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penyusunan Laporan keuangan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung apakah telah menyajikan laporan keuangan daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah ? 2. Apa saja faktor penghambat dalam penyajian laporan keuangan sesuai


(23)

5

C. Batasan Masalah

1. Penyajian laporan keuangan yang akan diteliti dibatasi pada lingkungan yang terbatas yaitu Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung.

2. Penulis membatasi pembahasan penyajian laporan keuangan untuk tahun anggaran 2011.

3. Pengidentifikasian masalah yang muncul hanya dibatasi pada saat penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan di Pemerintahan Kota Bandar Lampung dalam Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah daerah.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari tugas akhir ini yaitu :

1. Untuk mengetahui kesesuaian penyajian laporan keuangan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan


(24)

6

E. Manfaat Penelitian

Secara Praktis 1. Bagi Penulis

Untuk memperluas cara berpikir secara ilmiah mengenai penyajian laporan keuangan daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang SAP pada laporan keuangan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

2. Bagi pemerintah daerah

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait pada pemerintah daerah.

3. Bagi pihak – pihak lain

Sebagai suatu bahan tambahan ilmu pengetahuan dan bahan referensi yang bermanfaat bagi penelitian sejenis sehingga dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

Secara teoritis :

Laporan keuangan mempunyai manfaat sebagai alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil- hasil yang telah dicapai oleh perusahaan/instansi yang bersangkutan.

Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan instansi/perusahaan , faktor yang paling utama untuk mendapat perhatian oleh penganalisa adalah :


(25)

7

a. Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu instansi/perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan instansi/perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih.

b. Solvabilitas adalah menunjukan kemampuan instansi/perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila instansi/perusahaan tersebut dilikuidasikan baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Rentabilitas atau profitability adalah menunjukan kemampuan instansi/perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. d. Stabilitas Usaha adalah menunjukan kemampuan instansi/perusahaan

untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan instansi/perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang-hutang tersebut tepat pada waktunya.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penatausahaan Keuangan Daerah

Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Uraian tentang penatausahaan keuangan daerah mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) asas umum penatausahaan keuangan daerah; (b) pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah; (c) penatausahaan penerimaan; dan (d) penatausahaan pengeluaran.

Menurut Mahmud dalam Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (2003 : 24) menyatakan bahwa :

Selama masa pra otonomi daerah dan desentralisasi fiskal belum ada system akuntansi keuangan daerah yang baik, yang ada baru sebatas tata buku. Pengelolaan keuangan daerah mendasarkan pada buku manual administrasi keuangan daerah (MAKUDA) tahun 1981 yang pada esensinya tidak berisi akuntansi tetapi sekedar penatausahaan keuangan atau tata buku.

Sebagai upaya konkrit reformasi keuangan daerah, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun 2000 tentang


(27)

9

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Sementara itu, petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan PP Nomor 105 Tahun 2000 serta untuk secara bertahap mengganti model tata buku sebagaimana dalam Manual Administrasi Keuangan Daerah menjadi system akuntansi, maka dikeluarkanlan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002.

Sejak masa reformasi masalah keuangan daerah merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam konteks sektor publik. Halim (2004:19) mengartikan ‘’keuangan daerah sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang itu belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan undangundang yang berlaku’’. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut.

Kebijakan keuangan daerah senantiasa diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan, terciptanya perekonomian daerah yang mandiri sebagai


(28)

10

usaha bersama atas asas kekeluargaan berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang merata.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah, yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta peningkatan kualitas LKPP dan LKPD.

B. Latar Belakang Munculnya SAP

Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada, namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sector komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (1994), kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN), Departemen Keuangan mulai mengembangkan standar akuntansi.

Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya adalah PP 105/2000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam pertanggungjawaban keuangan daerah.


(29)

11

Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002.

UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden. Dalam penyusunan standar harus melalui langkah-langkah tertentu termasuk dengar pendapat (hearing), dan meminta pertimbangan mengenai substansi kepada BPK sebelum ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

C. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar

Akuntansi Pemerintah

Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Usaha reformasi


(30)

12

keuangan Negara mencakup bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, system, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk dapat mencapai good goverence diharapkan penyusunan dan penyajian laporan keuangan dapat berpedoman pada sebuah standar akuntansi dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan.

Dibidang peraturan perundangan-undangan, pemerintah dengan persetujuan DPR-RI telah menetapkan suatu paket undang-undang dibidang keuangan Negara, yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, undang-undang Nomor 1 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor tahun 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga Undang-undang tersebut menjadi dasar bagi institusi Negara mengubah pola administrasi keuangan menjadi pengelolaan keuangan. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan Presiden dan Gubernur, Bupati, Walikota untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN atau APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan Laporan keuangan perusahaan Negara atau daerah dan badan lainnya. Disebutkan pula bahwa bentuk dan isi laporan keuangan tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Kedudukan SAP adalah sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan


(31)

13

Pemerintah. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ruang lingkup SAP diterapkan di lingkungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat atau daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Dengan ditetapkannya PP SAP maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Hal ini menandai dimulainya suatu era baru dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN atau APBD dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Diharapkan seluruh instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat mengimplementasikan SAP dengan baik sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada pihak lain.

D. Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan

Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 dan SAP memiliki pola perubahan yang dapat dilihat tabel di bawah ini :


(32)

14

Tabel 1. Perbandingan Kepmendagri No.29 tahun 2002 dengan SAP

Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 SAP

Basis Kas Modifikasi Basis Kas untuk pengakuan

pendapatan, belanja dan pembiayaan (LRA)

Aktiva tetap diakui pada akhir periode dengan menyesuaikan Belanja Modal yang terjadi

Aktiva tetap selain tanah di depresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomisnya

Aktiva/asset tetap diakui pada saat hak kepemilikannya berpindah dan atau saat diterima

Asset tetap selain tanah dapat didepresiasi dengan metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi

Kewajiban diakui pada akhir periode akuntansi melalui penyusuaian

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau kewajiban timbul

Jenis Laporan Keuangan :

 Laporan Perhitungan APBD

 Neraca

 Laporan Aliran Kas

 Nota Perhitungan APBD

Jenis Laporan Keuangan :

 Laporan Realisasi Anggaran

(LRA)

 Neraca

 Laporan Arus Kas

 Catatan atas Laporan Keuangan

Belanja dikategorikan :

 Belanja Administrasi Umum

 Belanja Operasi dan Pemeliharaan

 Belanja Modal

 Belanja Tidak Tersangka Masing-masing belanja dikelompokan menjadi :

 Belanja Pegawai dan Personalia

 Belanja Barang dan Jasa

 Belanja Perjalanan Dinas

 Belanja Pemeliharaan

Belanja dikelompokkan menurut klasifikasi yaitu :

Belanja Operasi

 Belanja Pegawai

 Belanja Barang

 Bunga

 Subsidi

 Hibah

 Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Tak Terduga

Laporan Aliran Kas dikelompokkan dalam 3 aktivitas yaitu :

 Aktivitas Operasi

 Aktivitas Investasi

 Aktivitas Pembiayaan

Laporan Arus Kas dikelompokkan dalam 4 aktivitas yaitu :

 Aktivitas Operasi

 Aktivitas Investasi

 Aktivitas Pembiayaan

 Aktivitas non-anggaran Jadwal tahapan penyiapan dokumen

APBD tidak teratur secara rinci

Jadwal tahapan penyiapan dokumen penyusunan APBD diatur secara rinci dan ketat untuk mencapai target persetujuan DPRD paling lambat 1 tahun sebelum Tahun Anggaran dilakukan


(33)

15

Dengan terjadinya perubahan peraturan dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 kepada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang SAP, terjadi perubahan yang signifikan baik bersifat pragmatik maupun teknik operasionalnya terkait dengan penatausahaan keuangan daerah sampai pada teknik atau sistem akuntansinya.

