Nn

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti mengamati, mengelompokkan, melakukan pengukuran, berkomunikasi, dan menarik kesimpulan. Keterampilan proses sains pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Penting seorang guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan suatu masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

Salah satu pembelajaran yang dapat menciptakan keaktivan siswa pada saat proses pembelajaran yaitu dengan melatihkan keterampilan proses sains. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains terse- but. Pada prakteknya KPS dapat diterapkan dengan eksperimen dan mengguna- kan Lembar Kerja Siswa (LKS) konstruktif sebagai media pembelajaran. LKS konstruktif yang digunakan berisi tahapan pertanyaan-pertanyaan yang dapat


(2)

melatih dan mengembangkan kemampuan sains siswa serta mengarahkan siswa dalam menemukan konsep laju reaksi, sehingga diharapkan materi yang mereka pelajari akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Adapun KPS yang dilatihkan kepada siswa adalah keterampilan yang bersifat ilmiah dan membentuk pola pikir analisis pada siswa, misalnya mengamati, melakukan pengukuran, ber- komunikasi, dan menarik kesimpulan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMA YP Unila Bandar Lampung kelas XI IPA 3, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep kimia siswa pada materi pokok Laju Reaksi Tahun Pelajaran 2008-2009 yaitu sebesar 61. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya 55%. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan untuk pelajaran kimia adalah 100% siswa memperoleh nilai ≥ 65.

Metode pembelajaran yang biasa digunakan guru untuk membelajarkan materi pokok laju reaksi adalah ceramah, tanya jawab dan latihan soal, sehingga proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, sementara siswa kurang aktif dilibatkan dalam proses penemuan konsep. Siswa juga tidak pernah melakukan praktikum dan diskusi dengan teman untuk menyelesaikan suatu masalah, sehingga KPS siswa tidak terlatih dengan baik.

Melalui kegiatan eksperimen dan diskusi siswa dilatihkan KPS untuk dapat memahami konsep laju reaksi dengan menggunakan kemampuan sains yang telah dimiliki oleh siswa itu sendiri dan pengetahuan itu akan lebih mudah untuk diingatnya. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah guide discovery.


(3)

Pembelajaran guide discovery adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses penemuan suatu konsep melalui media LKS konstruktif di bawah bim- bingan dan arahan guru. Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam proses pene- muan suatu konsep pengetahuan yaitu dengan melakukan penyelidikan, cara ber- diskusi, mengemukakan pendapat serta membangun pengetahuan yang diper- olehnya. LKS yang konstruktif dalam hal ini adalah LKS untuk membangun penguasaan konsep dan sekaligus melatihkan KPS siswa pada materi pokok laju reaksi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitan dengan judul “Pembelajaran Guide Discovery Melalui Media LKS Konstruktif untuk Meningkatkan Pengua- saan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Pokok Laju Reaksi” (PTK pada Siswa Kelas XI IPA 3 SMA YP Unila Tahun Pelajaran 2009-2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dalam meningkatkan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus II?

2. Bagaimanakah penerapan pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dalam meningkatkan persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus II?


(4)

3. Bagaimanakah penerapan pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dalam meningkatkan persentase setiap jenis indikator KPS siswa pada materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus II?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dalam mening- katkan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus II.

2. Pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dalam mening- katkan persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus II.

3. Pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dalam mening- katkan persentase rata-rata setiap jenis indikator KPS siswa dari siklus I ke siklus II.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Melatih KPS siswa, menumbuhkan rasa tanggung jawab, kemampuan ber- komunikasi dengan baik, bekerja sama dengan teman, dan menumbuhkan rasa ketergantungan positif sesama teman.


(5)

2. Bagi guru dan peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung bagi guru sebagai alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan KPS siswa pada materi pokok Laju Reaksi.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagai mana yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Pembelajaran guide discovery dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses penemuan suatu konsep Laju reaksi di bawah bimbingan dan arahan guru.

