Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 20

KATA PENGANTAR

  

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan

karuniaNya penyusunan Buku Profil Pendataan Keluarga Tahun 2010 telah

dapat diselesaikan. Pendataan Keluarga Tahun 2010 merupakan kegiatan

pendataan yang ke 18 (delapan belas) kali. Pelaksanaan Pendataan Keluarga

Tahun 2010 didasarkan pada Instruksi Kepala BKKBN nomor, 872/HK-

010/D1/2010, tanggal 26 April 2010, tentang Pelaksanaan Pendataan Keluarga

Tahun 2010 disertai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 411.4/2180/SJ

tanggal 2 Juni 2010 yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/ Walikota di

pengumpulan kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2010 dilakukan melalui

kunjungan rumah ke rumah oleh PLKB/PKB, para kader pendata dan tokoh

masyarakat selama 3 bulan, dari 1 Juli sampai dengan 30 September 2010,

sebagai bagian kegiatan dari Sistem Pencatatan Pelaporan Program KKB

Nasional yang telah dibakukan.

Buku Profil Keluarga Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 merupakan

pemutakhiran data keluarga hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010, berisi

gambaran tentang ciri maupun keadaan umum keluarga, yang berkaitan dengan

kondisi dan potensi keluarga, dalam himpunan data demografi, data keluarga

berencana dan data keluarga sejahtera per wilayah yang sangat strategis bagi

pengelolaan Program KKB Nasional khususnya dan umumnya diminati oleh

pemerhati dan pengguna data hasil Pendataan Keluarga.

Kami menyadari masih adanya keterbatasan dalam penyusunan Buku Profil ini.

Untuk itu kami mengharapkan saran perbaikan dan masukan untuk

penyempurnaan yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang telah

KATA SAMBUTAN

  

Dalam rangka menunjang tersedianya data dan informasi Program KKB

Nasional, sejak awal program telah dilakukan melalui pelaksanaan Sistem

Informasi Manajemen Progam KB Nasional, khususnya Sub Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Program KKB Nasional, guna memonitor keseluruhan rangkaian

kegiatan dan hasil kegiatan program secara berkelanjutan. Berbagai perubahan

yang ada, baik perubahan lingkungan strategis, perkembangan teknologi

informasi, serta perubahan visi, misi, grand strategy BKKBN tahun 2007-2010,

makin menuntut perlunya penyediaan data dan informasi yang cepat, tepat,

akurat dan mutakhir, untuk menunjang kebutuhan dalam pengelolaan Program

KKB Nasional.

  

Pendataan Keluarga yang merupakan bagian dari Sub Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Program KKB Nasional, merupakan langkah pengumpulan data

keluarga yang dilakukan setiap tahun untuk mendapatkan data dan informasi

yang mutakhir tentang data demografi, keluarga berencana, dan keluarga

sejahtera. Dalam pelaksanaan pendataan keluarga ini sesungguhnya bukan

hanya berfungsi untuk mengumpulkan data keluarga, tetapi sekaligus berfungsi

pula sebagai alat advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk

menggerakkan partisipasi masyarakat dan keluarga dalam Program KKB

Nasional. Pendataan Keluarga yang dilakukan pada tahun 2010 ini dilaksanakan

berdasarkan Instruksi Kepala BKKBN Nomor 872/HK-010/D1/2010, tertanggal

  

26 April 2010, tentang pelaksanaan Pendataan Keluarga, serta diperkuat dengan

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 411.4/2180/SJ tertanggal 2 Juni

2010 kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia. Berbagai data

  

yang dapat menunjang kebutuhan penyediaan data dan informasi keluarga bagi

pengelolaan Program KKB Nasional.

Akhirnya dalam kesempatan ini pula, kami menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak, terutama para

penyusun buku, dan para Petugas Lapangan/Penyuluh KB, para Kader pendata,

dan tokoh masyarakat di lini lapangan, yang telah bersusah payah

mengumpulkan dan melaporkannya, sehingga menjadi data dan informasi yang

sangat bermanfaat bagi pengelolaan Program KKB Nasional.

  Jakarta, Juni 2011 Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan

Informasi,

Drs. Pristy Waluyo

DAFTAR ISI

  Halaman

KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI

PENDAHULUAN A.

  6

  14

  13

  2. Wilayah Sasaran

  13 1.

  11 BAB III. CAKUPAN DAN HASIL PENDATAAN

  10

  9

  Batasan Pengertian Persiapan Pendataan Keluarga Pelaksanaan Pendataan Keluarga Pengolahan dan Penyajian Hasil Pendataan

  i ii iv BAB I.

  D.

  C.

  B.

  5 BAB II. PELAKSANAAN PENDATAAN KELUARGA A.

  3

  2

  1

  Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Manfaat Pendataan Keluarga

  D.

  C.

  B.

A. Cakupan Pendataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Pendataan Keluarga didasarkan pada Undang-Undang No. 52 tahun 2010 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Sejalan dengan pencapaian salah satu sasaran dari Grand Strategi Program KB Nasional tahun 2009–2010 yaitu menyediakan data dan informasi keluarga berbasis

  data mikro yang up-to-date untuk pengelolaan program KB Nasional dan program- program pembangunan. Dalam Sistem Informasi Manajemen Program KB Nasional salah satu kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pendataan Keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mendukung pelayanan program dalam penyediaan data dan informasi yang berkualitas (cepat, tepat, lengkap dan akurat), sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi Program KB Nasional disemua tingkatan wilayah.

  Kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2010 ini merupakan kegiatan pengumpulan data Sistem Pencatatan dan Pelaporan yang sudah dilaksanakan selama 18 (delapan belas) kali sejak tahun 1994 untuk menyediakan data sasaran Program KB Nasional. Oleh karena itu, Pendataan Keluarga menjadi sarana operasional untuk para petugas dan pengelola untuk mengetahui sasaran secara seksama guna mempertajam segmentasi sasaran program. Pendataan Keluarga ini akan menghasilkan data dan informasi secara mikro yang meliputi aspek demografi, keluarga berencana, keluarga sejahtera dan individu anggota keluarga sejak tahun 2001.

  Pendataan Keluarga dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan cara langsung mendatangi keluarga-keluarga melalui kunjungan dari rumah ke rumah; bertujuan untuk mendapatkan data primer tentang keluarga oleh para kader atau

   Applicable, berarti dapat diterapkan dengan mudah, cocok dan tepat serta mudah dilaksanakan;  Observable, berarti dapat diamati dan dilihat, sehingga tidak sulit mengenalinya di lapangan;  Measurable, berarti dapat diukur dengan menggunakan ukuran volume, besar, tingkat, luas frekuensi dan sebagainya;  Mutable, berarti dapat diubah dan diadakan intervensi untuk memperbaiki keadaan tersebut.

  Pelaksanaan Pendataan Keluarga Tahun 2010, merupakan kegiatan pengumpulan data keluarga dengan menggunakan formulir Pendataan Keluarga (R/I/KS). Dalam melakukan pemutakhiran data keluarga ini pendata mengumpulkan data berdasarkan R/I/KS sebelumnya atau Daftar Keluarga dan Anggota Keluarga (DKAK), untuk mendata kembali perubahan data keluarga dengan Catatan Kader Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-Kader) yang dihimpun dan dipindahkan kedalam di Buku Catatan PLKB Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-PLKB) dan formulir Mutasi Data Keluarga (F/I/MDK). Secara berjenjang dari tingkat Dusun/RW atau Desa/Kelurahan hasil pendataan atau pemutakhiran data ini dibuat laporan rekapitulasi hasil pendataan keluarga sampai ke tingkat Pusat. Oleh karena itu, hasil pendataan keluarga tahun 2010 yang diulas dalam laporan ini berdasarkan pada laporan rekapitulasi dari tingkat tingkat provinsi.

  Pada buku Profil Keluarga Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 ini disajikan hasil pelaksanaan Pendataan Keluarga secara garis besar yang meliputi cakupan laporan pendataan baik wilayah maupun sasaran, serta hasil pendataan yang meliputi data demografi, data keluarga berencana dan data keluarga sejahtera.

  Pada pendataan tahun 2010 ini, ada 3 kab/kota baru/pemekaran yang belum melakukan Pendataan Keluarga yaitu Kab. Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau, Kab. Sukamara dan Kab. Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah.

  

5) Jumlah wanita usia subur (umur 15 – 49 tahun) dalam keluarga;

6) Jumlah jiwa menurut jenis kelamin serta menurut kelompok umur tertentu (bayi 0-<1 tahun, balita 1-<5 tahun, 5-6 tahun, 7-15 tahun, 16-21 tahun, 22-59 tahun, dan 60 tahun ke atas); b. Tersedianya data keluarga berencana meliputi : 1) Jumlah pasangan usia subur (PUS), menurut kelompok umur (<20 tahun,

  20-29 tahun, 30-49 tahun); 2) Jumlah pasangan usia subur yang menjadi peserta KB menurut jalur pelayanan (pemerintah dan swasta); 3) Jumlah peserta KB yang Implantnya dicabut tahun depan;

  4) Jumlah pasangan usia subur bukan peserta KB (hamil, ingin anak segera, ingin anak ditunda, tidak ingin anak lagi).

  c. Tersedianya data tahapan keluarga sejahtera meliputi : 1) Jumlah Keluarga Pra Sejahtera; 2) Jumlah Keluarga Sejahtera I; 3) Jumlah Keluarga Sejahtera II; 4) Jumlah Keluarga Sejahtera III; 5) Jumlah Keluarga Sejahtera III Plus.

  d. Tersedianya data individu keluarga meliputi : 1) Nama; 2) Alamat; 3) Hubungan dengan kepala keluarga; 4) Jenis kelamin; 5) Tanggal, bulan dan tahun kelahiran; 6) Pendidikan terakhir; 7) Pekerjaan; 8) Perubahan (mutasi).

  1) Tahapan Pra Sejahtera; Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan Keluarga Sejahtera I.

  2) Tahapan Keluarga Sejahtera I;

Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator berikut:

(1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih; (2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian; (3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai, dinding yang baik; (4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan; (5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi; (6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

  3) Tahapan Keluarga Sejahtera II Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan Keluarga Sejahtera I (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut; (7) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing; (8) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/ telur; (9) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun;

(10) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah;

(11) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing;

  (19) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/tv.

5) Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus;

  Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera I, Indikator Keluarga Sejahtera II dan Indikator Keluarga Sewjahtera III (Indikator 1 s/d 19) dan indikator berikut; (20) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial; (21) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.

  Jangkauan Pendataan Keluarga meliputi wilayah Rukun Tetangga (RT), Dusun/RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai ke tingkat Nasional.

D. Manfaat

  

Data yang dikumpulkan melalui Pendataan Keluarga terutama bermanfaat untuk :

  1. Penentuan sasaran Program KB dan Keluarga Sejahtera yang lebih tajam berdasarkan kondisi, potensi dan kebutuhan aktual dari masing-masing keluarga yang ada di setiap tingkatan wilayah.

  2. Pembuatan peta keluarga berdasarkan tingkat kesertaan KB, dan tingkat pencapaian tahapan Keluarga Sejahtera tiap keluarga di suatu wilayah tertentu.

