PROBABILITAS KEJADIAN GEMPABUMI PADA MASA MENDATANG DI ZONA SESAR SUMATRA

(1)

1

PROBABILITAS KEJADIAN GEMPABUMI PADA MASA MENDATANG DI ZONA SESAR SUMATRA

Restu Faizah*)1, Amrul Wahdi Habib*)1, Widodo*)2 *)1

Program Beasiswa Unggulan BPKLN, Magister Teknik Sipil, UII *)2

Pengajar Magister Teknik Sipil FTSP UII Email :resfaiz@yahooco.id, amrul_ihsan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pulau Sumatra merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap ancaman gempabumi. Hal itu dikarenakan pada bagian barat pulau Sumatra terdapat zona subduksi yang merupakan pertemuan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dengan arah miring sekitar 45o, dan bergerak sekitar 50-70 cm/tahun (Prawirodirjo, et.al, 2000). Kondisi ini menyebabkan terbentuknya Sesar Sumatra dari Selat Sunda sampai dengan Kepulauan Andaman di bagian barat Provinsi Aceh, yang terdiri dari 19 segmen dan panjang total 1900 km

(Sieh and Natawidjaya, 2000). Pergerakan lempeng Indo-Australia secara terus menerus telah menyebabkan adanya stress di sepanjang zona subduksi dan menimbulkan ancaman gempabumi pada daerah sekitar Sesar Sumatra. Kejadian gempabumi akibat aktifitas sesar sudah beberapa kali terjadi di Indonesia dan menimbulkan kerusakan, diantaranya adalah Gempa Liwa pada 16 Februari 1994 dan Gempa Solok pada 6 Maret 2007 akibat aktifitas Sesar Sumatra. Dalam penelitian ini dilakukan analisis probabilitas kejadian gempa akibat aktifitas Sesar Sumatra dengan menggunakan metode Conditional Probability. Data kejadian gempa diambil dengan intensitas gempa M>4.5 SR, didasarkan pada intensitas gempa merusak. Hasil analisis menunjukkan bahwa 19 Segmen pada Sesar Sumatra memiliki likelihood of occurrance pada level likely, kemudian terdapat 3 segmen teraktif berturut – turut yaitu Sesar Sunda, Sesar Aceh dan Sesar Tripa.

Kata kunci: ancaman gempabumi, sesar sumatra, probabilitas kejadian.

ABSTRACT

Sumatra Island is an island in Indonesia, that has a severe impact to earthquake hazard. That is because in the western part of the sumatra island have the subduction zones which is a meeting between Indo-Australian plate which is embedded under the Eurasian plate into the direction tilted about 45o, and move around 50-70 cm/year (Prawirodirjo, et.al, 2000). This condition led to the forming of the Sumatra Faults from Sunda Strait to the Andaman Island at the west side of Aceh province. The Sumatra Faults consists of 19 segments and a total length of 1,900 km (Sieh and Natawidjaya, 2000). The movement of Indo-Australian plate has continually caused stress along the subduction zone and also pose earthquake hazard at around Sumatra Faults areas. Earthquake caused by the fault activity has occurred several times in Indonesia and it cause building damages, such as Liwa earthquake on February 16th, 1994 and Solok Earthquake on March 6th, 2007 due to Sumatra Fault activity. In this research, analysis of earthquake probability occurance caused by the Sumatra Faults activity use the Conditional Probability Method. History of earthquakes taken in this research is of the earthquake intensity with magnitude M > 4.5 SR, based on the intensity of the quake damage. The analysis showed that 19 Segment on Sumatra Fault have a likelihood of occurrance Likely level, then there are 3 active segments respectively - were the Sunda Fault, Fault and Fault Tripa in Aceh.


(2)

2 PENDAHULUAN

Sesar Sumatra (Sumatra fault) membentang sepanjang 1900 km di bagian barat Pulau Sumatra, berawal dari Selat Sunda hingga Kepulauan Andaman di bagian barat Provinsi Aceh (Sieh and Natawidjaya, 2000). Sieh and Natawidjaya (2000) membagi Sesar Sumatra menjadi 20 segmen, dengan panjang tiap segmen adalah 35 – 200 km, terpisahkan satu dengan lainnya oleh banyak sekali diskontinuitas selebar 4 sampai 12 km. Dari teori mekanika gempa, adanya diskontinuitas ini mempengaruhi/membatasi besar maksimum gempa yang dapat terjadi (Harris and Day, 1993).