2. Indikator KPS yang dilatihkan dalam penelitian ini adalah (1) mengobservasi, (2) pengukuran, (3) pengkomunikasian, dan (4) menarik kesimpulan.

Indikator KPS mengobservasi dan pengukuran diukur dengan menggunakan lembar observasi, untuk indikator KPS mengkomunikasikan dan menarik kesimpulan diukur melalui tes formatif.

3. Penguasaan konsep kimia siswa merupakan hasil nilai tes formatif pada materi pokok laju reaksi pada setiap akhir siklus.

5. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS yang konstruktif. LKS yang konstruktif dalam hal ini adalah LKS untuk mem- bangun penguasaan konsep yang disusun berdasarkan indikator KPS.


(6)

6. Materi pokok pada penelitian ini adalah laju reaksi yang terdiri dari sub ma- teri pokok kemolaran, konsep laju reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, teori tumbukan, dan orde reaksi.


(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Guide Discovery

Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyeli- diki atau melalui penemuan (Kardi dan Nur, 2000). Berdasarkan hal tersebut, dengan pembelajaran penemuan memungkinkan siswa untuk mengalami sendiri bagaimana caranya menemukan keterkaitan-keterkaitan baru dan bagaimana cara- nya meraih pengetahuan melalui kegiatan mandiri. Hal ini berarti dalam proses pembelajaran siswa harus diberi kesempatan mendapatkan pengalaman langsung, misalnya diikutsertakan dalam proses penemuan suatu konsep.

Pembelajaran guide discovery adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta anak didik untuk menemukan informasi dengan ban- tuan guru. Dalam pembelajaran ini siswa ditempatkan untuk belajar sendiri mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah dan siswa betul-betul di tepatkan sebagai subyek belajar

Seperti yang dikemukakan Wilcox, 1993 dalam skripsi Budirahayu (2004), siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan prinsip-prinsip dan konsep-konsep, guru mendorong siswa untuk memiliki


(8)

pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, jadi penerapan guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator dalam belajar.

Menurut Kardi dan Nur (2000):

Pembelajaran guide discovery terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran: 1. Kegiatan awal

Guru memulai pembelajaran dengan memberikan pertanyaan terlebih dahulu untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Siswa perlu menge- tahui indikator pembelajaran. Siswa dapat mengetahui apa yang dapat mereka lakukan setelah beberapa serta dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat membuat siswa sadar dengan apa yang akan mereka pelajari membantu mereka membuat hubungan antara satu materi tertentu dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran itu juga akan membuat siswa memanfaatkkan pengetahuan awal yang telah mereka miliki dan meningkatnya dengan pembelajaran yang akan diikutinya. Kegiatan ini selain menyiapkan siswa untuk belajar juga akan memoti- vasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

2. Kegiatan inti

Keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep akan sangat berarti sebagai pengalaman belajar dengan syarat penemuan tersebut dibawah bimbingan dan arahan guru. Proses penemuan konsep ini dilakukan oleh siswa dengan melakukan penyelidikan dengan bimbingan guru. Pada kegiatan ini terjadi konflik konseptual dalam diri siswa yaitu antara konsep awal dan kenyataan yang dilihat dari penyelidikan yang telah siswa lakukan.

3. Kegiatan akhir

Evaluasi dilakukan baik terhadap langkah-langkah penemuan maupun pengetahuan siswa sebagai umpan balik yang ditunjukkan dengan hasil belajar. Tanpa adanya umpan balik tidak mungkin memperbaiki kesa- lahan dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan konsep yang mantap.

Menurut Roestiyah (1998)

Pembelajaran guide discovery memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memper- banyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.

2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam diri siswa tersebut.


(9)

4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju se- suai dengan kemampuannya masing-masing.

5. Mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

7. Strategi itu tidak berpusat pada guru. Guru hanya bertindak sebagai teman belajar, membantu bila diperlukan.

Pembelajaran guide discovery dilakukan dengan metode eksperimen dan diskusi. Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu materi, mengamati prosesnya serta menuliskan ha- sil percobaan, kemudian pengamatan itu didiskusikan dan dipresentasikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.

B. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber- fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep ter- sebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini


(10)

didukung oleh Djamarah dan Zain (1996) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber- akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipenga- ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dila- kukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek da- lam ranah kognitif dari tujuan kegiatan pembelajaran bagi siswa, sebab ranah kog- nitif berhubungan dengan kemampuan berfikir. Termasuk didalamnya kemam- puan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang dilakukan oleh guru.

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains (Gagne, dalam Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA se- cara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh ja- waban yang benar. Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA


(11)

sebagai produk akan mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengem- bangkannya. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat proses ber- langsungnya sains. KPS merupakan esensial untuk setiap guru sebagai bekal menggunakan dan mengajar metode ilmiah. KPS terdiri dari beberapa keteram- pilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasarat KPS penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan/informasi yang telah dimiliki siswa. KPS ini dapat diaplikasikan misalkan pada kegiatan prak- tikum. (Menurut Esler & Esler dalam Hartono, 2007) KPS dikelompokkan menjadi dua yaitu Keterampilan Proses Dasar dan Keterampilan Proses Terpadu seperti pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Keterampilan Proses Sains Dasar

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati (Observasi)

Mengelompokkan (Klasifikasi) Melakukan pengukuran

Berkomunikasi

Menarik kesimpulan (Inferring)

Merumuskan hipotesis Menyatakan variabel Mengontrol variabel

Mendefinisikan operasional Eksperimen

Menginterpretasi data Penyelidikan

Aplikasi konsep

KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk

memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. KPS dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002) memuat ulasan pendekatan KPS yang diambil dari pendapat Funk dalam Hartono (2007) sebagai berikut (1) Pendekatan KPS dapat


(12)

mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) KPS dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengeta- huan. Pendekatan KPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan (Dimyati dan Mudjino, 2002). Dari uraian di atas dapat diutarakan bahwa dengan penerapan pendekatan KPS menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah-masalah. Indikator KPS dasar dan indikator KPS terpadu dapat ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains Terpadu

Keterampilan dasar Indikator

Observasi (Observing) Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan.

Klasifikasi (Classifying) Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.


(13)

Tabel 2. (lanjutan) Pengukuran

(Measuring)

Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk

panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lai Pengkomunikasian

(Communicating)

Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Menarik Kesimpulan

(Inferring)

Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.

Tabel 3. Indikator keterampilan proses sains terpadu

Keterampilan Terpadu Indikator

Merumuskan hipotesis (Formulating Hypotheses)

Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah

Menamai variabel (Naming Variables)

Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan

Mengontrol Variabel (Controling Variables)

Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga

kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas Membuat Definisi

Operasional (Making Operational Definition)

Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor/variabel dalam suatu eksperimen

Melakukan Eksperimen (Experimenting)

Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional

variabel-variabel, mendesain sebuah eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen

Interpretasi (Interpreting) Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan,

menemukan pola atau keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam


(14)

Tabel 3. (lanjutan) Merancang Penyelidikan (Investigating)

Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan, menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah

Aplikasi Konsep (Appling Concepts)

Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

D. Lembar Kerja Siswa Konstruktif

Media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang diguna- kan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pem- belajaran akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengefektifkan waktu serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membantu siswa agar dapat berpar- tisipasi aktif dalam kegiatan belajar serta dapat berpikir kritis, kreatif dan berani mengemukakan pendapat serta percaya diri adalah dengan menggunakan LKS konstruktif sebagai media pembelajaran. LKS konstruktif adalah LKS yang disusun berdasarkan indikator KPS dan urutan materi secara kronologis, disertai dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa dalam membangun konsep pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. LKS merupakan salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan


(15)

keterampilan (Prianto dan Harnoko, 1997). Pada proses belajar mengajar LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa memahami suatu materi pokok yang telah atau sedang diajarkan, karena di dalamnya siswa harus mengemukakan pendapatnya dan harus menyimpulkan.