E. Manfaat Penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan SAP

Untuk menerapkan suatu peraturan ataupun system yang baru memang membutuhkan pemahaman, waktu dan penyesuaian juga materi yang mendukung. Tetapi dibalik kendala-kendala tersebut tentunya terdapat manfaat yang baik dalam penyajian laporan keuangan agar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Adapun beberapa manfaat yang dapat dirasakan jika kita telah menerapka sistem yang ada adalah :

1) Dapat menyajikan laporan keuangan daerah tepat pada waktunya sesuai dengan kalender anggaran tahunan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku dan tidak terjadi lagi keterlambatan.

2) Lebih akurat dan transparansi dalam penyusunan laporan keuangan sehingga mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya penyimpangan dan lain sebagainya.


(34)

16

F. Faktor Penghambat dalam Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah

1. Sumbar Daya Manusia

Menurut Nawawi (2001 : 37)

“Sumber daya manusia adalah orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, pekerja, tenaga kerja, dan lain-lain.”

Menurut Susilo (2002 : 3)

“Sumber daya manusia adalah pilar penyangga utama sekaligus penggerak oraganisasi dalam usaha mewujudkan visi, misi, dan tujuannya”.

Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan dibutuhkan tenaga sumber daya manusia atau pegawai untuk menjalankan perangkat pendukung yang dipergunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sehubungan dengan aplikasi Sistem Akuntasi Pemerintah Daerah yang merupakan program tersendiri, sangat dibutuhkan pegawai yang mengerti dengan baik dan dapat menjalankan secara benar program aplikasi tersebut.

Karena sistem aplikasi tersebut merupakan sistem yang baru, maka pemerintahan daerah mempersiapkan pegawai melalui program pelatihan. Modul pelatihan disusun oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara Departemen Keuangan RI dan setiap provinsi telah ada aplikasi Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Pelatihan dilakukan kepada pegawai yang bekerja khusus dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut.


(35)

17

Jumlah pegawai yang disyaratkan mengikuti pelatihan paling sedikit sesuai dengan jumlah computer dengan aplikasi Sistem Pemerintah Daerah di daerah yang bersangkutan. Kemampuan pegawai untuk dapat memahami program aplikasi tersebut dan dapat menjalankannya dengan benar tergantung kepada kualitas pegawai yang bersangkutan. Seorang pegawai akan lebih mudah dan cepat mengerti program aplikasi tersebut jika telah mengerti dasar-dasar pengoperasian komputer atau lebih mahir menggunakan aplikasi dalam komputer khususnya program Office.

2. Perangkat Pendukung

Perangkat pendukung utama yang dibutuhkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah perangkat pendukung teknis. Perangkat pendukung teknis adalah hardware dan software. Pengertian dari hardware atau dalam bahasa indonesia-nya disebut juga dengan nama “perangkat keras” adalah salah satu komponen dari sebuah komputer yang sifat alat nya bisa dilihat dan diraba secara langsung atau yang berbentuk nyata, yang berfungsi untuk mendukung proses komputerisasi.

Sedangkan yang dimaksud dengan software secara umum dapat diartikan sebagai sekumpulan data-data elektronik yang tersimpan dan diatur oleh komputer yang berupa program atau instruksi untuk menjalankan dan mengeksekusi suatu perintah. Software merupakan perangkat yang ada di dalam computer yang tidak dapat kita sentuh dan tidak pula dapat kita lihat bentuk fisiknya.


(36)

18

Software berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan perangkat keras. Perangkat lunak (software) yang digunakan adalah aplikasi khusus yang dinamakan program Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan selanjutnya secara otomatis mempersiapkan laporan keuangan daerah ketika laporan tersebut dibutuhkan. Pemerintah daerah akan menyusun laporan keuangan daerah mengacu pada standar akuntansi pemerintah.

G. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Definisi dan Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No. 24 tahun 2005 tentang SAP adalah “merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”

Menurut Erlina (2008 : 18)

Laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam PP No. 24 Tahun 2005. Laporan keuangan daerah hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukannya. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).


(37)

19

Penggunaan laporan keuangan pemerintah daerah adalah : a. Masyarakat

b. Para wali rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa

c. Pihak yang member atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman

d. Pemerintah

2. Peranan dan tujuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah a. Peranan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005 : 7) :

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Menurut Erlina (2008 : 21)

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :

1) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaoran dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian


(38)

20

aras seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4) Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

b. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut Erlina (2008:20) :

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Erlina (2008 : 20) menyatakan bahwa untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal :

1. Asset 2. Kewajiban 3. Ekuitas dana 4. Pendapatan 5. Belanja 6. Transfer 7. Pembiayaan 8. Arus kas


(39)

21

3. Karakteristik Kualitatif Laporan keuangan Pemerintah Daerah

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normative yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.

Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005 : 10) :

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :

a. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu attau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Informasi dapat dikatakan relevan jika memiliki kriteria :

1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka dimasa lalu.

2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.


(40)

22

3) Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan

4) Lengkap. Informasi akuntansi keuangn pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

b. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi karakteristik :

1) Penyajian jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi transaksi serta peristiwa lainnya yang harus disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

2) Dapat diverifikasi (verifiability). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

3) Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

c. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode


(41)

23

sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.

d. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Menurut Erlina (2008 : 35) :

Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah daerah yaitu :

1) Materialistis. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.

2) Pertimbangan biaya dan manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.

3) Keseimbangan antar karakateristik kualitatif. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif


(42)

24

diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah.

4. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan.

Menurut Erlina (2008:31)

Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan palaporan keuangan pemerintah :

a. Basis akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima direkening kas umum daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa lebih pembiayaan


(43)

25

anggaran untuk setiap anggaran periode tergantung pada selisih realisasi pendapatan dan belanja serta pembiayaan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan atau kondisi lungkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

b. Prinsip nilai historis

Asset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain kerena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.

c. Prinsip realisasi

Bagi pemerintah, pendapatan yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiscal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam dalam periode tersebut. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against revenue


(44)

26

principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekan dalam akuntansi komersial.

d. Prinsip substansi mengungguli bentuk

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan lancar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

e. Prinsip Periodesitas

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, Peremendagri Nomor 13 tahun 2006 menentukan pemerintah daerah atau SKPD diharapkan membuat laporan semester pertama dan laporan prognosis untuk satu semester kedepan.

f. Prinsip konsistensi

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan maupun entitas


(45)

27

akuntansi (prinsip konsistesi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari suatu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

g. Prinsip pengungkapan lengkap

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan

h. Prinsip penyajian wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat sertatingkatnya dengan Menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak


(46)

28

dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, pengguna pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.

5. Unsur-Unsur dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai informasi mengenai relisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing dapat diperbandingkan dengan anggarannya. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan :

1) Telah dilaksanakan secara efisien, efektif dan hemat 2) Telah sesuai dengan anggarannya

3) Telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Menurut Ulum (2004 : 192)

Bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Masing-masing komponen didefinisikan sebagai berikut :


(47)

29

1) Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat/daerah, yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat/daerah.

2) Belanja adalah semua pengeluaran kas umum Negara/kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang didak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah.

3) Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar, atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

Bentuk laporan realisasi anggaran pemerintah Kota Bandar Lampung disajikan pada tabel 10 lampiran halaman 75.

b. Neraca

Neraca mengambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Menurut Ulum (2004:213) bahwa masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :


(48)

30

1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan / atau oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi/sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan sejaarah dan budaya.