Pergerakan sesar sumatra dipicu oleh aktifitas lempeng pada zona subduksi barat Sumatra ( lihat Gambar 1 ), yaitu lempeng Indo-Australia yang bergerak menunjam ke bawah lempeng Eurasia, sehingga menyebabkan timbulnya tekanan yang mendorong daerah Sumatra ke arah utara. Dorongan tersebut tidak bisa diserap oleh zona Subduksi, tetapi harus di tanggung oleh sebuah jalur patahan yang membentang di sepanjang Bukit Barisan di Pulau Sumatra. (Natawidjaya, 2007).

Gambar 1. Pergerakan Lempeng zona subduksi barat Sumatra (Puslit Geoteknologi LIPI, 2007)

Adapun catatan sejarah yang menunjukkan pergerakan sesar sumatra diantaranya adalah Gempa Liwa pada 16 Februari 1994 dengan kekuatan gempa 6.5 SR. Gempabumi tersebut dipicu oleh pergerakan sesar semangko, yang merupakan salah satu segmen dari sesar Sumatra (Naryanto, 2007). Goncangan gempabumi di Liwa menyebabkan korban jiwa 201 orang dan 411 luka berat serta 1871 rumah penduduk rusak total dan 4915 rusak berat. Pada 6 Maret 2007 juga terjadi Gempabumi di Solok, menurut sumber BMKG kekuatan tersebut berkekuatan 5.8 SR dan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 72 orang meninggal dan 803 luka-luka, serta mengakibatkan juga kerusakan bangunan di Kota Solok, retakan tanah dan tanah longsor yang tersebar di sepanjang jalan dari Padang – Bukittinggi. (Supartoyo, 2007)

Melihat fenomena tersebut, perlu kiranya dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang aktifitas Sesar Sumatra, sebagai bagian dari langkah mitigasi. Informasi tentang aktifitas Sesar Sumatra ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam risk reduction, sehingga jatuhnya korban jiwa serta kerugian harta benda akibat gempabumi di masa mendatang dapat ditekan sekecil mungkin.


(3)

3 SEGMENTASI SESAR SUMATRA

Menurut Sieh and Natawidjaya (2000), Sesar Sumatra terdiri dari 19 segmen seperti ditunjukkan pada Gambar 2, dengan karakteristik per segmen pada Tabel 1.

Gambar 2. Segmentasi Sesar Sumatra. (Google earth)

Tabel 1. Segmentasi Sesar Sumatra dan karakteristiknya (Natawidjaja dan Triyoso, 2007)

No Section

Index #

Location Length (km)

Historical Earthquakes

Magnitude Slip Rate by Geol.

Slip Rate by GPS

Y1 Y2 Year (M) MMax1 MMax2 mm/yr mm/yr

1 Sunda 1S -6.75 -5.9 150 None - but many recent M4-6

7.6 7.7 n/a n/a

2 Semangko 1R -5.9 -5.25 65 1908 7.2 7.2 n/a n/a 3 Kumering 1Q -5.3 -4.35 150 1933 (Ms=7,5);

1994 (Mw=7,0)

7.6 7.7 n/a n/a

4 Manna 1P -4.35 -3.8 85 1893 7.3 7.4 n/a n/a 5 Musi 1O -3.65 -3.25 70 1979(Ms=6,6) 7.2 7.3 11 n/a

Keterangan: 1A Aceh 1B Seulimeum 1C Trip

1D Renun 1E Toru 1F Angkola 1G Barumun 1H Sumpur 1I Sianok 1J Sumani 1K Suliti 1L Siulak 1M Dikit 1N Ketaun 1O Musi 1P Manna 1Q Kumering 1R Semangko 1S Sunda


(4)

4

6 Ketaun 1N -3.35 -2.75 85 1943 (Ms=7,3); 1952 (Ms=6,8)

7.3 7.4 11 n/a

7 Dikit 1M -2.5 -2.4 60 no record 7.2 7.2 11 n/a 8 Siulak 1L -2.25 -1.7 70 1909 (Ms=7,6);

1995 (Mw=7,0)

7.2 7.3 11 23

9 Suliti 1K -1.75 -1 95 1943(Ms=7,4) 7.4 7.4 11 23 ± 5 10 Sumani 1J -1 -0.5 60 1943(Ms=7,6);

1926(Ms~7)

7.2 7.2 11 23

11 Sianok 1I -0.7 0.1 90 1926(Ms~7) 7.3 7.4 11 23 ± 3 12 Sumpur 1H 0 0.3 35 no record 6.9 6.9 n/a n/a 13 Barumun 1G 0.3 1.2 125 no record 7.5 7.6 n/a 4 14 Angkola 1F 0.3 1.8 160 1892 (Ms=7,7) 7.6 7.7 n/a 19 ± 4 15 Toru 1E 1.2 2 95 1987 (Ms=6,6) 7.4 7.4 n/a 24 16 Renun 1D 2 3.5 220 1916; 1921

