FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU DOSEN FKIK UMY DALAM PENYEDIAAN FIRST AID KIT DI DALAM MOBIL

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU DOSEN FKIK UMY DALAM PENYEDIAAN

FIRST AID KIT DI DALAM MOBIL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

HERMANSYAH

20120320163

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU DOSEN FKIK UMY DALAM PENYEDIAAN

FIRST AID KIT DI DALAM MOBIL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

HERMANSYAH

20120320163

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Hermansyah

NIM : 20120320163 Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Yogyakarta, 19 Januari 2016 Yang membuat pernyataan,


(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk

 Kedua Orangtuaku, Alm. Ayah dan Ibu Tercinta.  keluarga besarku Tercinta, di Semelagi Kecil.

 Almamaterku UMY

 Teman-teman perantauan seperjuangan Asrama Mahasiswa kalimantan Barat Rahadi Osman I Yogyakarta  Teman-Teman seperjuangan PSIK UMY 2012

 Teman-Teman KSR PMI UMY

 Teman-Teman kelompok Bimbingan yang selalu kompak TERIMAKASIH SEMUANYA...


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahhi Wabarokatuh.

Alhamdulillah, segala Puji puja dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena atas berkat dan rahmat-Nya kita masih diberikan kesempatan dan nikmat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dalam Penyediaan

First Aid Kit Didalam Mobil” suatu penelitian deskriptif kuantitatif pada Dosen yang memiliki mobil pribadi dilingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna untuk meraih gelar sarjana keperawatan.

Proses dalam penelitian ini tentunya saya mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik yang secara langsung terutama dari dosen pembimbing Ibu Azizah Khoiriyati, kerabat dan keluarga, serta teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih tedapat banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunannya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Juli 2016 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Keaslian Penelitian ...10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...13

A. Tinjauan Pustaka ...13

1. First aid kit ...13

a. Pengertian dan manfaat first aid kit ...13

b. Standart first aid kit ...14

2. Perilaku ...17

a. Pengertian perilaku ...17


(7)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ...28

B. Kerangka Konsep ...35

C. Hipotesis ...36

BAB III. METODE PENELITIAN...37

A. Desain Penelitian ...37

B. Populasi dan Sampel ...37

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...38

D. Variabel Penelitian ...38

E. Definisi Operasional ...38

F. Instrument Penelitian ...39

G. Cara Pengumpulan Data ...41

H. Uji Validitas dan Releabilitas ...42

I. Pengolahan Data dan Analisa Data ...43

J. Etik Penelitian ...44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...46

A. Hasil Penelitian ...46

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...46

2. Karakteristik Responden ...47

3. Analisa Univariat ...48

a). Gambaran Penyediaan first aid kit ...48

b). Gambaran Faktor Pengetahuan, keyakinan, Pengalaman, Sosial Budya, Lingkungan Fisiki, Sarana dan Prasarana ...48

4. Analisa Bivariat ...49

a). Hubungan Pengetahuan Dengan Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...49

b). Hubungan Keyakinan Dengan Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...50

c). Hubungan Pengalaman Dengan Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...50 d). Hubungan Sosial Budaya Dengan Penyediaan First Aid Kit


(8)

Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...51

e). Hubungan Lingkungan Fisik, Sarana dan Prasarana Dengan Penyediaan First Aid KitDidalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...51

B. Pembahasan ...52

1. Komponen first aid kit ...52

2. Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY ...53

3. Pengaruh tingkat keyakinan terhadap penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY ...55

4. Pengaruh tingkat Pengalaman terhadap penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY ...57

5. Pengaruh tingkat sosial budaya terhadap penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY ...59

6. Pengaruh tingkat lingkungan fisik, sarana dan prasarana terhadap penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY ...61

C. Keterbatasan Penelitian ...63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...64

A. Kesimpulan ...64

B. Saran ...64

DAFTAR PUSTAKA ...66


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : General Standart Item...15

Tabel 2 : Eyen Module ...15

Tabel 3 : Burns Module ...15

Tabel 4 : Kerangka Konsep ...34

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ...46

Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil ...47

Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Perilaku Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...47

Tabel 8 : Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...48

Tabel 9 : Hubungan Keyakinan Terhadap Perilaku Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...49

Tabel 10: Hubungan Pengalaman Terhadap Perilaku Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...49

Tabel 11: Hubungan Sosial Budaya Terhadap Perilaku Penyediaan First Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...50

Tabel 12: Hubungan Lingkungan Fisik, Sarana dan prasarana Terhadap Perilaku PenyediaanFirst Aid Kit Didalam Mobil Pada Dosen FKIK UMY ...50


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Komponen First Aid Kit ...16


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Surat Pernyataan Responden

Lampiran 3 : Surat Izin Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian


(12)

(13)

INTISARI

First aid kit merupakan salah satu komponen yang harus disediakan dalam kendaraan khususnya kendaraan roda 4. Peraturan ini sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah N0. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan pasal 52. Perilaku penyediaan first aid kit didalam mobil sangat penting untuk diterapkan oleh setiap pengenadara, sehingga bisa menghadapi suatu kejadian gawat darurat yang kapanpun bisa datang. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku dosen FKIK UMY pengendara mobil dalam penyediaan first aid kit didalam mobil.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah dosen FKIK UMY yang memiliki kendaraan mobil pribadi. Faktor pengalaman, keyakinan, pengetahuan, sosial budaya, dan lingkungan fisik, sarana dan prasarana adalah faktor-fakor yang akan diteliti dalam penelitian ini.

Hasil dari penelitian didapatkan dari 50 responden yang diteliti hanya 17 responden atau 34% yang menyediakan first aid kit dan 33 responden atau 66% yang tidak menyediakan first aid kit. Uji chi-square Faktor lingkungan fisik, sarana dan prasarana (p=0,000 ) serta faktor keyakinan (p=0,001) yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku responden dalam penyediaan first aid kit

didalam mobil.

Perilaku penyediaan first aid kit pada dosen FKIK UMY masih kurang dan perlu ditingkatka lagi dalam perilaku penyediaannya.


(14)

ABSTRACT

First aid kit is one component that must be provided in vehicles, especially vehicle wheels 4. These regulations have been defined in the Government Decree N0. 55 Year 2012 on vehicles Article 52. Conduct provision of first aid kit in the car is very important to be implemented by each rider, so it could face an emergency room that can come at any time. The purpose of the study to determine what factors are influencing the teacher behavior at the Faculty of Medicine and Health Sciences, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta motorist in the provision of first aid kit in the car.

This type of research is quantitative descriptive with cross sectional approach. Respondents in this study is teacher at the Faculty of Medicine and Health Sciences, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, which has a private car vehicle. Factor experience, confidence, knowledge, social, cultural, and physical environment, facilities and infrastructure are factors that will be examined in this research.

Results of the research was obtained from 50 respondents surveyed only 17 respondents or 34% were providing first aid kit and 33 respondents or 66% that do not provide first aid kit. Chi-square test of physical environmental factors, facilities and infrastructure (p = 0.000) as well as the confidence factor (p = 0.001), which have an influence on the behavior of respondents in the provision of first aid kit in the car.

Behavior provision of first aid kit on teacher at the Faculty of Medicine and Health Sciences, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta is still lacking and need to be improved in the behavior of their provision.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Era globalisasi yang semakin modern membuat kemajuan zaman dan teknologi berkembang sangat pesat. Kemudahan yang didapatkan semua orang dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif, tidak terkecuali dalam bidang tranportasi. Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi membuat segala aktivitas manusia menjadi lebih mudah dan efisien, berbagai macam jenis kendaraan dengan teknologi canggih dan cepat sangat mudah untuk dinikmati semua orang. Transportasi yang semakin modern yang dapat dinikmati semua orang telah banyak digunakan untuk keperluan aktivitas sehari-hari, salah satunya digunakan untuk pulang pergi dari dan ke tempat kerja. Aktivitas berkendara sehari-hari dapat menimbulkan banyak hal yang tidak pernah kita duga yang terjadi secara tiba-tiba (Dinanjaya, 2015).

