Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 61 Tahun 2013 tentang Kesehatan Matra
iLセ@
t
PERATURAN IMENTERI IKESEHANATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 TAHUN 2013
TENTANG
KESEHATA,N mセtra@
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN LlNGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
CETAKAN KE • 2
2014
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 TAHUN 2013
TENTANG
KESEHATAN MATRA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 ayat (4)
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan ten tang Kesehatan Matra;
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara RepubJik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2_ UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana te1ah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3 . UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
4. UndangUndang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negar a
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845);
5. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
6. UndangUndang Nomor
Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
7. UndangUndang.. _
3 -
2 7. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
16. Keputusan
Menteri
Kesehatan
NOrtH)!'
1479/Menkes/SK/X/2003
tentang
Pedoma.!l
Penyeienggaraan Sistem Surveilans Epide mol ogi
Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu;
8. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072) ;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/
VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sis tem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145/Menkes/SK/
1/2007 tentang Pedoma n Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan ;
9 . Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447) ;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 442/ Menkes/ SKI
VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Haji Indonesia;
10. P eraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 ten tang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
20. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)
sebagaimana teiah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741):
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 ten tang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
21. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 ten tang Jenis Penyakit
Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 503);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Ta mbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4 8 16);
13 . Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten tang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi , Tugas, dan Fungsi Eseion I
Kementerian Negara;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN MATRA.
16. Keputusan ...
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
14. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
Kesehatan
15. Keputusan
Menteri
Nomor
ten tang
Pedoman
1116/Menkes/SK/VIII/2003
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemologi
Kesehatan;
KESEHATAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.
Matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media tempa t ウ 」 ウ ・ッ イ 。 ョ セZ@
atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta m eIa1< sa.n a ko Jl
kegiatan.
2 . Knndi s i . .
4 ' )
5 -
Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang
scrba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
pcJaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan
tersebut.
3. Kesehatan Ma tra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus
yang diselenggarakan untuk meningkatkan kcmampuan fisik dan
mental guna m enyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba
berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat , laut, maupun
udara .
4. Kesehatan Lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat temporer pada
lingkungan yang berubah.
5 . Kesehatan Kelautan dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang
berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di laut dan
berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi
(hiperba rik) .
Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang
6. Kesehata n
berhubungan dengan penerbangan dan kesehatan ruang angkasa
dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik).
7. Faktor Risiko Kesehatan adalah probabilitas atau kemungkinan
semua variabel/faktor yang berperan dalam proses kejadian
timbulnya penyakit dan / atau gangguan kesehatan.
8. Risiko Kesehatan adalah potensi kerugian yang ditimbulkan oleh
kondisi matra pada suatu wilayah dalam kurun waktu te rtentu,
dapat berupa kematian, kesakitan, kecatatan , jiwa yang teran cam,
hilangnya rasa aman , dan pengungsian .
9. Surveilans Kesehatan adalah kegiatan analisis secara sistematis dan
terus menerus terhadap penyakit atau masalahmasalah kesehatan
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
pe nularan penyakit atau masalahmasalah kesehatan tersebut, agar
d a p at melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
m e lalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
10. Pemerintah Pusat , yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUn dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
12. Menteri ...
12. Me nteri adalah menteri yang
p emerintahan di bidang kesehatan.
menyelenggarakan
urusan
Pasal2
(1) Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan untuk mewujudkan
upaya kesehatan pada Kondisi Matra secara cepat, tepat,
menyeluruh dan terkoordinasi guna menurunkan potensi Risiko
Kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi, dan mengendalikan
Risiko Kesehatan.
(2) Upaya kesehatan pada Kondisi Matra sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan , dan
kemampuan masyarakat dalam menurunkan risiko serta memelihara
kes e hatan masyarakat dalam menghadapi Kondisi Matra agar tetap
sehat dan mandiri.
BAB II
JENIS KESEHATAN MATRA
Pa s a 13
(1) J enis Kesehatan Matra meliputi:
a. Kesehatan Lapangan;
b. Keseha tan Kelautan dan B awah Air; d a n
c. Kesehatan Kedirgantaraan .
(2) Kes ehatan Lapangan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. kesehatan perpindahan p e nduduk ;
b. keseh atan migra n ;
c. kes ehatan haji d a n umrah;
d. kesehatan penanggulangan bencana;
e. kesehatan bawah tanah;
f. kesehatan gangguan keamanan d an ketertiban masyarakat ;
g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;
h. kesehatan pada arus mudik;
i. kesehatan ...
7 -
6 i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan
j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.
(3} Kesehatan Kelautan dan Bawah Air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kesehatan penyelaman;
b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan
c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.
(4) Kesehatan Kedirgantaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri atas:
a. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa; dan
b. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di udara.
(2) Pengurangan potensi Risiko Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan upaya yang dilakukan terhadap semua
variabel atau faktor untuk mencegah dan mengurangi Risiko
Kesehatan.
(3) Peningkatan kemampuan adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri dengan Kondisi Matra agar tidak menimbulkan
Risiko Kesehatan.
(4) Pengendalian Risiko Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c merupakan upaya yang dilakukan untuk menurunkan dan
menghilangkan variabel atau faktor dalam rangka mencegah
terjadinya penyakit, kecacatan. dan/atau gangguan kesehatan serta
melakukan pengobatan.
PENYELENGGARAAN
(5) Penyelenggaraan Kesehatan Matra sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan memenuhi standar dan persyaratan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Kesatu
Pasal6
Umum
Dalam penyelenggaraan Kesehatan Matra harus dilakukan pelaporan
secara berjenjang yang meJiputi laporan pra kejadian. kejadian. dan pasca
kejadian.
BAB III
Pasal 4
(1) Kesehatan Matra diselenggarakan oleh PemeTintah. PemeFintah
Daerah. dan masyarakat.
(2) Dalam penyelenggaraan Kesehatan Matra sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat bekerja sarna dengan negara lain danl atau
lembaga internasional baik secara bilateral maupun multilateral.
Bagian Kedua
Kesehatan Lapangan
Paragraf 1
Kesehatan Perpindahan Penduduk
Pasal 5
(1) Lmgkup penyelenggaraan Kesehatan Matra sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 meliputi :
a. pengurangan potensi Risiko Kesehatan;
b. peningkatan kemampuan adaptasi; dan
Pasal 7
(1) Kesehatan perpindahan penduduk merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan perpindahan ke
tempat baru yang bersifat menetap, yang diselenggarakan pada saat:
a. sebelum perpindahan dilakukan;
c. pengendalian Risiko Kesehatan.
(2) Pengurangan
b. selama...
8 -
9 -
b. selama proses perpindahan mulai dari tempat keberangkatan
sampai di pelabuhan danl atau bandar udara pemberangkatan;
dan
c. setelah menempati tempat baru sampai dengan adanya pelayanan
kesehatan permanen.
(2) Kesehatan perpindahan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas kesehatan transmigrasi dan kesehatan relokasi
(6) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5), dapat
dilakukan:
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan
b. tindakan karantina danl atau isolasi;
c. pelayanan kesehatan jiwa.
penduduk.
(3) Kegiatan sebelum perpindahan dilakukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
Paragraf 2
Kesehatan Migran
a. pendataan demografi;
b. Surveilans Kesehatan;
Pasal8
c. penyuluhan kesehatan;
(1) Kesehatan migran merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan
d. pemberian informasi lokasi tujuan;
terhadap migran, yang diselenggarakan pada saat:
e. pemeriksaan kesehatan; dan
a . sebelum keberangkatan;
f. pelayanan kesehatan primer.
b . selama proses perjalanan keberangkatan mulai dari tempat
keberangkatan sampai di pelabuhan dan/atau bandar udara
pemberangkatan; dan
(4) Kegiatan selama proses perpindahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
c. kembali ke tanah air.
(2) Kegiatan sebelum keberangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
b . pelayanan kesehatan primer;
c. Surveilans Kesehatan; dan
a. pendataan demografi;
d. penyediaan dukungan logistik.
b. Surveilans Kesehatan;
(5) Kegiatan setelah menempati ternpat baru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c paling sedikit terdiri atas:
c. penyuluhan kesehatan;
a. peningkatan kualitas media lingkungan;
d. pemberian informasi kondisi tempat tujuan;
b. penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
e. pemeriksaan kesehatan; dan
c. pelayanan kesehatan primer;
f. pelayanan kesehatan primer.
(3) Kegiatan selama proses perjalanan keberangkatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
d . Surveilans Kesehatan;
e. pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
a. penyuluhan kesehatan;
f. pelayanan kesehatan jiwa; dan
b. pelayanan kesehatan primer;
g. penyediaan dukungan logistik.
c. Surveilans Kesehatan; dan
(6) Dalam ...
d. penyediaan dukungan logistik.
(4) Kcgiata.....
10 -
11 -
(4) Kegiatan setelah kembali ke tanah air sebagaimana dimaksud pada
(2) Penyelenggaraan kesehatan penanggulangan bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
ayat (1) huruf c paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan;
b. pemeriksaan kesehatan;
Paragraf 5
c. Surveilans Kesehatan; dan
Kesehatan Bawah Tanah
d. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi
pada instalasi penampungan sementara.