(Mb=6,8); 1936 (Ms=7,2)

7.8 7.9 27 26 ± 2

17 Tripa 1C 3.4 4.4 180 1936 (Ms=7,2); 1990 (Ms=6?)

7.7 7.8 n/a n/a

18 Aceh 1A 4.4 5.4 200 no record 7.7 7.9 n/a n/a 19 Seulimeum 1B 5 5.9 120 1964 (Ms=6,5) 7.5 7.6 n/a 13

METODE CONDITIONAL PROBABILITY

Conditional Probability dapat didefinisikan sebagai kemungkinan suatu peristiwa yang akan terjadi, dalam kasus ini adalah peristiwa gempabumi yang akan terjadi pada periode waktu tertentu. (WGCEP, 1995)

Conditional Probability dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa aktifitas/kejadian gempabumi di masa yang akan datang mengikuti pola/ritme kejadian pada masa lalu, sehingga keakuratan hasil perhitungan sangat dipengaruhi oleh kelengkapan data gempa pada masa lalu. Interval kejadian gempa diasumsikan mengikuti distribusi normal seperti ditunjukkan dalam Gambar 3 (WGCEP, 1995), sehingga normalized value N(T) dapat dihitung dengan persamaan 1 (Groebner, 2007).

� � = �−� ……… (1)

T adalah interval kejadian gempa, µ adalah rata-rata, dan σ adalah standar deviasi.


(5)

5

Standar deviasi (σ) dapat dihitung dengan persamaan 2. (Makrup, 2007). �= 1 �=1(�− �)2 ………. (2)

Dimana xi adalah interval ke-i, µ adalah mean (rata-rata) interval, dan n adalah

jumlah data.

Probabilitas kumulatif dari normalized value N(T) dapat diketahui dengan menggunakan table distribusi normal sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2. Selain menggunakan Tabel 2, menurut Abramowitz dan Stegun dapat didekati dengan persamaan 3. (Makrup, 2007).

� = 1−� − 2 2

2�

0.43618 1 + 0.33267 −

0.12017 (1 + 0.33267 )2+

0.9373 1 + 0.33267 3

……….………. (3)

Dimana t adalah normalized valueN(T) yang dihitung dengan persamaan 2, dan e adalah bilangan natural (2,71828).

Tabel 2. Tabel Distribusi Normal (Makrup, 2007)

Sedangkan probabilitas kejadian gempa pada v-tahun setelah sekarang, dapat dihitung dengan persamaan 4. (WGCEP, 1995).

� = P[u]−P[T]

�[ ] ……….……… (4)

P[vu] adalah probabilitas kejadian gempa pada v-tahun setelah sekarang, dimana u adalah interval terakhir kejadian gempa hingga sekarang dan T adalah interval kejadian gempa atau T = u + v.


(6)

6

Penentuan estimasi kejadian gempabumi pada masa yang akan datang merupakan bagian dari seismic hazard assessment, sehingga perlu pengklasifikasian “likelihood of occurance” terhadap terjadinya gempabumi yang didasarkan pada fakta-fakta gempabumi didaerah tersebut, seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Likelihood of Occurrence ( Widodo, 2012 ). No. Likelihood of Occurrence Description

1. Highly Likely near 100% probability in the next year

2. Likely between 10%-100% probability in the

next year, or at least one chance in the next ten years

3. Possible between 1%-10% probability in the next

year, or at least one chance in the next 100 years

4. Unlikely less than 1% probability in the next year,

or less than one chance in the next 100 years

Zonasi bahaya (set-back) jalur patahan aktif yang sudah diberlakukan di U.S.A dan New Zealand adalah selebar 20 meter di kanan-kiri jalur patahan, ditunjukkan pada Gambar 4. Meskipun demikian, lebar zonasi bahaya ini bisa lebih dipersempit apabila ada studi yang lebih detil yang menunjukan bahwa resiko bahaya akibat pergerakan patahan aktif tersebut lebih terkonsentrasi pada zona yang lebih sempit. (Kerr, et.al. 2003)

Gambar 4. Zonasi bahaya jalur patahan aktif (Kerr, at.al. 2003) METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada akhir tahun 2012, sehingga yang dimaksud dengan tahun sekarang adalah tahun 2012. Probabilitas ditinjau pada 1 tahun ke depan (2013) dan 10 tahun ke depan (2022).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Conditional Probability, dengan sumber data kejadian gempa pada masa lalu di sekitar sesar Sumatra, diambil dari http://www.usgs.gov, dengan batasan magnitude minimal 4.5 Skala Richter dan kedalaman kurang dari 50 km. Batasan ditentukan


(7)

7

berdasarkan pertimbangan bahwa gempabumi signifikan dan merusak antara tahun 1821 – 2009 rata-rata terjadi pada kedalaman kurang dari 50 km dengan magnitude minimal 4.5 Skala Richter. (BMKG, 2010).