Tindakan mempersiapkan alat-alat keselamatan atau alat pertolongan pertama menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan sehingga dapat meminimalisir keadaan yang lebih parah saat terjadi kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas (KLL) adalah penyebab kematian kedelapan dan salah satu masalah kesehatan masyarakat. KLL juga menjadi penyebab kematian utama pada kelompok umur produktif 15-29 tahun. Di Regional Asia Tenggara terdapat 124.7 kendaraan terdaftar per 1000 populasi, jumlah tertinggi terdapat di negaraThailand dengan 412.1, diikuti 303.2 di Indonesia dan 189.6 di Sri


(16)

Lanka. Jumlah proporsi kendaraan terkecil terdapat di Timor Leste dengan 8.6 kendaraan per 1000 populasi. Namun, perbandingan ini tidak dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas. Sebagai contoh, Inggris memiliki rata-rata 565 kendaraan untuk setiap 1000 populasi namun angka kematian karena kecelakaan lalu lintas-nya rendah yaitu 5.4 kematian per 100,000 populasi. Fakta ini menggarisbawahi pentingnya melibatkan faktor lain seperti manajemen keselamatan jalan yang layak, peraturan perundang undangan, penegakan hukum dan kelengkapan keselamatan pada kendaraan. Faktor-faktor ini bergantung pada sistem peraturan, status ekonomi dan kebijakan politik di masing-masing negara (WHO, 2013).

Kecelakaan yang terjadi di jalan raya mempunyai angka yang sangat tinggi dan telah banyak menyumbang korban jiwa maupun korban yang mengalami kecacatan permanen. Menurut data tahun 2007, 85% korban meninggal akibat kecelakaan di dunia berada di negara – negara berkembang, sedangkan jumlah kendaraan di negara berkembang hanya sebanyak 32% dari jumlah kendaraan yang ada di dunia. Data dari WHO juga menunjukan tingkat kecelakaan transportasi jalan dikawasan Asia Pasifik memberikan kontribusi sebesar 44% dari total kecelakaan didunia. Setiap tahunnya, sepuluh dari jutaan orang yang mengalami kecelakaan menderita kecacatan. Jika masalah ini berlanjut tanpa ada perubahan atau tindak lanjut yang serius, maka diprediksi kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian terbesar kelima ditahun 2030 ( Hariyanto 2010, dalam Arini, 2012).


(17)

Indonesia merupakan negara dengan keselamatan terburuk se-ASEAN (ADB, 2006). Masih tingginya angka kecelakaan di jalan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kelalain pengendara, kondisi kendaraan, dan infrastruktur jalan, serta faktor lain yang tidak kalah penting adalah proses pertolongan pertama pada kecelakaan. Data ditingkat dunia yang dikeluarkan Belanda menyebutkan, satu dari empat korban kecelakaan lalu lintas cederanya makin serius akibat kesalahan tindakan petugas penyelamat.

Kesalahan tindakan yang dilakukan oleh petugas penyelamat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama atau tidak tersedianya alat bantu dalam melakukan tindakan pertolongan pertama. Banyaknya jenis kendaraan yang digunakan oleh masyarakat dan tingginya angka kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya membuat pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang bertujuan untuk menertibkan penggunaan kendaraan dijalan raya serta untuk menekan angka kecelakaan dijalan raya. Aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini juga dapat digunakan masyarakat sebagai sarana panduan dalam berkendara, salah satunya adalah panduan tentang alat keselamatan yang digunakan dalam berkendaraan serta perlengkapan lainnya (Anwar, 2013).

Perlengkapan keselamatan atau kesehatan yang harus digunakan dalam sebuah kendaraan khususnya kendaraan roda empat atau mobil penumpang adalah tersedianya kotak pertolongan pertama atau yang kita kenal dengan P3K. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, dimana pada paragraf 3 tentang perlengkapan pasal 34


(18)

yang berbunyi, perlengkapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) huruf b, selain sepeda motor terdiri atas : sabuk keselematan, ban cadangan, segititga pengaman, dongkrak, pembuka roda, helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Kecelakaan yang tejadi pada setiap saat yang lebih sering terjadi pada manusia bergerak atau berlalu lintas, terjadi pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi dimana-mana, baik didarat, laut maupun udara. Lalu lintas didarat banyak menjadi perhatian mengenai kecelakaan. Angka kejaidan KLL masih sangat tinggi. Setiap hari di jalanan Indonesia merenggut korban nyawa. Angka kematian disebabkan terutama cidera kepala. Sekitar 40.000 KLL setahun atau 100-150 KLL per hari dengan 30 korban jiwa, 54 luka berat dan 76 luka ringan (Amirudin, 2007).

Gawat darurat dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja, maka penanganan-penanganan pasien gawat darurat harus dapat dilakukan oleh orang-orang yang terdekat dengan korban seperti masyarakat awam, awam khusus, serta petugas kesehatan sesuai dengan kompetisinya.

Penanganan gawat darurat memiliki konsep “time saving is life and limb saving”. Tindakan yang dilakaukan dalam penanganan gawat darurat haruslah cepat, tepat, dan cermat sesuai dengan standart yang ada karena untuk menyelamatkan jiwa dan anggota gerak pasien dan haruslah sistematik dan berskala prioritas. Jika terjadi kegawatdaruratan di jalan, maka yang pertama


(19)

memberikan pertolongan adalah orang terdekat disekitar korban, bukan hanya petugas kesehatan (Amirudin, 2007).

Orang terdekat korban yang menjadi penolong pertama dalam sebuah kecelakaan lau lintas yang dapat dikategorikan sebagai orang awam haruslah bisa menolong dengan benar agar bisa meminimlisir keadaan yang lebih parah. Pertolongan yang terlambat atau kesalahan yang sedikit saja dalam menangani kegawat darurat dapat menyebabkan kondisi fatal. Prinsip penanganan trauma haruslah cepat, tepat, tidak menambah cidera, dan harus didukung dengan sarana atau peralatan dan sumber daya yang memadai (Amirudin, 2007).

Perilaku siapsiaga dalam segala hal sangat dibutuhkan untuk menghadapi segala sesuatu yang mungkin terjadi tidak terkecuali kecelakaan dijalan raya. Penyediaan alat-alat keselamatan didalam kendaraan sangat penting untuk mengahadapi segala kemungkinan yang terjadi pada saat berkendara, salah satunya adalah first aid kit atau tempat yang berisi alat-alat untuk pertolongan pertama pada saat terjadi kecelakaan.

First aid kit adalah sebuah tempat peralatan atau bahan yang bisa digunakan pada saat terjadi kecelakaan atau cidera. First aid kit mempunyai fungsi sangat penting ketika terjadi kecelakaan atau cidera yang terjadi baik di dalam rumah tangga, tempat kerja atau dijalan raya, salah satunya untuk memberikan tindakan atau pertolongan pertama serta dapat meminimalisir terjadinya kecacatan yang lebih parah. Menurut Kasubdit Keamanan dan Keselamatan Polda Metro Jaya Kompol Miyanto yang dikutip dari Metrotvnews (2015) kelengkapan P3K merupakan sarana sosial dari


(20)

pengemudi, hal tersebut dimaksudkan bila terjadi kecelakaan pengemudi dapat melakukan tindakan sendiri secara cepat.

Rachmat Yulianto dikutip dari MetroTVnews.com (2015) mengatakan menyiapkan kotak pertolongan pertama pada perjalanan jauh terkadang sering diabaikan oleh masyarakat. Sadar akan hal tersebut, Jakarta Ban Motorsport melalui bengkel dan produk OMP Racing Equipmentnya selalu berkampanye mengenai keselamatan berkendara. Kali ini mereka membagikan kotak P3K kepada para pengemudi mobil sebanyak 200 buah dengan menggandeng Achilles Corsa. Persediaan kotak P3K diharapkan dapat berguna bagi pengendara terutama yang perjalanan jauh. Komitmen untuk menjaga keamanan berkendara dan semua pihak detail pendukungnya termasuk menyediakan kotak P3K, tentu menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari peran besar semua pihak. Apalagi kotak P3K bisa diisi dengan obat-obatan yang cukup diperlaukan oleh anggota keluarga pengguna kendaraan (MetroTVnews.com, 2015).

“Dan infakkanlah (hartamu) dijalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. Albaqarah (195).

Ayat Alquran Surah Albaqarah (195) tersebut menjelaskan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT diberikan kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Manusia sebagai makhluk yang diberi akal dan kemampuan dari semua makhluk hidup ciptaan-Nya diberi peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan perbuatannya (perilaku tidak aman)


(21)

dimana dengan beriperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain dan juga terhadap kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang lain (lingkungan hidup).