Menurut Sriyono (1992):

1. LKS merupakan tugas yang sifatnya mengarahkan siswa untuk mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan bahan yang diajarkan.

2. LKS merupakan penggalian pengertian bahan kearah pemahaman.

3. LKS sifatnya untuk memantapkan materi pelajaran yang telah dikaji dalam diskusi kelas dimana kebenaran atau kesimpulan telah diterima oleh

seluruh siswa.

Dari uraian tersebut penggunaan LKS bertujuan untuk mengarahkan siswa untuk lebih aktif dan memberikan dorongan yang tinggi, menjadi penghubung antara gu- ru dengan siswa serta mempercepat pemahaman materi pelajaran.

LKS digunakan untuk mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan dalam proses belajar mengajar. Guru dapat mengetahui siswa yang su- dah memahami materi dan yang belum memahami materi karena kesulitan dapat dilihat dari hasil kerja siswa. Guru harus memberikan bimbingan, disinilah guru sebagai fasilitator untuk memberikan pelayanan kepada siswa dalam belajar agar siswa dapat terlibat proses belajar secara aktif dan sebagai motivator yaitu mem- berikan dorongan kepada siswanya agar dapat belajar dengan aktif.


(16)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November tahun 2009 dan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung semester ganjil Tahun Pelajaran 2009-2010, yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mendasari penelitian ini karena adanya masalah pada nilai rata-rata penguasaan konsep kimia siswa pada materi pokok laju reaksi yang masih rendah pada kelas tersebut. Selain itu juga siswa tidak pernah dilatihkan KPS, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan KPS pada materi pokok laju reaksi.

B. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaf, yaitu berupa data penguasaan konsep dan data KPS.


(17)

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu melalui observasi dan tes, dilakukan untuk mendapatkan data penguasaan konsep dan data KPS siswa pada materi pokok Laju Reaksi. Indikator observasi dan pengukuran di ungkap melalui lembar observasi KPS dilakukan pada saat praktikum, sedangkan indika- tor pengkomunikasian dan menarik kesimpulan di ungkap melalui tes KPS. Tes formatif dan tes KPS dilakukan setiap akhir siklus.

D. Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah:

1. Adanya peningkatan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok Laju Reaksi dari siklus I ke siklus II sebesar 5%.

2. Adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok Laju Reaksi dari siklus I ke II siklus sebesar 5%.

3. Adanya peningkatan persentase rata-rata setiap jenis indikator KPS siswa pada materi pokok Laju Reaksi dari siklus I ke siklus II sebesar 5%.

E. Pengembangan Siklus Tindakan

Melakukan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia tentang penguasaan konsep siswa dan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Laju Reaksi Tahun Pelajaran 2008-2009.


(18)

Siklus I

1. Perencanaan

Kegiatan-kegiatan dalam perencanaan meliputi:

a. Menyusun lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

b. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran. c. Menyusun lembar kerja siswa (LKS).

d. Menyusun soal pretes kemudian hasil nilai pretes siswa digunakan untuk membagi kelompok.

e. Menyusun soal-soal tes formatif untuk mengukur penguasaan konsep dan KPS siswa.

2. Pelaksanaan dan Observasi

Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, 2 pertemuan (4 x 45 menit) untuk pembelajaran, dan 1 pertemuan (2 x 45 menit) untuk uji siklus I. Siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan, 3 pertemuan

(6 x 45menit) untuk pembelajaran, dan 1 pertemuan (2 x 45 menit) untuk uji siklus II. Adapun pelaksanaan setiap siklus adalah

Pertemuan I (2 x 45 menit)

a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing lalu guru menunjukkan 2 larutan NaCl (garam dapur) 25 ml dengan massa


(19)

NaCl yang berbeda, kemudian guru menanyakan kepada siswa larutan mana- kah yang lebih pekat?dan bagaimanakah untuk menyatakan kepekatan tersebut?

b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran guide discovery dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Guru membagikan LKS 1 tentang Kemolaran.