(5) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada
kegiatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
Pasal 11
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
bawah tanah merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap pekerja bawah tanah, yang diselenggarakan pada
saat:
b. tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan;
(4), dapat dilakukan:
(1) Kesehatan
b. kegiatan operasional; dan
c . pelayanan kesehatan jiwa.
c . setelah kegiatan operasional sampai dengan 24 (dua puluh empat)
jam.
Paragraf 3
(2) Kegratan selama persiapan sebe1um kegiatan dHaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
Kesehatan Haji dan Umrah
a. kesiapan bagi pekerja bawah tanah;
Pasal 9
b. kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan; dan
(1) Kesehatan haji dan umrah merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap jemaah haji dan umrah serta pihak petugas yang
terkait, mulai dari perjalanan pergi, selama di Arab Saudi, pulang
dari Arab Saudi sampai dengan 2 (dua) minggu setelah tiba kembali
k e t anah alr.
(2) Penyelenggaraan k esehatan haji dan umrah sebagaimana dlmaksud
p ada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
c . kesiapan pelayanan kesehatan.
(3) Kesiapan bagi pekerja bawah tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a . kesehatan fisik dan mental;
b. pemahaman situasi dan kondisi lingkungan tempat kerja;
c. keterampilan dan kemampuan antisipasi perubahan situasi di
bawah tanah; dan
d. kesiapan perbekalan.
Paragraf 4
Kesehatan Penanggulangan Bencana
(4) Kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri
atas :
a. penyuluhan keselamatan dan kesehatan;
Pasal 10
(1) Kesehatan penanggulangan bencana merupakan Kesehatan Matra
yang dilakukan untuk mengurangi Risiko Kesehatan pada tahap
tanggap darurat.
b. penyediaan peralatan kese1amatan;
c. petugas pengawas dan/atau pendamping;
d . sistem rujukan k es ehatan;
(2) Penyelenggaraan ...
.
セ@
....
.
12 -
13
e. jejaring keselamatan dan kesehatan;
Paragraf 6
f. komunikasi dan informasi; dan
Kesehata n Situasi Gangguan Keama n a n d a n Ketertiba n Masyarakat
g. pe nyediaan sarana pelayanan kesehatan.
(5) Kesiapan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c paling s edikit terdiri atas:
Pasal 12
(1) Kes eh a tan situasi gangguan kea mana n da n k etertiban m asya rakat
a. penyuluhan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
b. pendataan demografis pekerja;
c. pe meriksaan kesehatan pekerja;
d. pelatihan kesehatan m enghadapi situasi kerja di bawah tanah ;
e. kesiapan pelayanan kese hatan di s ekitar tempat kerja bawah
tanah ; dan
f. jejaring pelayanan kesehatan dan rujukan .
(6) Kegiatan selama kegiatan operasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. pemberian informasi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
b . penemuan kasus;
merupa kan Keseh a tan Matra yang dila kuka n terha da p masya ra k a t
dan pe tugas yang terpajan p a d a situasi ganggua n k eamanan d a n
ketertiba n , melipu ti:
a . kegiata n kesiapan a ntisipas i terhadap kemungkina n adanya
Risiko Kesehata n s itu as i k eama n a n dan ketertiba n m a syarakat;
dan
b . k egia tan oper as ion a l keseh a tan pe nanggulangan Risiko Keseha tan
akib at situas i k eamanan da n ketertiba n masyarakat .
(2) Kegiatan kes iapan a ntis ipas i te rha dap k emungkinan a da nya Ris iko
Kesehata n
situasi keamana n
da n ketertiba n
masyaraka t
seb agaima n a dimaks ud p a da ayat (1) huruf a p aling sedikit t erdiri
atas : a. analis is situasi wilayah dan pote n si gan ggua n k eam a n a n d a n
ketertiba n m asya rakat;
c . pelayanan kesehatan bagi pekerja; dan
d. Surveilans Kesehatan .
(7) Kegiatan setelah kegiatan operasional sampai dengan 24 (dua puluh
empat) jam seb agaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c paling
sedikit terdiri atas:
b . pe metaan wilayah ra wa n gan ggua n k eamanan da n k et ertib a n
masyaraka t;
c. s istem kewaspadaan dini ;
d . pe m e taa n sumbe r d aya k esehatan ;
a. penemuan kasus;
e . sistem rujuka n kesehata n ;
b. pelayanan kesehatan bagi peke rja;
f. m obilisasi s umb er daya k eseh a ta n;
c . Surveilans Kesehatan; dan
g. unit identifikasi k orban;
d. p e mulihan k es ehatan.
h . k oordina si da n jej a ring k erja;
(8) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau k ejiwaan pada
kegiatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat
(7), dapat dilakukan :
I.
k omunikas i d an informa si; dan
j. re n can a p en a nggulangan k edarura tan kesehata n .
a . pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan
(3) Kegia ta n operas iona l k eseh a t a n pe nanggula ngan Risiko Keseha t a n
akibat situa si keama n an dan kete rtiban m asyaraka t se bagaimana
dimaksud pa da ayat (l) huruf b p a ling sedikit terdiri atas:
b. pelayanan kesehatan jiwa.
a. mobilisasi b a ntuan keseh a tan;
Paragraf6 ...
b . penemuan dan pertolon gan karban dan musiba h mass al;
c . pelayan a n .. .
14 -
15 -
c . pelayanan korban di pos depan pelayanan kesehatan lapangan
dan pelayanan rujukan;
(2) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan miliier di darat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
d. pelayanan medis korban di unit pelayanan kesehatan terdekat;
a. sebelum pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer;
e. pengamanan terhadap pos kesehatan lapangan dan unit
pelayanan kesehatan rujukan;
b. selama pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer; dan
f. pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang harus mengungsi
dari wilayah yang terdampak gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat;
h. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi di
wilayah yang terdampak; dan
pasca
(3) Kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di dara t
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. kegiatan kesehatan promotif dan preventif lapangan;
g. Surveilans Kesehatan ;
i. pemulihan
c. setelah pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer.
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat.
(4) Koordinator kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri
atas:
b. kegiatan kesehatan kuratif dan r ehabilitatif;
c. kegiatan pembekalan kesehatan; dan
d. kegiata n administrasi kesehatan.
(4) Dalam kegiatan tugas latihan militer di clarat sebagai penyia pa n
masyarakat dan lingkungan pada lokasi latihan militer perlu
dilakukan upaya kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk koordinator
kegiatan dalam situasi tertib sipil;
a. pendataan kondisi k esehatan lingkungan;
b. kepala kedokteran dan kesehatan kepolisian setempat, untuk
koordinator kegiatan dalam situasi darurat sipil; dan
c. prediksi sebaran risiko kesehatan dampak latihan;
c . kepala kesehatan TNI setempat, untuk koordinator kegiatan
dalam situasi darurat militer.
e. penyuluhan kesehatan.
(5) Tata cara penyelenggaraan kesehatan situasi gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Paragraf 7
Kesehatan Dalam Tugas Operasi dan Latihan Militer Di Darat
Pasal 13
(1) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat
merupakan Kesehatan Matra untuk mendukung kesehatan prajurit
di satuan militer dan pemberian pertolongan medik kepada korban
dalam kegiatan operasi militer perang dan selain perang, serta tugas
latihan militer di darat.
(2) Kesehatan ...
b. Surveilans Kesehatan;
d. pelayanan kesehatan primer; dan
(5) Dalam melaksanakan kegiata n tugas latihan militer di darat
sebagaimana dimaksud pada aYlllt (4) wajib berkoordinasi dengan
instansi kesehatan pemerintah da n / atau pe merintah daerah.
(6) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan kesehatan
sebagaimana dimaksud ayat (3) dan a yat (4) dilakukan pe1ayanan
kegawatdaruratan dan rujukan.
(7) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan
latihan militer di d arat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat {4) "
dan ayat (6) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Paragraf 8 ...
16
17 -
Paragraf 8
(4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dilakukan:
Kesehatan Pada Arus Mudik
a . pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
b. tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
Pasal 14
(1)
Kesehatan pada arus mudik merupakan Kesehatan Matra bagi
masyarakat terpajan pada arus mudik dan aFUS balik yang
diselenggarakan pada saat:
c. pelayanan keschatan jiwa.
Paragraf 9
a. persiapan; dan
Kesehatan Pada Kegiatan di Area Terte ntu
b . selama arus mudik dan arus balik.
(2) Kegiatan pada persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Pasal 15
a paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan tentang kesiapan kebugaran fisik dan
perilaku sehat;
b. pemetaan Faktor Risiko Kesehatan dan lingkungan;
(1) Kesehatan pada kegiatan di area tertentu merupakan Kesehatan
Matra bagi masyarakat terpajan pada kegiatan paling sedikit terdiri
atas:
a. kegiatan lomba !intas alam;
c. pemeriksaan kesehatan;
b. pekan olah raga;
d. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi;
e. penyiapan sumber daya manusia kesehatan dan unit pelayanan
kesehatan di sepanjangjalur arus mudik;
c. lokasi wisata;
d . festival bahari;
e. festival keagamaan ;
f. pengaturan sistem rujukan kesehatan;
f. pekan adat, seni dan budaya;
g. penyiapan mobilisasi sumber daya;
g. jambore di bumi perkemahan ; dan
h. koordinasi !intas program dan lintas sektor; dan
h. konvensi tingkat nasional dan internasionaJ.
i. menjalin jejaring komunikasi dan informasi.
