HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN POWER TUNGKAI DENGAN JARAK LUNCUR SATU KAYUHAN RENANG GAYA DADA

(1)

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN POWER TUNGKAI DENGAN JARAK LUNCUR SATU KAYUHAN RENANG

GAYA DADA PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA ISLAM NURUL FIKRI BOARDING

SCHOOL SERANG BANTEN TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh

MUHAMMAD RANGGANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

i ABSTRAK

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN POWER TUNGKAI

DENGAN JARAK LUNCUR SATU KAYUHAN RENANG GAYA DADA

Oleh

MUHAMMAD RANGGANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot serta power lengan dan tungkai dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang tahun ajaran 2012/2013 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, peneliatian deskriptif korelasional adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau hubungan antara variabel bebas yaitu X1 (kekuatan otot lengan), X2 (kekuatan otot tungkai), X3 (power lengan), dan X4 (power tungkai) dengan variabel terikat Y (jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada). Subjek penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang sebanyak 44 orang. Pengambilan data dilakukan dengan tes berupa tes kekuatan otot lengan dengan push and pull dynamometer, tes kekuatan otot tungkai dengan leg dynamometer, pwer lengan dengan medicine ball test, dan power tungkai dengan vertical jump. Serta pengukuran jarak renang satu kayuhan gaya dada.

Hasil penelitian menunjukan: 1) ada hubungan antara kekuatan otot lengan sebesar 0,5486 dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada, 2) ada hubungan antara kekuatan otot tungkai sebesar 0,5279 dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada, 3) ada hubungan antara power lengan sebesar 0,0902 dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada, 4) ada hubungan antara power tungkai sebesar 0,7087 dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa purta kelas XI SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang,

Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa keempat variabel bebas yaitu kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, power lengan, dan power tungkai memiliki hubungan dengan varibel terikat jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa siswa purta kelas XI SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang.


(3)

(4)

(5)

(6)

xi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Olahraga Renang ... 8

B. Prinsip – prinsip Olahraga Renang ... 10

C. Kekuatan Otot Lengan ... 22

D. Kekuatan Otot Tungkai ... 23

E. Power Lengan ... 24

F. Power Tungkai ... 25

G. Kerangka Pikir... 25

H. Hipotesis ... 28

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Variable Penelitian ... 32

D. Teknik Pengambilan Data ... 33

E. Instrument Penelitian ... 34

F. Teknik Analisi Data ... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

B. Uji Hipotesis ... 47


(7)

xii

Halaman V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 59 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ...


(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Olahraga Renang

Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan kepada anak-anak sejak berumur tingkat Taman Kanak-kanak termasuk didalamnya Play Group sampai dengan tingkat mahasiswa. Ada yang lebih ekstrim lagi, yaitu mulai diajarkan kepada bayi berumur beberapa bulan tetapi banyak pula yang baru belajar renang setelah berumur tua.

Renang juga mempunyai sejarah yang selaras dengan sejarah kehidupan manusia, dan sejarah renang ini perlu diketahui oleh para olahragawan renang pada umumnya. Pada negara-negara kuno renang digunakan untuk melatih dan mempersiapkan para pemudanya dalam rangka pertahanan negara. Demikian pula setelah lahirnya sekolah-sekolah pada jaman kuno di negara-negara Mesir, China, Yunani,Roma dan banyak negara lain. Renang selalu masuk dalam acara pelajaran sekolah. Oleh karena itu sejak zaman dahulu renang telah dikenal dan terus berkembang sampai saat ini. Yaitu dengan adanya kejuaraan – kejuaran renang baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. (Susanto Ermawan dan Sismadiyanto. 2008:3)


(9)

Renang pada jaman dahulu dilakukan orang untuk menyelamatkan diri, misalnya dari ancaman kebakaran hutan, melarikan diri dari kejaran musuh atau menyejukkan badan dari sengatan matahari. (Thomas, 2000:1). Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa sejak semula selalu ada kedekatan manusia dengan air, misalnya anak-anak selalu ingin bermain dalam genangan air. Renang memberikan kesenangan, relaksasi, tantangan, persaingan, dan kemampuan untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat di dalam air. (Thomas, 2000:1). Dalam berlatih renang pada tahap pertama mengikuti hukum-hukum alam pengapungan dan pergerakan tubuh. Renang tidak menentukan suatu pola tangan atau kaki yang harus dilakukan asal dapat mengapung dan bergerak kemana saja. Pada tahap berikutnya para perenang baru melakukan kombinasi gerakan-gerakan dan

mengelompokkan kombinasi-kombinasi tersebut dalam gaya-gaya renang. Tahap selanjutnya kombinasi gerakan disusun secara sistematis dan jadilah gaya renang seperti yang sekarang banyak dilihat.

Dalam arena perlombaan baik tingkat regional,nasional, maupun internasional ada empat gaya yang selalu dipertandingkan, gaya-gaya tersebut adalah Gaya bebas atau The Crawl Stroke, Gaya Punggung atau The Back Crawl Stroke, Gaya Dada The Breast stroke dan Gaya Kupu-kupu atau The Dolphin ButterflyStroke. (Kasiyo Dwijowinoto , 1980:15).

Sedangkan menurut FINA Swimming Rules 2009-2013.