Data gempa kemudian diambil 1 kejadian dalam 1 tahun (time window), dipilih kejadian yang memiliki magnitude terbesar, kemudian dilakukan analisis dengan metode Conditional Probability pada tiap-tiap segmen. Zonasi bahaya jalur patahan aktif (Fault avoidance zone) diambil 20 km (distance window) sepanjang jalur Sesar Sumatra, dengan mengadopsi metode penentuan zonasi di USA dan New Zealand, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4 .

Hasil analisis kemudian diklasifikasikan untuk melihat likelihood of occurance seperti terdapatpada Tabel 3.

Analisis secara keseluruhan ditampilkan dengan flow chart Gambar 5.

Gambar 5. Alur penelitian (Flow chart)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan perhitungan conditional probabillity terhadap Sesar Sumatra, diperoleh nilai P[vu] yaitu probabilitas kejadian gempa pada v-tahun setelah sekarang sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 6.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan tahun dimana P[vu] mencapai 99.99% pada tiap segmen di zona Sesar Sumatra. Dari 19 segmen tersebut,

Mulai

Dihitung: µ, σ, N(T)

Dihitung:

P[vu] Sudah99,99%?

Selesai

Data Gempa USGS (1974 – 2012)

tidak

ya

Tabel distribusi

normal

Shorting data gempa:  M>4.5 SR

 Kedalaman <50km

 Zonasi Bahaya jalur patahan aktif R 20 Km


(8)

8

ternyata Sesar Sunda merupakan sesar teraktif dengan probabilitas kejadian mencapai 99.99% pada tahun 2017. Peringkat kedua adalah Sesar Aceh pada tahun 2018, disusul peringkat ketiga yaitu Sesar Tripa pada tahun 2022, dan urutan terakhir adalah Sesar Manna pada tahun 2077. Melihat hasil ini, maka analisis lebih di fokuskan kepada Sesar Sunda sebagai sesar teraktif.

Conditional Probability Sesar Sunda yang dihitung sejak sekarang hingga tercapai probabilitas 99.99% (Gambar 7), menunjukkan bahwa probabilitas kejadian gempabumi di sekitar Sesar Sunda pada tahun 2013 mencapai 60.8% dan probabilitas 99.99% tercapai pada tahun 2017. Informasi ini dapat diartikan bahwa berdasarkan kejadian gempa masa lalu, diprediksi akan terjadi gempabumi dengan magnitude>4.5 SR di sekitar Sesar Sunda pada tahun 2017 dengan probabilitas 99.99%. Analisis dengan metode Conditional Probability ini termasuk dalam kategori quantitative hazard analysis, sehingga hasil prediksi ini akan lebih baik jika diikuti dengan qualitative hazard analysis sebelum digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mitigasi bencana gempabumi di zona Sesar Sumatra.

Tabel 4.Conditional Probability Sesar Sumatra No. Nama P(vlu)= 99,99%

pada tahun:

tahun ke: (stlh 2012)

1 Sunda 2017 5

2 Aceh 2018 6

3 Tripa 2022 10

4 Angkola 2026 14

5 Toru 2028 16

6 Suliti 2028 16

7 Seulimeum 2030 18

8 Semangko 2030 18

9 Kumering 2033 21

10 Renun 2034 22

11 Barumun 2035 23

12 Siulak 2037 25

13 Sianok 2050 38

14 Sempur 2052 40

15 Dikit 2053 41

16 Sumani 2059 47

17 Ketaun 2059 47

18 Musi 2071 59


(9)

9

Gambar 6. Probabilitas tahun kejadian Gempa yang akan datang di sesar sumatra. (Google Earth)

Gambar 7.Conditional Probability Sesar Sunda

Berdasarkan data dari usgs, kejadian gempabumi dengan M>4.5 SR pada masa lalu di sekitar jalur Sesar Sunda rata-rata terjadi dengan interval 1.563 tahun, dan gempabumi terakhir terjadi pada tahun 2011. Interval kejadian tersebut menunjukkan periode ulang gempa yang pendek, sehingga sangat besar kemungkinan terjadi gempabumi lagi pada masa yang akan datang. Berbeda dengan kejadian gempa masa lalu di sesar paling tidak aktif (Sesar Manna), interval kejadian gempabumi menunjukkan periode ulang gempa yang lebih lama yaitu 11.33 tahun. Sehingga kemungkinan kejadian gempa di sekitar Sesar Manna pada masa yang akan datang relatif lebih kecil.