(3) Kegiatan selama arus mudik dan arus balik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri atas:
(2) Kesehatan pada kegiatan di area tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan; dan
a. penyuluhan kesehatan;
b. pelaksanaan selama berlangsungnya kegiatan.
b. pelayanan kesehatan primer;
c. pemeriksaan kesehatan operator alat angkutan umum;
(3) Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit terdiri
d. Surveilans Kesehatan;
atas:
e. penemuan kasus;
a. penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
f. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi;
b. komunikasi Risiko Kesehatan;
g. penyediaan dan mobilisasi dukungan sumber daya; dan
c. pemeriksaan kesehatan;
h. menja!in jejaring komunikasi dan informasi.
d. penyiapan pelayanan kesehatan primer;
(4) Dalam ...
e. penyiapan ...
18 -
19 -
e. penyiapan rumah sakit rujukan;
b. selama pelaksanaan penugasan khusus; dan
f. penyiapan dan mobilisasi sumber daya;
c. setelah pe1aksanaan penugasan khusus.
g. 8U1veilans Kesehatan; dan
h. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi.
(4) Kegiatan pada saat pelaksanaan selama berJangsungnya kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan 8ehat;
(4) Kegiatan kesehatan dalaro penugasan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
kepolisian
a. promotif dan preventif;
b. kuratif dan rehabilitatif;
c. pembekalan kesehatan; dan
d . administrasi kesehatan.
b. pelayanan kesehatan primer;
c. 8U1veilans Kesehatan;
d. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi;
dan
e. komunikasi dan inforroasi.
(5) Dalam kegiatan penugasan khusus kepolisian sebagai penyiapan
masyarakat dan lingkungan pada lokasi daerah konflik perlu
dilakukan upaya kesehatan paling sedikit terdiri. atas:
a. pendataan kondisi kesehatan lingkungan;
b. 8urveilans Kesehatan;
(5) Dalam hal terjadi kedaruratan medik danjatau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat dilakukan:
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
c. prediksi sebaran Risiko Kesehatan daropak penugasan khusus;
d. pelayanan kesehatan primer; dan
e. penyuluhan kesehatan.
b. tindakan karantina danj atau isolasi; danj atau
(6) Dalam melaksanakan kegiatan kesehatan dalam penugasan khusus
kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) wajib
berkoordinasi dengan instansi kesehatan Pemerintah danj atau
Pemerintah Daerah.
c. pelayanan kesehatan jiwa.
Paragraf 10
(7) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dilakukan
pelayanan ォ・ァ。キエ、セオイョ@
dan rujukan.
Kesehatan Dalam Penugasan Khusus Kepolisian
Pasal 16
(1) Kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian merupakan
Kesehatan Matra yang dilakukan untuk tujuanjmisi tertentu dan
dalanl waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan di luar tugas
rutin kedokteran dan kesehatan kepolisian.
(8) Tata cara pe1aksanaan kegiatan kesehatan dalam penugasan khusus
kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) sesuai
dengan ketentuan perundangundangan.
Bagian Ketiga
(2) Kondisi Matra dalam penugasan khusus kepolisian me1iputi periode
darurat keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah konflik di
dalam negeri.
Kesehatan Ke1autan dan Bawah Air
(3) Kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
Paragraf 1
Kesehatan Penyelaman
a. sebelum pelaksanaan penugasan khusus;
b. selama ...
Pasal 17 ...
20
21 -
Pasal 17
(5) Kesiapan bagi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
a yat (2) hUruf c paling s e dikit terdiri atas:
(1) Kesehatan penyelaman merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan
terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas di lingkungan
bertekanan lebih dari satu atmosfer absolut, yang diselenggarakan
pada saat:
a. persiapan sebelum kegiatan dil.aksanakan ;
a. penyuluhan kesehatan ;
b. pemetaan lokasi dan persebaran peselam;
c . pendataan demografis peselam;
d. pemeriksaan kesehatan peselam;
b . kegiatan operasional penyelaman; dan
c . setela h kegiatan operasional sampai dengan 24 jam.
(2) Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
e. penyediaan
hiperbarik;
pelayana n
kesehatan
penyelaman
dan
ruang
f. pelatiha n kesehatan menghadapi situasi kerja di laut dan bawah
air;
a. kesiapan bagi peselam;
g. kesiapan jejaring pelayanan kesehatan dan sistem rujukan ;
b. kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau pe nyelenggara kegiatan ;
dan
h. perencanaan kontinjensi kedaruratan k esehatan kelautan dan
bawah air; dan
c . kesiapan bagi pelayanan kesehatan.
i. simulasi kedaruratan keseh a tan .
(3) Kesiapan bagi peselam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
paling sedikit terdiri atas:
(6) Kegiatan operasional penyelaman sebagaimana d imaksud pa d a ayat
(1) hurufb paling sedikit terdiri atas:
a. kesehatan fisik dan mental;
a. penyuluhan kesehatan ;
b. pemahaman situasi dan kondisi lingkungan penyelaman;
b. pemeriksaan kesehatan ;
c. keterampilan dan kemampuan antisipasi perubahan situasi di
lingkungan penyelaman;
d. perbekalan d a n peralatan keselamatan penyelaman; dan
セ N@
d . pelayanan kesehatan primer; d a r.
c.
e . pemahaman dampak penyelaman bagi kesehatan.
(4) Kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan
s ebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
penemuan kasus ;
Surveilans Kese hatan.
(7) Kegiatan pada saat se telah kegiatan operns iona l sampai dengan 24
jam sebagaimana dimaksud pada nyat (1) huruf c paling sedikit
terdiri atas:
a. penemuan kasus;
a. penyuluhan kesehatan dan keselamatan;
b. pelayanan kesehatan primer;
b. penyediaan peralatan keselamatan;
c . Surveilans Kesehatan; dan
c . petugas pengawas dan pendamping;
d. pemulihan kesehatan .
d . sistem rujukan kesehatan ;
(8) Dalam hal terjadi kedaruratan rnedik danl atau kejiwaan pada
kegiatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada a yat (6) dan ayat (7)
dapat dilakuka n :
e . j ejaring keselamatan dan kesehatan;
f. komunikasi dan informasi; dan
a. pelayanan k egawatdaruratan dan rujukan; dan/atau
g. penyediaan sarana pelayanan kesehatan.
b . pelayanan k esehatan jiwa.
(5) Kesiapan ...
Paragraf 2 ...
22
23
Paragraf 2
c. petugas pengawas dan pendamping;
Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai
d . sistem rujukan kesehatan;
e. sistern komunikasi dan informasi kesehatan; dan
Pa sal 18
f. p erlengkapan Pertolongan Perta ma Pada Kecelakaan (P3K) .
Kesehatan pelayaran dan lepas pa ntai m e rupa kan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap penumpang, awak kapal, dan/atau pekerja lepas
pantai yang meliputi:
a . kese hatan pada kegiatan pelayara n; d a n
(5) Kesiapan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pa da ayat (2)
huruf c paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan di pelabuhan embarkasi dan debarkasi;
b . pendataan demografis awak angkutan pelayaran;
b. kese hatan pada kegiatan di lokasi lepas pa nta i.
c . pemeriks aan kesehatan dan vaksinasi;
d . penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan ;
Pa sal19
e . pelayanan kes ehatan di pelabuhan ernbarkasi dan deba rkasi ;
(1) Kesehatan pada kegiatan pelayaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a diselenggarakan pada saat:
a. persiapan sebelum kegiatan p elayaran ; dan
,
b. selama kegiatan pelayaran dilaks anakan .
(2) Kegiata n p ersiapan sebelum kegiatan
dima k s ud pada a yat (1) huruf a meliputi :
f. sis tem rujukan kesehatan;
g . ins peksi sanitasi dan perbaikan kualitas a ,i r bersih dan s a nitasi di
sarana pelayaran;
h . pe rencana an kontinjensi kedaruratan kesehatan pelaya ra n; d a n
pelaya ran s ebagaimana
i. simulas i keda ruratan kesehatan pelayaran.
(6) Kegiatan selama kegiatan pelayaran dilaksanakan sebagaima na
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas :
a. kes iapan pelaku yang akan berlayar;
b . k esia pan penyelenggara kegiatan pelayaran ; da n
a . penyuluha n k esehatan;
c . k esia pan p elay ana n kesehatan.
b. pemeriks aan kesehatan;
(3) Kesia pa n bagi pelaku yang akan be rlayar se bagaima n a dimaksud
pa da a ya t (2) huruf a paling sedikit terdiri atas:
c. penemuan kasus ;
a. keseh a tan fisik dan mental;
d. pelayanan kesehatan jiwa;
b . kesia p a n s urat keterangan kesehatan ba gi yan g m elakukan
p elayar a n a ntar negara;
e. pelayanan kesehatan primer; dan
c. k esia pa n surat keterangan kesehatan bagi penumpa ng berisiko
tinggi yang melakukan pelayaran;
f. Surveilans Kesehatan .