FINA.org.(2009:34) nomor-nomor renang yang diperlombakan adalah sebagai berikut:


(10)

Tabel 1: Nomor – nomor renang yang diperlombakan

No Gaya Putra Putri

1 Gaya bebas (free-style/crawl) 100 meter 200 meter 400 meter 1500 meter 100 meter 200 meter 400 meter 800 meter 2 3 4 5 6

Gaya dada (brest-stroke)

Gaya punggung (back-stroke)

Gaya kupu-kupu (buterrfly-stroke)

Gaya ganti perseorangan

Gaya ganti estafet

100 meter 200 meter 100 meter 200 meter 100 meter 200 meter 200 meter 400 meter

4 x 100 meter 4 x 200 meter

100 meter 200 meter 100 meter 200 meter 100 meter 200 meter 200 meter 400 meter

4 x 100 meter

B. Prinsip-prinsip Olahraga Renang

Renang adalah suatu jenis olahraga yang dilakukan di air, olahraga ini dapat dilakukan mulai dari anak kecil sampai dengan orang tua. Olahraga ini


(11)

sangat berguna sebagai alat pendidikan, sebagai rekreasi yang sehat, menanamkan keberanian, percaya diri dan sebagai terapi yang kadang-kadang dianjurkan oleh dokter (Soekarno 1985:1).

Sekarang cabang olahraga renang digunakan sebagai sarana untuk mengukir prestasi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya klub-klub renang dimana-mana, dan banyaknya lomba-lomba renang yang diadakan dari tingkat daerah sampai dengan tingkat internasional. Untuk renang prestasi harus mengetahui prinsip-prinsip renang untuk menunjang prestasi yang diinginkan. Ada beberapa prinsip renang yang harus diketahui oleh para pelatih renang maupun atletnya, dan juga para guru olahraga, yaitu: 1. Prinsip Hambatan dan Dorongan

Setiap saat kecepatan maju seorang perenang adalah hasil dari dua kekuatan. Satu kekuatan cenderung untuk menahannya, ini disebut tahanan atau hambatan yang disebabkan oleh air yang harus didesaknya atau yang harus dibawanya, serta yang kedua kekuatan yang

mendorongnya maju disebut dorongan yang ditimbulkan oleh gerakan lengan dan tungkai (Counsilman, 1982:12).

Usaha yang bisa dilakukan oleh perenang untuk memperoleh kecepatan renang yang tinggi adalah membuat letak badan perenang di air supaya streamline dan tidak menimbulkan banyak tahanan, baik depan maupun belakang (Soekarno, 1985:30).


(12)

Hukum Newton yang Ketiga mengatakan bahwa setiap aksi

mengakibatkan reaksi yang sama dan berlawanan arah. Jika perenang mendorong lengannya ke belakang dengan kekuatan 25 kg dan

mendorongkakinya ke belakang dengan kekuatan 5 kg, maka kekuatan resultant sebesar 30 kg digunakan untuk mendorongnya maju.

(Soekarno, 1985:9).

Newton menunjukkan bahwa reaksi yang ditimbulkan besarnya sama persis dengan aksi dan arahnya 1800 terhadapnya. Jika perenang menekan air ke bawah maka reaksinya akan mendorongnya ke atas. Begitupula jika perenang mendorong air ke belakang, maka reaksinya berupa dorongan ke depan (Counsilman, 1982:113).

3. Prinsip Pemindahan Momentum

Prinsip pemindahan momentum sering digunakan dalam renang, gerakan lengan saat melakukan start dan gerakan lengan saat pemulihan atau recovery pada gaya bebas, gaya kupu-kupu, dan gaya punggung, serta gaya dada merupakan penerapan prinsip pemindahan momentum dalam renang. Pada saat start momentum yang ditimbulkan oleh lengan selama mengayun dipindahkan ke seluruh tubuh dan membantu perenang meloncat lebih jauh (Soekarno 1985:10).

4. Prinsip Daya Apung

Asas Archimides menyatakan bahwa sebuah benda padat yang

dimasukkan ke dalam zat cair akan diapungkan ke atas oleh gaya yang besarnya sama dengan zat cair yang dipindahkan. Jadi, gaya apung


(13)

seseorang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh badan yang mengapung (Soekarno, 1985:18).

Untuk dapat mengapung orang harus mempertimbangkan dua gaya, gaya ke bawah dari berat badan dan gaya apung ke atas dari air. Jika kedua gaya yang bekerja pada badan resultannya sama dengan nol, gaya itu dalam keadaan seimbang dan badan dapat mengapung tanpa gerakan. Perenang yang ringan mempunyai daya apung yang lebih tinggi dan menimbulkan hambatan lebih sedikit daripada perenang yang lebih berat. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya apung dan posisi perenang antara lain bentuk tubuh, ukuran tulang, perkembangan otot, berat badan,

jumlah relative jaringan lemak, kapasitas paru dan sebagainya. (Soekarno, 1985:13).

5. Renang Gaya Dada

Renang gaya dada adalah gaya yang pertama-tama dipelajari oleh

kebanyakan orang pada waktu mereka mulai belajar berenang. Gaya dada sering dikatakan juga gaya katak, hal ini disebabkan karena ada

kesamaan pada gerakan tungkainya. Gerakan tungkai renang gaya dada adalah membentangkan tungkai kebelakang sama dengan gerakan kaki katak pada saat berenang, yang membedakannya adalah pada kaki katak yang digunakan untuk mendorong air kebelakang hanya menggunakan telapak kaki sedangkan pada renang gaya dada selain telapak kaki juga kaki bagian atas.


(14)

5.1. Teknik Renang Gaya Dada

Teknik gaya dada seperti gaya renang yang lain terdiri dari beberapa gerakan, yaitu: start, posisi badan, gerakan lengan (sapuan luar dan catch,sapuan dalam dan recovery), gerakan tungkai, pengambilan napas, dan koordinasi antara gerakan lengan, gerakan tungkai, dan gerakan pengambilan napas (Tri Tunggal, 2005:14).