Hasil dari estimasi probabilitas kejadian gempabumi pada sesar sumatra menunjukkan level likely, dimana pada tahun 2022 ( 10 tahun berikutnya )

60.8%

94.8%

99.8% 99.98% 99.99%

60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

1 2 3 4 5 6

P

ro

b

a

b

il

it

a

s

K

ej

a

d

ia

n

(%

)

Tahun Ke (dari 2012)

Gempa >4.5SR, akibat aktifitas Sesar Sunda


(10)

10

persentase probabilitas di semua segmen berada pada ring antara 10 % - 100 %, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 8. Adapun capaian persentase probabilitas hingga 100 % dalam kurun waktu 10 tahun tersebut terjadi pada 3 segmen yaitu Sesar Sunda , Sesar Aceh dan Sesar Tripa.

Untuk mengetahui pola hubungan antara dua segmen yang berdekatan, dibuat grafik conditional probability pada segmen zona Sesar Sumatra, dengan urutan sesuai lokasi, yang ditunjukkan pada Gambar 9. Kurva yang terbentuk, merupakan hasil hitungan pada tahun 2013 dan 2022. Semua kurva menunjukkan bahwa besarnya probabilitas kejadian pada suatu segmen sangat dipengaruhi oleh probabilitas segmen di sebelahnya, hal itu dikarenakan adanya ikatan antara pertemuan dua segmen yang membentuk suatu bidang. Goncangan yang terjadi pada sesar akan ikut menggoyang sesar di sebelahnya, walaupun relatif kecil.

Gambar 8. Probabilitas Kejadian gempabumi tahun 2022 pada Sesar Sumatra

Gambar 9. Probabilitas kejadian gempabumi tahun 2013 dan 2022 pada Sesar Sumatra.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Likelihood of occurrence pada 19 segmen Sesar Sumatra menunjukkan level likely.

2. 3 Segmen teraktif pada Sesar Sumatra berturut – turut adalah Sesar Sunda, Sesar Aceh dan Sesar Tripa.

41.9 47 48.5 56.9 66 70.3 81.7 89.8 96.2 97.5 98.4 99.1 99.5 99.69 99.7 99.8 100 100 100 40 50 60 70 80 90 100 110 M a nna K et a un M us i S uman i D ik it S ia nok S

empur Siul

a k B a rumun K ume ri ng R enun S eul ime … S emang … S ul it i T oru A ng k ol a A ce h T ri pa S unda P ro b a b il ita s k e ja d ia n %

Segmen Sesar Sumatra

0 20 40 60 80 100 120

Tahun 2013 Tahun 2022

P ro b a b il it a s k e ja d ia n (% )


(11)

11 UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih dan apresiasi yang tinggi penulis sampaikan kepada Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas Beasiswa Ungulan yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

BMKG (Badan Meteorologi Klimatolgi dan Geofisika). 2010. Katalog per Wilayah: Gempabumi Signifikan dan Merusak 1821-2009, Jakarta.

Boyd, Oliver S, USGS, Golden KO. 2008.Earthquake Hazard on The Sumatran Fault in Light of The 2004 Sumatra Subduction Zone Earthquake. Prepared for The Computation Infrastructure for Geodynamics Workshop. Goggle Earth (2013). Peta Sumatra Indonesia di edit pada Juni 2013.

Groebner, David F. 2007. Introduction to Continous Probability Distribution. USA: Prentice Hall

Harris, R. and S. Day. 1993. Dynamics of fault interaction: Parallel strike-slip faults, J. Geophys. Res., 98, 4461–4472

Kerr, et.al. 2003. Planning for Development of Land on or Close to Active Faults. GNS, New Zealand.

Makrup, Lalu. 2007. Analisis Frekuensi dalam Hidrologi. Yogyakarta: Amara Books.

Natawidjaja, et.al. 2007. Interseismic deformation above the Sunda Megathrust recorded in coral microatolls of the Mentawai islands, West Sumatra. Journal of Geophysical Research, vol. 112, b02404.