2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masalalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan aliran keluaar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka paanjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya baru wajib dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan

3) Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Ekuitas dana lancar, yaitu selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek


(49)

31

 Ekuitas dana investasi, yaitu selisih antara aset nonlancar dan dana cadangan atas kewajiban jangka panjang

 Ekuitas dana cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bentuk neraca pemerintahan kota / kabupaten berdasarkan PP No.24 tahun 2005 disajikan pada tabel 11 lampiran halaman 77 sedangkan bentuk Neraca pada DISPENDA kota Bandar Lampung disajikan pada tabel 12 lampiran halaman 79.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan oparasional, investasi, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang mengambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pada periode tertentu.

Menurut Ulum (2004:228) unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut.

 Penerimaan adalah semua penerimaan kas umum negara/kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan

 Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas umum negara/kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan


(50)

32

Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasi berdasarkan aktivitas operasi, investasi. pembiayaan dan non anggaran. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas.

Bentuk laporan arus kas pemerintahan kabupaten disajikan pada tabel 13 di lampiran halaman 81.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan atas laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum. Catatan atas laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu, laporan keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman diantara pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelapor dan informasi


(51)

33

lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan didalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Menurut Ulum (2004:235) catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fisikal/keuangan, ekonomi, makro, pencapaian target Undang-undang APBD/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target 2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan

3. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan standar akuntansi pemerintah yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

5. Informasi yang menjelaskan pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam lembar muka laporan keuangan, dan

6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.


(52)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak management yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :

a. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)

b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate)

c. Pendapat pribadi (personal judgment) d. Keterbatasan Laporan Keuangan e. Prinsip Akuntansi

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode desktiptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang


(53)

35

diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Bahwa metode yang di gunakan dalam menyusun Tesis ini adalah metode deskriptif yang berusaha menyajikan dan mengembangkan secara jelas mengenai objek yang diteliti dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Menurut Nazir (2005:54) adalah sebagai berikut :

“Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”

Adapun pengertian metodologi penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2005:2) adalah sebagai berikut :

“Metodologi penelitian deskriptif pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Berdasarkan kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode yang di gunakan dalam menyusun Tesis ini adalah metode deskriptif yang berusaha menyajikan dan mengembangkan secara jelas mengenai objek yang diteliti dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

B. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan penulis dalam penyusun penelitian ini adalah :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung yang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan


(54)

36

pemahaman sendiri oleh penulis. Seperti wawancara atau tanya jawab kepada nara sumber, mengambil data dari perpustakaan daerah, mengambil data dari internet, dan memperoleh data dari beberapa sumber bacaan yang berkaitan dengan permasalahaan yang dibahas. b. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah yang bersumber dari

kantor pemerintah yang diteliti, misalnya gambaran umum dari Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung, struktur organisasi dan informasi yang berhubungan dengan penyajian laporan keuangan.

C. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dimulai dari penulisan proposal hingga ujian Tesis. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan September 2012 pada bagian Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Jl. Dr. Soesilo Teluk Betung Bandar Lampung.

D. Fokus Penelitian

Faktor apa saja yang akan diteliti

1. Penyusunan laporan keuangan daerah di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung diharapkan dibuat agar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan dapat disajikan secara cepat, akurat, dan tepat waktu. Diantaranya laporan realisasi, neraca, dan laporan arus kas.

2. Melakukan tinjauan terhadap faktor penghambat serta upaya yang dilakukan dalam prosedur Penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan


(55)

37

Standar Akuntansi Pemerintah di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen atau alat pengumpulaan data sebagai berikut :

a. Teknik wawancara, yaitu melakukan Tanya jawab langsung secara lisan dengan beberapa pihak yang berkompeten dan berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan pada badan pengelolaan keuangan dan aset daerah sehubungan analisis penyajian laporan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung sesuai dengan SAP. Wawancara dilakukan penulis kepada salah seorang petugas di DISPENDA Kota Bandar Lampung di bagian Administrasi dan kearsipan.

b. Teknik Dokumentasi, yaitu melakukan penghimpunan atas data-data sekunder untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, seperti laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan


(56)

38

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data yang telah terkumpul diolah, kemudian selanjutnya data hasil pengolahan tersebut harus dianalisis supaya data tersebut menjadi data yang akurat. Yaitu dengan cara menyusun kembali data yang telah diperoleh dalam bentuk tabel dan menyajikannya dalam bentuk laporan dan tabel.