  3. Penentuan program dukungan yang sesuai untuk setiap keluarga dan setiap wilayah tertentu di dalam Pembangunan Keluarga Sejahtera.

BAB II PELAKSANAAN PENDATAAN KELUARGA A. Batasan dan Pengertian Di dalam pelaksanaan kegiatan Pendataan Keluarga ini dipergunakan

  batasan/pengertian terhadap beberapa istilah sebagai berikut :

  1. Pendataan Keluarga Adalah kegiatan pengumpulan data primer tentang data Demografi, data Keluarga Berencana, data tahapan Keluarga Sejahtera dan data Individu yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah (Pemda dan BKKBN) secara serentak pada waktu yang telah ditentukan (bulan Juli sampai September setiap tahun) melalui kunjungan ke keluarga dari rumah ke rumah.

  2. Rumah Tangga Adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur, atau seorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluan sendiri.

  3. Kepala Rumah Tangga Adalah :

  a. Orang Laki-laki atau orang perempuan dengan tanpa memandang status perkawinan, bertempat tinggal seorang diri;

b. Orang laki-laki tanpa memandang status perkawinan, juga bertempat tinggal

  5. Kepala Keluarga Adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus kawin, atau janda/duda yang mengepalai suatu keluarga yang anggotanya terdiri dari istri/ suaminya dan atau anak-anaknya.

  6. Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/Bantuan Modal Adalah keluarga yang pada saat pendataan sedang mendapatkan/ menggunakan kredit mikro dari berbagai sumber, dengan batas maksimal Rp. 5.000.000,-.

  7. Jumlah Jiwa dalam Keluarga Adalah jumlah semua anggota keluarga yang terdiri dari kepala keluarga sendiri, istri/suaminya dan atau dengan anak (anak-anak) nya serta anak angkat yang ikut dalam keluarga tersebut yang belum berkeluarga, baik yang tinggal serumah maupun yang tidak tinggal serumah.

  8. Wanita Usia Subur Adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda.

  9. Bayi (umur < 1 th) yang mengikuti posyandu.

  Adalah bayi yang berumur kurang dari 1 tahun pada saat Pendataan Keluarga dilaksanakan mengikuti kegiatan posyandu.

  10.Balita (umur 1 - < 5 th) mengikuti posyandu.

  Adalah bayi yang berumur 1-< 5 tahun pada saat Pendataan Keluarga dilaksanakan mengikuti kegiatan posyandu.

  14.Peserta KB Swasta Adalah peserta KB yang memperoleh pelayanan KB melalui tempat-tempat pelayanan Swasta. Misalnya: Rumah Sakit Swasta, Dokter/Bidan Praktek Swasta, Apotek, Toko Obat dan lain-lainnya.

  15.Peserta KB Implant yang Implantnya perlu dicabut tahun depan.

  Adalah peserta KB Implant pada saat dilaksanakan pendataan keluarga Implantnya perlu atau sudah saatnya untuk dicabut tahun depan.

  16.Pasangan Usia Subur "Hamil" Adalah Pasangan Usia Subur yang istrinya sedang hamil.

  17.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Ingin Anak Segera" Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan masih menginginkan anak dengan batas waktu kurang dari dua tahun.

  18.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Ingin Anak Ditunda" Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan menginginkan kelahiran anak ditunda dengan batas waktu dua tahun lebih.

  19.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Tidak Ingin Anak Lagi" Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan tidak ingin anak lagi.

  20.Keluarga Pra Sejahtera

  23.Keluarga Sejahtera Tahap III Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, seperti memberikan sumbangan (kontribusi) secara teratur kepada masyarakat, dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan, serta berperanserta secara aktif, seperti menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya.

  24.Keluarga Sejahtera Tahap III Plus Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, yaitu kebutuhan dasar, sosial psikologis, pengembangan serta aktualisasi diri, terutama dalam memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk kepentingan pemetaan Keluarga Sejahtera, maka bagi setiap tahapan keluarga sejahtera diberikan tanda dengan warna-warna khusus yaitu : a. Keluarga Pra Sejahtera dengan warna Merah.

  b. Keluarga Sejahtera Tahap I dengan warna Kuning.

  c. Keluarga Sejahtera Tahap II dengan warna Coklat.

  d. Keluarga Sejahtera Tahap III dengan warna Hijau.

  e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus dengan warna Biru.

B. Persiapan Pendataan Keluarga

  Waktu yang digunakan untuk persiapan melaksanakan Pendataan Keluarga selama 2 (dua) minggu mulai tanggal 15 sampai dengan 30 Juni 2010, yang meliputi persiapan sarana, tenaga, dana dan metode Pendataan Keluarga. Termasuk kegiatan yang dilakukan dalam persiapan Pendataan Keluarga adalah :

  1. Memperhitungkan secara cermat kesesuaian antara cakupan wilayah, kondisi geografis, jumlah penduduk dan tenaga pendata yang akan terlibat dalam pendataan dengan waktu yang disediakan untuk pelaksanaan di lapangan selama komunikator dan supervisor pelaksanaan Pendataan Keluarga, yang bekerja dibawah koordinasi POSKO.

  6. Menyusun dan menetapkan pola operasional Pendataan Keluarga dengan metoda yang sesuai dengan jumlah dan kemampuan tenaga yang tersedia serta kondisi wilayah dengan tetap mengikuti prinsip dan mekanisme pelaksanaan pendataan yang telah ditentukan, antara lain: a. Pendataan harus mencakup secara lengkap seluruh keluarga yang ada disuatu wilayah kerja.

  b. Pengisian formulir pendataan dilakukan melalui kunjungan dari rumah ke rumah.

  c. Data yang diisikan kedalam formulir Pendataan Keluarga dimutakhirkan berdasarkan data dari hasil pencatatan perubahan yang ada.