Natawidjaja, D and W. Triyoso. 2007. The Sumatran Fault Zone – From Source to Hazard. Journal of Earthquake and Tsunami, Vol. 1, No. 1 (2007) 21–47. Natawidjaja, DH. 2008. Pedoman Analisis Bahaya dan Risiko Bencana

Gempabumi, dipersiapkan untuk BNPB/SNCDRR, Interim Report Term I. Naryanto, H.S. 2007. Kajian Potensi Kegempaan di Liwa Kaitannya dengan Patahan Sumatra untuk Penataan Kawasan Berkelanjutan. Alami Vol. 12 No. 2 Tahun 2007.

Puslit Geoteknologi LIPI. 2007. Sumatra Rawan Gempa, Bandung.

Prawirodirdjo, L., et.al. 2000. One century of tectonic deformation along the Sumatran fault from triangulation and Global Positioning System surveys. Journal of Geophysical Research, 105, 28,343–28,363.

Sieh, K. and Natawidjaja, D. (2000). Neotectonics of the Sumatran fault, Indonesia. Journal of Geophysical Research, 105, 28,295–28,326.

Supartoyo, dan Abdurrachman, K. (2007). Kejadian Gempabumi Merusak di Indonesia tahun 2007. Hal 32 – 43.

usgs.gov. Data Gempa didownload pada November 2012.

WGCEP (Working Group on California Earthquake Probabilities). 1995. Seismic Hazards in Southern California: Probable Earthquakes, 1994 to 2024. Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 85, No. 2, pp. 379-439, April 1995

Widodo. (2012). Bahan Kuliah Analisis Risiko Bencana Alam. Magister Teknik Sipil UII. Yogyakarta.


(1)

6

Penentuan estimasi kejadian gempabumi pada masa yang akan datang merupakan bagian dari seismic hazard assessment, sehingga perlu pengklasifikasian “likelihood of occurance” terhadap terjadinya gempabumi yang didasarkan pada fakta-fakta gempabumi didaerah tersebut, seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Likelihood of Occurrence ( Widodo, 2012 ).

No. Likelihood of Occurrence Description

1. Highly Likely near 100% probability in the next year

2. Likely between 10%-100% probability in the

next year, or at least one chance in the next ten years

3. Possible between 1%-10% probability in the next year, or at least one chance in the next 100 years

4. Unlikely less than 1% probability in the next year, or less than one chance in the next 100 years

Zonasi bahaya (set-back) jalur patahan aktif yang sudah diberlakukan di U.S.A dan New Zealand adalah selebar 20 meter di kanan-kiri jalur patahan, ditunjukkan pada Gambar 4. Meskipun demikian, lebar zonasi bahaya ini bisa lebih dipersempit apabila ada studi yang lebih detil yang menunjukan bahwa resiko bahaya akibat pergerakan patahan aktif tersebut lebih terkonsentrasi pada zona yang lebih sempit. (Kerr, et.al. 2003)

Gambar 4. Zonasi bahaya jalur patahan aktif (Kerr, at.al. 2003)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada akhir tahun 2012, sehingga yang dimaksud dengan tahun sekarang adalah tahun 2012. Probabilitas ditinjau pada 1 tahun ke depan (2013) dan 10 tahun ke depan (2022).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Conditional Probability, dengan sumber data kejadian gempa pada masa lalu di sekitar sesar Sumatra, diambil dari http://www.usgs.gov, dengan batasan magnitude minimal 4.5 Skala Richter dan kedalaman kurang dari 50 km. Batasan ditentukan


(2)

7

berdasarkan pertimbangan bahwa gempabumi signifikan dan merusak antara tahun 1821 – 2009 rata-rata terjadi pada kedalaman kurang dari 50 km dengan magnitude minimal 4.5 Skala Richter. (BMKG, 2010).

Data gempa kemudian diambil 1 kejadian dalam 1 tahun (time window), dipilih kejadian yang memiliki magnitude terbesar, kemudian dilakukan analisis dengan metode Conditional Probability pada tiap-tiap segmen. Zonasi bahaya jalur patahan aktif (Fault avoidance zone) diambil 20 km (distance window) sepanjang jalur Sesar Sumatra, dengan mengadopsi metode penentuan zonasi di USA dan New Zealand, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4 .

Hasil analisis kemudian diklasifikasikan untuk melihat likelihood of occurance seperti terdapat pada Tabel 3.

Analisis secara keseluruhan ditampilkan dengan flow chart Gambar 5.

Gambar 5. Alur penelitian (Flow chart)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan perhitungan conditional probabillity terhadap Sesar Sumatra, diperoleh nilai P[vu] yaitu probabilitas kejadian gempa pada v-tahun setelah sekarang sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 6.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan tahun dimana P[vu] mencapai 99.99% pada tiap segmen di zona Sesar Sumatra. Dari 19 segmen tersebut,

Mulai

Dihitung:

µ, σ, N(T)

Dihitung: P[vu] Sudah99,99%?