(7) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pad a
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) , dapat dilakukan:
d . p e mahaman s itua si dan kondisi pelayaran; d a n
a . pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
e . ke terampila n dan kemampuan teknis keselamatan .
b. tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
(4) Kesia p a n p e nyelenggara kegiatan pelay aran s ebagaimana dimaks ud
pada aya t (2) huruf b paling sedikit terdiri atas :
a . p enyuluhan keseh a tan dan keselamatan;
Pasal 20 ...
b. penyedia an perala ta n kes elarnatan penumpang;
c. petugas ...
f
c . pelay anan kese hatan jiwa.
24-
25
Pasal20
(1)
d. pemeriksaan k esehatan;
Kesehatan pada kegia t a n di lo kas i lepas p a ntai se bagaima na
dima k sud dalam Pasal 18 huruf b d is elen ggara kan p a d a saat:
e . penyediaan peralata n dan pe.rbekalan kesehatan;
f. pelatihan kesehatan menghadapi situasi ke.rja di lepa s pantai;
a. persiapa n seb elum kegiatan; d a n
g. kesia p a n mobilisa si bantuan pelayanan ke.seha tan;
b. k egiata n ope ras ional di lep as pa ntai.
(2)
i. perencanaan kontinjensi kesehatan lepas pantai ; dan
a. k esia p a n ba gi m asyarakat yan g b e kerja di lepas pa ntai;
j.
b. kes iapan pemberi kerj a d a n /ata u pe n yelenggara k egiatan le pas
pantai; d a n
(3)
h. sistem rujukan ke.sehatan;
Kegiata n p a d a saat p ersia p a n sebelum kegiatan - s ebagaimana
dima k s ud pada a ya t (1) huruf a paling s edikit terdiri ata s:
(6)
simulasi kedaruratan kesehatan lepas pantai.
Kegiata n pada s a at kegi a tan operasional di lepas pantai sebagaimana
dimaksud pada aya t (1) huruf b paling sedikit terdiri atas :
c. k esiapan pelayan a n k ese h atan .
a . pemberian inforrnasi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
Kesiapan bagi m asyara kat yang be kerj a di Ie pas pa nta i seb a ga imana
dim a k s ud pa da ayat (2 ) huruf a pa ling s e dikit te rdiri a tas:
b. penemuan k asus ;
c. pelayanan kesehatan bagi pekerja; dan
a. keseh atan fisik d a n m e nta l; d a n
d . Surveilans Kesehatan.
b . pema h a m an prosedur kese hatan d a n ke selamatan k e rj a.
(7)
p emberi k e rj a dan I a ta u penyelenggara kegi a tan lepas
p a n tai s ebagaima n a dimaksud pa d a ayat (2 ) huruf b p a ling sedikit
te rdiri atas :
(4 ) Kesia pan
Oalam pal terjadi kedaruratan medik danl a tau kejiwaa n pada
kegiata n sebagaimana dimaksud pada ayat (6), d a pat dilakuka n:
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan / atau
b. pelayanan kesehatan jiwa.
a. pe nyuluhan kes eh atan dan k e s e.la m atan;
b . p e nyed iaa n peralatan k eselamatan ;
Paragraf 3
c. pe tugas pen gawas kes ela m a ta n ;
Kesehatan dalam Tugas Opera si dan Latihan MiIiter Oi Laut
d . pe rle ngka p a n Pertolonga n Pe rta ma Pada Kecelakaan (P3 K) ;
e . s istem ruj ukan kese hatan ;
Pasal 21
f. j ej a ring k eselamatan dan kes eh atan;
g. sis tem k omunikas i d a n informasi ;
(1)
Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut merupakan
Kesehatan Matra untuk mendukung kesehatan praJurit di satuan
militer dan pemberian pertolongan medik kepada korban dalam
kegiatan operasi rniliter perang dan seIain perang, serta tugas la tihan
militer di laut.
(2)
Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan milite r di laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
h . perencan aan kontinjens i k edaruratan keseha tan lep as pantai ; d an
i. simulasi k ed a rura ta n kese h a ta n.
(5)
Kesia pa n pelayan a n kesehatan se bagaimana dima ksud p a d a ay a t (2)
huruf c paling s edikit terdiri atas:
a . penyuluhan kes e h atan da n k eselamatan ;
a . sebelum pelaksanaan tugas operasi dan latihan rniliter;
b. pem e taan lokasi dan pe r sebaran kegia ta n di le pa s p antai;
c. pendata an de.m ografis m asyar a kat ya n g b e k erja di Ie pas pa n tai;
b. selama pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer; dan
c. setelah peIaksanaan tugas operasi dan latihan militer.
d . pemeriks aan
(3) Kegiatan ...
26 -
27 -
(3) Kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. pelayanan k esehatan;
b. kegiatan kesehatan promotif dan preventif;
e. kesiapan penumpang.
(.1)
Kegiata n kesiapan awak penerbangan sebagaimana dimaksud pada
a yat (2) huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
pe rundangundangan.
H) Kegiatan kesiapan olahragawan kedirganta raan sebaga imana
dimaksud p a d a ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri atas :
c. kegiatan kesehatan kuratif dan rehabilitatif;
d . kegiatan pembekalan kesehatan; dan
a. pemeriksaan/pengujian fisik dan mental;
e . kegiatan administrasi kesehatan .
(4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pelayanan
kegawatdaruratan dan rujukan.
b. kesiapan peralatan ke selamatan; dan
c. kegiatan lain untuk menunjang kesiapan bagi olahragawan .
(5) Kegiatan kesiapan penyelenggara kegiatan sebagaimana dimaksud
(5) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan
latihan militer di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
pada ayat (2) huruf c paling sediki.t terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan dan kese1amatan;
b. penyediaan peralatan keselamatan;
c . petugas pengawas dan atau pendamping;
Bagian Keempat
d . penyediaan sarana dan prasarana kedaruratan ke s ehatan
ー セ ョ・イ「。ァ[@
Kesehatan Kedirgantaraan
e. sistem rujukan keseha tan;
Paragraf 1
f. jejaring keselamatan dan kes ehatan; dan
Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa
g. kegiatan lain
kesehatan.
Pasal 22
(1) Kesehatan penerbangan dan ruang angkasa merupakan Kesehatan
Matra yang dilakukan terhadap pekerja danl atau pelaku kegiatan
penerbangan dan ruang angkasa yang diselenggarakan pada saat:
untuk
m e nunjang
k esiapan
penye1enggara
(6) Kegiatan kesia.pan p elayanan k e s e hatan penerbangan dan ruang
angkasa sebagaimana d imaksud pada ayat (2) huruf d paling sedikit
terdiri atas:
a. penyebarluasan media p enyuluhan k esehatan dan k ese1amatan ;
a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan; dan
b. pemetaan lokasi dan persebaran pelaku kegiatan ;
b . kegiatan operasional.
c. p endataan demografis awak penerbangan dan penumpang;
(2) Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
d. pemeriksaan dan pengujian kesehatan;
e. penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan;
a. kesiapan awak penerbangan;
f. pelatihan kesehatan penerbangan bagi petugas kesehatan;
b. kesiapan olahragawan kedirgantaraan;
g. sistem rujukan kesehatan;
c. kesiapan penyelenggara k egiatan;
h. rencana kontinjensi kedaruratan kesehatan penerbangan;
d . kesiapan pelayanan kesehatan penerbangan dan ruang angkasa;
dan
i. simulasi kedaruratan kesehatan penerbangan; dan
j. kegiatan lain untuk menunjang kesia pan penumpang.
e . kesiapan ...
(7) Kegiatan ...
, " . "'
.
29 -
28 -
(7) Kegiatan kesiapan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf e paling sedikit terdiri atas:
a . pelayanan kesehatan;
b. kegiatan kesehatan promotif dan preventif;
a . penyuluhan kesehatan dan keselamatan; dan
c. kegiatan kesehatan kuratif dan rehabilitatif;
b. pemeriksaan kesehatan.
d. kegiatan pembekalan kesehatan; dan
(8) Kegiatan pada saat kegiatan operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurufb paling sedikit terdiri atas :
a. penyuluhan kesehatan dan kese1amatan;
b. pemeriksaan dan pengujian kesehatan ;
c. pemeriksaan kelaikan terbang bagi penumpang;
d. pe1ayanan kesehatan primer;
e. kegiatan administrasi kesehatan.
(4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan pe1ayanan kegawatdaruratan dan
rujukan.
(5) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan
latihan militer di udara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
e. Surveilans Kesehatan; dan
f. pemulihan kesehatan .
Bagian Kelima
. (9) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/ atau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8), dapat dilakukan:
Pengaturan Lebih Lanjut
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
b . tindakan karantina dan/ atau isolasi; dan/ atau
c . pelayanan kesehatan jiwa.