G. Sumber Data

Dalam penyusunan penelitian ini penulis mendapatkan sumber data dan bahan yaitu dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yaitu seksi bagian pengelolaan dan administrasi umum, dimana bagian tersebut bertugas penataan kearsipan dinas, dan hubungan masyarakat dan juga pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi dimana bagian tersebut bertugas memberikan data dan informasi yang diperlukan tentang penerimaan daerah.


(57)

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung di dalam penyajian laporan keuangan daerah telah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan diantaranya dalam penyusunan laporan realisasi, neraca dan laporan arus kas.

2. Terdapat faktor penghambat dalam penyusunan laporan keuangan yaitu kemampuan sumber daya manusia dalam menjalankan dan mengoperasikan aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah untuk menyusun laporan keuangan sendiri. Disamping itu juga karena disebabkan oleh keterbatasan perangkat atau infastruktur berupa komputer dan softwere menjadi faktor penghambat dalam penerapan SAP.


(58)

72

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Kualitas atau keterampilan sumber daya manusia (SDM) lebih ditingkatkan dengan memberikan pelatihan teknis maupun nonteknis. Pelatihan (training) maupun pengembangan pendidikan (development) kedua-duanya menekankan peningkatan keterampilan ataupun kemampuan dalam kualitas SDM. Pelatihan yang dapat diberikan misalnya seperti Diklat Teknis yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pegawai.

2. Tersedianya perangkat komputer dengan fasilitas system aplikasi Standar Akuntansi Pemerintahan atau softwere diperbanyak lagi, agar penyajian laporan keuangan lebih cepat dan akurat, sehingga Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung mampu menyajikan laporan keuangan sendiri dengan program aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah.


(59)

73

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Bahtiar dkk, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Batian, Indra, 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta

__________, 2006, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.

__________, 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. USU Press, Medan.

Erlina, 2008. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah. USU Press, Medan.

Forum Diskusi Akuntansi Sektor Publik, 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan Telaah Kritis – PP No. 24 Tahun 2005. BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Hartina, Silka. 2009. “Analisis Penyajian Laporan Keuangan Kabupaten Langkat”. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan


(60)

74

http://bandarlampung.go.id. Januari, 2012

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian Skripsi,

Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Mahmud M. Hanafi, Abdul Halim, 2003. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit AMP-YKN

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemeintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Nazir Mohammad, 2005. Metode Penelitian, Ghalis Indonesia, Jakarta

Nawawi, Hadari, 2001. Perencanaan Sumber Daya Manusia untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis cetakan kedelapan, Alfabeta, Bandung.

Susilo, 2002. Audit Sumber Daya Manusia, Penerbit Gemma Amini, Jakarta.

Ulum, Ihyahul MD, 2004. Akuntansi Sektor Publik Sebuah Pengantar, Edisi Pertama, Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 . Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta.

--- , 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta


(1)

Standar Akuntansi Pemerintah di Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen atau alat pengumpulaan data sebagai berikut :

a. Teknik wawancara, yaitu melakukan Tanya jawab langsung secara lisan dengan beberapa pihak yang berkompeten dan berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan pada badan pengelolaan keuangan dan aset daerah sehubungan analisis penyajian laporan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung sesuai dengan SAP. Wawancara dilakukan penulis kepada salah seorang petugas di DISPENDA Kota Bandar Lampung di bagian Administrasi dan kearsipan.

b. Teknik Dokumentasi, yaitu melakukan penghimpunan atas data-data sekunder untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, seperti laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan


(2)

unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data yang telah terkumpul diolah, kemudian selanjutnya data hasil pengolahan tersebut harus dianalisis supaya data tersebut menjadi data yang akurat. Yaitu dengan cara menyusun kembali data yang telah diperoleh dalam bentuk tabel dan menyajikannya dalam bentuk laporan dan tabel.