Selesai Data Gempa USGS

(1974 – 2012)

tidak

ya Tabel

distribusi normal

Shorting data gempa:

 M>4.5 SR

 Kedalaman <50km

 Zonasi Bahaya jalur patahan aktif R 20 Km


(3)

8

ternyata Sesar Sunda merupakan sesar teraktif dengan probabilitas kejadian mencapai 99.99% pada tahun 2017. Peringkat kedua adalah Sesar Aceh pada tahun 2018, disusul peringkat ketiga yaitu Sesar Tripa pada tahun 2022, dan urutan terakhir adalah Sesar Manna pada tahun 2077. Melihat hasil ini, maka analisis lebih di fokuskan kepada Sesar Sunda sebagai sesar teraktif.

Conditional Probability Sesar Sunda yang dihitung sejak sekarang hingga tercapai probabilitas 99.99% (Gambar 7), menunjukkan bahwa probabilitas kejadian gempabumi di sekitar Sesar Sunda pada tahun 2013 mencapai 60.8% dan probabilitas 99.99% tercapai pada tahun 2017. Informasi ini dapat diartikan bahwa berdasarkan kejadian gempa masa lalu, diprediksi akan terjadi gempabumi dengan magnitude>4.5 SR di sekitar Sesar Sunda pada tahun 2017 dengan probabilitas 99.99%. Analisis dengan metode Conditional Probability ini termasuk dalam kategori quantitative hazard analysis, sehingga hasil prediksi ini akan lebih baik jika diikuti dengan qualitative hazard analysis sebelum digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mitigasi bencana gempabumi di zona Sesar Sumatra.

Tabel 4. Conditional Probability Sesar Sumatra

No. Nama P(vlu)= 99,99%

pada tahun:

tahun ke: (stlh 2012)

1 Sunda 2017 5

2 Aceh 2018 6

3 Tripa 2022 10

4 Angkola 2026 14

5 Toru 2028 16

6 Suliti 2028 16

7 Seulimeum 2030 18

8 Semangko 2030 18

9 Kumering 2033 21

10 Renun 2034 22

11 Barumun 2035 23

12 Siulak 2037 25

13 Sianok 2050 38

14 Sempur 2052 40

15 Dikit 2053 41

16 Sumani 2059 47

17 Ketaun 2059 47

18 Musi 2071 59


(4)

9

Gambar 6. Probabilitas tahun kejadian Gempa yang akan datang di sesar sumatra. (Google Earth)

Gambar 7. Conditional Probability Sesar Sunda

Berdasarkan data dari usgs, kejadian gempabumi dengan M>4.5 SR pada masa lalu di sekitar jalur Sesar Sunda rata-rata terjadi dengan interval 1.563 tahun, dan gempabumi terakhir terjadi pada tahun 2011. Interval kejadian tersebut menunjukkan periode ulang gempa yang pendek, sehingga sangat besar kemungkinan terjadi gempabumi lagi pada masa yang akan datang. Berbeda dengan kejadian gempa masa lalu di sesar paling tidak aktif (Sesar Manna), interval kejadian gempabumi menunjukkan periode ulang gempa yang lebih lama yaitu 11.33 tahun. Sehingga kemungkinan kejadian gempa di sekitar Sesar Manna pada masa yang akan datang relatif lebih kecil.

Hasil dari estimasi probabilitas kejadian gempabumi pada sesar sumatra menunjukkan level likely, dimana pada tahun 2022 ( 10 tahun berikutnya )

60.8%

94.8%

99.8% 99.98% 99.99%

60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

1 2 3 4 5 6

P

ro

b

a

b

il

it

a

s

K

ej

a

d

ia

n

(%

)

Tahun Ke (dari 2012)

Gempa >4.5SR, akibat aktifitas Sesar Sunda


(5)

10

persentase probabilitas di semua segmen berada pada ring antara 10 % - 100 %, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 8. Adapun capaian persentase probabilitas hingga 100 % dalam kurun waktu 10 tahun tersebut terjadi pada 3 segmen yaitu Sesar Sunda , Sesar Aceh dan Sesar Tripa.