C. Pelaksanaan Pendataan Keluarga

  Pendataan Keluarga dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari tanggal 1 Juli sampai dengan 30 September tahun 2010.

1. Tata Cara Pelaksanaan Pendataan Keluarga

  a. Melakukan pencanangan dan pendataan perdana di masing-masing tingkatan wilayah yang dilakukan oleh pimpinan wilayah, sebagai awal dimulainya Pendataan Keluarga di setiap RT.

  b. Di tingkat RT dimulai dengan inventarisasi jumlah rumah tangga dan kepala

keluarga yang di data berdasarkan data di pengurus RT setempat.

  c. Berdasarkan data hasil inventarisasi petugas pendata membuat rencana

  3. Penanggungjawab Pengumpulan Data Tanggungjawab pelaksanaan pengumpulan data berada di PLKB/Penyuluh KB beserta pada para Ketua RT, Kepala Dusun/RW dan para Kepala Desa/Kelurahan setempat.

  4. Pengawas Pengumpulan Data Pengawas pelaksanaan Pendataan Keluarga berada pada para Pengawas PLKB di masing-masing kecamatan.

  5. Bimbingan dan Pengamatan Pendataan Keluarga

  a. Pelaksanaan bimbingan dan pengamatan Pendataan Keluarga dilaksanakan

oleh Tim POSKO secara berjenjang menurut tingkatan wilayah kerja.

  b. Materi bimbingan dan pengamatan terdiri dari unsur-unsur :  Kelengkapan sarana formulir yang digunakan dalam Pendataan Keluarga.

   Cara pengisian formulir baik dari segi materi maupun teknis pengisiannya.  Perkembangan cakupan hasil pelaksanaan pendataan secara berkala (mingguan) melalui penyajian laporan POSKO Pendataan Keluarga.  Permasalahan yang ditemui baik sasaran maupun petugas pendata.

6. Petugas Pembuat Peta Keluarga

  Pembuatan Peta Keluarga atas dasar hasil pendataan dilakukan oleh PPKBD/Sub PPKBD dengan bantuan para Kader dengan bimbingan Penyuluh KB/PLKB setempat.

D. Pengolahan dan Penyajian Hasil Pendataan

  

5. Setelah Rek.Des/R/I/KS/08 diterima oleh Pengendali PLKB/Petugas KB di

tingkat Kecamatan, lalu dibuat Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat Kecamatan menggunakan Rek.Kec/R/I/KS/08 dan dikirimkan ke SKPD-KB Kabupaten/Kota dan kepada Camat setempat.

  

6. Setelah Rek.Kec/R/I/KS/08 diterima oleh SKPD-KB Kabupaten/Kota lalu dibuat

laporan Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat Kabupaten/Kota dengan menggunakan Rek.Kab/R/I/KS/08 dan mengirimkan ke BKKBN Provinsi. Disamping itu juga dilakukan pengolahan data, analisis dan penyajian oleh Petugas Pengelola Data pada SKPD-KB Kab/Kota untuk disampaikan kepada Bupati/Walikota dan sektor terkait di tingkat kabupaten/kota.

  

7. BKKBN Provinsi setelah menerima Rek.Kab/R/I/KS/08, oleh Bidang Informasi

Keluarga dan Analisis Program (IKAP) dibuat laporan Rek.Prop/R/I/KS/08 dan mengirimkan ke BKKBN Pusat cq. Direktorat Pelaporan dan Statistik. Disamping itu, laporan tersebut dilakukan pengolahan data, analisis dan penyajian oleh Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program BKKBN Provinsi, kemudian di dibuat laporan ke tingkat Kabupaten/Kota dan sektor terkait di tingkat provinsi.

  

8. Direktorat Pelaporan dan Statistik melakukan pengolahan data

Rek.Prop/R/I/KS/08 serta membuat ulasan dan diumpan balikkan ke BKKBN Provinsi dan keseluruh mitra kerja di tingkat Pusat.

BAB III CAKUPAN DAN HASIL PENDATAAN A. Cakupan Pendataan Cakupan Pendataan ini adalah kemampuan kader KB dan PLKB/PKB mendata

  jumlah keluarga dan individu yang ada pada saat pendataan Keluarga. Cakupan pendataan terdiri dari cakupan laporan dari berbagai tingkatan wilayah yaitu tingkat Rukun Tetangga (RT), Dusun/Rukun Warga (RW), Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi serta cakupan sasaran Rumah Tangga, dan Keluarga pada Pendataan Keluarga Tahun 2010.

1. Wilayah

  a. Rukun Tetangga Cakupan laporan dari tingkat Rukun Tetangga (RT) pada Pendataan Keluarga Tahun 2010 secara nasional sebanyak 1.134.187 RT dari 1.143.708 RT yang ada atau sebesar 99,17%. Terdapat 19 provinsi yang cakupan laporan dari Rukun Tetangga (RT) mencapai 100%, yaitu Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakata, Banten, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan Sulawesi Utara, Sulawei Selatan, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Jambi, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara.

  b. Dusun/Rukun Warga

  d. Kecamatan Cakupan laporan dari tingkat Kecamatan pada Pendataan Keluarga Tahun 2010 secara nasional sebanyak 6.546 kecamatan dari 6.612 kecamatan yang ada atau sebesar 99,00%. Provinsi yang cakupan laporan Kecamatan tidak mencapai 100% adalah Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Papua, Papua Barat dan Kepulauan Riau.

