PENUTUP KENDALA DAN UPAYA REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI (BNNP) YOGYAKARTA.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan mengenai kendala Badan Narkotika
Nasional Provinsi (BNNP)

Yogyakarta dalam melakukan upaya rehabilitasi

menurut ketentuan yang berlaku dan upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi
(BNNP) Yogyakarta dalam melakukan upaya rehabilitasi.
1. Kendala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Yogyakarta

dalam

melakukan upaya rehabilitasi menurut ketentuan yang berlaku yaitu masih
banyak pecandu yang menolak untuk terisolir di sebuah tempat rehabilitasi.
Hal ini terjadi karena sebagian besar pecandu narkotika menganggap
kehidupan di tempat rehabilitasi merupakan penderitaan bagi mereka yang
masih berada dalam tahap kecanduan, terutama saat melewati kondisi putus
zat/sakau. Pecandu ternyata sudah mengalami kondisi setengah gila (dual
diagnosis ) ataupun sudah mengalami penyakit parah yang perlu penanganan

medis khusus. Pecandu belum mau terbuka dan sadar bahwa narkotika itu
sangat berbahaya. Pecandu takut dijadikan target operasi. Pandangan
Kepolisian masih menerapkan pidana penjara bagi pecandu narkotika. Para
penyidik polisi masih bertahan dengan pandangan bahwa tempat rehabilitasi
belum memadai dan jumlahnya belum sesuai kebutuhan.
2. Upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Yogyakarta dalam
melakukan upaya rehabilitasi yaitu dengan menguatkan lembaga rehabilitasi.
Hal ini dilakukan bagi korban penyalahguna narkotika yang dapat dibuktikan

56

57

atau terbukti sebagai korban untuk dilakukannya rehabilitasi seperti yang diatur
pada Pasal 54 Undang-Undang Narkotika. Dalam pelaksanaan Pasal 54
tersebut Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) melakukan kerjasama
dengan lembaga-lembaga untuk memperlancar proses rehabilitasi dan
memberikan himbauan serta sosialisasi kepada masyarakat termasuk siaran tv
dan radio kepada masyarakat agar para pecandu bersedia untuk direhabilitasi di
panti-panti rehabilitasi yang telah diselenggarakan oleh pemerintah, swasta

maupun LSM.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis dapat
memberikan saran antara lain:
1. Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Yogyakarta haruslah lebih
sering mengadakan sosialisasi dan penyuluhan tentang narkotika terutama
mengenai peran penting dari adanya lembaga rehabilitasi untuk para
pecandu narkotika.
2. Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan ini tidak hanya dilakukan di daerah
perkotaan tetapi dilakukan juga di daerah pedesaan.
3. Membangun fasilitas rehabilitasi yang layak dan memadai di setiap
Kabupaten dan Kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
4. Perlu adanya perhatian dari lingkungan sekitar terutama keluarga sebagai
lingkungan terdekat agar peka terhadap anggota keluarga mereka.

58

5. Bila ada keluarga yang terkena kasus penyalahgunaan narkotika, segera
bertindak dengan mulai mencari suatu lembaga rehabilitasi bagi para
pecandu narkotika.

6. Peran serta masyarakat pun diharapkan ada salah satunya diterimanya
kembali mantan para pengguna dalam lingkungannya tanpa melakukan
tindakan-tindakan yang sifatnya diskriminatif bahkan dengan menjauhi
mereka.
7. Upaya lanjut dari semua pihak terkait, mulai dari panti rehabilitasi,
masyarakat, keluarga, untuk mau mengawasi pecandu narkotika yang sudah
sembuh sekalipun, agar tidak lagi menggunakan narkotika.

59

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
BNN,

2006, Kamus Narkoba. Istilah-Istilah
Penyalahgunaannya, BNN RI, Jakarta.

Narkoba

dan


bahaya

BNN, 2008, Panduan Pelaksanaan Terapi dan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat ,
BNN RI, Jakarta.
BNN, 2012, Petunjuk Tekhnis Program Pascarehabilitasi, Deputi Bidang
Rehabilitasi BNN RI, Jakarta.
Gaffar Ruskhan Abdul, 2006, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Grafindo,
Jakarta.
Hakim Arief M, 2004, Bahaya Narkoba, Alkohol. Cara Islam Mencegah,
Mengatasi, dan Melawan, Nuansa, Bandung.
Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. PT. Forum Media
Utama, Jakarta.
Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba, PT. RajaGrafindo, Jakarta.
Partodihardjo Subagyo, 2004, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya,
Jakarta, Esensi,
Simanungkalit Parasian, 2011, Globalisasi Peredaran Narkoba
Penanggulangannya di Indonesia, Yayasan Wajar Hidup, Jakarta.

dan


Sujono Ar, Pannel Bonny, 2011, Komentar dan Pembahasan UU No. 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika, Sinar Grafika, Jakarta.
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Penempatan
Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.
Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum
dan HAM Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Menteri Sosial Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia,

252559

60

Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Kepala Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia Tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi.

Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Tata
Cara Penanganan Tersangka dan/atau Terdakwa Pecandu Narkotika dan
Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Dalam Lembaga Rehabilitasi.
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 Tentang Badan Narkotika Nasional,
Badan Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota.
Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional.
Website :
http://bnnp-diy.com/page-8-sejarah.html
http://bnnp-go.id/featured/berita-utama-3
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Narkotika_Nasional_Provinsi
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2013/07/23/704/faktor-penyebabpenyalahgunaan-narkotika