G. Sumber Data

Dalam penyusunan penelitian ini penulis mendapatkan sumber data dan bahan yaitu dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian yaitu seksi bagian pengelolaan dan administrasi umum, dimana bagian tersebut bertugas penataan kearsipan dinas, dan hubungan masyarakat dan juga pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi dimana bagian tersebut bertugas memberikan data dan informasi yang diperlukan tentang penerimaan daerah.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung di dalam penyajian laporan keuangan daerah telah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan diantaranya dalam penyusunan laporan realisasi, neraca dan laporan arus kas.

2. Terdapat faktor penghambat dalam penyusunan laporan keuangan yaitu kemampuan sumber daya manusia dalam menjalankan dan mengoperasikan aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah untuk menyusun laporan keuangan sendiri. Disamping itu juga karena disebabkan oleh keterbatasan perangkat atau infastruktur berupa komputer dan softwere menjadi faktor penghambat dalam penerapan SAP.


(4)

Berdasarkan kesimpulan yang ada, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Kualitas atau keterampilan sumber daya manusia (SDM) lebih ditingkatkan dengan memberikan pelatihan teknis maupun nonteknis. Pelatihan (training) maupun pengembangan pendidikan (development) kedua-duanya menekankan peningkatan keterampilan ataupun kemampuan dalam kualitas SDM. Pelatihan yang dapat diberikan misalnya seperti Diklat Teknis yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pegawai.

2. Tersedianya perangkat komputer dengan fasilitas system aplikasi Standar Akuntansi Pemerintahan atau softwere diperbanyak lagi, agar penyajian laporan keuangan lebih cepat dan akurat, sehingga Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung mampu menyajikan laporan keuangan sendiri dengan program aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Bahtiar dkk, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Batian, Indra, 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta

__________, 2006, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.

__________, 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. USU Press, Medan.

Erlina, 2008. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah. USU Press, Medan.

Forum Diskusi Akuntansi Sektor Publik, 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan Telaah Kritis – PP No. 24 Tahun 2005. BPFE, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Hartina, Silka. 2009. “Analisis Penyajian Laporan Keuangan Kabupaten Langkat”. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan


(6)

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian Skripsi,

Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Mahmud M. Hanafi, Abdul Halim, 2003. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit AMP-YKN

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemeintahan, Salemba Empat, Jakarta.

Nazir Mohammad, 2005. Metode Penelitian, Ghalis Indonesia, Jakarta

Nawawi, Hadari, 2001. Perencanaan Sumber Daya Manusia untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis cetakan kedelapan, Alfabeta, Bandung.

Susilo, 2002. Audit Sumber Daya Manusia, Penerbit Gemma Amini, Jakarta.

Ulum, Ihyahul MD, 2004. Akuntansi Sektor Publik Sebuah Pengantar, Edisi Pertama, Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 . Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta.

--- , 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta


Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Binjai

0 37 135

Pengakuan Dan Pengukuran Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Pada RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai

0 29 73

Analisis Prosedur Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan pada Pemko Medan

0 26 129

EVALUASI LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)

0 24 21

EVALUASI LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)

1 22 21

EVALUASI LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP) (Studi di Rumah Sakit Paru Jember Tahun 2011)

0 28 21

Pengaruh Akuntansi Keuangan Daerah Dan Standar Akuntansi pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (survey Pada Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan keuangan Bandung)

1 7 1

EVALUASI ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA LAPORAN KEUANGAN KOPERASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Pada KPRI di Kota Bandar Lampung)

1 26 34

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DIKAITKAN DENGAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung) Hassan Basrie, Universitas Bandar Lampung Yashinta Arly, Universitas Bandar Lampung Riswan, Universitas Bandar Lampung Abstract -

0 0 16

SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus di Dinas Pemerintahan Kota Medan)

0 0 12