5.2. Start Renang Gaya Dada

Start adalah salah satu kecakapan yang paling mudah untuk diajarkan. Start gaya dada hampir sama dengan start gaya crawl maupun gaya kupu-kupu, yang membedakannya adalah sudut masuknya ke air. Sudut masuk ke air pada gaya dada sekitar 20°, sedangkan pada gayacrawl atau gaya kupu-kupu sekitar 15°. Tiga kualitas yang diperlukan untuk menjadi starter yang baik ialah waktu reaksi yang baik, kekuatan otot tungkai, dan mekanika yang baik.

Waktu reaksi yang baik ialah salah satu dari kualitas yang merupakan bawaan. Seorang perenang dapat belajar untuk

meninggalkan tempat lebih cepat untuk mengambil posisi start yang betul dan melakukan koreksi.

Kekuatan ialah kemampuan otot untuk menciptakan

tegangan.Sedangkan power yaitu kecepatan dari koreksi otot. Seorang dengan power eksplosif yang baik dan mekanik yang jelek sering kali dalam start dapat mengalahkan orang dengan kombinasi


(15)

yang sebaliknya tetapi jangan salah tafsir kalau waktu reaksi dan power yang baik , sudah cukup tanpa mengajar mekanik yang baik. Ia mungkin akan dapat start lebih baik lagi jika mempunyai kualitas yang baik dari ketiganya.

5.3. Posisi Tubuh Renang Gaya Dada.

Tubuh sejajar dengan permukaan air dengan pinggang dekat dipermukaan air dan tungkai di bawah permukaan air, wajah atau kepala selalu di bawah permukaan air selama kayuhan lengan dan diangkat ke atas permukaan air selama pengambilan napas. Badan lebih rendah dari kepala dan tungkai lebih rendah dari badan saat tungkai melakukan recovery (TriTunggal, 2005:16).

Gambar 1. Posisi badan renang gaya dada 5.4. Gerakan Lengan Renang Gaya Dada

Gerakan lengan gaya dada terdiri dari menarik (pull) dan

memulihkan (recovery). Tarikan lengan pada gaya dada dimulai dengan awal tarikan yang dalamnya sekitar enam inchi di bawah permukaan air. Jika perenang memulai tarikannya pada permukaan,


(16)

ada kecenderungan untuk naik terlalu tingi dan tenaga akan

dihamburkan dalam gerakan naik turun. Jadi gerakan lengan dalam renang gaya dada sedikit menambah daya dorong maju, karena pada gerakan lengan digunakan untuk gerakan naik turun dalam

pengambilan napas atau memecah permukaan air. Menurut Tri Tunggal (2005:17) gerakan lengan gaya dada terdiri dari tiga bagian, yaitu : gerakan lengan sapuan luar, gerakan lengan sapuan dalam, dan pemulihan (recovery). Berikut gambar dari ketiga gerakan lengan tersebut: 1-2 gerakan sapuan luar, 2-3 gerakansapuan dalam, dan 3-4 gerakan recovery.

Gambar 2. Gerakan lengan gaya dada

Gerakan lengan sapuan luar adalah untuk menempatkan tangan pada posisi untuk melakukan sapuan dalam yang efektif. Tangan mulai bergerak ke arah luar-dalam sampai melewati garis bahu. Tangan harus tetap melebar selama sapuan luar sampai mencapai kedalaman


(17)

50-80 cm, tangan digerakan ke luar hampir membentuk sudut 30°-40° relatif terhadap arah luar dari gerakan tangan.

Gambar 3. Sapuan luar

Gerakan lengan sapuan dalam merupakan sapuan yang menghasilkan daya dorong terbesar pada gaya dada. Gerakan ini dimulai ketika tangan mendekati titik terdalam pada gerakan catch. Sapuan tangan harus berubah dari arah luar-bawah ke arah dalam-atas dengan sudut serangan 30°, kecepatan sapuan dalam harus ditambah menjadi 5-6m/detik, sapuan dalam berakhir saat tangan mulai bergerak ke atas

– depan untuk gerakan recovery.

Recovery dimulai saat tangan hampir bersamaan sampai di bawah dagu, dan lengan digerakan ke depan-atas secara bersama-sama dan simetris, dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu tangan diatas

permukaan air, tepat digaris permukaan air, atau dibawah permukaan air


(18)

.

Gambar 4. Awal sapuan dalam 5.5. Gerakan Tungkai Renang Gaya Dada

Ada dua teori mengenai gerakan tungkai gaya dada, yaitu teori wedge action (baji) dan teori whip action (cambuk). Kedua teori ini mengemukakan suatu pendapat yang berbeda, yaitu sumber kekuatan saat melakukan gerakan menendang. Pada teori wedge action sumber kekuatan berasal dari menekan air diantara kedua tungkai pada saat melakukan pelurusan. Sedangkan teori whip action sumber kekuatan diperoleh dari mendesak air ke belakang dengan telapak kaki.Pada tahun 1947, Counsilman melakukan eksperimen terhadap kedua gerakan kaki itu dan menyimpulkan bahwa tenaga dorongan berasal dari menekan air ke belakang dengan tungkai bagian bawah dan ujung kaki. Jadi gerakan cambuk lebih menguntungkan

dibandingkan dengan gerakan baji dilihat dari segi kecepatan, tenaga dorongan, efisiensi gerakan, dan tempo gerakan (Soekarno, 1985:48)


(19)

Gambar 5. Gerakan tungkai gaya dada

Berikut penjelasan teknik gerakan tungkai yang berdasarkan teori whip action. Gerakan tungkai gaya dada dibagi menjadi dua yaitu: tendangan luar dan tendangan dalam.