Paragraf 2
Kesehatan dalam Operasi dan Latihan Militer D
t
PERATURAN IMENTERI IKESEHANATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 TAHUN 2013
TENTANG
KESEHATA,N mセtra@
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN LlNGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
CETAKAN KE • 2
2014
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 TAHUN 2013
TENTANG
KESEHATAN MATRA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 ayat (4)
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan ten tang Kesehatan Matra;
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara RepubJik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2_ UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana te1ah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3 . UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
4. UndangUndang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negar a
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845);
5. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
6. UndangUndang Nomor
Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
7. UndangUndang.. _
3 -
2 7. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
16. Keputusan
Menteri
Kesehatan
NOrtH)!'
1479/Menkes/SK/X/2003
tentang
Pedoma.!l
Penyeienggaraan Sistem Surveilans Epide mol ogi
Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu;
8. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072) ;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/
VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sis tem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145/Menkes/SK/
1/2007 tentang Pedoma n Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan ;
9 . Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447) ;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 442/ Menkes/ SKI
VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Haji Indonesia;
10. P eraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 ten tang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
20. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)
sebagaimana teiah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741):
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 ten tang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
21. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 ten tang Jenis Penyakit
Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 503);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,
Ta mbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4 8 16);
13 . Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten tang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi , Tugas, dan Fungsi Eseion I
Kementerian Negara;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN MATRA.
16. Keputusan ...
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
14. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
Kesehatan
15. Keputusan
Menteri
Nomor
ten tang
Pedoman
1116/Menkes/SK/VIII/2003
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemologi
Kesehatan;
KESEHATAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.
Matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media tempa t ウ 」 ウ ・ッ イ 。 ョ セZ@
atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta m eIa1< sa.n a ko Jl
kegiatan.
2 . Knndi s i . .
4 ' )
5 -
Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang
scrba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
pcJaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan
tersebut.
3. Kesehatan Ma tra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus
yang diselenggarakan untuk meningkatkan kcmampuan fisik dan
mental guna m enyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba
berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat , laut, maupun
udara .
4. Kesehatan Lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat temporer pada
lingkungan yang berubah.
5 . Kesehatan Kelautan dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang
berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di laut dan
berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi
(hiperba rik) .
Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang
6. Kesehata n
berhubungan dengan penerbangan dan kesehatan ruang angkasa
dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik).
7. Faktor Risiko Kesehatan adalah probabilitas atau kemungkinan
semua variabel/faktor yang berperan dalam proses kejadian
timbulnya penyakit dan / atau gangguan kesehatan.
8. Risiko Kesehatan adalah potensi kerugian yang ditimbulkan oleh
kondisi matra pada suatu wilayah dalam kurun waktu te rtentu,
dapat berupa kematian, kesakitan, kecatatan , jiwa yang teran cam,
hilangnya rasa aman , dan pengungsian .
9. Surveilans Kesehatan adalah kegiatan analisis secara sistematis dan
terus menerus terhadap penyakit atau masalahmasalah kesehatan
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
pe nularan penyakit atau masalahmasalah kesehatan tersebut, agar
d a p at melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
m e lalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
10. Pemerintah Pusat , yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UndangUn dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
12. Menteri ...
12. Me nteri adalah menteri yang
p emerintahan di bidang kesehatan.
menyelenggarakan
urusan
Pasal2
(1) Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan untuk mewujudkan
upaya kesehatan pada Kondisi Matra secara cepat, tepat,
menyeluruh dan terkoordinasi guna menurunkan potensi Risiko
Kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi, dan mengendalikan
Risiko Kesehatan.
(2) Upaya kesehatan pada Kondisi Matra sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan , dan
kemampuan masyarakat dalam menurunkan risiko serta memelihara
kes e hatan masyarakat dalam menghadapi Kondisi Matra agar tetap
sehat dan mandiri.
BAB II
JENIS KESEHATAN MATRA
Pa s a 13
(1) J enis Kesehatan Matra meliputi:
a. Kesehatan Lapangan;
b. Keseha tan Kelautan dan B awah Air; d a n
c. Kesehatan Kedirgantaraan .
(2) Kes ehatan Lapangan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. kesehatan perpindahan p e nduduk ;
b. keseh atan migra n ;
c. kes ehatan haji d a n umrah;
d. kesehatan penanggulangan bencana;
e. kesehatan bawah tanah;
f. kesehatan gangguan keamanan d an ketertiban masyarakat ;
g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;
h. kesehatan pada arus mudik;
i. kesehatan ...
7 -
6 i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan
j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.
(3} Kesehatan Kelautan dan Bawah Air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kesehatan penyelaman;
b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan
c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.
(4) Kesehatan Kedirgantaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri atas:
a. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa; dan
b. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di udara.
(2) Pengurangan potensi Risiko Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan upaya yang dilakukan terhadap semua
variabel atau faktor untuk mencegah dan mengurangi Risiko
Kesehatan.
(3) Peningkatan kemampuan adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri dengan Kondisi Matra agar tidak menimbulkan
Risiko Kesehatan.
(4) Pengendalian Risiko Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c merupakan upaya yang dilakukan untuk menurunkan dan
menghilangkan variabel atau faktor dalam rangka mencegah
terjadinya penyakit, kecacatan. dan/atau gangguan kesehatan serta
melakukan pengobatan.
PENYELENGGARAAN
(5) Penyelenggaraan Kesehatan Matra sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan memenuhi standar dan persyaratan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Kesatu
Pasal6
Umum
Dalam penyelenggaraan Kesehatan Matra harus dilakukan pelaporan
secara berjenjang yang meJiputi laporan pra kejadian. kejadian. dan pasca
kejadian.
BAB III
Pasal 4
(1) Kesehatan Matra diselenggarakan oleh PemeTintah. PemeFintah
Daerah. dan masyarakat.
(2) Dalam penyelenggaraan Kesehatan Matra sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat bekerja sarna dengan negara lain danl atau
lembaga internasional baik secara bilateral maupun multilateral.
Bagian Kedua
Kesehatan Lapangan
Paragraf 1
Kesehatan Perpindahan Penduduk
Pasal 5
(1) Lmgkup penyelenggaraan Kesehatan Matra sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 meliputi :
a. pengurangan potensi Risiko Kesehatan;
b. peningkatan kemampuan adaptasi; dan
Pasal 7
(1) Kesehatan perpindahan penduduk merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan perpindahan ke
tempat baru yang bersifat menetap, yang diselenggarakan pada saat:
a. sebelum perpindahan dilakukan;
c. pengendalian Risiko Kesehatan.
(2) Pengurangan
b. selama...
8 -
9 -
b. selama proses perpindahan mulai dari tempat keberangkatan
sampai di pelabuhan danl atau bandar udara pemberangkatan;
dan
c. setelah menempati tempat baru sampai dengan adanya pelayanan
kesehatan permanen.
(2) Kesehatan perpindahan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas kesehatan transmigrasi dan kesehatan relokasi
(6) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5), dapat
dilakukan:
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan
b. tindakan karantina danl atau isolasi;
c. pelayanan kesehatan jiwa.
penduduk.
(3) Kegiatan sebelum perpindahan dilakukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
Paragraf 2
Kesehatan Migran
a. pendataan demografi;
b. Surveilans Kesehatan;
Pasal8
c. penyuluhan kesehatan;
(1) Kesehatan migran merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan
d. pemberian informasi lokasi tujuan;
terhadap migran, yang diselenggarakan pada saat:
e. pemeriksaan kesehatan; dan
a . sebelum keberangkatan;
f. pelayanan kesehatan primer.
b . selama proses perjalanan keberangkatan mulai dari tempat
keberangkatan sampai di pelabuhan dan/atau bandar udara
pemberangkatan; dan
(4) Kegiatan selama proses perpindahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
c. kembali ke tanah air.
(2) Kegiatan sebelum keberangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a paling sedikit terdiri atas:
b . pelayanan kesehatan primer;
c. Surveilans Kesehatan; dan
a. pendataan demografi;
d. penyediaan dukungan logistik.
b. Surveilans Kesehatan;
(5) Kegiatan setelah menempati ternpat baru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c paling sedikit terdiri atas:
c. penyuluhan kesehatan;
a. peningkatan kualitas media lingkungan;
d. pemberian informasi kondisi tempat tujuan;
b. penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
e. pemeriksaan kesehatan; dan
c. pelayanan kesehatan primer;
f. pelayanan kesehatan primer.
(3) Kegiatan selama proses perjalanan keberangkatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
d . Surveilans Kesehatan;
e. pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
a. penyuluhan kesehatan;
f. pelayanan kesehatan jiwa; dan
b. pelayanan kesehatan primer;
g. penyediaan dukungan logistik.
c. Surveilans Kesehatan; dan
(6) Dalam ...
d. penyediaan dukungan logistik.
(4) Kcgiata.....
10 -
11 -
(4) Kegiatan setelah kembali ke tanah air sebagaimana dimaksud pada
(2) Penyelenggaraan kesehatan penanggulangan bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
ayat (1) huruf c paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan;
b. pemeriksaan kesehatan;
Paragraf 5
c. Surveilans Kesehatan; dan
Kesehatan Bawah Tanah
d. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi
pada instalasi penampungan sementara.