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada pengemudi mobil dilingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan bawha dua dari enam pengemudi tidak menyediakan first aid kit didalam mobil mereka, sedangkan pengendara mobil yang menggunakan first aid kit baru mengetahui posisi first aid kit didalam mobil mereka sendiri setelah dilakukan pemeriksaan dan sebelumnya tidak mengetahui posisi first aid kit didalam mobil mereka. Pengemudi yang lain meskipun sudah menyediakan first aid kit

didalam mobil mereka tetapi tidak memperhatikan isi dari first aid kit didalam mobil mereka.

B.Rumusan Masalah

Angka kecelakaan di jalan raya yang masih sangat tinggi yang dapat merenggut korban jiwa atau kecacatan sudah seharusnya mendapat perhatian yang lebih serius dari semua pihak baik pemerintah, instansi-instansi terkait seperti Polri dan dinas perhubungan serta yang lebih penting perhatian dari individu pengguna kendaraan dan jalan raya itu sendiri, karena sikap dan perilaku individu itu sendiri merupakan ujung tombak dari pencegahan kecelakaan lalu lintas dijalan raya maupun pencegahan untuk cidera yang lebih parah ketika terjadi kecelakaan di jalan raya.


(22)

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, penulis tertarik

untuk menggali “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku dosen FKIK UMY dalam penyediaan first aid kit di dalam mobil?”.

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam penyediaan first aid kit

dalam mobil. 2. Tujuan Khusus

a.Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan pada dosen dalam perilaku penyediaan first aid kit.

b.Untuk mengetahui pengaruh faktor pengalaman pada dosen dalam perilaku penyediaan first aid kit.

c.Untuk mengetahui pengaruh faktor keyakinan pada dosen dalam perilaku penyediaan first aid kit.

d.Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial budaya pada dosen dalam perilaku penyediaan first aid kit.

e.Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan fisik, sarana dan prasarana pada dosen dalam perilaku penyediaan first aid kit.

D.Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(23)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada dosen khusunya pengguna kendaraan roda empat tentang

first aid kit beserta isinya dan pentingnya penyediaannya di dalam mobil, serta pihak universitas untuk meningkatkan kesiapsiagaan semua pegawai dalam berperilaku aman terutama dalam berkendara.

2. Pemerintah atau Instansi Terkait

Diharapkan penelitian ini dapat membantu pemerintah atau instansi terkait dalam mensosialisasikan serta meningkatkan kesadaran kepada pemilik mobil tentang pentingnya penyediaan first aid kit dalam kendaraan khususnya mobil pribadi.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat membantu untuk memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

4. Pelayanan kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pemberi pelayanan kesehatan tentang perilaku aman berkendara dan alat kesehatan yang harus disediakan dalam kendaraan serta kesiapsiagaan dalam menangani korban kecelakaan khususnya dijalan raya.


(24)

E.Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian terlebih dahulu ditemukan 2 judul terkait perilaku pengendara dalam keamanan berkendara, yaitu:

1) Skripsi atas nama Indah Dwi Astuti Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya tahun 2014 dengan judul “Analisis Penerapan Perilaku Aman Berkendara Pada Mahasiswa Pengendara Sepeda Motor di

Kawasan Unsri Indralaya Tahun 2014”. Penelitian ini menggunakan desaign penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi dilapangan jumlah informan dalam penelitian ini adalah 25 orang yakni 20 orang mahasiswa UNSRI yang mengendarai sepeda motor, 3 orang satuan pengaman, dan 2 orang mewakili manajemen UNSRI. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran perilaku aman pengendara tiap informan didasari oleh tingkat pengetahuan yang berpengaruh terhadap persepsi, timbulnya persepsi mempengaruhi sikap mereka terhadap pemakaian safety apparels dan cara mendapatkan SIM.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ridho mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok tahun 2012 dengan

judul “Hubungan Persepsi Risiko Keselamatan Berkendara Dengan Perilaku

Memakai Helm Pada Mahasiswa Universitas Indonesia Depok Tahun

2012”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data primer hasil dari penyebaran kuesioner yang kemudian dianalisis dengan software analisis data statistik. Penelitian ini bertujuan untuk


(25)

melihat hubungan antra variabel internal dan eksternal yang membentuk persepsi dengan persepsi itu sendiri serta dengan pemakaian helm pada mahasiswa Universitas Indonesia Kampus Depok. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang berarti antara variabel pendahulu dengan persepsi, dan juga ada hubungan berarti antara variabel pengetahuan, pengaruh sosial, dan pengaruh lingkungan terhadap penggunaan helm.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Arini Febriana (2012) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan judul “Faktor Resiko yang Beshubungan Dengan Perilaku Tidak Aman Pengendara Ojek Stasiun

Citayam, Depok Tahun 2012” . Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran faktor risiko perilaku tidak aman pengendara ojek stasiun citayam, Depok tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Informan dipilih sebanyak 4 orang pengendara ojek, dan 2 orang penumpang, serta 2 orang pejalan kaki untuk triangulasi data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teori Safety Triad dari Geller (2001) dimana perilaku diperngaruhi oleh faktor manusia dan lingkungan. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar pengeadara ojek stasiun citayam berperilaku tidak aman dalam berkendara. Faktor manusia yang mempengaruhi perilaku adalah ketiadaan motivasi dalam pengalaman celaka, rendahnya pengetahuan dalam regulasi berkendara, dan ketidaktahuan standart keterampilan berkendara yang baik.


(26)

Skripsi ini berbeda dengan skripsi yang tercantum diatas, dari segi tempat penelitian maupun fokus penelitian. Skripsi pertama yang telah dicantumkan diatas lebih berfokus pada penerapan perilaku aman secara keseluruhan yang dilakukan pengendara dalam mengendarai sepeda motor, dan skripsi yang kedua lebih berfokus pada hubungan persepsi atau perilaku keselamatan berkendara dengan perilaku mereka dalam menggunakan alat keamanan (helm). Skripsi yang ketiga meneliti tentang gambaran yang mempengaruhi perilaku tidak aman pengendara ojek stasiun citayam, depok dan bersifat deskriptif dengan metode kualitatif. Sedangkan penelitian yang sedang diteliti ini adalah penelitian yang dilakukan pada Dosen dan Karyawan pemilik mobil pribadi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan lebih berfokus pada perilaku untuk menyediakan atau tidak menyediakan alat pendukung perlengkapan keselamatan dalam pertolongan pertama yang dapat digunakan sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dalam mengendarai mobil.

Berdasarkan penelusuran dari penelititan sebelumnya, maka penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan merupakan karya tulis ilmiah murni dari penulis sendiri.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. First Aid Kit

a. Pengertian dan Manfaat First Aid Kit

First aid kit atau kotak pertolongan pertama adalah sebuah tempat atau wadah yang berisi alat-alat pertolongan pertama yang dapat digunakan saat terjadi keadaan darurat atau cidera pada seseorang dan untuk mencegah terjadinya tingkat keparahan cidera yang lebih tinggi. First aid kit adalah perlengkapan yang sebaiknya siap sedia baik itu di rumah, kantor, ataupun kendaraan sebagai pertolongan pertama pada kecelakaan. Upaya pertolongan tersebut ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, menghambat kemungkinan dan keadaan yang membuat korban semakin parah, memberikan jaminan keselamatan terhadap jiwa korban dan sebagainya (detiklife.com).

First aid kit memang bukan media pengobatan, tujuannya adalah untuk meringankan luka penderita, menjaga korban agar tidak menjadi lebih parah, dan mendukung penyembuhannya. Korban kecelakaan dijalan raya sering kali tidak tertangani dengan baik, padahal dengan adanya first aid kit standar, perdarahan bisa dihentikan meskipun untuk sementara. Sambil menunggu pertolongan pertama itu datang, jika kondisi memungkinkan Anda dapat melakukan pertolongan pertama dengan menggunakan kotak P3K yang ada dalam mobil, jelas dr. Anita Theresia dari klinik Pejuangan di Jakarta Barat dikutip dari Autobild.co.id. Mempersiapkan peralatan P3K (pertolongan pertama pada


(28)

kecelakaan) atau first aid kit adalah hal wajib dalam kegiatan berkendara, first aid kit pada umumnya hanya digunakan ketika terjadi insiden. Kejadian ini membuat

first aid kit jarang tersentuh oleh pengguna. First aid kit perlu diperiksa rutin setidaknya 3 bulan sekali, untuk mengecek konten didalamnya apakah masih dalam kondisi baik atau sudah kadaluarsa (Dinanjaya, 2015).

b. Standart First Aid Kit

American College of Emergency Physician(2015) merekomendasikan first aid kit harus terbuat dari bahan yang tahan air, terbuat dari wadah plastik yang kuat, dan mudah terlihat dimana ia disimpan. Isi dari Setiap first aid kit yang direkomendasikan adalah obat-obatan atau peralatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harus menyertakan buku panduan penggunaan first aid kit.