  e. Kabupaten/Kota Cakupan laporan dari tingkat Kabupaten/Kota pada Pendataan Keluarga Tahun 2010 secara nasional tercatat sebanyak 494 kabupaten/kota atau 99,40% dari 497 kabupaten/kota yang ada. Ada 3 kabupaten/kota yang yang tidak melaporkan hasil Pendataan Keluarga yaitu Kabupaten Sukamara dan Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah serta Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk Kepulauan Anambas tidak melakukan Pendataan Keluarga baik pada tahun 2010 maupun tahun 2009.

  f. Provinsi Di tingkat Provinsi pada Pendataan Keluarga Tahun 2010 cakupan laporannya mencapai 100%, berarti tidak ada satupun provinsi yang tidak melapor. Informasi secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

2. Sasaran

a. Rumah Tangga

  Jumlah rumah tangga yang berhasil didata pada Pendataan Keluarga Tahun 2010 secara nasional sebanyak 56.793.017 rumah tangga (99,74%) dari 56.942.203 rumah tangga yang ada. dan Papua Barat. Data yang lebih lengkap dan rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Perkembangan cakupan wilayah dan keluarga yang didata selama dua tahun

terakhir (2009 dan 2010) dapat dilihat pada Table 1 berikut ini.

  Tabel 1 CAKUPAN WILAYAH DAN KELUARGA HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010 Tahun PERSENTASE CAKUPAN WILAYAH Pen- Rumah Desa/ Kab/ dataan Keluarga RT RW Kec Prov Tangga Kel Kota 2009 97,16 99,33 99,16 99,30 98,08 98,90 99,39 100 2010 99,74 96,68 99,17 97,88 98,91 99,00 99,40 100

B. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010

1. Demografi

  Data demografi yang disajikan dalam laporan ini mencakup keterangan yang berkaitan dengan keluarga, mencakup jumlah keluarga, kepala keluarga, jumlah jiwa dalam keluarga baik dalam bentuk agregat maupun kelompok umur, dan jumlah pasangan usia subur (PUS).

a. Kepala Keluarga (KK)

  Informasi tentang Kepala Keluarga (KK) yang dikumpulkan dalam Pendataan Keluarga Tahun 2010 tercatat sebanyak 62.390.801 KK atau 96,68% dari

  

Yogyakarta (17,09%), DKI Jakarta (17,01%), dan Sulawesi Selatan (16,46%).

Sedangkan angka persentase status kawin tertinggi ada di Provinsi Bali

(92,20%), Papua (90,61%), Bengkulu (90,59%), dan Lampung (90,53%).

  

Menurut status pendidikan dari Kepala Keluarga pada umumnya masih

berpendidikan rendah yaitu sebanyak 69,75% dari seluruh Kepala Keluarga

itu berpendidikan Tamatan SLTP kebawah bahkan 19,03% diantaranya

tidak tamat SD. Provinsi dengan angka persentase tertinggi untuk KK

berpendidikan Tidak Tamat SD adalah Provinsi Papua (39,34%), Nusa

Tenggara Barat (34,10%), Gorontalo (32,04%) dan Nusa Tenggara Timur

(31,20%). Sebaliknya angka persentase tertinggi untuk KK berpendidikan

Tamat Akademi/Universitas adalah Provinsi DKI Jakarta (16,80%),

kemudian diikuti Provinsi Kalimantan Timur (10,86%) dan Bengkulu

(10,07%).

  

Menurut status pekerjaan dapat diungkapkan bahwa sebanyak 54.915.118

KK (88,02%) berstatus bekerja, dan sebanyak 7.475.683 KK (11,98%)

berstatus tidak bekerja. Provinsi dengan persentase KK tidak bekerja

tertinggi adalah Provinsi Papua (22,32%), Papua Barat (22,20%), Maluku

(19,39%), Banten (18,98%), Kalimantan Timur (18,85%), Jawa Barat

(17,74%), Nusa Tenggara Barat (16,58%), dan DKI Jakarta (16,43%).

Sebaliknya angka persentase KK dengan status bekerja tertinggi adalah

Provinsi Bali (95,54%), Nusa Tenggara Timur (94,74%), Jambi (93,83%),

Kalimantan Tengah (93,74%), Bengkulu (92,99%), Maluku Utara (92,42%),

Lampung (92,42%), Kalimantan Selatan (92,42%), Kalimantan Barat

(92,31%), Sumatera Utara (92,27%), Sumatera Selatan (91,98%) dan

Sulawesi Tenggara (91,50%).

  PERSENTASE KEPALA KELUARGA TIDAK BEKERJA Pap ua

  22.32 Papua Barat

  22.20 Maluku

  19.39 Banten

  18.98 Kalim antan Timur

  18.85 Jawa Barat

  17.74

  

Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 menunjukkan bahwa secara nasional

sebanyak 4.618.347 KK atau 7,40% dari 62.390.801 keluarga yang didata

berstatus mendapat bantuan modal. Angka persentase KK yang mendapat

bantuan modal terendah ada di Provinsi Sumatera Utara (1,35%), Lampung

(1,90%), Kalimantan Tengah (2,10%), Maluku Utara (2,54%), dan Bangka

Belitung (2,63%). Sementara itu angka persentase tertinggi terdapat di

Provinsi Gorontalo (26,28%), Nusa Tenggara Timur (16,70%), dan Sulawesi

Utara (12,75%).

  

Secara rinci karakteristik Kepala Keluarga menurut status jenis kelamin,

status pekerjaan, status kawin dan status pendidikan serta status bantuan

modal masing-masing Provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3, 4 dan 5.

Perkembangan karakteristik kepala keluarga selama dua tahun terakhir

tidak banyak perubahan besar seperti terlihat pada tabel 2. Angka

persentase kepala keluarga yang berstatus kawin relatif stabil (86%) pada

tahun 2009 dan tahun 2010.