Gerakan tendangan luar dimulai ketika tungkai mendekati pemulihan, pinggang dan lutut dilengkungkan dan tumit harus didekatkan pantat. Ketika tumit mendekati pantat maka putarlah kaki ke arah luar-belakang dengan telapak kaki menghadap belakang-atas-luar. Hempasan yang benar didapatoleh putaran ke arah dalam pada pinggul. Jari kaki merupakan bagian ujungdari bilah


(20)

Gambar 6. Tendangan luar dan awal tendangan dalam Ketika mendekati pelebaran, kaki mulai menyapu ke arah bawah, kaki harus dihemapaskan ke luar dan ke bawah hingga air terhempas kebelakang. Perenang harus menekan ke bawah dari pada ke

belakang, hal ini akan meningkatkan kekuatan pendorong selama sapuan dalam. Ketika kaki hampir pada pelebaran yang maksimal, secara perlahan berubahan arah dari arah bawah ke arah dalam sehingga kedua kaki menyatu bersama dan serentak. Kaki harus dihempaskan ke arah dalam sekuat mungkin sehingga air menyibak ke belakang dari batas kaki bagian luar kedalam (Susanto Ermawan dan Sismadiyanto. 2008:42).

5.6. Gerakan Pengambilan Napas Renang Gaya Dada.

Pengambilan napas pada gaya dada dilakukan dengan cara

mengangkat kepala ke atas permukaan air. Kepala mulai ditarik ke atas ketika lengan melakukan gerakan awal sapuan luar dan


(21)

mencapai titik tertinggi ketika lengan melakukan akhir sapuan dalam. Kepala kembali dimasukan ke dalam air pada saat lengan melakukanrecovery (TriTunggal, 2005:25).

Gambar 7. Pengambilan napas

5.7.Gerakan Koordinasi Renang Gaya Dada.

Gerakan koordinasi adalah perpaduan antara gerakan lengan,gerakan tungkai dan pengambilan napas. Untuk melaju kedepan dimulai dari gerakan kaki kemudian dilanjutkan dengan gerakan lengan yang bersamaan dengan gerakan pengambilan napas. Jadi untuk gerakan koordinasi renang gaya dada adalah satu gerakan tungkai, satu gerakan lengan dan satu gerakan pengambilan napas.


(22)

Gambar 8. Gerakan koordinasi renang gaya dada C. Kekuatan Otot Lengan

Kekuatan atau strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Harsono, 1988). Sedangkan menurut M, Sajoto (1995:8) dan pendapat lain mengatakan Kekuatan adalah suatu kualitas peregangan yang ditimbulkan dalam keadaan kontraksi maksimal yang ditentukan oleh volume otot dan kontrol saraf otot-otot yang bekerja ( Tri Tunggal, 2004 : 6). Kekuatan otot adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam penggunaan otot untuk penerimaan beban sewaktu bekerja. Jadi kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot lengan untuk menerima beban sewaktu bekerja.

Kekuatan otot lengan berpengaruh pada renang gaya dada terutama untuk laju tubuh dan saat pengambilan napas.


(23)

D. Kekuatan Otot Tungkai

Menurut Harsono dalam bukunya Coaching dan Aspek Psikologi dalam Coaching, kekuatan adalah energi untuk melawan suatu tahanan atau kemampuan untuk membangkitkan tegangan (tension) terhadap suatu tahanan (resistance).

Sedangkan menurut Sugiyanto (1993:26), kekuatan otot adalah unsur kemampuan fisik yang menjadikan seseorang mampu menahan beban atau tahanan dengan menggunakan kontraksi otot. Kekuatan otot ditentukan oleh besarnya penampang otot serta kualitas kontrol pada otot yang

bersangkutan.

Kekuatan otot tungkai yang dimaksud disini adalah kemampuan otot untuk menerima beban dalam waktu tertentu dimana kemampuan itu dihasilkan oleh kontraksi otot yang terdapat pada tungkai dan kontraksi ini timbul untuk melakukan gerakan atau tahanan pada saat melakukan dorongan pada renang gaya dada.

Kekuatan (strengh) disebut jiga sebagai komponen kondisi fisik seseoarang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8), kekuatan otot tungkai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan renang gaya dada. Kekuatan tetap merupakan dasar atau basis dari daya ledak otot dan daya tahan otot. Jadi kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.


(24)

Sedangkan menurut(soejoko H, 1992:15) Kekuatan ialah kemampuan maksimum otot yang diaplikasikan untuk menahan beban, dan kekuatan sebenarnya merupakan komponen fisik yang paling dasar, terbebas terbebas dari power dan daya tahan otot, yauiti tergantung dari tingkat kekuatan otot masing- masing perenang.

E. Power Lengan

Menurut Mochamad Sajoto (1988: 55) Daya ledak (Power) otot adalah kekuatan explosive, power dari otot tergantung pada dua faktor yang saling berkaitan, yaitu antara kekuatan otot berkontraksi dan kecepatan. Ahli lain berpendapat Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kekuatan, kecepatan sama dengan power karena power merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan (Bompa, 1994 : 269). Pendapat di atas didukung oleh KONI Pusat bahwa “Daya ledak otot (power) ialah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara eksplosif”. Sedangkan menurut Sukadi, yanto (2002: 96) power adalah hasil kali kekuatan dengan kecepatan. Wujud gerak dari power adalah eksplosif.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa power lengan adalah kemampuan lengan untuk melalukan gerakan secara eksplosif dengan menggabungkan kekuatan dan kecepatan. Power lengan sangat besar perananya dalam melakukan kayuhan saat kaki dalam posisi recovery dalam renang gaya dada.