First aid kit harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memuat semua bahan atau alat-alat dalam first aid kit, terbuat dari bahan yang dapat melindungi isinya dari debu, kelembaban, dan kontaminasi dengan lingkungan luar.


(29)

OHS and Injury Management of The University of Melbourne (2012) merekomendasikan isi dari first aid kit adalah sebagai berikut :

Tabel 1: General Standart Item

General Standart Item

Jumlah Jenis Jumlah Jenis

1xpk 100 Perekat steril yang terpisah 1 Plester non alergi

6 Pembalut steril untuk luka serius 1 Selimut hangat 2 Pembalut besar untuk luka 6 Larutan garan

steril 30 ml 2 Pembalut kecil untuk luka 1 Es

2 Pembalut luka kecil steril 1 Masker 3 Perban krep 1 Gunting 3 Perban segitiga 4 Pinset 6 Bantalan mata steril 1xpk Kantong

plastik 2 med, 2

large

Sarung tangan sekali pakai 1 Buku panduan PP

1x pk Peniti 1 Buku catatan PP

Tabel 2: Eye Module Eye Module (if applicable)

Jumlah Jenis Jumlah Jenis 3 Cuci mata 1 Pita perekat 6 Bantalan mata steril 1 Catatan PP

(untuk cedera mata)

Tabel 3: Burns Module


(30)

Jumlah Jenis Jumlah Jenis 6 Pembalut luka bakar berbagai

ukuran

1 Catatan PP unutk (luka bakar)


(31)

Isi first aid kit yang direkomendasikan oleh OHS and Injury Management of The University of Melbourne (2012).

Perekat Steril Pembalut Luka Bantalan Mata

Perban Krep/ elastis Perban Segitiga Sarung Tangan sekali Pakai

Masker Gunting Pinset

Buku Panduan PP Cairan Pencuci Mata Kasa Steril

Selimut Hangat Pita Perekat


(32)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan pasal 52 peralatan pertolongan pertama yang disediakan didalam mobil minimal terdiri atas ; obat antiseptic, kain kasa, kapas, dan plester.

2. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan suatu tindakan atau respon yang dilakukan oleh seseorang untuk beradaftasi dengan lingkungan sekitar dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor intern maupun faktor ekstern. Perilaku adalah pernyataan kegiatan yang dapat diamati oleh orang lain dan merupakan hasil perpaduan dari pemahaman pengaruh-pengaruh luar dan pengaruh dalam. Perkataan tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali yaitu tidak hanya mencakup moralitas saja seperti berbicara, berjalan, lari-lari, berolahraga, bergerak dan lain-lain akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi, dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya (Natawidjaja 1978 dan Kartono 1984, dalam Dini 2013).

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Suatu perilaku baru akan terbentuk terutama saat dewasa, dimulai pada domain kognitif, yakni si subjek telah terlebih dahulu mengetahui stimulus berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada si subjek terhadap objek tersebut. Setelah itu barulah muncul rangsangan, yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya,


(33)

kemudian muncul tindakan terhadap stimulus/objek, atau bisa digambarkan sebagai berikut, domain kognitif menghasilkan pengetahuan baru kemudian menghasilkan rangsangan dan rangsangan tersebut menghasilkan suatu tindakan atau perilaku (Notoadmodjo, 2007).

Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya dan baru terjadi bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi. Sesuatu itu adalah rangsangan, sehingga rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi berupa perilaku tertentu pula (Suryani, 2003 dalam Sekar, 2009).

Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Respon manusia berbentuk dua macam; bentuk pasif dan bentuk aktif. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain atau perilaku terselubung (covert behaviour), misalnya berfikir, tanggapan, atau sikap batin dan pengetahuan. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata atau disebut overt behaviour

(Notoatmojo, 2007 dalam Harni, 2011)

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Green, 2000 dalam Ririn 2009).


(34)

b. Teori Perilaku

Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Bukan saja karena perilakunya berbeda dengan hewan, tetapi diantara manusia itu sendiri perilakunya berbeda-beda seiring dengan lingkungan sosio-budayanya. Keunikan manusia bukan saja dilihat dari perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut, melainkan juga berdasarkan teori atau konsep dari para ahli yang berbeda-beda. Oleh sebab itu bagaimana perbedaan diantara kelompok manusia dengan kelompok manusia yang lain, ditentukan oleh teori-teori atau konsep tentang manusia. Sejak dahulu banyak pandangan dan julukan tentang manusia antara manusia

sebagai “homo sapiens” manusia sebagai homo ludens, manusia sebagai homo

violens, manusia sebagai homo mecanicus, dan sebagainya.

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia jika dilihat dari berbagai determinannya, banyak ahli telah merumuskan teori-teori atau model-model terbentuknya perilaku. Menurut Notoadmodjo (2010) garis besarnya perilaku manusia terdiri dari tiga aspek. Yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi, dari tiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Kesimpulan yang dapat ditarik dari berbagai teori bahwa perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya.


(35)

Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, lingkungan fisik, utamanya sarana dan prasarana, sosio-budaya masyarakat yang terdiri dari kebiasaan, tradisi, adat istiadat, dan sebagainya. Selanjutnya faktor-faktor tersebut akan menimbulkan pengetahuan, sikap, persepsi, keinginan, kehendak, dan motivasi yang pada gilirannya akan membentuk perilaku manusia (Notoadmodjo, 2010).

1) Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer: 1997)

Teori ABC atau lebih dikenal dengan model ABC ini mengungkapka bahwa perilaku adalah merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara: Antecedent, behavior, concequences.

a) Antecedent

Antecedent adalah suatu pemicu (trigger) yang menyebabkan seseorang berperilaku, yakni kejadian-kejadian dilingkungan kita. Antecedent ini dapat berupa ilmiah (hujan, angin, cuaca, dan sebagainya), dan buatan

manusia atau “man made” (interaksi dan komunikasi dengan orang lain).

b) Behavior

Reaksi atau tindakan terhadap adanya “antecedent” atau pemicu tersebut yang berasal dari lingkungan.

c) Concequences

Kejadian selanjutnya yang mengikuti perlilaku atau tindakan tersebut (konsekuensi). Bentuk dari konsekuensi tersebut diantaranya :


(36)

b) Negatif (menolak), berarti akan tidak mengulang perilaku tersbut (berhenti).

2) Teori “Reason Action”

Teori ini dikembangkan oleh Fesbein dan Ajzen (1980), maka juga teori

Fesbein-Ajzen” menekankan pentingnya peranan dari ”intention” atau niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh :

a) Sikap

Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang akan diambil.

b) Norma subjektif

Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atau tidak menyetujui tentang tindakan yang akan diambil tersebut.

c) Pengendalian perilaku

Bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat perilaku yang akan diambil.

3) Teori “Thoughs and Feeling”

Tim kerja dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).


(37)

a) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Sebagai contoh seorang pengendara kendaraan memperoleh pengetahuan bahwa perlengkapan keselamatan berkendara itu penting setelah orang tersebut memperoleh pengalaman kecelakaan berkendara dan tidak adanya kain kasa atau alat pertolongan pertama pada kecelakaan untuk menutup lukanya sehingga terjadi perdarahan.

b) Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c) Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:

a) Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Misalnya, seorang bapak yang anaknya mengalami luka pada saat kecelakaan berkendara, segera ingin membalut luka anaknya tersebut, tetapi karena tidak ada peralatan yang bisa


(38)

digunakan untuk membalut luka tersebut, akhirnya sang bapak membiarkan luka tersebut terbuka hingga sampai ke rumah sakit. b) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu

kepada pengalaman orang lain. Seorang bapak pengendara mobil akan menyediakan peralatan kesehatan didalam mobilnya setelah melihat pengendara mobil yang lainnya mengalami kecelakaan dan menggunakan peralatan kesehatan saat gawat darurat yang ada didalam mobil tersebut untuk membantu mengurangi perdarahan lukanya tersebut .

c) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang pengendara mobil yang mengalamai kecelakaan segera minta pertolongan kepada masyarakat yang berada paling dekat dengan dirinya meskipun korban tersebut tidak begitu meyakini masyarakat tersebut bisa membantu menangani luka mereka.

d) Nilai (value) Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Misalnya, gotong-royong adalah suatu nilai yang selalu hidup dimasyarakat dan saling mengingatkan antara satu dengan yang lainnya.

d) Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih-lebih perilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting


(39)

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut sebagai kelompok referensi (reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya. e) Sumber-sumber daya (resource)

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua ini berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya, ketersediaan tempat khusus untuk peralatan kesehatan didalam mobil memungkinkan pengendara mobil untuk menyediakan peralatan kesehatan.