Untuk mengetahui pola hubungan antara dua segmen yang berdekatan, dibuat grafik conditional probability pada segmen zona Sesar Sumatra, dengan urutan sesuai lokasi, yang ditunjukkan pada Gambar 9. Kurva yang terbentuk, merupakan hasil hitungan pada tahun 2013 dan 2022. Semua kurva menunjukkan bahwa besarnya probabilitas kejadian pada suatu segmen sangat dipengaruhi oleh probabilitas segmen di sebelahnya, hal itu dikarenakan adanya ikatan antara pertemuan dua segmen yang membentuk suatu bidang. Goncangan yang terjadi pada sesar akan ikut menggoyang sesar di sebelahnya, walaupun relatif kecil.

Gambar 8. Probabilitas Kejadian gempabumi tahun 2022 pada Sesar Sumatra

Gambar 9. Probabilitas kejadian gempabumi tahun 2013 dan 2022 pada Sesar Sumatra.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Likelihood of occurrence pada 19 segmen Sesar Sumatra menunjukkan level likely.

2. 3 Segmen teraktif pada Sesar Sumatra berturut – turut adalah Sesar Sunda, Sesar Aceh dan Sesar Tripa.

41.9 47 48.5 56.9 66 70.3 81.7 89.8 96.2 97.5 98.4 99.1 99.5 99.69 99.7 99.8 100 100 100 40 50 60 70 80 90 100 110 M a nna K et a un M us i S uman i D ik it S ia nok S

empur Siul

a k B a rumun K ume ri ng R enun S eul ime … S emang … S ul it i T oru A ng k ol a A ce h T ri pa S unda P ro b a b il ita s k e ja d ia n %

Segmen Sesar Sumatra

0 20 40 60 80 100 120

Tahun 2013 Tahun 2022

P ro b a b il it a s k e ja d ia n (% )


(6)

11 UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih dan apresiasi yang tinggi penulis sampaikan kepada Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas Beasiswa Ungulan yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

BMKG (Badan Meteorologi Klimatolgi dan Geofisika). 2010. Katalog per Wilayah: Gempabumi Signifikan dan Merusak 1821-2009, Jakarta.

Boyd, Oliver S, USGS, Golden KO. 2008.Earthquake Hazard on The Sumatran Fault in Light of The 2004 Sumatra Subduction Zone Earthquake. Prepared for The Computation Infrastructure for Geodynamics Workshop. Goggle Earth (2013). Peta Sumatra Indonesia di edit pada Juni 2013.

Groebner, David F. 2007. Introduction to Continous Probability Distribution. USA: Prentice Hall

Harris, R. and S. Day. 1993. Dynamics of fault interaction: Parallel strike-slip faults, J. Geophys. Res., 98, 4461–4472

Kerr, et.al. 2003. Planning for Development of Land on or Close to Active Faults. GNS, New Zealand.

Makrup, Lalu. 2007. Analisis Frekuensi dalam Hidrologi. Yogyakarta: Amara Books.

Natawidjaja, et.al. 2007. Interseismic deformation above the Sunda Megathrust recorded in coral microatolls of the Mentawai islands, West Sumatra. Journal of Geophysical Research, vol. 112, b02404.

Natawidjaja, D and W. Triyoso. 2007. The Sumatran Fault Zone – From Source to Hazard. Journal of Earthquake and Tsunami, Vol. 1, No. 1 (2007) 21–47. Natawidjaja, DH. 2008. Pedoman Analisis Bahaya dan Risiko Bencana

Gempabumi, dipersiapkan untuk BNPB/SNCDRR, Interim Report Term I. Naryanto, H.S. 2007. Kajian Potensi Kegempaan di Liwa Kaitannya dengan Patahan Sumatra untuk Penataan Kawasan Berkelanjutan. Alami Vol. 12 No. 2 Tahun 2007.

Puslit Geoteknologi LIPI. 2007. Sumatra Rawan Gempa, Bandung.

Prawirodirdjo, L., et.al. 2000. One century of tectonic deformation along the Sumatran fault from triangulation and Global Positioning System surveys. Journal of Geophysical Research, 105, 28,343–28,363.

Sieh, K. and Natawidjaja, D. (2000). Neotectonics of the Sumatran fault, Indonesia. Journal of Geophysical Research, 105, 28,295–28,326.

Supartoyo, dan Abdurrachman, K. (2007). Kejadian Gempabumi Merusak di Indonesia tahun 2007. Hal 32 – 43.

usgs.gov. Data Gempa didownload pada November 2012.

WGCEP (Working Group on California Earthquake Probabilities). 1995. Seismic Hazards in Southern California: Probable Earthquakes, 1994 to 2024. Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 85, No. 2, pp. 379-439, April 1995

Widodo. (2012). Bahan Kuliah Analisis Risiko Bencana Alam. Magister Teknik Sipil UII. Yogyakarta.