(25)

F. Power Tungkai

Menurut Mochamad Sajoto (1988: 55) Daya ledak (Power) otot adalah kekuatan explosive, power dari otot tergantung pada dua faktor yang saling berkaitan, yaitu antara kekuatan otot berkontraksi dan kecepatan. Ahli lain berpendapat Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kekuatan, kecepatan sama dengan power karena power merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan (Bompa, 1994 : 269). Pendapat di atas didukung oleh KONI Pusat bahwa “Daya ledak otot (power) ialah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara eksplosif”. Sedangkan menurut Sukadi, yanto (2002: 96) power adalah hasil kali kekuatan dengan kecepatan. Wujud gerak dari power adalah eksplosif.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa power tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk menggerakkan, meledakkan tenaga secara maksimal dalam waktu yang sesingkat singkatnya

G. Kerangka Berfikir

1. Analisis Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

Harsono (1988:177) menyatakan sebenarnya kekuatan, streng, power dan daya tahan otot atau endurance otot, mempunyai hubungan dengan faktor dominannya, yaitu kekuatan. Karena itu kekuatan otot lengan mempengaruhi laju badan saat renang. Pada saat melakukan ayunan kesamping, kekuatan otot lengan sangat diperlukan untuk memberikan


(26)

dorongan terhadap air. Apabila kekuatan otot lengannya besar maka dorongan yang diberikan akan semakin besar pula, sehingga gaya yang diberikan oleh air untuk ditekan kebelang menjadi bertambah, dengan kekuatan yang besar secara otomatis daya dorong kedepanya akan semakin besar.

Hal ini berhubungan dengan hukum Newton 3 yaitu hukum aksireaksi, bahwa semakin besar perkenaan gaya kesuatu benda maka benda tersebut akan memberikan gaya yang sama besar. Jadi kesimpulanya adalah dengan teknik renang yang sudah baik dan didukung oleh kekuatan otot lengan yang besar maka akan menambah daya dorong maju yang lebih cepat.

2. Analisis Hubungan Kekuatan Otot Tungkai Dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

Kekuatan (strengh) disebut juga sebagai komponen kondisi fisik seseoarang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8), kekuatan otot tungkai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan renang gaya dada, kemampuan fisik khususnya kekuatan otot tungkai juga merupakan sumber daya dorong maju utama dalam olahraga renang, dalam menunjang besarnya dorongan yang dapat diberikan pada renang gaya dada. Sama halnya dengan gerakan lengan, gerakan menendang pada renang gaya dada membutuhkan kekuatan untuk menghasilkan daya dorong maju. Semakin besar kekuatan yang dihasilkan oleh kekuatan otot tungkai maka semakin besar pula gaya aksi reaksi yang diberikan


(27)

kepada air, maka secara otomatis akan semakin jauh pula jarak yang dihasilkan dalam satu kayuhan. Jadi hubungan kekuatan otot tungkai dengan renang gaya dada berbanding lurus, karena semakin besar kekuatan yang dihasilkan maka semakin besar jarak yang dihasilkan dalam satu kayuhan pada renang gaya dada.

3. Analisis Hubungan Power Lengan Dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

Power lengan sangat berhubungan dengan laju badan saat renang, menurut Sukadi, yanto (2002: 96) power adalah hasil kali kekuatan dengan kecepatan. Wujud gerak dari power adalah eksplosif. Pada saat melakukan ayunan lengan, power otot lengan sangat berperan dalam memberikan dorongan terhadap air. Power yang dihasilkan dari kekuatan otot lengan ditambah kecepatan saat melakukan kayuhan akan sangat memberikan dorongan yang besar dalam renang gaya dada dan menghasilkan jarak yang besar pula dalam sekali kayuhan lengan, ini disebabkan oleh gaya yang diberikan terhadap air akan lebih besar dari sekedar kekuatan otot lengan saja. Hal ini juga berhubungan dengan hukum Newton 3 yaitu hukum aksi reaksi, bahwa semakin besar perkenaan gaya ke suatu benda maka benda tersebut akan memberikan gaya yang sama besar. Jadi kesimpulanya adalah dengan teknik renang yang sudah baik dan didukung oleh power lengan yang besar maka akan menambah daya dorong maju yang lebih cepat.

4. Analisis Hubungan Power Tungkai Dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.


(28)

Power tungkai merupakan sumber daya dorong maju utama dalam olahraga renang, Mochamad Sajoto (1988: 55) berpendapat Daya ledak (Power) otot adalah kekuatan explosive, power dari otot tergantung pada dua faktor yang saling berkaitan, yaitu antara kekuatan otot berkontraksi dan kecepatan. Ahli lain berpendapat Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu yang sesingkat mungkin. Sama halnya dengan gerakan lengan, gerakan menendang pada renang gaya dada membutuhkan power untuk menghasilkan daya dorong maju. Semakin besar dorongan yang dihasilkan oleh power tungkai maka semakin besar pula gaya aksi reaksi yang diberikan kepada air, maka secara otomatis akan semakin jauh pula jarak yang dihasilkan dalam satu kayuhan. Jadi hubungan power otot tungkai dengan renang gaya dada berbanding lurus, karena semakin besar power yang dihasilkan maka semakin besar dorongan terhadap air dan semakin besar pula jarak yang dihasilkan dalam satu kayuhan pada renang gaya dada.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan gabungan dari kata”hipo” yang artinya dibawah, dan

tesis” yang artinya kebenaran. Secara keseluruhan hipotesis berarti dibawah kebenaran (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti. (Suharsimi Arikunto, 2000 :57). Dari defenisi tersebut dapatlah dikatakan bahwa hipotesis terdiri dari sesuatu yang ditolak atau sesuatu yang diterima. Menurut hasil penelitian dalam penulisan hipotesis haruslah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan bukan dalam bentuk kalimat pertanyaan.


(29)

1. Berdasarkan rumusan masalah tentang hubungan kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, power lengan, dan power tungkai dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang. Maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :

Ha1: Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang.

Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antarakekuatan otot tungkai dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang.

Ha3: Ada hubungan yang signifikan antarapower lengan dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang.

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara power lengan dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang.


