ANALISIS YURIDIS PP NO.33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

  

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PP NO.33 TAHUN 2005 TENTANG

TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

Oleh

  

Muhammad Abrar

  Privatisasi didefinsikan sebagai penyerahan kontrol efektif dari sebuah perseroan kepada manajer dan pemilik swasta. Tujuan dari privaitsasi suatu perusahaan adalah untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Selanjutnya dengan harapan privatisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar maka pemerintah menetapkan PP No.33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero). Rumusan masalah mengenai bagaimana pelaksanaan tata cara privatisasi persero pada PP No.33 Tahun 2005 dengan lingkup kajian mengenai pertimbangan-pertimbangan dari PP No. 33 Tahun 2005, syarat dan prosedur dari pelaksanaan PP No.33 Tahun 2005.

  Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif, dengan tipe penelitian adalah tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan normatifr analitis. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, dokumen dan internet. Setelah data dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif komprehensif dan lengkap dengan metode deduktif. Pertimbangan pelaksanaan tata cara privatisasi Persero pada PP No.33 Tahun 2005 berpijak pada ketentuan-ketentuan di dalam UU BUMN yaitu pada Pasal 83 UU BUMN (ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan privatisasi diatur dengan peraturan pemerintah). Syarat pelaksanaan privatisasi harus melihat pada kondisi pasar atau bursa efek yang kondusif dan kondisi internal perusahaan yang sehat sehingga pada hasil privatisasi mendapatkan hasil yang maksimal. Tata cara pelaksanaan privatisasi pada perusahaan diatur didalam Pasal 78 UU No.19 Tahun 2003 jo Pasal 5 PP No.33 Tahun 2005 dengan cara penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal, langsung pada investor, dan kepada menajemen atau karyawan yang bersangkutan, sedangkan prosedur pelaksanaan privatisasi diatur berdasarkan Kepmen BUMN No.Kep-35/M.BUMN/2001.

  Kata-kata Kunci: Privatisasi, Tata Cara, Syarat Privatisasi, Prosedur Privatisasi.

I. PENDAHULUAN A.

   Latar Belakang

  Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Salah satu dari ciri negara berkembang adalah pembangunan di segala bidang. Pengembangan dunia usaha merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan berhasilnya pembangunan suatu negara. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan hasil atau peran pelaku usaha termasuk BUMN. Diantaranya peran serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

  Sejalan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dari hasil-hasil yang dicapai, maka produktifitas dan efesiensi seluruh kekuatan ekonomi nasional perlu ditingkatkan lagi, sehingga peran dan sumbangannya dalam pembangunan dapat memberikan hasil yang optimal bagi penigkatan kesejahteraan masyarakat.

  Untuk mengoptimalkan peranannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus berdasarkan prinsip tata-kelola perusahaan yang baik

  

(good corporate govermence). Peningkatan efesiensi dan produktifitas BUMN

harus dilakukan melalui langkah-langkah restrukturisasi dan privatisasi.

  Restrukturisasi, dimaksudkan bagi perusahaan yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum. Privatisasi bukan semata-mata bermakna sebagai penjualan perusahaan, melainkan menjadi alat dan cara pembenahan BUMN untuk mencapai beberapa sasaran sekaligus, termasuk didalamnya adalah peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan, perbaikan struktur keuangan dan menajemen, penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif, pemberdayaan BUMN yang mampu bersaing dan beroientasi global, penyebaran kepemilikan oleh publik serta pengembangan pasar modal domestik.

  Privatisasi didefinsikan sebagai penyerahan kontrol efektif dari sebuah perseroan kepada manajer dan pemilik swasta dan biasanya terjadi apabila mayoritas saham perusahaan dialihkan kepemilikanya kepada swasta. Privatisasi mengandung makna sebagai berikut: (a) perubahan peranan Pemerintah dari peran sebagai pemilik dan pelaksana menjadi regulator dan promotor dari kebijakan, serta penetapan sasaran baik nasional maupun sektoral; (b) para manajer selanjutnya akan bertanggung jawab kepada pemilik baru, diharapkan pemilik baru akan mengejar pencapaian sasaran perusahaan dalam rangka regulasi perdagangan, persaingan, keselamatan kerja dan peraturan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah termasuk kewajiban pelayanan masyarakat; (c) pemilihan metode dan waktu privatisasi yang terbaik bagi Badan Usaha dan Negara mengacu kepada

  1 kondisi pasar dan kebijakan regulasi sektoral .

  Privatisasi adalah pengubahan status kepemilikan pabrik-pabrik, badan-badan usaha, dan perusahaan-perusahaan, dari kepemilikan negara menjadi kepemilikan 1 umum.

  Adapun Persero yang dapat diprivatisasi sekurang-kurangnya memenuhi kriteria, yaitu indusri/sektor usaha yang unsur teknologinya cepat berubah. Sedangkan Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah Persero yang bidang usahanya berdasarkan perundang-undangan hanya boleh dikelola oleh BUMN dan Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan Negara.