2) Guru membimbing siswa melakukan praktikum berdasarkan petunjuk LKS, dan berdiskusi untuk menemukan konsep kemolaran secara ber- kelompok dengan tertib, kemudian guru mengamati KPS siswa melalui lembar observasi.

3) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pengertian kemolaran. c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa

tentang pengertian kemolaran, serta memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa lalu mengumpulkannya.

d. Selama pembelajaran berlangsung, guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Pertemuan II (2 x 45 menit)

a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompok-nya masing-masing lalu guru mengajukan pertakelompok-nyaan manakah reaksi yang


(20)

paling cepat pada proses pembakaran antara kayu yang di potong kecil-kecil dengan kayu yang masih berupa balok?

b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran guide discovery dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Guru membagikan LKS 2 tentang konsep laju reaksi.

2) Guru membimbing siswa agar melakukan praktikum berdasarkan petunjuk LKS, dan berdiskusi untuk menemukan konsep laju reaksi secara

berkelompok dengan tertib, kemudian guru mengamati KPS siswa melalui lembar observasi.

3) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pengertian laju reaksi. c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa

tentang konsep laju reaksi, serta memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa lalu mengumpulkannya.

d. Selama pembelajaran berlangsung, guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Pertemuan III (2 x 45 menit)

Melakukan tes formatif siklus I yaitu tes penguasaan konsep dan tes KPS untuk indikator pengkomunikasian dan menarik kesimpulan.


(21)

3. Refleksi

Setelah satu siklus berakhir maka dilakukan refleksi bersama guru mitra mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan lembar observasi KPS dan lembar observasi guru mengajar masih banyak terdapat kekurangan, adapun kekurangan-kekurangan tersebut adalah

1. Siswa masih belum bisa membaca data dan kurang tepat dalam membuat grafik.

2. Pada saat mengambil kristal Na2S2O3 sebagian siswa langsung memasuk kannya ke dalam wadah

3. Siswa belum bisa membuat grafik berdasarkan data pengamatan dan belum bisa membuat data hasil pengamatan dalam bentuk tabel

4. Guru kurang melakukan pendekatan terhadap siswa dalam membimbing melakukan percobaan sehingga siswa kurang berantusias dan kurang aktif dalam pembelajaran.

5. Guru kurang menekankan pada materi yang penting sehingga pencapaian nilai penguasaan konsep yang didapatmasih rendah.

Adapun langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus 2 yaitu: 1. Guru berusaha membimbing dan lebih sering mendatangi

kelompok-kelompok belajar.

2. Guru lebih memperhatikan siswa dalam membimbing praktikum sehingga siswa lebih termotivasi dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih kondusif. 3. Guru lebih meningkatkan dalam melatihkan KPS siswa terutama pada indika-


(22)

4. Guru harus menekankan pada materi yang penting pada akhir pembelajaran sehingga siswa dapat mengetahui konsep dari materi yang diajarkan.

Siklus II

Siklus II dikembangkan berdasarkan pada hasil refleksi siklus I. Pelaksanaan Siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan, 3 pertemuan (6 x 45menit) untuk pembela- jaran, dan 1 pertemuan (2 x 45 menit) untuk uji siklus II. Sub materi yang diajarkan berbeda dengan siklus I. Pada siklus II sub materi yang diajarkan adalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi, Teori Tumbukan, dan Orde Reaksi.

1. Perencanaan

Kegiatan-kegiatan dalam perencanaan meliputi:

a. Menyusun lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dalam proses pembelajaran.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan perbaikan pada siklus I.

c. Menyusun lembar kerja siswa (LKS).

d. Menyusun soal-soal tes formatif untuk mengukur penguasaan konsep dan KPS siswa.