4) Lawrence Green (1980)

Teori ini menganalisi perilaku manusia yang diperngaruhi oleh 2 faktor penting, yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Sedangkan perilaku sendiri terbentuk dari 3 faktor, yaitu :

a) Faktor predisposisi, mencakup pengatahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b) Faktor pendukung, terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana pendukung.

c) Faktor pendorong, merupakan sikap dan perilaku kelompok referensi perilaku masyarakat.


(40)

B = Behavior

F = Fungsi

PF = predisposing factor

EF = Enabling Factor

RF= Reinforcing Factor

(Notoatmodjo 2007)

Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku atau determinan perilaku dibedakan menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (Notoadmodjo 1993, dalam Arini 2012)

5) Teori Snehandu B. Kar

Teori ini menganalisis perilaku dengan bertitik tolak bahwa perilaku ini merupakan fungsi dari :

a) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya

b) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya


(41)

d) Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan

e) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak. 6) Teori SOR (stimulus organisme)

Teori ini menyatakan penyebab terjadinya perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi misalnya kredibilitas kepemimpinan dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku sama hakikatnya dengan proses belajar. Proses perubahan perilkau tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a) Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus itu tidak diterima atau ditolak, berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian inidividu, dan berhenti disini. Namun bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari inidividu, dan stimulus tersebut efektif.

b) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan akan dilanjutka pada proses berikutnya.

c) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterima (bersikap).


(42)

d) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakatn dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Perilaku dapat berubah hanya bila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula, yaitu harus meyakinkan. Dalam meyakinkan organisme, faktor reinforcement sangatlah penting (Notoadmodjo, 2007).

7) Teori Geller et al. (1989)

Teori ini menggambarkan pribadi, perilaku dan lingkungan saling berinteraksi untuk membentuk “The Safety Triad” , yang didalamnya terdapat budaya keselamatan. Ketiga faktor tersebut dinamis dan saling berinterkasi. Perubahan pada salah satu faktor akan berdampak pada faktor lainnya. Contohnya bila perilaku yang mengurangi kemungkinan celaka seringkali membuat perubahan dari faktor lingkungan yang membentuk kepada perilaku aman yang konsisten. Dengan kata lain, ketika orang memutuskan untuk berperilaku aman, maka mereka akan menanamkan perilaku aman pada pemikirannya. Perilaku ini yang sering mengarah kebeberapa perubahan dari faktor lingkungan (Geller, 2001).

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarkat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan


(43)

peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan diatas. Perilaku yang normal adalah aspek dari semua kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini.

Dapat dilihat dari uraian tersebut, banyak faktor atau alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-beda. Misalnya, alasan masyarakat tidak menggunakan peralatan perlengkapan kesehatan pada kecelakaan atau pada saat darurat didalam mobil mungkin mereka belum mengetahu secara khusus fungsi dari alat tersebut atau mereka tidak mendapatkan informasi bahwa peralatan kesehatan tersebut merupakan hal wajib yang harus disediakan dalam kendaraan khususnya mobil.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002), faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Ada berbagai bentuk perilaku manusia dan semuanya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Menurut Notoatmojo, 1999 dalam Ardhiyarini 2008 pembentukan perilaku dimulai dari domain kognitif, sikap, kemudian apabila disadari sepenuhnya akan menimbulkan respon berupa tindakan.

Berdasarkan teori persepsi resiko (Brown, 1989, 1991) perilaku seseorang dipengaruhi oleh persepsinya. Faktor pembanding dalam pembentukan persepsi seseorang adalah kemampuan dirinya mendeteksi bahaya dan juga kemampuan dalam menghindari kesalahan atau error.


(44)

Faktor-faktor tersebut membentuk persepsi yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, lalu berdampak pada sikap atau perilaku orang tersebut terhadap keselamatan (Brown, 1989,1999 dalam Ridho 2012).

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2003).

Perilaku manusia merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama dari keterkaitan berbagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku baik itu faktor intern maupun faktor ekstern (Notoatmojo 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo (2003), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagianya.


(45)

2) Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan masyarakat, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pejabat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, seperti dukungan orang terdekat.

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap, dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan atau dalam hal ini khusunya tentang keselamatan berkendara.

Notoatmodjo (2007) dalam Kusbiantoro (2014) menjelaskan pengetahuan berperan penting dalam pembentukan sikap seseorang, pengetahuan membuat seseorang berpikir akan suatu objek dan stimulus. Beberapa teori perubahan sikap antara lain yaitu teori penolakan dan penerimaan, teori konsistensi, tidak adanya konsistensi antara sikap dan perbuatan, teori keseimbangan, teori ini berdasarkan senang atau tidak senang. Adapun fungsi sikap yaitu sebagai instrumental, pertahanan diri, penerimaan obyek, ilmu, serta memberi arti, nilai ekspresif, social adjustment, externalisasi, aktivitas adaptif dalam memperoleh informasi, reflek kehidupan. Faktor intrinsik individu yang mempengaruhi sikap diantaranya kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan serta kebutuhan dan motivasi seseorang. Yang bersifat ekstrinsik adalah faktor lingkungan,


(46)

pendidikan, ideologi, ekonomi, politik dan Hankam (Tri Rusmi, Widayatun, 2003 dalam Dadang 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Arini Febriana (2012) dengan judul

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman Pengendara

Ojek Stasiun Citayam” didapatkan hasil yang mempengaruhi perilaku tidak aman dalam berkendara adalah ketiadaan motivasi dalam bentuk pengalaman celaka, rendahnya pengetahuan mengenai regulasi berkendara, dan ketidaktahuan standar keterampilan berkendara yang baik.

Perilaku seseorang khususnya dalam keselamatan berkendara juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengaruh sosial, dan pengaruh lingkungan.. Notoadmodjo (2010) menyatatkan dimana perilaku manusia terdiri dari tiga aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya, dan apabila ditelusuri lebih lanjut gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah

1) Faktor Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasa, ditanggung dan sebagainya (KBBI). Penelitian yang dilakukan oleh M. Ridho (2012) faktor pengalaman tidak memiliki peran penting dalam perilaku pemakaian helm pada pengendara motor di kawasan Depok. Seseorang yang memiliki pengalaman buruk saat berkendara dapat mempengaruhi perilaku seseorang


(47)

untuk lebih aman dan hati-hati saat berkendara (Arini,2012). Seseorang yang mempunyai pengalaman berkendar lebi dari sembilan tahun dan pernah mengalami kecelakaan cenderung berperilaku aman dalam berkendara dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai pengalaman berkendara kurang dari sembilan tahun, hal ini menunjukan bahwa pengalaman mempengaruhi seseorang dalam berperilaku (Indah, 2014).

2) Faktor Keyakinan

Menurut Supriyanto dalam Aminudin (2013) Keyakinan dalah pola pengetahuan yang terorganisir bahwa seseorang memperoleh kebenaran tentang dunianya atau sesuatu yang dianggapnya benar dan baik.

3) Llingkungan fisik, utamanya sarana dan prasarana

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada disekitar seseorang yang dapat mempengaruhinya dalam menjalankan tugas-tugas atau berperilaku, misalnya suhu, udara, penerangan, keamanan, kebersihan, dan lain-lain (Nawawi, 2001). Lingkungan fisik merupakan salah satu faktor ekstern yang mempunyai peran dalam pembentukan perilaku seseorang Menurut Notoadmojo (2003). Lingkungan juga berpengaruh terhadap persepsi pembentukan perilaku, penelitian yang dilakukan oleh M Ridho (2012) seseorang yang berada dalam lingkungan yang baik memiliki persepsi risiko yang baik dan pada akhirnya seseroang tersebut memiliki perilaku yang baik untuk menggunakan helm dalam mengendarai sepeda motor, hal ini juga tergambar dalam hasil penelitian yang dilakukan di kota Samarinda, Lingkungan fisik yang kurang baik juga dapat mempengaruhi perilaku


(48)

seseorang, misalnya kondisi jalan dan lalu lintas yang kurang baik dapat mempengaruhi perilaku pengendara motor untuk tidak mematuhi peraturan berlalulintas (Dini, 2013).