(30)

Ha4: Ada hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa kelas XI Putra SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang


(31)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan cara agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien sehingga suatu penelitian dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Adapun yang dimaksud dari desain

penelitian adalah jenis penelitian tertentu yang terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Arikunto, 2000:110). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (2000:313) penelitian deskriptif korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Peneliti menduga bahwa unsur kekuatan serta power otot lengan dan tungkai memiliki hubungan yang berarti dengan jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada.


(32)

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Menurut (Arikunto, 2000:173).

”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian adalah siswa putra kelas XI SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang yang berjumlah 44 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sehingga sampel dianggap reperensitatif (Sutanto, 2001:70). Berdasarkan pemikiran diatas maka metode

penetapan sampel yang digunakan adalah metode kreteria dan syarat jika jumlah populasi kurang dari 100 maka dapat diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel dan jika lebih dari 100 maka dapat ditentukan 10-15% atau 20- 25% dari total populasi yang ada dalam penelitian ini (Arikunto 2000:174). Berdasarkan metode tersebut sampel yang diambil adalah keseluruhan jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 44 siswa. C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2000:161). Sedangkan menurut (Ibnu 1996:56) variabel penelitian dapat diartikan sebagai objek pengamatan yang


(33)

menjadi titik perbedaan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini ditetapkan dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat (Hadari Nawawi dan Mimi Martini 1996:50). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kekuatan otot lengan(X1), kekuatan otot tungkai(X2), power lengan (X3), dan power tungkai (X4) siswa putra kelas XI SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang.

2. Variabel terikat

Menurut (Hadari dan Mimi 1996:51), yang dimaksud dengan variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula sejumlah aspek atau unsur yang didalamnya yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi variabel lain yang disebut variabel bebas.

Yang menjadi variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada pada siswa putra kelas XI SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang.

D. Teknik Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey tes dengan teknik korelasi, Pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes dan


(34)

pengukuran melalui metode survey, yaitu peneliti mengamati secara

langsung pelaksanaan tes dan pengukuran di lapangan. Tes dan pengukuran yang dilakukan meliputi: pengukuran kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, power lengan, power tungkai, dan pengukuran jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto2000:151).

a. Instrumen tes kekuatan otot lengan

Tes untuk mengukur kekuatan otot lengan menggunakan push and pull dynamometer. Satuan dalam instrumen push and pull dynamometer ini adalah kilogram (Depdiknas, 2000). Memiliki indeks validitas sebesar 0.63 dan reliabilitas 0,63.

Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam mendorong dan menarik.

Alat : Push and pull dynamometer. Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor

Pelaksanaan : Tester berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu dan pandangan lurus ke depan. Tangan memegang push and pull dynamometer dengan kedua tangan di depan dada.


(35)

Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Dorong alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat mendorong, alat tidak boleh menempel pada dada, sedangkan tangan dan siku tetap sejajar bahu. Kemudian dilanjutkan dengan menarik alat. Tes dilakukan sebanyak dua kali.

Penilaian : Skor kekuatan dorong dan tarik terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg, dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.

Hasil :Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, hasil yang terbaik digunakan sebagai data penelitian.

Gambar 9. Alat kekuatan otot lengan Push and Pull Dynamometer b. Instrumen tes kekuatan otot tungkai

Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot tungkai Alat : leg dynamometer.

Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor

Pelaksanaan :Siswa dikumpulkan dan diberi penjelasan akan diambil datanya untuk pengukuran kekuatan otot tungkai dengan


(36)

leg dynamometer. Sebelum melakukan tes siswa diberi contoh cara penggunaanya. Kemudian siswa berdiri pada leg dynamometer dengan lutut ditekuk membentuk sudut 130 – 140 derajat, tubuh tegak lurus dan pandangan ke depan. Panjang rantai dynamometer diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan posisi berdiri. Tongkat pegangan di genggam dengan posisi tangan menghadap ke belakang. Tarik tongkat pegangan sekuat mungkin dan meluruskan sendi lutut perlahan-lahan. Lalu baca penunjukan jarum pada skala saat maksimum tercapai. Tes dilakukan dua kali dan diambil yang terbaik.

Penilaian : Besarnya kekuatan otot tungkai, yang dapat dilihat pada alat tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh jarum alat tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai tersebut, yang diukur dalam kg.

Hasil :Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, hasil yang terbaik digunakan sebagai data penelitian.


(37)

c. Instrumen tes power lengan

Tujuan : Untuk mengukur power lengan Alat : Bola medicine

Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor

Pelaksanaan :Siswa dikumpulkan dan diberi penjelasan akan diambil datanya untuk pengukuran power lengan dengan bola medicine. Sebelum melakukan tes siswa diberi contoh cara penggunaanya. Kemudian siswa duduk di bangku depan punggung lurus, siswa memegang bola medicine dengan dua tangan, di depan dada dan dibawah dagu, siswa mendorong bola kedepan sejauh mungkin, punggung tetap menempel disandaran bangku. siswa melakukan sebanyak 2 kali, sebelumnya diberi kesempatan untuk mencoba terlebih dahulu

Penilaian : Jarak diukur dari tempat jatuhnya bola hingga ujung bangku, nilai yang diperoleh adalah jarak terjauh yang bisa dicapai dicatat dalam cm

Hasil :Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, hasil yang terbaik digunakan sebagai data penelitian.

d. Instrumen tes power tungkai


(38)

Alat : meteran

Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor

Pelaksanaan :Siswa dikumpulkan dan diberi penjelasan akan diambil datanya untuk pengukuran power tungkai Papan skala ( The Lewis Nomogram ) digantung pada dinding dengan

ketinggian 1,5 meter dari lantai. untuk tinggi papan bisa dibuat hingga ketinggian kurang lebih 3 - 3,5 meter. dengan nilai paling kecil pada skala hitung adalah 150cm.