(23)

2. Pelaksanaan dan Observasi Pertemuan I (2 x 45 menit)

a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk me- nyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing dan mengajukan pertanyaan kepada siswa, mengapa serpihan kayu ter- bakar lebih cepat dari pada balok kayu? Selain itu mengapa mencuci dengan deterjen yang lebih banyak membuat pakaian lebih bersih?

b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran guide discovery dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Guru membagikan LKS 3 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

2) Guru membimbing siswa agar melakukan praktikum berdasarkan petunjuk LKS, dan berdiskusi untuk menemukan konsep faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi secara berkelompok dengan tertib.

3) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan jawaban masing-masing siswa sebagai hasil diskusi kelompok.

c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, serta memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa lalu mengumpulkannya.


(24)

d. Selama pembelajaran berlangsung, guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Pertemuan II (2 x 45 menit)

a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompok- nya masing-masing dan mengajukan pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang telah mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya.

b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran guide discovery dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Guru membagikan LKS 4 tentang teori tumbukan,

2) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam LKS 4 untuk menemukan konsep tentang teori tumbukan secara berkelompok dengan tertib.

3) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan jawaban masing-masing siswa sebagai hasil diskusi kelompok.

c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang teori tumbukan, serta memberikan tugas kepada siswa untuk

mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa lalu mengumpulkannya.


(25)

d. Selama pembelajaran berlangsung, guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Pertemuan III (2 x 45 menit)

a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompok- nya masing-masing dan mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang orde reaksi yang telah mereka pelajari di rumah.

b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran guide discovery dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Guru membagikan LKS 5 tentang orde reaksi.

2) Guru membimbing siswa untuk berdiskusi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS untuk menemukan konsep orde reaksi secara berkelompok dengan tertib, kemudian guru menilai keterampilan siswa dalam kegiatan pembelajaran,

3) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan jawaban masing-masing siswa sebagai hasil diskusi kelompok. b. Kegiatan akhir (penutup), siswa dapat menyimpulkan materi pembelajaran

yang baru mereka pelajari, serta memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa lalu mengumpulkannya.


(26)

c. Selama pembelajaran berlangsung, guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Pertemuan IV (2 x 45 menit)

Melakukan tes formatif siklus II yaitu tes penguasaan konsep dan tes KPS untuk indikator pengkomunikasian dan menarik kesimpulan.

3. Refleksi

Berdasarkan lembar observasi KPS dan lembar observasi guru mengajar hasil penguasaan konsep dan KPS siswa sudah meningkat, hal ini karena siswa sudah mulai terbiasa dilatihkan KPS. Begitu juga dengan kinerja guru sudah mulai meningkat, meskipun ada beberapa hal yang harus diperbaiki misalnya dalam membimbing siswa menyimpulkan materi yang diajarkan.


(27)

SIKLUS I

SIKLUS II

Secara garis besar, langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1 sebagai berikut

Gambar 1. Bagan pelaksanaan penelitian

(dimodifikasi dari Dario Kemmis dan Taggart dalam Hopkins, 1993).

F. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan konsep dan KPS siswa yang terdiri dari empat keterampilan yaitu mengamati, melakukan pengukuran, berkomunikasi, dan menarik kesimpulan.

Orientasi Lapangan dan kajian teori

Rencana Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I/ Observasi Refleksi I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II/ Observasi Refleksi II


(28)

1. Data Penguasaan Konsep

a. Rata-rata penguasaan konsep siswa dihitung menggunakan rumus:

N Yn

Yn 

Keterangan:

Yn = nilai rata-rata hasil tes penguasaan konsep pada siklus ke-n ∑Yn = jumlah nilai tes penguasaan konsep setiap siklus ke-n N = jumlah siswa yang mengikuti tes penguasaan konsep

b. Persentase rata-rata peningkatan penguasaan konsep siswa x100% n1 Y 1 n Y 2 n Y

%Yn  

Keterangan:

%Yn = persentase rat-rata peningkatan penguasaan konsep siswa

Yn 2 = rata-rata penguasan konsep siswa pada siklus ke-2 Yn 1 = rata-rata penguasan konsep siswa pada siklus ke-1

c. Persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 pada setiap siklus

n Sk

%Sk  x100%

Keterangan:

%Sk = Persentase jumlah siswa yang memperoleh ≥ 65 siklus ke-n ∑Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 siklus ke-n n = Jumlah siswa keseluruhan


(29)

2. Data KPS

Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n dihitung dengan rumus:

n Pi Pin   n

Keterangan:

Pin = Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. ∑Pin = Jumlah skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. n = Jumlah siswa yang mengikuti tes KPS.