4) Budaya Masyarakat

Budaya adalah sekumpulan nilai, norma, dan simbol yang menghasilkan perilaku manusia dan juga dapat menghasilkan suatu hasil karya. Budaya dapat terbentuk dari perilaku umum dan sikap mental yang ada baik dari individu maupun kelompok. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada suatu tempat atau wilayah juga dapat mempengaruhi perilaku seseroang, penelitian yang dilakukan oleh Indah (2014) menemukan bahwa tidak adanya kebijakan keselamatan berkendara mempengaruhi perilaku aman berkendara dari mahasiswa. Kebudayaan merupakan salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang Menurut Notoadmojo (2003). 5) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan aspek penting dalam pembentukan perilaku, dengan pengatahuan yang baik juga dapat menimbulkan perilaku yang baik. Namun pengetahuan yang baik tidak selalu menimbulkan perilaku yang baik, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah teman atau rekan sebaya (Yusuf, 2002 dalam Ayu, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Arini (2012) Pengetahuan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Rendahnya pengetahuan tentang regulasi berkendara mempengaruhi perilaku pengendara untuk berkendara yang aman, pengendara yang mempunyai


(49)

pengetahuan yang baik cenderung memiliki perilaku berkendara yang aman sedangkan pengendara yang mememiliki pengetahuan yang buruk cenderung berperilaku tidak aman saat berkendara. Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek. Pengindraan dapat dilakukan dengan cara melihat, mendengar, mencium, merasa, atau meraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari penginderaan mata dan telinga. Pengetahuan terdiri dari enam tingkatan (Notoatmojo, 2007).

a) Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu permasalahan atau materi yang telah dipelajari atau dialami sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari oleh rangsangan yang diterima. Tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (comprenhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai suatu benda atau permasalahan yang diketahui dan dapat menginterpretasikan hal tersebut secara benar.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan yang telah didapat pada situasi dan kondisi yang sama


(50)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisai tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis memiliki arti sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

B.Kerangka Konsep

Tabel 4 : Kerangka Konsep

C.Hipotesis

Faktor yang mempengaruhi perilaku: 1. Faktor pengetahuan

2. Faktor keyakinan 3. Faktor pengalaman

4. Faktor sosial budaya

5. Faktor lingkungan fisik

Perilaku penyediaan

first aid kit di dalam mobil


(51)

Ha : Terdapat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dengan perilaku penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY.

H0 : Tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dengan perilaku penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini ingin mengetahui tentang faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku dosen FKIK UMY dalam penyediaan first aid kit

didalam mobil. Jenis penelitian ini adalah jenis deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian menggunakan pengamatan sekali saja (Point Time Approach) (Nursalam, 2013).

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah dosen tetap FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 145 orang.

2. Sampel Penelitian

Jumlah sampel pada penelitian ini diambil sebanyak 25% (Arikunto, 2010) dari jumlah populasi sehingga didapatkan total responden sebanyak 37 orang, dan kemudian digenapkan menjadi 50 responden.

Sampel dalam penelitian ini adalah yang telah memenuhi kriteria inklusi penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Dosen tetap FKIK UMY yang memiliki mobil pribadi. b. Bersedia menjadi responden.

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Dosen yang sedang menempuh pendidikan diluar kota atau diluar negeri.


(53)

C.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya FKIK UMY. Waktu penelitian dilakukan pada Juni-Juli 2016.

D.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu faktor yang mempengaruhi perilaku, dan terdiri dari sub-sub variabel yaitu faktor pengetahuan, faktor keyakinan, sosial budaya, pengalaman, dan lingkungan fisik.

E.Definisi Operasional

1. First aid kit adalah tempat atau wadah yang digunakan untuk menyimpan alat-alat atau obat-obatan pertolongan pertama yang dapat digunakan pada saat kejadian kecelakaan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dosen FKIK UMY yang memiliki mobil dalam penyediaan first aid kit didalam mobil yaitu:

a) Pengalaman

pengalaman adalah suatu hal yang pernah dialami atau dirasakan atau dilihat oleh pengendara mobil dalam hal ini dosen selama aktivitasnya berkendara atau ketika bepergian dengan mengendarai mobil. Pengalaman diukur dengan menggunakan skala ordinal yaitu baik: 76-100%, cukup: 56-75%, kurang: <56%.

b) Keyakinan

Keyakinan adalah suatu pandangan atau pendapat serta kepercayaan dari seorang pengendara yaitu dosen FKIK UMY dalam menilai


(54)

penyediaan first aid kit. Keyakinan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala ordinal, yaitu keyakinan tinggi: 76-100%, sedang: 56-75%, rendah: <56%.

c) Sosial budaya

Sosial budaya adalah keadaan lingkungan sosial atau kebiasaan masyarakat yang berada dilingkungan pengendara mobil yaitu dosen FKIK UMY dalam lingkup keselamatan berkendara. Sosial budaya diukur dengan menggunakan skala ordinal yaitu, baik: 76-100%, cukup: 56-75%, kurang: <56%.

d) Lingkungan fisik, sarana dan prasarana, serta sumber-sumber daya Lingkungan fisik, sarana dan prasarana, serta sumber-sumber daya adalah suatu kondisi atau fasilitas yang ada serta mendukung atau tidak mendukung untuk penyediaan first aid kit didalam mobil. Lingkungan diukur dengan menggunakan skala ordinal yaitu, baik: baik: 76-100%, cukup: 56-75%, kurang: <56%.

e) Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh pengendara mobil yaitu dosen FKIK UMY tentang peraturan dan keselamatan dalam berkendara. Pengetahuan diukur dengan menggunakan skala ordinal, yaitu pengetahuan tinggi: 76-100%, sedang: 56-75%, rendah: <56%.

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan atau memperoleh data dan untuk mempermudah proses


(55)

dalam penelitian dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap, serta sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002).

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan 2 kuesioner. Kuesioner pertama berisi tentang data demografi responden yang terdiri dari nama atau inisial, jenis kelamin, dan usia.

Kuesioner kedua berisi sejumlah pertanyaan untuk mengetahui variabel yang diteliti yaitu faktor yang mempengaruhi perilaku yang terdiri dari sub-sub variabel faktor pengalaman, faktor keyakinan, faktor lingkungan fisik utamanya sarana dan prasarana, faktor sosio-budaya masyarakat dan sumber-sumber daya, serta faktor pengetahuan.

Kuesioner variabel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dosen FKIK UMY dalam penyediaan first aid kit didalam mobil, faktor pengalaman, faktor keyakinan, faktor lingkungan fisik utamanya sarana dan prasarana, faktor sosio-budaya masyarakat dan sumber-sumber daya, serta faktor pengetahuan menggunakan kuesioner yang berjumlah 26 pertanyaan yang terdiri dari favourable dan unfavourable. Sistem penilaian bersifat tegas, pertanyaan yang mempunyai jawaban ya, dan tidak. Menggunakan skala Guttman (Hidayat, 2011). Kuesioner ini hanya memiliki dua jawaban dan responden hanya bisa memilih satu jawaban dari 2 alternatif jawaban mendukung butir yang favourable dan unfavourable dengan penilaian sebagai berikut:


(56)

1. Item yang favourable, responden yang menjawab : a) Benar : dinilai 1

b) Salah : dinilai 0

2. Item yang unfavourable, responden yang menjawab a) Benar : dinilai 0

b) Salah : dinilai 1

Tabel 4: Kisi-Kisi Kuesioner Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku

No Variabel No Butir Jumlah

Favorabel Unfavorabel

1 Pengetahuan 1,2,3,4,5,6,7

7

2 Keyakinan 9,10,11,12

8, 5

3 Pengalaman 13,14,15,16,17,18

6

4 Sosial Budaya 19,20,22,

21 4

5 Lingkungan Fisik 23,24,25,

26 4

Total 23

3 26

G.Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini yang pertama adalah dengan pelaksanaan survey pendahuluan, pengambilan izin penelitian, memberikan kuesioner kepada responden dan yang terakhir adalah menganalisa data dengan bantuan program SPSS.


