Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan
MlNTERlIU!SEHATAN
RIPUILlKINDONEsIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 64 rADUN 2013
teセan
g@
PENANGGUIANGAN KRISIS KESEHATAN
Kesehatan Republik Indonesia
MllliSIInnSiln Krlsis Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 64 TAHUN 2013
TENTANG
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
a.
bahwa kejadian yang dapat menimbulkan krisis
kesehatan harus segera ditangani untuk memberikan
pertolongan dan perlindungan kepada masyarakat
sehingga derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud dan terpelihara secara efektif
dan terorganisir;
b.
bahwa
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
145/MENKES/SK/I/2007
tentang
Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan perlu
disesuaikan dengan perkembangan keadaan masyarakat
dan kebutuhan penanggulangan krisis kesehatan secara
cepat, tepat, menyeluruh, dan terkoordinasi dalam
rangka pembangunan kesehatan untuk mewujudkan
tujuan nasional, sehingga perlu diubah;
c.
bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan ten tang Penanggulangan
Krisis Kesehatan;
UndangUndang Nomor 4 Tahun 1984 ten tang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273);
2. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 ten tang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
1.
3. UndangUndang
MENT ER I KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2 -
3. UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
4. UndangUndang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
5. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
6. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara RepubIik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
205/Menkes/ SK/II1 / 1999 tentang Prosedur Permintaan
Bantuan dan Pengiriman Bantuan;
8. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
949/Menkes/SK / VlI!/2004
tentang
Pedoman
PenyeIenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa (KLB);
9. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan KapoIri
Nomor 1087/Menkes /SKB / IX/2004 dan Nomor Pol:
Kep / 40 /IX / 2004 ten tang Pedoman Penatalaksanaan
Identifikasi Korban Mati Pada Bencana Masal;
Menteri
Kesehatan
Nomor
10. Peraturan
1203/MENKES / PER/X/2004 tentang Pengamanan
Makanan dan Minuman;
11 . Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
783 / MENKES / SK/X/2006 tentang Regionalisasi Pusat
Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
sebagaimana telah diu bah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1228/MENKES/SK/XI/ 2007;
12. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
679 / MENKES / SK/VI/2007 tentang Organisasi Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1227 / MENKES / SK/XI / 2007;
13. Peraturan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3-
13. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
317 /Menkes/PER/III/20 10 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/
PER/VlII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Serita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
Tahun 2013 (Serita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 741);
Menteri
Kesehatan
Nomor
15. Keputusan
OS9 / MENKES/SK/I / 2011 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan
Sencana;
16 . Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
20S2/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik Dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Serita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
MEMUTUSKAN:
MENTER!
KESEHATAN
Menetapkan: PERATURAN
PENANGGULANGAN KR!SIS KESEHATAN.
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan:
1. Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh
bencana dan/ atau berpotensi bencana.
2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan / atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
3. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi Krisis Kesehatan melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
4. Mitigasi ..
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
4 -
21
Mitigasi Kesehatan adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
Krisis Kesehatan, baik melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan
sumber daya kesehatan maupun pembangunan fisik dalam menghadapi
ancaman Krisis Kesehatan.
5. Kedaruratan adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan
kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan
yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna
menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan .
6. Siaga Darurat Bidang Kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebelum Bencana terjadi atau sebab lain yang menimbulkan
Krisis Kesehatan tetapi sudah menunjukkan gejala yang menimbulkan
Krisis Kesehatan yang meliputi kegiatan penyiapan dan mobilisasi
sumber daya kesehatan untuk perlindungan bagi kelompok rentan.
7. Pemulihan Darurat bidang kesehatan adalah serangkaian kegiatan
kesehatan yang dilakukan dengan segera untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan/atau lingkungan hidup yang menimbulkan Krisis
Kesehatan dengan memfungsikan kembali pelayanan, sarana dan
prasarana sampai tingkat yang memadai saat itu.
8. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascakrisis Kesehatan atau pascabencana dengan sasaran utama untuk
norrnalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascakrisis Kesehatan atau
pascabencana.
9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10 . Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah .
II. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan .
4.
d.
cara lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal45
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan Penanggulangan Krisis
Kesehatan diatur dalam Pedoman Teknis yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Pasal46
Pad a saat Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor
145/MENKES/SK/I/2007
tentang
Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal47
Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal25 Oktober 2013
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 NOTember 2013
Pasal 2
Penyelenggaraan penanggulangan Krisis Kesehatan bertujuan untuk
menanggulangi Krisis Kesehatan secara cepat, tepat, menyeluruh, dan
terkoordinasi melalui Kesiapsiagaan sumber daya kesehatan.
BAB II . . .