(5) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada
kegiatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
Pasal 11
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
bawah tanah merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap pekerja bawah tanah, yang diselenggarakan pada
saat:
b. tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan;
(4), dapat dilakukan:
(1) Kesehatan
b. kegiatan operasional; dan
c . pelayanan kesehatan jiwa.
c . setelah kegiatan operasional sampai dengan 24 (dua puluh empat)
jam.
Paragraf 3
(2) Kegratan selama persiapan sebe1um kegiatan dHaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
Kesehatan Haji dan Umrah
a. kesiapan bagi pekerja bawah tanah;
Pasal 9
b. kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan; dan
(1) Kesehatan haji dan umrah merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap jemaah haji dan umrah serta pihak petugas yang
terkait, mulai dari perjalanan pergi, selama di Arab Saudi, pulang
dari Arab Saudi sampai dengan 2 (dua) minggu setelah tiba kembali
k e t anah alr.
(2) Penyelenggaraan k esehatan haji dan umrah sebagaimana dlmaksud
p ada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
c . kesiapan pelayanan kesehatan.
(3) Kesiapan bagi pekerja bawah tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a . kesehatan fisik dan mental;
b. pemahaman situasi dan kondisi lingkungan tempat kerja;
c. keterampilan dan kemampuan antisipasi perubahan situasi di
bawah tanah; dan
d. kesiapan perbekalan.
Paragraf 4
Kesehatan Penanggulangan Bencana
(4) Kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri
atas :
a. penyuluhan keselamatan dan kesehatan;
Pasal 10
(1) Kesehatan penanggulangan bencana merupakan Kesehatan Matra
yang dilakukan untuk mengurangi Risiko Kesehatan pada tahap
tanggap darurat.
b. penyediaan peralatan kese1amatan;
c. petugas pengawas dan/atau pendamping;
d . sistem rujukan k es ehatan;
(2) Penyelenggaraan ...
.
セ@
....
.
12 -
13
e. jejaring keselamatan dan kesehatan;
Paragraf 6
f. komunikasi dan informasi; dan
Kesehata n Situasi Gangguan Keama n a n d a n Ketertiba n Masyarakat
g. pe nyediaan sarana pelayanan kesehatan.
(5) Kesiapan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c paling s edikit terdiri atas:
Pasal 12
(1) Kes eh a tan situasi gangguan kea mana n da n k etertiban m asya rakat
a. penyuluhan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
b. pendataan demografis pekerja;
c. pe meriksaan kesehatan pekerja;
d. pelatihan kesehatan m enghadapi situasi kerja di bawah tanah ;
e. kesiapan pelayanan kese hatan di s ekitar tempat kerja bawah
tanah ; dan
f. jejaring pelayanan kesehatan dan rujukan .
(6) Kegiatan selama kegiatan operasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. pemberian informasi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
b . penemuan kasus;
merupa kan Keseh a tan Matra yang dila kuka n terha da p masya ra k a t
dan pe tugas yang terpajan p a d a situasi ganggua n k eamanan d a n
ketertiba n , melipu ti:
a . kegiata n kesiapan a ntisipas i terhadap kemungkina n adanya
Risiko Kesehata n s itu as i k eama n a n dan ketertiba n m a syarakat;
dan
b . k egia tan oper as ion a l keseh a tan pe nanggulangan Risiko Keseha tan
akib at situas i k eamanan da n ketertiba n masyarakat .
(2) Kegiatan kes iapan a ntis ipas i te rha dap k emungkinan a da nya Ris iko
Kesehata n
situasi keamana n
da n ketertiba n
masyaraka t
seb agaima n a dimaks ud p a da ayat (1) huruf a p aling sedikit t erdiri
atas : a. analis is situasi wilayah dan pote n si gan ggua n k eam a n a n d a n
ketertiba n m asya rakat;
c . pelayanan kesehatan bagi pekerja; dan
d. Surveilans Kesehatan .
(7) Kegiatan setelah kegiatan operasional sampai dengan 24 (dua puluh
empat) jam seb agaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c paling
sedikit terdiri atas:
b . pe metaan wilayah ra wa n gan ggua n k eamanan da n k et ertib a n
masyaraka t;
c. s istem kewaspadaan dini ;
d . pe m e taa n sumbe r d aya k esehatan ;
a. penemuan kasus;
e . sistem rujuka n kesehata n ;
b. pelayanan kesehatan bagi peke rja;
f. m obilisasi s umb er daya k eseh a ta n;
c . Surveilans Kesehatan; dan
g. unit identifikasi k orban;
d. p e mulihan k es ehatan.
h . k oordina si da n jej a ring k erja;
(8) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau k ejiwaan pada
kegiatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat
(7), dapat dilakukan :
I.
k omunikas i d an informa si; dan
j. re n can a p en a nggulangan k edarura tan kesehata n .
a . pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan
(3) Kegia ta n operas iona l k eseh a t a n pe nanggula ngan Risiko Keseha t a n
akibat situa si keama n an dan kete rtiban m asyaraka t se bagaimana
dimaksud pa da ayat (l) huruf b p a ling sedikit terdiri atas:
b. pelayanan kesehatan jiwa.
a. mobilisasi b a ntuan keseh a tan;
Paragraf6 ...
b . penemuan dan pertolon gan karban dan musiba h mass al;
c . pelayan a n .. .
14 -
15 -
c . pelayanan korban di pos depan pelayanan kesehatan lapangan
dan pelayanan rujukan;
(2) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan miliier di darat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
d. pelayanan medis korban di unit pelayanan kesehatan terdekat;
a. sebelum pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer;
e. pengamanan terhadap pos kesehatan lapangan dan unit
pelayanan kesehatan rujukan;
b. selama pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer; dan
f. pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang harus mengungsi
dari wilayah yang terdampak gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat;
h. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi di
wilayah yang terdampak; dan
pasca
(3) Kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di dara t
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. kegiatan kesehatan promotif dan preventif lapangan;
g. Surveilans Kesehatan ;
i. pemulihan
c. setelah pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer.
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat.
(4) Koordinator kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri
atas:
b. kegiatan kesehatan kuratif dan r ehabilitatif;
c. kegiatan pembekalan kesehatan; dan
d. kegiata n administrasi kesehatan.
(4) Dalam kegiatan tugas latihan militer di clarat sebagai penyia pa n
masyarakat dan lingkungan pada lokasi latihan militer perlu
dilakukan upaya kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk koordinator
kegiatan dalam situasi tertib sipil;
a. pendataan kondisi k esehatan lingkungan;
b. kepala kedokteran dan kesehatan kepolisian setempat, untuk
koordinator kegiatan dalam situasi darurat sipil; dan
c. prediksi sebaran risiko kesehatan dampak latihan;
c . kepala kesehatan TNI setempat, untuk koordinator kegiatan
dalam situasi darurat militer.
e. penyuluhan kesehatan.
(5) Tata cara penyelenggaraan kesehatan situasi gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Paragraf 7
Kesehatan Dalam Tugas Operasi dan Latihan Militer Di Darat
Pasal 13
(1) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat
merupakan Kesehatan Matra untuk mendukung kesehatan prajurit
di satuan militer dan pemberian pertolongan medik kepada korban
dalam kegiatan operasi militer perang dan selain perang, serta tugas
latihan militer di darat.
(2) Kesehatan ...
b. Surveilans Kesehatan;
d. pelayanan kesehatan primer; dan
(5) Dalam melaksanakan kegiata n tugas latihan militer di darat
sebagaimana dimaksud pada aYlllt (4) wajib berkoordinasi dengan
instansi kesehatan pemerintah da n / atau pe merintah daerah.
(6) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan kesehatan
sebagaimana dimaksud ayat (3) dan a yat (4) dilakukan pe1ayanan
kegawatdaruratan dan rujukan.
(7) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan
latihan militer di d arat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat {4) "
dan ayat (6) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Paragraf 8 ...
16
17 -
Paragraf 8
(4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dilakukan:
Kesehatan Pada Arus Mudik
a . pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
b. tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
Pasal 14
(1)
Kesehatan pada arus mudik merupakan Kesehatan Matra bagi
masyarakat terpajan pada arus mudik dan aFUS balik yang
diselenggarakan pada saat:
c. pelayanan keschatan jiwa.
Paragraf 9
a. persiapan; dan
Kesehatan Pada Kegiatan di Area Terte ntu
b . selama arus mudik dan arus balik.
(2) Kegiatan pada persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Pasal 15
a paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan tentang kesiapan kebugaran fisik dan
perilaku sehat;
b. pemetaan Faktor Risiko Kesehatan dan lingkungan;
(1) Kesehatan pada kegiatan di area tertentu merupakan Kesehatan
Matra bagi masyarakat terpajan pada kegiatan paling sedikit terdiri
atas:
a. kegiatan lomba !intas alam;
c. pemeriksaan kesehatan;
b. pekan olah raga;
d. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi;
e. penyiapan sumber daya manusia kesehatan dan unit pelayanan
kesehatan di sepanjangjalur arus mudik;
c. lokasi wisata;
d . festival bahari;
e. festival keagamaan ;
f. pengaturan sistem rujukan kesehatan;
f. pekan adat, seni dan budaya;
g. penyiapan mobilisasi sumber daya;
g. jambore di bumi perkemahan ; dan
h. koordinasi !intas program dan lintas sektor; dan
h. konvensi tingkat nasional dan internasionaJ.
i. menjalin jejaring komunikasi dan informasi.