(57)

H.Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reabilitas dilakukan agar data yang diperoleh dari hasil kuesioner lebih akurat dan dapat dipercaya. Cara pengujian validitas digunakan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson (Arikunto, 2002) sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ { } { }

Keterangan :

N : Jumlah kuesioner X : Skor pertanyaan Y : Skor total Xy : Skor

Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu item pada pertanyaan peneliti menggunakan aplikasi komputer, yang dilakukan dengan perbandingan angka korelasi product moment dengan tabel r, jika didapatkan r XY lebih besar dari tabel maka item disebut valid, apabila sebaliknya maka dinyatakan tidak valid.

Uji reabilitias pada instrument Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Dosen FKIK UMY dalam Penyediaan First Aid Kit didalam mobil menggunakan rumus Cronbach Alpha. Instrument dikatakan reliable jika nilai

≥ 0,6 (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini instrument diuji kepada 18 responden yang memiliki kriteria inklusi yang sama di Fakultas Agama Islam UMY.


(58)

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada responden yang memiliki kriteria yang sama di wilayah yang berbeda yaitu di fakultas Agama Islam UMY dari 28 pertanyaan dinyatakan 2 pertanyaan tidak valid dan pertanyaan tersebut harus dihapuskan, dan didapatkan nilai reliabilitas 0,755 yang artinya instrument dalam penelitian ini sudah reliabel.

I. Pengolahan dan Analisa Data

1.Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara

a. Editing

Dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar kuesioner yang telah dilakukan. Proses ini meliputi kesesuain pengisian, kesalahan penghitungan dan pengisian dan ketepatan pengukuran.

b. Coding

Coding dilakukan agar mempermudah analisa dari jawaban-jawaban

yang ada dan dilakukan dengan kode yang telah ditetapkan. c. Skoring

Untuk pemberian nilai sesuai skor yang telah ditentukan oleh peneliti. Jawban (YA) pada pertanyaan favorable diberi skor 1 dan unvaforable

diberi skor 0, sedangkan jawaban (TIDAK) pada pertanyaan favorable

diberik skor 0 dan jawaban (YA) diberik skor 1. d. Tabulasi Data

Merupakan kelanjutan dari editing. Hal ini dilakukan agar mempermudah penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.


(59)

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan tujuan untuk dapat menarik suatu kesimpulan dengan menggunakan bantuan program komputer, meliputi:

a. Analisa univariat

Menggunakan analisa univariat dengan tabel distribusi responden serta untuk mendiskripsikan masing-masing variabel seperti faktor pengalaman, faktor keyakinan, faktor lingkungan fisik utamanya sarana dan prasarana, faktor sosio-budaya masyarakat dan sumber-sumber daya, serta faktor pengetahuan.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik Chi Square (X).

J. Etik Penelitian

Etik merupakan salah satu aturan yang harus disepakati dan dipahami dengan sebenar-benarnya oleh peneliti agar apa yang dilakukan dalam riset, tetap menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Etika pada dasarnya merupakan garis batas yang memberikan jarak personal antara satu manusia dengan manusia lainnya, yang dengan jarak tersebut dapat meredam berbagai benturan antar-hak, antar-kepentingan manusia satu dengan lainnya sehingga manusia dapat hidup harmonis dengan manusia lain dalam satu lingkup sosial (Herdiansyah, 2015).


(60)

Burn dan Grove (2001) dalam Nurhidayati (2007) menyatakan cara membuat pertimbangan etik dalam penelitian kualitatif adalah dengan menjaga hak-hak partisipan, menyeimbangkan antara keuntungan dan resiko dalam penelitian,

informed consent dan persetujuan atau ijin dari institusi, sedangkan menurut Patricia Ann Dempsey (2002) menjelaskan sebelum melakukan penelitian, peneliti mendapat persetujuan responden yang berisi enam elemen yaitu :

1. Penjelasan mengenai manfaat penelitian

2. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan 3. Penjelasan manfaat potensi

4. Persetujuan bahwa peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan studi

5. Persetujuan bahwa subyek dapat mengundurkan diri kapan saja


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) merupakan salah satu fakultas yang berada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. FKIK UMY didirikan pada tahun 1993 dengan nama Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakrta (FK UMY). Pada tahun 2000 FK UMY membuka Program Studi Ilmu Keperawatan, tahun 2004 membuka Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, dan tahun 2010 membuka Program Studi Farmasi dan Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, dan pada tahun 2011 FK UMY membuka Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Medikal Bedah.

Perkembangan program studi yang dibuka oleh FK UMY membuat nama FK UMY diganti menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) melalui surat keputusan Rektor No 200/SK-UMY/I/2010. FKIK UMY adalah salah satu fakultas yang mempunyai misi jelas untuk kedepannya yaitu menjadi fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan yang bertata kelola baik (Good Faculty Governance) dan mandiri, berbasis bukti dalam pengembangan ilmu dan teknologi, berakar pada sosial budaya Indonesia yang Islami,


(1)

8 mengaplikasikan. Hal ini dibuktikan

dengan tingginya tingkat pengetahuan responden tetapi tingkat penyediaan first aid kit didalam mobil masih sangat rendah (Notoatmodjo, 2007)8.

Penelitian yang dialakukan oleh Arini (2012)9 juga memperoleh hasil yang senada, bahwa tingkat pengetahuan tidak mempengaruhi perilaku pengendara ojek untuk berperilaku aman, hal ini dibuktikan dengan tingginya tingkat pengetahun pengendara ojek seputar keselamatan berkendara, tetapi masih banyak yang melanggar dan tidak mentaati aturan sesuai dengan ketentuan yang ada. Keyakinan adalah pola pengetahuan yang terorganisir bahwa seseorang memperoleh kebenaran tentang dunianya atau sesuatu yang dianggapnya benar dan baik (Supriyanti dalam Aminudin, 2013)10.

Faktor keyakinan pada responden dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyediaan first aid kit didalam mobil. Tabel 4 hubungan keyakinan dengan penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY dapat kita lihat bahwa terdapat hubungan antara perilaku responden dengan keyakinan yang dimiliki responden dan didapatkan nilai p=0,001. Responden yang memiliki keyakinan baik sebanyak 28 responden dengan persentase 56% dan yang menyediakan first aid kit sebanyak 15 responden atau 30%. Responden yang memiliki keyakinan cukup sebanyak 22 responden atau 44% dan hanya 2 responden atau 4% yang menyediakan first aid kit.

Penelitian ini menunjukan bahwa keyakinan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, yaitu perilaku dalam penyediaan first aid kit didalam mobil. Artinya responden yang memilik keyakinan bahwa first aid kit penting untuk keselamatan dan keamanan mereka dalam berkendara sebagian besar mereka meyediakan first aid kit didalam mobil. Usia kendaraan yang dimiliki responden juga mempengaruhi keyakinan mereka sehingga juga berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam penyediaan first aid kit. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti melakukan pengambilan data, responden yang memiliki mobil dengan usia yang cukup lama mempunyai keyakinan bahwa tidak perlu menyediakan first aid kit didalam mobil mereka.

Hasil penelitian ini juga terbukti dari teori planned behavior atau TPB yang menjelaskan bahwa intensi niatan dan penilaian atau keyakinan adanya kontrol perilaku (perceived behavioral control) merupakan faktor-faktor penentu perilaku (Ajzen, 1985, 1991, dalam Lukman & Fathul, 2011)11.

Faktor pengalaman tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku dosen FKIK UMY dalam penyediaan first aid kit didalam mobil. Hubungan faktor pengalaman terhadap penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY dapat kita lihat pada tabel 5, yang menggambarkan bahwa dari 25 responden atau 50% yang memiliki pengalaman baik hanya 12 responden atau 24% yang meyediakan first aid kit didalam mobil. Responden yang memiliki pengalaman cukup sebanyak 24 responden atau 48% dan


(2)

9 5 responden atau 10% yang

menyediakan first aid kit, sedangkan responden yang memiliki pengalaman kurang hanya 1 responden dan tidak menyediakan first aid kit didalam mobil dan didapatkan nilai p=0,103.

Faktor sosial budaya juga tidak memiliki pengaruh pada perilaku dosen FKIK UMY dalam penyediaan first aid kit didalam mobil. Hasil ini dapat kita lihat pada tabel 6, dimana dari dari 36 responden atau 72% yang berpengetahuan baik hanya sebanyak 12 responden atau 24% yang menyediakan first aid kit didalam mobil. Responden yang memiliki sosial budaya cukup sebanyak 14 orang atau 28% dan yang menyediakan first aid kit sebanyak 5 responden atau 10%, tidak ada responden yang memiliki sosial budaya kurang, dan didapatkan nilai p=0,873.