Sedangkan untuk tingkat pendidikan meningkat lebih baik, yaitu angka

persentase kepala keluarga yang Tidak tamat SD sedikit turun, dan yang

berpendidikan Tamatan SLTA dan Tamat AK/PT sedikit meningkat di tahun

2010. Sementara itu angka persentase Kepala keluarga yang bekerja juga

mengalami kenaikan.

  Tabel 2

PERSENTASE KK MENURUT

STATUS KAWIN PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN BANTUAN MODAL

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

  % KK % KK Jumlah % KK Ber- Dapat Tidak

  Tahun Kepala Tamat SD Tamat Tamat Kawin status Bantuan Tamat

  Keluarga

  • SLTP SLTA AK/PT Bekerja Modal SD 2009 60.882.467 86,4 19,9 50,7 23,1 6,4 87,3 6,7 2010 62.390.801 86,3 19,0 50,7

  23.7 6.6 88,02 7,4

b. Jumlah dan Rata-rata Jiwa per Keluarga

  Jumlah jiwa dalam keluarga yang terekam dalam pendataan keluarga tahun 2010 tercatat sebanyak 231.485.456 jiwa. Terdiri dari jumlah jiwa dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 115.821.598 jiwa dan sebanyak 115.663.858 jiwa perempuan atau sex ratio 100.

  JUMLAH JIWA DALAM KELUARGA Jawa Barat 42,094,253 Jawa Timur

  37,637,411 Jawa Tengah 34,284,835 Sumatera Utara 13,205,726 Banten 9,758,693 Lampung 7,800,933 Sulawesi Selatan 7,709,434 Sumatera Selatan 7,476,671 DKI Jakarta 6,579,388

  

Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 62.390.801 KK, dapat diperoleh

rata-rata jumlah jiwa per keluarga sebesar 3,71 jiwa, artinya setiap keluarga

mempunyai anggota keluarga sekitar 3-4 jiwa. Rata-rata jumlah jiwa dalam

keluarga lebih cenderung menggambarkan beban yang harus ditanggung

oleh keluarga, dari pada menggambarkan kondisi tingkat fertilitas. Hal ini

dikarenakan anak yang sudah berkeluarga (berstatus kawin) tidak lagi

dihitung sebagai anggota keluarga. Semakin besar rata-rata jumlah jiwa

dalam keluarga berarti semakin berat beban yang harus ditanggung

keluarga.

  Perkembangan rata-rata jumlah jiwa per keluarga secara nasional selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Angka rata-rata jumlah jiwa per keluarga secara nasional pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan adanya perubahan atau kecenderungan yang menurun, yaitu dari 3,75 jiwa pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 menjadi 3,71 jiwa pada Pendataan Keluarga Tahun 2010.

  Tabel 3 JUMLAH DAN RATA-RATA JIWA PER KELUARGA HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010 JUMLAH TAHUN

RATA-RATA JIWA PENDATAAN

  

(1) (2) (3) (4)

2009 60.882.467 228.140.600 3,75

2010 62.390.801 231.485.456 3,71

c. Komposisi Jiwa dalam Keluarga menurut Kelompok Umur

  Jumlah jiwa dalam keluarga yang terekam pada Pendataan Keluarga tahun 2010 adalah sebanyak 228.140.600 jiwa yang terdiri dari 115.821.598 laki- laki dan 115.663.858 perempuan. Jumlah jiwa dalam keluarga menurut komposisi kelompok umur adalah sebagai berikut:

  1). Jumlah jiwa anggota keluarga yang berusia 0 - < 1 tahun (bayi) tercatat sebanyak 4.376.712 jiwa atau 1,9% dari seluruh jiwa dalam keluarga sebanyak 231.485.456 jiwa. Dilihat per provinsi angka persentase jumlah bayi dibawah satu tahun ini yang tertinggi ada di Provinsi Kepulauan Riau (5,3%), Papua Barat (3,8%) dan Papua (3,2%). Sedangkan yang terendah ada di Provinsi DI Yogyakarta (1,09%), Bali (1,25%) dan Sulawesi Utara (1,44%). persentase ini tertinggi di Provinsi Papua (24,1%), dan terendah di Provinsi D.I.Yogyakarta (9,1%). 6). Jumlah jiwa anggota keluarga kelompok umur 22 - 59 tahun secara nasional tercatat sebanyak 117.747.556 jiwa atau sebesar 50,9% dari seluruh anggota keluarga yang didata. Dilihat per provinsi angka persentase ini tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (58%), dan terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (35,1%). 7). Jumlah jiwa anggota keluarga umur 60 tahun ke atas, secara nasional tercatat sebanyak 15.865.443 jiwa atau 6,9% dari seluruh jiwa dalam keluarga. Dilihat per provinsi angka persentase ini tertinggi di Provinsi D.I. Yogyakarta (12,9%), dan terendah di Provinsi Papua (1,3%). Jumlah jiwa menurut komposisi umur per Provinsi hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Sedangkan perkembangan komposisi jiwa dalam keluarga menurut kelompok umur hasil pendataan keluarga tahun 2009 dan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

  Tabel 4 KOMPOSISI JIWA DALAM KELUARGA MENURUT UMUR HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010 KELOMPOK UMUR JUMLAH JIWA Tahun DALAM KELUARGA 0 - <1 1 - <5 5 – 6 7 – 15 16 – 21 22 – 59 60 + (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  

Absolut

2009 228.140.600 4.317.946 14.021.154 8.514.681 41.428.467 28.016.190 116.338.073 15.504.089

d. Anak Usia Sekolah Berstatus Sekolah

  Data tentang anak usia sekolah yang dikumpulkan melalui Pendataan Keluarga ini, dan dirinci menurut kelompok umur jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP), serta menurut status sekolah dan tidak sekolah, dan jenis kelamin. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 memperlihatkan bahwa secara nasional jumlah anak usia 7 - 15 tahun yaitu usia sekolah (wajib belajar 9 tahun) dalam keluarga tercatat sebanyak 42.285.708 orang. Dari jumlah ini anak usia sekolah yang berstatus sekolah tercatat sebanyak 39.429.922 orang atau 93,2% dari seluruh anak usia sekolah 7-15 tahun. Menurut jenis kelamin terdiri dari 20.468.330 laki-laki (51,9%), dan 18.961.592 perempuan (48,1%) dari 39.429.922 anak usia sekolah 7 -15 tahun yang bersekolah.