(3) Kegiatan selama arus mudik dan arus balik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri atas:
(2) Kesehatan pada kegiatan di area tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan; dan
a. penyuluhan kesehatan;
b. pelaksanaan selama berlangsungnya kegiatan.
b. pelayanan kesehatan primer;
c. pemeriksaan kesehatan operator alat angkutan umum;
(3) Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit terdiri
d. Surveilans Kesehatan;
atas:
e. penemuan kasus;
a. penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
f. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi;
b. komunikasi Risiko Kesehatan;
g. penyediaan dan mobilisasi dukungan sumber daya; dan
c. pemeriksaan kesehatan;
h. menja!in jejaring komunikasi dan informasi.
d. penyiapan pelayanan kesehatan primer;
(4) Dalam ...
e. penyiapan ...
18 -
19 -
e. penyiapan rumah sakit rujukan;
b. selama pelaksanaan penugasan khusus; dan
f. penyiapan dan mobilisasi sumber daya;
c. setelah pe1aksanaan penugasan khusus.
g. 8U1veilans Kesehatan; dan
h. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi.
(4) Kegiatan pada saat pelaksanaan selama berJangsungnya kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
a. penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan 8ehat;
(4) Kegiatan kesehatan dalaro penugasan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
kepolisian
a. promotif dan preventif;
b. kuratif dan rehabilitatif;
c. pembekalan kesehatan; dan
d . administrasi kesehatan.
b. pelayanan kesehatan primer;
c. 8U1veilans Kesehatan;
d. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi;
dan
e. komunikasi dan inforroasi.
(5) Dalam kegiatan penugasan khusus kepolisian sebagai penyiapan
masyarakat dan lingkungan pada lokasi daerah konflik perlu
dilakukan upaya kesehatan paling sedikit terdiri. atas:
a. pendataan kondisi kesehatan lingkungan;
b. 8urveilans Kesehatan;
(5) Dalam hal terjadi kedaruratan medik danjatau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat dilakukan:
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
c. prediksi sebaran Risiko Kesehatan daropak penugasan khusus;
d. pelayanan kesehatan primer; dan
e. penyuluhan kesehatan.
b. tindakan karantina danj atau isolasi; danj atau
(6) Dalam melaksanakan kegiatan kesehatan dalam penugasan khusus
kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) wajib
berkoordinasi dengan instansi kesehatan Pemerintah danj atau
Pemerintah Daerah.
c. pelayanan kesehatan jiwa.
Paragraf 10
(7) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dilakukan
pelayanan ォ・ァ。キエ、セオイョ@
dan rujukan.
Kesehatan Dalam Penugasan Khusus Kepolisian
Pasal 16
(1) Kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian merupakan
Kesehatan Matra yang dilakukan untuk tujuanjmisi tertentu dan
dalanl waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan di luar tugas
rutin kedokteran dan kesehatan kepolisian.
(8) Tata cara pe1aksanaan kegiatan kesehatan dalam penugasan khusus
kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) sesuai
dengan ketentuan perundangundangan.
Bagian Ketiga
(2) Kondisi Matra dalam penugasan khusus kepolisian me1iputi periode
darurat keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah konflik di
dalam negeri.
Kesehatan Ke1autan dan Bawah Air
(3) Kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
Paragraf 1
Kesehatan Penyelaman
a. sebelum pelaksanaan penugasan khusus;
b. selama ...
Pasal 17 ...
20
21 -
Pasal 17
(5) Kesiapan bagi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
a yat (2) hUruf c paling s e dikit terdiri atas:
(1) Kesehatan penyelaman merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan
terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas di lingkungan
bertekanan lebih dari satu atmosfer absolut, yang diselenggarakan
pada saat:
a. persiapan sebelum kegiatan dil.aksanakan ;
a. penyuluhan kesehatan ;
b. pemetaan lokasi dan persebaran peselam;
c . pendataan demografis peselam;
d. pemeriksaan kesehatan peselam;
b . kegiatan operasional penyelaman; dan
c . setela h kegiatan operasional sampai dengan 24 jam.
(2) Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
e. penyediaan
hiperbarik;
pelayana n
kesehatan
penyelaman
dan
ruang
f. pelatiha n kesehatan menghadapi situasi kerja di laut dan bawah
air;
a. kesiapan bagi peselam;
g. kesiapan jejaring pelayanan kesehatan dan sistem rujukan ;
b. kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau pe nyelenggara kegiatan ;
dan
h. perencanaan kontinjensi kedaruratan k esehatan kelautan dan
bawah air; dan
c . kesiapan bagi pelayanan kesehatan.
i. simulasi kedaruratan keseh a tan .
(3) Kesiapan bagi peselam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
paling sedikit terdiri atas:
(6) Kegiatan operasional penyelaman sebagaimana d imaksud pa d a ayat
(1) hurufb paling sedikit terdiri atas:
a. kesehatan fisik dan mental;
a. penyuluhan kesehatan ;
b. pemahaman situasi dan kondisi lingkungan penyelaman;
b. pemeriksaan kesehatan ;
c. keterampilan dan kemampuan antisipasi perubahan situasi di
lingkungan penyelaman;
d. perbekalan d a n peralatan keselamatan penyelaman; dan
セ N@
d . pelayanan kesehatan primer; d a r.
c.
e . pemahaman dampak penyelaman bagi kesehatan.
(4) Kesiapan bagi pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan
s ebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri
atas:
penemuan kasus ;
Surveilans Kese hatan.
(7) Kegiatan pada saat se telah kegiatan operns iona l sampai dengan 24
jam sebagaimana dimaksud pada nyat (1) huruf c paling sedikit
terdiri atas:
a. penemuan kasus;
a. penyuluhan kesehatan dan keselamatan;
b. pelayanan kesehatan primer;
b. penyediaan peralatan keselamatan;
c . Surveilans Kesehatan; dan
c . petugas pengawas dan pendamping;
d. pemulihan kesehatan .
d . sistem rujukan kesehatan ;
(8) Dalam hal terjadi kedaruratan rnedik danl atau kejiwaan pada
kegiatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada a yat (6) dan ayat (7)
dapat dilakuka n :
e . j ejaring keselamatan dan kesehatan;
f. komunikasi dan informasi; dan
a. pelayanan k egawatdaruratan dan rujukan; dan/atau
g. penyediaan sarana pelayanan kesehatan.
b . pelayanan k esehatan jiwa.
(5) Kesiapan ...
Paragraf 2 ...
22
23
Paragraf 2
c. petugas pengawas dan pendamping;
Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai
d . sistem rujukan kesehatan;
e. sistern komunikasi dan informasi kesehatan; dan
Pa sal 18
f. p erlengkapan Pertolongan Perta ma Pada Kecelakaan (P3K) .
Kesehatan pelayaran dan lepas pa ntai m e rupa kan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap penumpang, awak kapal, dan/atau pekerja lepas
pantai yang meliputi:
a . kese hatan pada kegiatan pelayara n; d a n
(5) Kesiapan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pa da ayat (2)
huruf c paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan di pelabuhan embarkasi dan debarkasi;
b . pendataan demografis awak angkutan pelayaran;
b. kese hatan pada kegiatan di lokasi lepas pa nta i.
c . pemeriks aan kesehatan dan vaksinasi;
d . penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan ;
Pa sal19
e . pelayanan kes ehatan di pelabuhan ernbarkasi dan deba rkasi ;
(1) Kesehatan pada kegiatan pelayaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a diselenggarakan pada saat:
a. persiapan sebelum kegiatan p elayaran ; dan
,
b. selama kegiatan pelayaran dilaks anakan .
(2) Kegiata n p ersiapan sebelum kegiatan
dima k s ud pada a yat (1) huruf a meliputi :
f. sis tem rujukan kesehatan;
g . ins peksi sanitasi dan perbaikan kualitas a ,i r bersih dan s a nitasi di
sarana pelayaran;
h . pe rencana an kontinjensi kedaruratan kesehatan pelaya ra n; d a n
pelaya ran s ebagaimana
i. simulas i keda ruratan kesehatan pelayaran.
(6) Kegiatan selama kegiatan pelayaran dilaksanakan sebagaima na
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas :
a. kes iapan pelaku yang akan berlayar;
b . k esia pan penyelenggara kegiatan pelayaran ; da n
a . penyuluha n k esehatan;
c . k esia pan p elay ana n kesehatan.
b. pemeriks aan kesehatan;
(3) Kesia pa n bagi pelaku yang akan be rlayar se bagaima n a dimaksud
pa da a ya t (2) huruf a paling sedikit terdiri atas:
c. penemuan kasus ;
a. keseh a tan fisik dan mental;
d. pelayanan kesehatan jiwa;
b . kesia p a n s urat keterangan kesehatan ba gi yan g m elakukan
p elayar a n a ntar negara;
e. pelayanan kesehatan primer; dan
c. k esia pa n surat keterangan kesehatan bagi penumpa ng berisiko
tinggi yang melakukan pelayaran;
f. Surveilans Kesehatan .