Total rata-rata pada indikator observasi dan pengukuran pertemuan 1 dan pertemuan 2 menggunakan rumus:

2 Pi Pi

Pi n1 n2

nt

 

Keterangan:

Pi = Total rata-rata skor indikator observasi dan pengukuran pada siklus nt ke-n.

Pin1 = Rata-rata skor indikator KPS (observasi dan pengukuran) siswa pada pertemuan 1

Pin2 = Rata-rata skor indikator KPS (observasi dan pengukuran) siswa pada spertemuan 2

Persentase rata-rata setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n dihitung

dengan menggunakan rumus: x100% s

Pi PS


(30)

Keterangan:

%Psn = Persentase rata-rata setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. Pin = Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. s = Skor maksimal

Persentase peningkatan setiap jenis indikator keterampilan proses sains siswa dari siklus I ke siklus II dihitung menggunakan rumus:

% Pi = % Pi2 - %Pi1 Keterangan:

% Pi = Peningkatan persentase setiap jenis indikator KPS siswa dari siklus I ke siklus II.

% Pi2 = Persentase setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus II.


(31)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dapat meningkat- kan:

1. Nilai rata-rata penguasaan konsep dari siklus I ke siklus II, karena dengan pembelajaran guide discovery siswa dibimbing dan dilibatkan secara lang- sung dalam menemukan konsep materi laju reaksi melalui praktikum. Pada siklus I nilai rata-rata penguasaan konsep siswa adalah 68,33. Siklus II nilai rata penguasaan konsep siswa adalah 74,17, sehingga persentase rata-rata penguasaan konsep meningkat sebesar 8,54% dari siklus I kesiklus II. 2. Jumlah siswa yang mencapai KKM dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67%

yaitu dari 69,44% menjadi 86,11%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah tercapainya indikator kinerja.

3. Persentase rata-rata setiap indikator KPS yaitu keterampilan mengobservasi meningkat sebesar 27,33% dari 56% menjadi 83,33%; mengukur meningkat sebesar 29,33% dari 54% menjadi 83,33 %; mengkomunikasikan meningkat sebesar 12,34% dari 71,3 % menjadi 83,64 % dan menarik kesimpulan meningkat sebesar 7,14 % dari 79,9 % menjadi 87,04 %.


(32)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada guru bidang studi kimia disekolah SMA YP Unila Bandar Lampung sebaiknya menerapkan model pembelajaran guide discovery khususnya dikelas XI IPA 3 sebagai salah satu alternatif strategi dalam pembelajaran kimia untuk meningkat- kan penguasaan konsep dan KPS siswa.

Bagi calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran guide discovery sebaiknya diterapkan pada kelas yang karakteristik siswanya sama dengan kelas XI IPA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung, karena dapat meningkatkan penguasaan konsep dan KPS siswa pada materi pokok laju reaksi.


(1)

SIKLUS I

SIKLUS II

Secara garis besar, langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1 sebagai berikut

Gambar 1. Bagan pelaksanaan penelitian

(dimodifikasi dari Dario Kemmis dan Taggart dalam Hopkins, 1993). F. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan konsep dan KPS siswa yang terdiri dari empat keterampilan yaitu mengamati, melakukan pengukuran, berkomunikasi, dan menarik kesimpulan.