  PERSENTASE ANAK USIA SEKOLAH YANG SEKOLAH MENURUT JENIS KELAMIN Papua Barat 41,16 36,89 R i a u 42,68 43,01 Papua 46,28 40,24 Sulawesi Barat 44,25 42,60 Kalimantan Timur 46,23 42,12 Sumatera Selatan 45,27 44,24 B e n g k u l u 46,12 43,45

Kalimantan Tengah 47,98 41,87

Kalimantan Barat

  45,55 44,30 Banten 46,35 43,52 Sulawesi Tengah 46,39 44,36

Sulawesi Tenggara 47,00 44,33

Gorontalo 45,81 45,63

  Sulawesi Selatan 47,23 44,46 Lampung 47,27 44,66 Maluku Utara 47,55 44,68 J a m b i 47,19 45,16

  

Sementara itu, jumlah anak usia sekolah 7-15 tahun yang tidak sekolah

tercatat sebanyak 2.855.786 jiwa (6,8%), dan menurut jenis kelamin terdiri

dari 1.516.145 jiwa laki-laki (3,6%) dan 1.339.641 jiwa perempuan (3,6%)

dari 2.855.786 anak usia sekolah 7-15 tahun yang tidak sekolah.

  

Jumlah dan persentase secara rinci anak usia sekolah yang sekolah dan tidak

sekolah menurut jenis kelamin per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 9

dan 10.

  PERSENTASE ANAK USIA SEKOLAH YANG TIDAK SEKOLAH MENURUT JENIS KELAMIN DKI Jakarta 1,65 0,75

B a l i 1,34 1,32

DI Yogyakarta 2,13 1,51

  Kalim antan Selatan 2,05 1,70 Kepulauan Riau 2,12 1,98 Aceh 2,46 2,07 Jawa Tengah 2,58 2,06 Sulawesi Utara 3,00 1,78 Jawa Timur 2,60 2,34 Sumatera Barat 3,21 2,36 Jawa Barat 3,09 2,82 Sumatera Utara 2,94 3,01 Bangka Belitung 3,58 2,56 Nusa Tenggara Barat 3,60 3,31

Maluku 3,65 3,27

Nusa Tenggara Timur 3,71 3,32

  

J a m b i 4,09 3,56

Maluku Utara 4,08 3,69

Lampung 4,37 3,70

Sulawesi Selatan

  4,60 3,71

Gorontalo 5,50 3,06

Sulawesi Tenggara

  4,70 3,98 Sulawesi Tengah 5,02 4,22 Banten 4,84 5,30 Kalimantan Barat 5,25 4,89 Kalimantan Tengah 5,28 4,87

B e n g k u l u 5,76 4,67

Sum atera Selatan 5,41 5,07

  Kalim antan Timur Sementara itu Pendataan Keluarga Tahun 2010 ini juga tercatat jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 44.431.227 PUS. Jika dibandingkan dengan jumlah anak balita, maka dapat dikatakan bahwa rata-rata setiap PUS terdapat 0,4 balita, atau dengan kata lain setiap 100 PUS terdapat 40 balita. Dilihat per provinsi rata-rata terendah di Jawa Timur, Bal, dan Kalimantan Tengah (0,3 balita per PUS) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Kepulauan Riau (0,7 balita per PUS). Pada pendataan keluarga tahun 2010 ini juga dicatat jumlah Wanita Usia Subur (WUS) sebanyak 66.053.730 wanita. Kalau angka ini dibandingkan dengan jumlah anak balita, maka rata-rata jumlah balita per wanita usia subur tercatat sebesar 0,3 balita per WUS. Dengan kata lain setiap 100 WUS terdapat 30 anak balita. Menurut provinsi angka rata-rata balita per WUS ini terendah di Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah (0,2) dan tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau (0,5). Angka rata-rata jumlah balita per Kepala Keluarga, PUS dan WUS ini menurut Provinsi dapat dilihat seperti pada Tabel Lampiran 11.

  Sedangkan perkembangan angka rata-rata balita per keluarga dan rata-rata balita per PUS selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan seperti terlihat pada tabel 5 dibawah ini.

  Tabel 5 RATA-RATA BALITA PER KELUARGA DAN PER PUS HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010 JUMLAH RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA BALITA PER BALITA BALITA TAHUN

KELUARGA PER PUS PER WUS KK PUS WUS BALITA

2. Keluarga Berencana

a. Pasangan Usia Subur (PUS) menurut Kelompok Umur

  Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di seluruh Indonesia yang tercatat pada Pendataan Keluarga Tahun 2010 sebanyak 44.431.227 pasangan. Dari jumlah tersebut dilihat dari kelompok umur istri tercatat sebanyak 1.742.302 istri atau 3,9% berusia di bawah 20 tahun, 15.543.233 istri atau 35% berusia 20- 29 tahun, dan 27.145.692 istri atau 61,1% berusia 30 tahun ke atas. Di tingkat provinsi, angka persentase PUS berusia di bawah 20 tahun berkisar antara 0,7% di D.I. Yogyakarta hingga 13,9% di Papua Barat. Jarak sebar ini untuk PUS berusia 20-29 tahun antara 25,9% di D.I.Yogyakarta hingga 65,7% di Nusa Tenggara Timur, sedangkan PUS berusia 30 tahun ke atas antara 30,8% hingga 70%, masing-masing di Nusa Tenggara Timur dan DKI Jakarta. Angka ini per provinsi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 13. Perkembangan angka persentase PUS menurut kelompok umur selama dua tahun terakhir dapat diungkapkan sebagai berikut:

  1. Angka persentase jumlah PUS umur dibawah 20 tahun terhadap seluruh PUS, antara tahun 2009 dan tahun 2010, secara nasional tetap 3,9%.