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLlK INDONESIA,
BERITA NEGARA REPUBLlK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1389
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
20 -
5 -
BABV
SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
BAB II
PENGORGANISASIAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
Pasal 41
Pernerintah, pernerintah daerah provinsi, pernerintah daerah
kabupaten/kota berkewajiban rnelaksanakan sistern informasi
penanggulangan krisis.
(2) Sistern informasi penanggulangan krisis kesehatan sebagaimana
dirnaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai Pedornan Pelaksanaan
Sistern Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
(1)
Pasal3
(1)
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota bertanggung jawab dalam penanggulangan Krisis
Kesehatan .
(2)
Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangan masingmasing.
Bagian Kesatu
Penanggulangan Krisis Kesehatan Tingkat Nasional
Pasal42
(1) Setiap kegiatan Rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana
kesehatan yang sedang atau telah dilakukan dalam rangka
penanggulangan Krisis Kesehatan harus segera dilaporkan oleh
unit/instansi / lernbaga yang melakukannya kepada Menteri paling
lambat pada akhir tahun untuk setiap tahun berjalan.
(2) Setiap meIakukan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ,
laporan tersebut harus ditembuskan kepada Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan.
BABVI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal4
(1) Menteri bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
Krisis Kesehatan tingkat nasional berkoordinasi dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
(2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) , Menteri mengoordinasikan seluruh sumber daya kesehatan, dan
seluruh instansi / lembaga yang berperan serta dalam penanggulangan
Krisis Kesehatan.
Pasal 5
Pasal43
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penanggulangan Krisis
Kesehatan dilakukan di setiap jenjang pemerintahan sesuai dengan tugas dan
fungsi masingmasing.
Pasal44
(1 ) Pernbinaan
dan pengawasan diarahkan untuk
meningkatkan,
rnengernbangkan, dan memajukan kegiatan penanggulangan Krisis
Kesehatan.
(2) Pernbinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
dilaksanakan rnelalui:
a . advokasi dan sosialisasi;
b. pelatihan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
kesehatan;
c. pemantauan dan evaluasi; dan/atau
(1) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1), Menteri dibantu oleh seluruh unit eselon I di lingkungan
kementerian kesehatan.
(2) Unit eselon I di lingkungan kementerian kesehatan melaksanakan
tanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan Krisis Kesehatan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masingmasing dibawah
koordinasi Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan , melalui Kepala
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.
Pasal6
(I) Untuk mendekatkan dan mempercepat penanggulangan Krisis Kesehatan,
Menteri membentuk Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
atau Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Subregional.
(2) Pusat Penanggulangan Krisis I
RIPUILlKINDONEsIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 64 rADUN 2013
teセan
g@
PENANGGUIANGAN KRISIS KESEHATAN
Kesehatan Republik Indonesia
MllliSIInnSiln Krlsis Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 64 TAHUN 2013
TENTANG
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
a.
bahwa kejadian yang dapat menimbulkan krisis
kesehatan harus segera ditangani untuk memberikan
pertolongan dan perlindungan kepada masyarakat
sehingga derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud dan terpelihara secara efektif
dan terorganisir;
b.
bahwa
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
145/MENKES/SK/I/2007
tentang
Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan perlu
disesuaikan dengan perkembangan keadaan masyarakat
dan kebutuhan penanggulangan krisis kesehatan secara
cepat, tepat, menyeluruh, dan terkoordinasi dalam
rangka pembangunan kesehatan untuk mewujudkan
tujuan nasional, sehingga perlu diubah;
c.
bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan ten tang Penanggulangan
Krisis Kesehatan;
UndangUndang Nomor 4 Tahun 1984 ten tang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273);
2. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 ten tang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
1.
3. UndangUndang
MENT ER I KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2 -
3. UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
4. UndangUndang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
5. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
6. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara RepubIik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
205/Menkes/ SK/II1 / 1999 tentang Prosedur Permintaan
Bantuan dan Pengiriman Bantuan;
8. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
949/Menkes/SK / VlI!/2004
tentang
Pedoman
PenyeIenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa (KLB);
9. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan KapoIri
Nomor 1087/Menkes /SKB / IX/2004 dan Nomor Pol:
Kep / 40 /IX / 2004 ten tang Pedoman Penatalaksanaan
Identifikasi Korban Mati Pada Bencana Masal;
Menteri
Kesehatan
Nomor
10. Peraturan
1203/MENKES / PER/X/2004 tentang Pengamanan
Makanan dan Minuman;
11 . Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
783 / MENKES / SK/X/2006 tentang Regionalisasi Pusat
Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
sebagaimana telah diu bah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1228/MENKES/SK/XI/ 2007;
12. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
679 / MENKES / SK/VI/2007 tentang Organisasi Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1227 / MENKES / SK/XI / 2007;
13. Peraturan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3-
13. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
317 /Menkes/PER/III/20 10 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/
PER/VlII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Serita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
Tahun 2013 (Serita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 741);
Menteri
Kesehatan
Nomor
15. Keputusan
OS9 / MENKES/SK/I / 2011 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan
Sencana;
16 . Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
20S2/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik Dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Serita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
MEMUTUSKAN:
MENTER!