Orientasi Lapangan dan kajian teori

Rencana Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I/ Observasi Refleksi I

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II/ Observasi Refleksi II


(2)

1. Data Penguasaan Konsep

a. Rata-rata penguasaan konsep siswa dihitung menggunakan rumus:

N Yn Yn 

Keterangan:

Yn = nilai rata-rata hasil tes penguasaan konsep pada siklus ke-n

∑Yn = jumlah nilai tes penguasaan konsep setiap siklus ke-n N = jumlah siswa yang mengikuti tes penguasaan konsep b. Persentase rata-rata peningkatan penguasaan konsep siswa x100% n1 Y 1 n Y 2 n Y

%Yn  

Keterangan:

%Yn = persentase rat-rata peningkatan penguasaan konsep siswa

Yn 2 = rata-rata penguasan konsep siswa pada siklus ke-2 Yn 1 = rata-rata penguasan konsep siswa pada siklus ke-1

c. Persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 pada setiap siklus

n Sk

%Sk  x100% Keterangan:

%Sk = Persentase jumlah siswa yang memperoleh ≥ 65 siklus ke-n ∑Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 siklus ke-n n = Jumlah siswa keseluruhan


(3)

2. Data KPS

Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n dihitung dengan rumus:

n Pi Pin   n

Keterangan:

Pin = Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. ∑Pin = Jumlah skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n.

n = Jumlah siswa yang mengikuti tes KPS.

Total rata-rata pada indikator observasi dan pengukuran pertemuan 1 dan pertemuan 2 menggunakan rumus:

2 Pi Pi

Pi n1 n2

nt

 

Keterangan:

Pi = Total rata-rata skor indikator observasi dan pengukuran pada siklus nt ke-n.

Pin1 = Rata-rata skor indikator KPS (observasi dan pengukuran) siswa pada pertemuan 1

Pin2 = Rata-rata skor indikator KPS (observasi dan pengukuran) siswa pada spertemuan 2

Persentase rata-rata setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n dihitung dengan menggunakan rumus: x100%

s Pi PS


(4)

Keterangan:

%Psn = Persentase rata-rata setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. Pin = Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. s = Skor maksimal

Persentase peningkatan setiap jenis indikator keterampilan proses sains siswa dari siklus I ke siklus II dihitung menggunakan rumus:

% Pi = % Pi2 - %Pi1

Keterangan:

% Pi = Peningkatan persentase setiap jenis indikator KPS siswa dari siklus I ke siklus II.

% Pi2 = Persentase setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus II.


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran guide discovery melalui media LKS konstruktif dapat meningkat- kan:

1. Nilai rata-rata penguasaan konsep dari siklus I ke siklus II, karena dengan pembelajaran guide discovery siswa dibimbing dan dilibatkan secara lang- sung dalam menemukan konsep materi laju reaksi melalui praktikum. Pada siklus I nilai rata-rata penguasaan konsep siswa adalah 68,33. Siklus II nilai rata penguasaan konsep siswa adalah 74,17, sehingga persentase rata-rata penguasaan konsep meningkat sebesar 8,54% dari siklus I kesiklus II. 2. Jumlah siswa yang mencapai KKM dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67%

yaitu dari 69,44% menjadi 86,11%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah tercapainya indikator kinerja.

3. Persentase rata-rata setiap indikator KPS yaitu keterampilan mengobservasi meningkat sebesar 27,33% dari 56% menjadi 83,33%; mengukur meningkat sebesar 29,33% dari 54% menjadi 83,33 %; mengkomunikasikan meningkat sebesar 12,34% dari 71,3 % menjadi 83,64 % dan menarik kesimpulan meningkat sebesar 7,14 % dari 79,9 % menjadi 87,04 %.


(6)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada guru bidang studi kimia disekolah SMA YP Unila Bandar Lampung sebaiknya menerapkan model pembelajaran guide discovery khususnya dikelas XI IPA 3 sebagai salah satu alternatif strategi dalam pembelajaran kimia untuk meningkat- kan penguasaan konsep dan KPS siswa.

Bagi calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran guide discovery sebaiknya diterapkan pada kelas yang karakteristik siswanya sama dengan kelas XI IPA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung, karena dapat meningkatkan penguasaan konsep dan KPS siswa pada materi pokok laju reaksi.