Sosial budaya adalah sistem pola perilaku yang ditransmisikan

oleh masyarakat yang

menghubungkan kelompok manusia dengan lingkup lingkungannya, dan juga sebagai sistem-sistem perubahan sosial dan organisasi yang bertindak sebagai penengah adapatasi sosial. Kebudayaan dipandang sebagai cetak biru bagi cara hidup, pikir, tingkah laku perasaan, manusia (Friedman, 1998, dalam, Yuni 2011)12.

Perubahan perilaku dapat menggunakan kekuatan atau kekuasaan atau dorongan, dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan seperti yang diharapkan. Peraturan perundang-undangan yang harus

dipatuhi oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk untuk menciptakan perilaku masyarakat agar sesuai yang diharapkan. Cara ini akan menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi tidak bertahan lama (Notoatmodjo, 2007).

Data hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukan bahwa sosial budaya dilingkungan responden tidak begitu memperhatikan tentang penyediaan first aid kit didalam, dan juga tidak mempengaruhi perilaku responden terhadap penyediaan first aid kit, hal ini dapat kita lihat bahwa tidak ad pengawasan dari pihak-pihak berwenang untuk menegakkan aturan perundang-undangan. Undang-undang tentang alat keselamatan berkendara termasuk menyediakan first aid kit didalam mobil telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012, tentang Kendaraan, meskipun demikian aturan tersebut tidak dipertegas oleh pihak yang berwenang dalam pengawasannya sehingga tidak menimbulkan perilaku masyarakat untuk menyediakan alat keselamatan berkendara.

Lingkungan fisik, sarana dan prasarana dalam penelitian ini sangat berpengaruh pada perilaku responden dalam penyediaan first aid kit didalam mobil. Tabel 7 yang menggambarkan hubungan faktor sosial budaya, sarana dan prasarana dalam penyediaan first aid kit pada dosen FKIK UMY dapat kita lihat dari dari 27 responden (54%) yang mempunyai lingkungann fisik sarana dan prasarana baik terdapat 16 responden (32%) yang menyediakan first aid kit didalam mobil. Responden yang memiliki


(3)

10 lingkungan fisik, sarana dan

prasarana cukup sebanyak 23 responden (46%) dan yang menyediakan firs aid kit hanya 1 responden (2%), dan didapatkan nilai p=0,000.

Lingkungan fisik merupakan salah satu faktor yang dominan dalam membentuk perilaku seseorang, hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arini (2012), penelitian tentang perilaku aman pengendara ojek di stasiun citayam, Depok ini menunjukan hasil bahwa pengendara ojek selalu memperhatikan keamanan mereka saat kondisi jalan yang dilalui rusak dan susah untuk dilalui.

Lingkungan fisik, termasuk sarana dan prasarana untuk kesehatan sangat penting perannya dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Karena dengan penyuluhan atau pemberian informasi hanya mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat. Karena untuk terwujudnya perilaku kesehatan menjadi perilaku (praktik atau tindakan) juga memerlukan sara dan prasarana untuk mendukung perilaku tersebut benar-benar terwujud (Notoatmodjo, 2012)13.

Hasil senada juga dapat dilihat dari penelitian Dini Angraini

(2011)14. dimana lingkungan fisik sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Masyarakat sering berperilaku tidak aman dikota samarinda salah satu penyebabnya adalah kurangnya sarana dan prasarana diantaranya rambu-rambu lalu lintas yang masih banyak kurang. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi acuh tak acuh dengan tidak memperhatikan keselamatan mereka.

Perilaku responden dalam penelitian ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sarana dan prasarana serta sumber-sumber daya dalam penyediaan first aid kit, dimana responden yang merasa masih terdapat tempat atau ruang untuk menyediakan first aid kit didalam mobil, mereka hampir semuanya menyediakan first aid kit. Menurut WHO dalam teori-teori yang mempengaruhi perilaku salah satunya adalah Sumber-sumber daya yang mencakup uang, waktu, tenaga, dan lain sebagainya semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif atau negatif (Notoadmodjo, 2007).


(4)

11 Isi first aid kit yang direkomendasikan oleh OHS and Injury Management of The University of Melbourne (2012).

Perekat Steril Pembalut Luka Bantalan Mata

Perban Krep/ elastis Perban Segitiga Sarung Tangan sekali Pakai

Masker Gunting Pinset

Buku Panduan PP Cairan Pencuci Mata Kasa Steril

Selimut Hangat Pita Perekat


(5)

12 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diketahui:

1. Tidak terdapat hubungan antara faktor pengetahuan terhadap perilaku penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY.

2. Terdapat hubungan antara faktor keyakinan terhadap perilaku penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY. 3. Tidak terdapat hubungan antar

faktor pengalaman terhadap perilaku penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY.

4. Tidak terdapat hubungan antara faktor sosial budaya terhadap perilaku penyediaan first aid kit didalam mobil pada dosen FKIK UMY.

5. Terdapat hubungan antara faktor lingkungan fisik, sarana dan prasarana terhadap perilaku penyediaan first aid kit pada dosen FKIK UMY.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terdapat beberapa saran yang perlu peneliti sampaikan kepada pihak-pihak terkait:

1. Bagi FKIK UMY

Diharapkan setelah hasil penelitian ini diketahui Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dapat menerapkan peraturan atau lebih memperhatikan safety first bagi

para dosen atau karyawannya dalam berkendara, karena masih banyak dosen FKIK UMY yang tidak menyediakan perlengkapan keselamatan yaitu first aid kit didalam mobil.

2. Bagi perawat dan pelayanan kesehatan

Diharapkan perawat dan individu-individu yang berada dalam pelayanan kesehatan lebih memperhatikan keselamatan dalam berkendara dan memberikan contoh untuk kesiapsiagaan dalam menghadapi kecelakaan khususnya dijalan raya.

3. Pemerintah dan Instansi terkait Diharapkan pemerintah dan instansi terkait khususnya Kepolisian selaku pengatur ketertiban dan keselamatan berkendara serta yang mengurusi lalu lintas dan kendaraan agar lebih memperhatikan warganya atau masyarakat dalam penyediaan alat-alat keselamatan berkendara dan lebih disipilin. 4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti dengan perbandingan responden yang seimbang antara yang menyediakan first aid kit dengan yang tidak menyediakan first aid kit didalam mobil agar hasil dari penelitian lebih baik lagi.


(6)

13 DAFTAR PUSTAKA

1. Dinanjaya, Dio. (2015, 25 Februari). Bedah isi kotak P3K dimobil. Diakse 27 Desember 2015, dari

http://m.autobild.co.id/read/2015/ 02/25/12745/53/15/Bedah-Isi-Kotak-P3K-di-Mobil.

2. WHO. (2013). Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia Tenggara Tahun 2013. Diakses pada 19 Januari 2016, pukul 21.00 WIB.

3. Asian Development Bank. 2006. ASEAN Road Safety. Thailand: Outher

4. Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2012). Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 55 tahun 2012 tentang kendaraan. Jakarta.

5. Amirudin, K. (2007). Penanganan Korban Akibat Kecelakaan Lalu Lintas. Gadar dan Evakuasi

DITJEN BINA YANMED

GAKCE P2TM DITJEN PP&PL 6. Isi, panduan, dan perawatan kotak

p3k

http://detiklife.com/2014/10/22/ko

tak-p3k-isi-panduan-dan-perawatan/. Diakses pada tanggal 26 desember 2014 pukul 05.30 WIB.

7. American College of Emergency Physician. (2015). Home First Aid Kit [Brosur].

8. Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta

9. Febrina, Arini. (2012). Faktor resiko yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pengendara ojek stasiun Citayam, Depok tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Indonesia. Depok. 10. Amirudin, K. (2007).

Penanganan Korban Akibat Kecelakaan Lalu Lintas. Gadar dan Evakuasi DITJEN BINA

YANMED GAKCE P2TM

DITJEN PP&PL

11. Lukman & Fathul (2011). Analysis on the Attitudes Towards Traffic regulation in Mototrcycle communities. Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. III, No. 2, 93-103, ISSN. 0853-3098

12. Yuni Pratiwi. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Personal Hygiene Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di SD Negeri Pleret Lor, Panjaitan Kulonprogo, Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

13. Notoatmodjo (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta

14. Anggraini, D. (2013). Studi tentang perilaku pengendara kendaraan bermotor dikota Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi., 1 (1): 10-19.