JENIS TENAGA KESEHATAN PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN

4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

BAB II JENIS TENAGA KESEHATAN

Pasal 2 1 Tenaga kesehatan terdiri dari : a. tenaga medis; b. tenaga keperawatan; c. tenaga kefarmasian; d. tenaga kesehatan masyarakat; e. tenaga gizi; f. tenaga keterapian fisik; g. tenaga keteknisian medis. 2 Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. 3 Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. 4 Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. 5 Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. 6 Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. 7 Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. 8 Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis. B A B III PERSYARATAN Pasal 3 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. Pasal 4 1 Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri. 2 Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 bagi tenaga kesehatan masyarakat. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur oleh Menteri. Pasal 5 1 Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1, tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur oleh Menteri.

BAB IV PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN

Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 6 1 Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat. 2 Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan. 3 Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan faktor : a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat; b. sarana kesehatan; c. jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. 4 Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan ayat 3 ditetapkan oleh Menteri. Bagian Kedua Pengadaan Pasal 7 Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan. Pasal 8 1 Pendidikan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat. 2 Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 1 Pelatihan dibidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan. 2 Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan. Pasal 10 1 Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya. 2 Penyelenggara danatau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan danatau bekerja pada sarana kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan. Pasal 11 1 Pelatihan di bidang kesehatan dilaksanakan di balai pelatihan tenaga kesehatan atau tempat pelatihan lainnya. 2 Pelatihan di bidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah danatau masyarakat. Pasal 12 1 Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2 Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan atas dasar ijin Menteri. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur oleh Menteri. Pasal 13 1 Pelatihan di bidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya : a. calon peserta pelatihan; b. tenaga kepelatihan; c. kurikulum; d. sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan; e. sarana dan prasarana. 2 Kelentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelatihan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur oleh Menteri. Pasal 14 1 Menteri dapat menghentikan pelatihan apabila pelaksanaan pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat ternyata : a. tidak sesuai dengan arah pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1; b. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1; 2 Penghentian pelatihan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dimaksud dalam ayat 1, dapat mengakibatkan dicabutnya ijin pelatihan. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian pelatihan dan pencabutan ijin pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 diatur oleh Menteri. Bagian Ketiga Penempatan Pasal 15 1 Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, Pemerintah dapat mewajibkan tenaga kesehatan untuk ditempatkan pada sarana kesehatan tertentu untuk jangka waktu tertentu. 2 Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan dengan cara masa bakti. 3 Pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 16 Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat 1 dan ayat 2 dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Menteri. Pasal 17 Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan dengan memperhatikan : a. kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang bersangkutan ditempatkan; b. lamanya penempatan; c. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat; d. prioritas sarana kesehatan. Pasal 18 1 Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada : a. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah; b. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang ditunjuk oleh Pemerintah; c. lingkungan perguruan tinggi sebagai staf pengajar; d. lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 2 Pelaksanaan ketentuan huruf c dan huruf d sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan dari pimpinan instansi terkait. Pasal 19 1 Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa bakti diberikan surat keterangan dari Menteri 2 Surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 merupakan persyaratan bagi tenaga kesehatan untuk memperoleh ijin menyelenggarakan upaya kesehatan pada sarana kesehatan 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayal 1 diatur oleh Menteri Pasal 20 Status tenaga kesehatan dalam penempatan tenaga kesehatan dapat berupa : a. pegawai negeri; atau b. pegawai tidak tetap. B A B V STANDAR PROFESI DAN PERLINDUNGAN HUKUM Bagian Kesatu Standar Profesi Pasal 21 1 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. 2 Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan oleh Menteri. Pasal 22 1 Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk : a. menghormati hak pasien; b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien; c. memberikan infomasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan; d meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan; e. membuat dan memelihara rekam medis. , 2 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Menteri. Pasal 23 1 Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat, atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian. 2 Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Perlindungan Hukum Pasal 24 1 Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan 2 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Menteri B A B VI PENGHARGAAN Pasal 25 1 Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada Negara atau meninggal dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan . 2 Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat diberikan oleh Pemerintah danatau masyarakat. 3 Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau bentuk lain.

BAB VII IKATAN PROFESI