kemudian siswa berdiri di samping papan skala menghadap ke samping, tangan yang telah diberi serbuk kapur dipakai untuk meraih papan skala, diangkat setinggi-tingginya dan ditempelkan pada papan, dengan posisi kaki jinjit dan bekas tertinggi (ujung jari tangan) dicatat. Selanjutnya siswa mengambil sikap siap meloncat, dengan tumpuan kaki jinjit dan menekuk lutut, satu lengan dilipat di belakang badan, lengan dan tangan yang satunya diangkat ke atas lurus. Kemudian meloncat setinggi-tingginya dan menepukkan tangan yang diatas ke papan skala saat posisi di puncak loncatan.

testor mencatat angka yang ditunjukkan oleh bekas tangan pada papan skala.

Penilaian :Data atau skor yang dicatat adalah data atau skor yang dicapai siswa pada saat meloncat dan menepuk papan skala dikurangi angka raihan siswa pada saat berdiri tegak


(39)

menghadap kesamping.

Hasil :Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, hasil yang terbaik digunakan sebagai data penelitian.

e. Instrumen tes jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada Tujuan : Untuk mengukur jarak luncur satu kayuhan Alat : meteran

Petugas : Pemandu tes dan pencatat skor

Pelaksanaan :Siswa dikumpulkan dan diberi penjelasan akan diambil datanya untuk pengukuran jarak luncur satu kayuhan renang gaya dada. Siswa melakukan awalan dari bawah, siswa bersiap menunggu aba- aba peluit untuk memulai renang, tes dimulai ketika peluit dibunyikan dan siswa melakukan renang gaya dada dengan satu kayuhan lengan dan tungkai. Tes dilakukan dua kali dan diambil yang terbaik.

Penilaian : Jarak terjauh yang dapat dicapai siswa merupakan nilai siswa tersebut

Hasil :Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, hasil yang terbaik digunakan sebagai data penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi carl pearson dan korelasi ganda, sehubungan penelitian ini adalah penelitian populasi


(40)

maka tidak diperlukan uji persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan.

Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson dan korelasi ganda, namun sebelum menggunakan metode tersebut dicari dulu skor baku (Tscore) masing- masing data. Menurut Nar Herryhanto dan Akib Hamid (2003:136) bahwa Tscore berfungsi untuk menyetarakan dari beberapa jenis skor yang berbeda satuan akuranya atau berbeda bobot skornya menjadi baku atau skor standar.

=50 + 10.Zs Keterangan: Tscore : skor baku

Zscore : diperoleh dari perhitungan Zscore =

Setelah data tes memiliki nilai baku yang sama maka data diolah menggunakan uji korelasi product moment dan korelasi ganda, dengan rumus sebagai berikut:

1. Mencari koefisien korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara variable bebas dan terikat dapat digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menururt Sudjana (2005:369) koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y, dan X2 dan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi carl pearson:


(41)

rxy



 

                     

N N N y x xy

y

y

x

x

2 2 2 2

Dengan pengertian

rxy : koefisien korelasi antara x dan y rxy N : Jumlah Subyek

X : Skor item Y : Skor total

∑X : Jumlah skor items

∑Y : Jumlah skor total

∑X2 :

Jumlah kuadrat skor item

∑Y2 :

Jumlah kuadrat skor total

Kegunaan dari korelasi ini adalah yaitu untuk menguji dua signifikansi dua variabel, mengetahui kuat lemah hubungan, dan mengetahui besar retribusi. Dalam penelitian ini analisis korelasi pearson digunakan untuk menjelaskan derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) dengan nilai : -1 ≤ rs ≤ 1, dimana : 1. Bilai nilai rs = -1 atau mendekati -1, maka korelasi kedua

variabel dikatakan sangat kuat dan negatif artinya sifat hubungan dari kedua variabel berlawanan arah, maksudnya jika nilai X naik maka nilai Y akan turun atau sebaliknya jika X turun maka nilai Y akan naik.

2. Bila nilai rs = 0 atau mendekati 0, maka korelasi dari kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat korelasi sama sekali. 3. Bila nilai rs = 1 atau mendekati 1, maka korelasi dari kedua

variabel sangat kuat dan positif, artinya hubungan dari kedua variabel yang diteliti bersifat searah, maksudnya jika nilai X naik maka nilai Y


(42)

juga naik atau sebaliknya jika X turun maka nilai Y juga turun. Adapun kriteria penilaian korelasi menurut Sugiyono (2003: 216) yaitu : Tabel 3. Kriteria Penilaian Korelasi

Interval Koefisian

Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.000 Sangat Kuat

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel product moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%). Kaidah pengujian signifikan : jika > , maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan, dan jika < , maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan.

Untuk mengetahui hubungan variabel X terhadap Y dicari dengan

menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005:369). Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut:


(43)

Keterangan:

KP = nilai koefisien determinasi = koefisien korelasi dikuadratkan

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan :

2 r n-2 t =

1-r

Kaidah pengujian :

jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang

signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. sebaliknya jika t

hitung ≤ t tabel maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk dk distribusi t diambil n-2 dengan α = 0,05.


(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada analisis data dan pembahasan, maka dapat di simpulkan bahwa

1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

2. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

3. Ada hubungan yang signifikan antara power otot lengan siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

4. Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.


(45)

B. Saran

1. Bagi Dosen

Dosen dapat menerapkan pembelajaran perlu ditingkatkan latihan tentang kondisi fisik khususnya kekuatan otot lengan,tungkai dan power lengan serta power tungkai untuk meningkatkan hasil Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa harus meningkatkan latihan peningkatan kondisi fisik untuk memperoleh hasil Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada yang maksimal sehingga mendukung prestasi renang.