  2. Angka persentase jumlah PUS usia 20-29 tahun terhadap seluruh PUS, sedikit meningkat dari 34,5% menjadi 35,0%,

  3. Angka persentase jumlah PUS usia 30 tahun keatas terhadap seluruh PUS sedikit menurun dari 61,6% menjadi 61,1%. Penambahan PUS baru pada tahun 2010 adalah sebanyak 979.331 pasangan, yang terdiri dari 55.904 istri berusia di bawah 20 tahun, 549.765 istri berusia 20-29 tahun, dan 373.662 istri berusia 30 tahun ke atas.

  

Tabel 6

PERSENTASE PUS MENURUT KELOMPOK UMUR ISTRI

JUMLAH WANITA USIA SUBUR PER PROVINSI

  Jawa Barat 12.096.066 Jawa Timur

  11.111.540 Jawa Tengah 9.541.315 Sumatera Utara 3.588.275

  Banten 2.840.355 Lampung 2.179.278 Sumatera Selatan 2.176.261 Sulawesi Selatan 2.062.310

  DKI Jakarta 1.983.202 R i a u 1.502.774

  Nusa Tenggara Barat 1.397.172 Sumatera Barat 1.225.068 Kalimantan Barat 1.202.129 Aceh 1.201.187

  Nusa Tenggara Timur 1.140.323 Kalimantan Selatan 1.129.043 B a l i

  941.651 J a m b i 880.678 Papua 865.723 Kalimantan Timur 863.345

  DI Yogyakarta 827.293 Sulawesi Tengah 725.038 Sulawesi Utara 614.741 Sulawesi Tenggara

  592.264 B e n g k u l u 527.022 Kalimantan Tengah 502.006 Kepulauan Riau 474.355

  Maluku 435.310 Bangka Belitung 328.124 Sulawesi Barat 317.418 Maluku Utara 294.640

  Gorontalo 277.478 Papua Barat 210.346 4.000.000 8.000.000 12.000.000

b. Tingkat Kesertaan ber-KB

  TINGKAT PREVALENSI PUS PESERTA KB B a l i

  84.53 Sulawesi Utara

  78.36 Bangka Belitung

  77.36 Jawa T engah

  76.99 Kepulauan Riau

  76.90 DKI Jakarta

  76.29 B e n g k u l u

  76.12 DI Yogyakarta

  75.84 J a m b i

  75.41 Kalimantan Selatan

  74.01 Sumatera Selatan

  73.49 Go rontalo

  73.49 Jawa Barat

  73.48 Jawa Timur

  73.05 Kalimantan Tengah

  70.83 Lampung

  68.79 Sulawesi Tengah

  68.39 Nusa Tenggara Barat

  67.86 Kalimantan Timur

  67.30 Su matera Barat

  67.27 Banten

  66.99 Kalimantan Barat

  66.91 R i a u

  66.66 Aceh

  66.15 Sulawesi Selatan

  64.46 Nusa Tenggara Timur

  63.49 Sulawesi Barat

  63.33 Su matera Utara

  62.61 Sulawesi Tenggara

  62.53 Maluku Utara

  61.41 Maluku

  60.17 Papua Barat

  38.80 Papau

  

24.34

  20

  40

  60

  80 Tingkat prevalensi KB di masing-masing provinsi dan disparitas per kab/kota di provinsi masing-masing dapat dilihat seperti Tabel 7.a berikut :

Tabel 7a. DISPARITAS TINGKAT PREVALENSI KB PER KABUPATEN

DI MASING-MASING PROVINSI TAHUN 2010

  NO. PROVINSI Prevalensi KB Jumlah Kab/Kota Disparitas Tingkat Prevalensi Per Kabupaten/Kota Yang terendah % Yang tertinggi %

  13 Jawa Timur

  88.59

  82.12 Kab. Jembrana

  

9 Kab. Karang asem

  84.53

  14 B a l i

  79.29

  64.48 Kab. Pacitan

  38 Kab. Bangkalan

  73.05

  81.4

  67.86

  5 Kab. Kulon Progo 67,85 Kab. Gunung Kidul

  75.84

  12 DI Yogyakarta

  82.64

  70.59 Kab. Boyolali

  35 Kota. Tegal

  76.99

  11 Jawa Tengah

  82.99

  15 Nusa Tenggara Barat

  

10 Kab. Lombok Timur

  26 Kab. Cianjur

  76.41

  69.6 Kab. Tabalong

  13 Kab. Banjar

  74.01

  19 Kalimantan Selatan

  87.38

  47.65 Kab. Pulang Pisau

  14 Kab. Seruyan

  70.83

  18 Kalimantan Tengah

  44.54 Kab. Kapuas Hulu

  64.89 Kota. Bima

  14 Kab. Bengkayang

  66.91

  17 Kalimantan Barat

  78.51

  33.41 Kab. Manggarai Barat

  

21 Kab. Sumba Barat Daya

  63.49

  16 Nusa Tenggara Timur

  79.85

  67.73 Kab. Sumedang

  73.48