  Pengaturan privatisasi tersebut terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjunya disebut dengan UU BUMN), peraturan lebih lanjut diatur dalam Kepmen BUMN No. 35/BUMN/2001 tentang prosedur privatisasi BUMN. Sebelum berlakunya UU BUMN, privatisasi telah dilakukan dikarenakan kondisi BUMN yang banyak merugi dan defisit APBN akibat krisis moneter. Menurut data kementerian BUMN Persero yang telah diprivatisasi dari tahun 1991 hingga 2005 diantaranya, yaitu : PT Telkom Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT PGN Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT BRI Tbk, PT Semen Gresik Tbk, PT Pelindo I, PT Pelindo III, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Indocement TP Tbk. Belum adanya pengaturan yang khusus tentang tata cara privatisasi dalam kurun waktu 1991 hingga tahun 2005 dan sebagai amanat Pasal 83 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero).

  Penetapan PP No.33 Tahun 2005, bukan berarti Persero yang sudah diprivatiasasi sebelum peraturan pemerintah ini menjadi batal karena pada dasarnya peraturan pemerintah ini berfungsi sebagai penegas peraturan pemerintah sebelumnya yang bagaimana penerapan privatisasi berdasarkan PP No.33 Tahun 2005. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah dengan berlakunya peraturan ini privatisasi akan menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan membahas tentang analisis PP No.33 Tahun 2005 apakah dengan adanya peraturan ini pelaksanaan privatisasi akan lebih bagus di bandingkan dengan UU BUMN dan menjadi solusi yang terbaik untuk peraturan mengenai privatisasi di Indonesia akan memperoleh hasil yang baik, dengan mengangkat judul

  “ Analisis Yuridis

PP No. 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan

(Persero) ”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1.

  Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimanakah pelaksanaan tata cara privatisasi persero pada PP No.33 Tahun 2005.

2. Ruang Lingkup

  Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup bidang ilmu yang termasuk kedalam ruang lingkup hukum perdata ekonomi khususnya hukum perusahaan, sedangkan lingkup kajiannya adalah mengenai pertimbangan hukum dari penetapan PP No. 33 Tahun 2005, syarat dan prosedur pelaksanaan privatisasi pada PP No.33 Tahun 2005.

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pokok bahasan di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mendeskripsikan secara jelas, rinci dan sistematis mengenai pertimbangan hukum, syarat dan prosedur serta akibat hukum dari PP No. 33 Tahun 2005, Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseoan (Persero).

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini mencakup 2 aspek yaitu aspek teoritis dan aspek praktis:

  1. Aspek Teorotis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan hukum keperdataan khususnya untuk memahami hal-hal yang berkaitan tentang privatisasi serta permasalahan yang berkaitan dengan privatisasi.

  2. Aspek Praktis a.

  Sebagai bahan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan hukum khususnya hukum perusahaan dalam bidang prvatisasi perusahaan perseroan (persero).

b. Sebagai sumber informasi dan bacaan bagi pihak yang ingin memahami

  tentang pertimbangan hukum, syarat dan prosedur pelaksanaan privatisasi pada PP No. 33 Tahun 2005.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.

   Kesimpulan Privatisasi pada persero dilakukan untuk memperbaiki kinerja dari perusahaan.

  Pelaksanaan tata cara privatisasi pada PP No.33 Tahun 2005 dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan bagi negara maupun perusahaan yang akan diprivatisasi, apabila dalam pelaksanaannya memenuhi beberapa hal, hal ini dapat dilihat pada: 1.

  Pertimbangan hukum Pemerintah pada penetapan PP No.33 Tahun 2005 berpijak pada ketentuan-ketentuan di dalam UU BUMN yaitu pada Pasal 83 UU BUMN (ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan privatisasi diatur dengan peraturan pemerintah).

  2. Syarat privatisasi Persero harus melihat pada kondisi pasar atau bursa efek yang kondusif dan kondisi internal perusahaan yang sehat sehingga pada hasil privatisasi mendapatkan hasil yang maksimal. Tata cara pelaksanaan privatisasi pada perusahaan diatur didalam Pasal 78 UU No.19 Tahun 2003 jo Pasal 5 PP No.33 Tahun 2005 dengan cara penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal, langsung pada investor, dan kepada menajemen atau karyawan yang bersangkutan, sedangkan prosedur pelaksanaan privatisasi diatur berdasarkan Kepmen BUMN No.Kep-35/M.BUMN/2001.

B. Saran

  Berlandaskan pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran kepada Pemerintah terutama kementrian Negara BUMN selaku pelaksana privatisasi adalah sebagai berikut: 1.

  Berdasarkan syarat pelaksanaan privatisasi persero Pemerintah hendaknya melakukan privatisasi perusahaan pada kondisi pasar yang sehat agar pada hasilnya nanti mendapatkan hasil yang terbaik.