(7) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pad a
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) , dapat dilakukan:
d . p e mahaman s itua si dan kondisi pelayaran; d a n
a . pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
e . ke terampila n dan kemampuan teknis keselamatan .
b. tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
(4) Kesia p a n p e nyelenggara kegiatan pelay aran s ebagaimana dimaks ud
pada aya t (2) huruf b paling sedikit terdiri atas :
a . p enyuluhan keseh a tan dan keselamatan;
Pasal 20 ...
b. penyedia an perala ta n kes elarnatan penumpang;
c. petugas ...
f
c . pelay anan kese hatan jiwa.
24-
25
Pasal20
(1)
d. pemeriksaan k esehatan;
Kesehatan pada kegia t a n di lo kas i lepas p a ntai se bagaima na
dima k sud dalam Pasal 18 huruf b d is elen ggara kan p a d a saat:
e . penyediaan peralata n dan pe.rbekalan kesehatan;
f. pelatihan kesehatan menghadapi situasi ke.rja di lepa s pantai;
a. persiapa n seb elum kegiatan; d a n
g. kesia p a n mobilisa si bantuan pelayanan ke.seha tan;
b. k egiata n ope ras ional di lep as pa ntai.
(2)
i. perencanaan kontinjensi kesehatan lepas pantai ; dan
a. k esia p a n ba gi m asyarakat yan g b e kerja di lepas pa ntai;
j.
b. kes iapan pemberi kerj a d a n /ata u pe n yelenggara k egiatan le pas
pantai; d a n
(3)
h. sistem rujukan ke.sehatan;
Kegiata n p a d a saat p ersia p a n sebelum kegiatan - s ebagaimana
dima k s ud pada a ya t (1) huruf a paling s edikit terdiri ata s:
(6)
simulasi kedaruratan kesehatan lepas pantai.
Kegiata n pada s a at kegi a tan operasional di lepas pantai sebagaimana
dimaksud pada aya t (1) huruf b paling sedikit terdiri atas :
c. k esiapan pelayan a n k ese h atan .
a . pemberian inforrnasi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
Kesiapan bagi m asyara kat yang be kerj a di Ie pas pa nta i seb a ga imana
dim a k s ud pa da ayat (2 ) huruf a pa ling s e dikit te rdiri a tas:
b. penemuan k asus ;
c. pelayanan kesehatan bagi pekerja; dan
a. keseh atan fisik d a n m e nta l; d a n
d . Surveilans Kesehatan.
b . pema h a m an prosedur kese hatan d a n ke selamatan k e rj a.
(7)
p emberi k e rj a dan I a ta u penyelenggara kegi a tan lepas
p a n tai s ebagaima n a dimaksud pa d a ayat (2 ) huruf b p a ling sedikit
te rdiri atas :
(4 ) Kesia pan
Oalam pal terjadi kedaruratan medik danl a tau kejiwaa n pada
kegiata n sebagaimana dimaksud pada ayat (6), d a pat dilakuka n:
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan / atau
b. pelayanan kesehatan jiwa.
a. pe nyuluhan kes eh atan dan k e s e.la m atan;
b . p e nyed iaa n peralatan k eselamatan ;
Paragraf 3
c. pe tugas pen gawas kes ela m a ta n ;
Kesehatan dalam Tugas Opera si dan Latihan MiIiter Oi Laut
d . pe rle ngka p a n Pertolonga n Pe rta ma Pada Kecelakaan (P3 K) ;
e . s istem ruj ukan kese hatan ;
Pasal 21
f. j ej a ring k eselamatan dan kes eh atan;
g. sis tem k omunikas i d a n informasi ;
(1)
Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut merupakan
Kesehatan Matra untuk mendukung kesehatan praJurit di satuan
militer dan pemberian pertolongan medik kepada korban dalam
kegiatan operasi rniliter perang dan seIain perang, serta tugas la tihan
militer di laut.
(2)
Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan milite r di laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada saat:
h . perencan aan kontinjens i k edaruratan keseha tan lep as pantai ; d an
i. simulasi k ed a rura ta n kese h a ta n.
(5)
Kesia pa n pelayan a n kesehatan se bagaimana dima ksud p a d a ay a t (2)
huruf c paling s edikit terdiri atas:
a . penyuluhan kes e h atan da n k eselamatan ;
a . sebelum pelaksanaan tugas operasi dan latihan rniliter;
b. pem e taan lokasi dan pe r sebaran kegia ta n di le pa s p antai;
c. pendata an de.m ografis m asyar a kat ya n g b e k erja di Ie pas pa n tai;
b. selama pelaksanaan tugas operasi dan latihan militer; dan
c. setelah peIaksanaan tugas operasi dan latihan militer.
d . pemeriks aan
(3) Kegiatan ...
26 -
27 -
(3) Kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. pelayanan k esehatan;
b. kegiatan kesehatan promotif dan preventif;
e. kesiapan penumpang.
(.1)
Kegiata n kesiapan awak penerbangan sebagaimana dimaksud pada
a yat (2) huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
pe rundangundangan.
H) Kegiatan kesiapan olahragawan kedirganta raan sebaga imana
dimaksud p a d a ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri atas :
c. kegiatan kesehatan kuratif dan rehabilitatif;
d . kegiatan pembekalan kesehatan; dan
a. pemeriksaan/pengujian fisik dan mental;
e . kegiatan administrasi kesehatan .
(4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pelayanan
kegawatdaruratan dan rujukan.
b. kesiapan peralatan ke selamatan; dan
c. kegiatan lain untuk menunjang kesiapan bagi olahragawan .
(5) Kegiatan kesiapan penyelenggara kegiatan sebagaimana dimaksud
(5) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan
latihan militer di laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
pada ayat (2) huruf c paling sediki.t terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan dan kese1amatan;
b. penyediaan peralatan keselamatan;
c . petugas pengawas dan atau pendamping;
Bagian Keempat
d . penyediaan sarana dan prasarana kedaruratan ke s ehatan
ー セ ョ・イ「。ァ[@
Kesehatan Kedirgantaraan
e. sistem rujukan keseha tan;
Paragraf 1
f. jejaring keselamatan dan kes ehatan; dan
Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa
g. kegiatan lain
kesehatan.
Pasal 22
(1) Kesehatan penerbangan dan ruang angkasa merupakan Kesehatan
Matra yang dilakukan terhadap pekerja danl atau pelaku kegiatan
penerbangan dan ruang angkasa yang diselenggarakan pada saat:
untuk
m e nunjang
k esiapan
penye1enggara
(6) Kegiatan kesia.pan p elayanan k e s e hatan penerbangan dan ruang
angkasa sebagaimana d imaksud pada ayat (2) huruf d paling sedikit
terdiri atas:
a. penyebarluasan media p enyuluhan k esehatan dan k ese1amatan ;
a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan; dan
b. pemetaan lokasi dan persebaran pelaku kegiatan ;
b . kegiatan operasional.
c. p endataan demografis awak penerbangan dan penumpang;
(2) Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
d. pemeriksaan dan pengujian kesehatan;
e. penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan;
a. kesiapan awak penerbangan;
f. pelatihan kesehatan penerbangan bagi petugas kesehatan;
b. kesiapan olahragawan kedirgantaraan;
g. sistem rujukan kesehatan;
c. kesiapan penyelenggara k egiatan;
h. rencana kontinjensi kedaruratan kesehatan penerbangan;
d . kesiapan pelayanan kesehatan penerbangan dan ruang angkasa;
dan
i. simulasi kedaruratan kesehatan penerbangan; dan
j. kegiatan lain untuk menunjang kesia pan penumpang.
e . kesiapan ...
(7) Kegiatan ...
, " . "'
.
29 -
28 -
(7) Kegiatan kesiapan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf e paling sedikit terdiri atas:
a . pelayanan kesehatan;
b. kegiatan kesehatan promotif dan preventif;
a . penyuluhan kesehatan dan keselamatan; dan
c. kegiatan kesehatan kuratif dan rehabilitatif;
b. pemeriksaan kesehatan.
d. kegiatan pembekalan kesehatan; dan
(8) Kegiatan pada saat kegiatan operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurufb paling sedikit terdiri atas :
a. penyuluhan kesehatan dan kese1amatan;
b. pemeriksaan dan pengujian kesehatan ;
c. pemeriksaan kelaikan terbang bagi penumpang;
d. pe1ayanan kesehatan primer;
e. kegiatan administrasi kesehatan.
(4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan pe1ayanan kegawatdaruratan dan
rujukan.
(5) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan
latihan militer di udara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
e. Surveilans Kesehatan; dan
f. pemulihan kesehatan .
Bagian Kelima
. (9) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/ atau kejiwaan pada
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8), dapat dilakukan:
Pengaturan Lebih Lanjut
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
b . tindakan karantina dan/ atau isolasi; dan/ atau
c . pelayanan kesehatan jiwa.
Paragraf 2
Kesehatan dalam Operasi dan Latihan Militer D