3. Bagi Guru

Guru harus meningkatkan latihan siswa yang mendukung peningkatan kondisi fisik yang sesuai dengan variable penelitian ini sehingga dapat meningkatkan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

4. Bagi penulis selanjutnya

Agar dapat melanjutkan penelitian ini sehingga dapat memperoleh kesempurnaan dalam meningkatkan hasil Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.


(46)

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Bompa, Tudor O. 1994. Power Training For Sport: Plyometrics For Maximum Power Development. Canada: Coaching Association of Canada.

Counsilman, James E. 1982. The Science of Swimming Terjemahan Soekarno.Yogyakarta: Dirjen Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Djumidar A Widya. Belajar dan Berlatih Gerakan – gerakan Dasar Dalam Bermain. FPOK, Jakarta.

FINA Swimming Rules 2009-2013. FINA.org. Diakses pada 14 November 2009. Harsono. 1988.Prinsip – prinsip Coaching dan Training, diklat STO Bandung.

Kasiyo Dwijoyowinoto. 1980. Renang Perkembangan Pengajaran Teknik danTaktik . Semarang: IKIP Semarang.

M, Sajoto. 1995.Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik DalamOlahraga. Semarang: Dahara Prize

Nurhasan. 1986. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Karunika: Jakarta.(http://opac.web.id)

Soejoko Hendromartono. 1992, Olahraga Pilihan Renang. Depdikbud: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Soekarno. 1985. Renang Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. (webpac.lib.itb.ac.id) Sudarsono. 1992.Pendidikan Kesegaran Jasmani. Depdikbud. (opac.web.id)

Sudjana. 2006. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. (ebookbrowse.com)

Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak Bahan Panataran Pelatih Tingkat Dasar. Jakarta. Kantor Menpora.

Sukadiyanto, (2003), Keterampilan Renang Pemula, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Susanto Ermawan dan Sismadiyanto. 2008. Dasar Gerak Renang. Yogyakarta. Universitas

Negeri Yogyakarta.

Thomas G david. 2000. Renang Tingkat Mahir. Jakarta :RajaGrafindo Persada


(47)

(1)

juga naik atau sebaliknya jika X turun maka nilai Y juga turun.

Adapun kriteria penilaian korelasi menurut Sugiyono (2003: 216) yaitu :

Tabel 3. Kriteria Penilaian Korelasi

Interval Koefisian

Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.000 Sangat Kuat

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel product moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%). Kaidah pengujian signifikan : jika > , maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan, dan jika < , maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan.

Untuk mengetahui hubungan variabel X terhadap Y dicari dengan

menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005:369). Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut:


(2)

43

Keterangan:

KP = nilai koefisien determinasi = koefisien korelasi dikuadratkan

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan :

2

r n-2 t =

1-r Kaidah pengujian :

jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang

signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. sebaliknya jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk dk distribusi t diambil n-2 dengan α = 0,05.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada analisis data dan pembahasan, maka dapat di simpulkan bahwa

1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

2. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

3. Ada hubungan yang signifikan antara power otot lengan siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

4. Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai siswa dengan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.


(4)

60

B. Saran

1. Bagi Dosen

Dosen dapat menerapkan pembelajaran perlu ditingkatkan latihan tentang kondisi fisik khususnya kekuatan otot lengan,tungkai dan power lengan serta power tungkai untuk meningkatkan hasil Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa harus meningkatkan latihan peningkatan kondisi fisik untuk memperoleh hasil Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada yang maksimal sehingga mendukung prestasi renang.

3. Bagi Guru

Guru harus meningkatkan latihan siswa yang mendukung peningkatan kondisi fisik yang sesuai dengan variable penelitian ini sehingga dapat meningkatkan Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.

4. Bagi penulis selanjutnya

Agar dapat melanjutkan penelitian ini sehingga dapat memperoleh kesempurnaan dalam meningkatkan hasil Jarak Luncur Satu Kayuhan Renang Gaya Dada.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Bompa, Tudor O. 1994. Power Training For Sport: Plyometrics For Maximum Power

Development. Canada: Coaching Association of Canada.

Counsilman, James E. 1982. The Science of Swimming Terjemahan Soekarno.Yogyakarta: Dirjen Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Djumidar A Widya. Belajar dan Berlatih Gerakan – gerakan Dasar Dalam Bermain. FPOK, Jakarta.

FINA Swimming Rules 2009-2013. FINA.org. Diakses pada 14 November 2009.

Harsono. 1988.Prinsip – prinsip Coaching dan Training, diklat STO Bandung.

Kasiyo Dwijoyowinoto. 1980. Renang Perkembangan Pengajaran Teknik danTaktik . Semarang: IKIP Semarang.

M, Sajoto. 1995.Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik DalamOlahraga. Semarang: Dahara Prize

Nurhasan. 1986. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Karunika: Jakarta.(http://opac.web.id)

Soejoko Hendromartono. 1992, Olahraga Pilihan Renang. Depdikbud: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Soekarno. 1985. Renang Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. (webpac.lib.itb.ac.id) Sudarsono. 1992.Pendidikan Kesegaran Jasmani. Depdikbud. (opac.web.id)

Sudjana. 2006. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. (ebookbrowse.com)

Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak Bahan Panataran Pelatih Tingkat Dasar. Jakarta. Kantor Menpora.

Sukadiyanto, (2003), Keterampilan Renang Pemula, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Susanto Ermawan dan Sismadiyanto. 2008. Dasar Gerak Renang. Yogyakarta. Universitas

Negeri Yogyakarta.

Thomas G david. 2000. Renang Tingkat Mahir. Jakarta :RajaGrafindo Persada


(6)

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.