KESEHATAN
Menetapkan: PERATURAN
PENANGGULANGAN KR!SIS KESEHATAN.
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan:
1. Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh
bencana dan/ atau berpotensi bencana.
2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan / atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
3. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi Krisis Kesehatan melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
4. Mitigasi ..
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
4 -
21
Mitigasi Kesehatan adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
Krisis Kesehatan, baik melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan
sumber daya kesehatan maupun pembangunan fisik dalam menghadapi
ancaman Krisis Kesehatan.
5. Kedaruratan adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan
kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan
yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna
menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan .
6. Siaga Darurat Bidang Kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebelum Bencana terjadi atau sebab lain yang menimbulkan
Krisis Kesehatan tetapi sudah menunjukkan gejala yang menimbulkan
Krisis Kesehatan yang meliputi kegiatan penyiapan dan mobilisasi
sumber daya kesehatan untuk perlindungan bagi kelompok rentan.
7. Pemulihan Darurat bidang kesehatan adalah serangkaian kegiatan
kesehatan yang dilakukan dengan segera untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan/atau lingkungan hidup yang menimbulkan Krisis
Kesehatan dengan memfungsikan kembali pelayanan, sarana dan
prasarana sampai tingkat yang memadai saat itu.
8. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascakrisis Kesehatan atau pascabencana dengan sasaran utama untuk
norrnalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascakrisis Kesehatan atau
pascabencana.
9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10 . Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah .
II. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan .
4.
d.
cara lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal45
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan Penanggulangan Krisis
Kesehatan diatur dalam Pedoman Teknis yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Pasal46
Pad a saat Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor
145/MENKES/SK/I/2007
tentang
Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal47
Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal25 Oktober 2013
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 NOTember 2013
Pasal 2
Penyelenggaraan penanggulangan Krisis Kesehatan bertujuan untuk
menanggulangi Krisis Kesehatan secara cepat, tepat, menyeluruh, dan
terkoordinasi melalui Kesiapsiagaan sumber daya kesehatan.
BAB II . . .
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLlK INDONESIA,
BERITA NEGARA REPUBLlK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1389
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
20 -
5 -
BABV
SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
BAB II
PENGORGANISASIAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
Pasal 41
Pernerintah, pernerintah daerah provinsi, pernerintah daerah
kabupaten/kota berkewajiban rnelaksanakan sistern informasi
penanggulangan krisis.
(2) Sistern informasi penanggulangan krisis kesehatan sebagaimana
dirnaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai Pedornan Pelaksanaan
Sistern Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
(1)
Pasal3
(1)
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota bertanggung jawab dalam penanggulangan Krisis
Kesehatan .
(2)
Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangan masingmasing.
Bagian Kesatu
Penanggulangan Krisis Kesehatan Tingkat Nasional
Pasal42
(1) Setiap kegiatan Rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana
kesehatan yang sedang atau telah dilakukan dalam rangka
penanggulangan Krisis Kesehatan harus segera dilaporkan oleh
unit/instansi / lernbaga yang melakukannya kepada Menteri paling
lambat pada akhir tahun untuk setiap tahun berjalan.
(2) Setiap meIakukan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ,
laporan tersebut harus ditembuskan kepada Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan.
BABVI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal4
(1) Menteri bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
Krisis Kesehatan tingkat nasional berkoordinasi dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
(2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) , Menteri mengoordinasikan seluruh sumber daya kesehatan, dan
seluruh instansi / lembaga yang berperan serta dalam penanggulangan
Krisis Kesehatan.
Pasal 5
Pasal43
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penanggulangan Krisis
Kesehatan dilakukan di setiap jenjang pemerintahan sesuai dengan tugas dan
fungsi masingmasing.
Pasal44
(1 ) Pernbinaan
dan pengawasan diarahkan untuk
meningkatkan,
rnengernbangkan, dan memajukan kegiatan penanggulangan Krisis
Kesehatan.
(2) Pernbinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
dilaksanakan rnelalui:
a . advokasi dan sosialisasi;
b. pelatihan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
kesehatan;
c. pemantauan dan evaluasi; dan/atau
(1) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1), Menteri dibantu oleh seluruh unit eselon I di lingkungan
kementerian kesehatan.
(2) Unit eselon I di lingkungan kementerian kesehatan melaksanakan
tanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan Krisis Kesehatan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masingmasing dibawah
koordinasi Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan , melalui Kepala
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.
Pasal6
(I) Untuk mendekatkan dan mempercepat penanggulangan Krisis Kesehatan,
Menteri membentuk Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
atau Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Subregional.
(2) Pusat Penanggulangan Krisis I