Praktik Bimbingan dan Konseling

11 layanan orientasi sebanyak 1 kali, dan bimbingan tidak langsung berupa dua materi leaflet 1. Layanan Dasar Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. a. Bimbingan Klasikal Bimbingan klasikal adalah program yang dirancang untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik di kelas. Praktikan memberikan bimbingan secara langsung di kelas. Bimbingan klasikal ini memungkinkan untuk memberikan bimbingan kepada sejumlah siswa sekaligus dalam satu waktu. Materi bimbingan klasikal yang dilaksanakan praktikan sebagai berikut: 1 Career Workplace 2 Making Friendship: Kerjasama melalui Games 3 Expressive Writing: A Letter For Mom and Dad Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Yogyakarta tidak mempunyai jam masuk kelas. Namun, Konselor Guru BK sekolah membuat jadwal diluar jam pelajaran guru atau sepulang sekolah yang telah disetujui oleh Kepalasa Sekolah SMK Negeri 1 Yogyakarta. Praktik bimbingan klasikal yang telah dilakukan praktikan yaitu: 1 Bimbingan klasikal 1 Bentuk : Melakukan Ice Breaking, penyampaian materi, dan diskusi Sasaran : Siswa Kelas XI AK 2 12 Materi : Career Workplace Pelaksanaan : Sabtu, 29 Agustus 2015 Pendukung : Siswa tertarik dan antusias dengan metode yang praktikan gunakan. Selain itu, praktikan juga menggunakan permainan untuk stimulus terhadap materi yang disampaikan. Penghambat : Ice Breaking yang membutuhkan banyak space membuat siswa cukup ricuh dan kurang terkondisikan sehingga praktikan sedikit kesulitan untuk meng-handle kelas. Solusi : Mencoba mengkondisikan kelas sehingga materi akan lebih terarah. 2 Bimbingan klasikal 2 Bentuk : Games, Diskusi Sasaran : Siswa Kelas XI AP 1 Materi : Kerjasama: Games Terjerat Tali Pelaksanaan : Kamis, 3 September 2015 Pendukung : Siswa tertarik dengan metode yang digunakan oleh praktikan. Penghambat : Games yang dilakukan memerlukan 4 kelompok, pembagiannya dilakukan oleh konselor agar sesuai dengan tujuan layanan. Namun siswa banyak yang enggan untuk berpisah dengan teman satu gank nya sehingga konselor memerlukan waktu ekstra untuk melakukan hal tersebut. Solusi : Memberikan pengertian dan membagi kelompok dengan tegas. 3 Bimbingan klasikal 3 Bentuk : Menonton Video, Ceramah dan Expressive Writing Sasaran : Siswa Kelas XI AP 2 13 Materi : A Letter for Mom and Dad melalui Expressive Writing Pelaksanaan : Sabtu, 5 Septe3mber 2015 Pendukung : Siswa tertarik dan terhanyut dengan metode yang digunakan oleh praktikan sehingga aktif dalam menulis ungkapan perasaan yang disampaikan melalui sebuah surat oleh orang tuanya. Penghambat : Ada siswa yang kurang konsentrasi atau menghayati materi yang disampaikan sehingga cukup menggangu siswa lainnya. Solusi : Siswa yang kurang konsentrasi tersebut diperhatikan secara lebih oleh konselor dengan cara membimbingnya lebih intimate saat layanan berlangsung. 4 Bimbingan klasikal 4 Bentuk : Ceramah dan Diskusi Sasaran : Siswa Kelas XI AP 1 Materi : True Friends or Fake Friends Pelaksanaan : Kamis, 3 September 2015 Pendukung : Siswa aktif dalam berdiskusi mengenai gaya pertemanan mereka. Penghambat : Layanan ini seharusnya menjadi layanan utama yang diberikan pada kelas tersebut. Namun karena keterbatasan waktu, dikarenakan games pengantar ternyata memakan banyak waktu, sehingga materi ini belum tersampaikan Solusi : Alih tangan materi kepada konselor Guru BK di sekolah agar tetap tersampiakan kepada siswa guna memenuhi layanan yang sesuai 14 dengan need assessment yang sudah dilakukan. Pada awal bimbingan klasikal, praktikan masih merasa canggung dan bingung dalam mengelola kelas. Akan tetapi, siswa merasa tertarik dengan metode yang digunakan oleh praktikan sehingga menambah wawasan dalam melakukan bimbingan klasikal. Praktikan menemukan metode yang disenangi oleh siswa yaitu adanya permainan, pemutaran video, dan simulasi. Pada setiap kesempatan melakukan bimbingan klasikal di kelas, praktikan menawarkan layanan konseling individu bagi siswa yang ingin berbagi kisahnya dengan praktikan. b. Layanan Informasi Maksud layanan informasi adalah suatu materi kegiatan yang berupa informasi atau keterangan yang akan disampaikan kepada siswa yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik. Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Materi layanan informasi yang disampaikan secara tidak langsung adalah: 1 Bimbingan belajar: Mencontek Materi ini disampaikan kepada siswa melalui media leaflet yang disajikan dengan tampilan menarik dan dibagikan ke siswa. Melalaui materi ini siswa diharapkan memahami tentang mencontek sebagian dari kebohongan sehingga siswa dapat melakukan refleksi pada dirinya sendiri. 2 Bimbingan pribadi: Ayo Hidup Hemat Materi ini disampaikan melalui media leaflet yang dibuat secara menarik dengan Bahasa yang ringan dan disesuaikan dengan 15 pergaulan siswa. Dengan materi ini, diharapkan siswa dapat mendapat gambaran mengenai hidup hemat dengan lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan daripada keinginan. c. Layanan Pengumpulan Data Layanan pengumpulan data dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik baik secara individual maupun kelompok guna membantu praktikan dalam memberikan layanan. Layanan penghimpun data ini dilakukan melalui angket study habit , media lacak masalah, sosiometri, yang dibuat sendiri oleh praktikan dan konselor sekolah. Selama layanan penghimpunan data ini berlangsung praktikan berkolaborasi dan mendapatkan dukungan dari guru pembimbing dan rekan sesama PPL. Dalam pengisian instrumen terdapat beberapa siswa yang belum mengisinya. Praktikan berusaha untuk menyebar instrumen lagi bagi yang belum mengumpulkan. Tindak lanjut dari layanan penghimpun data ini digunakan untuk menentukan layanan yang sesuai diverikan kepada siswa. 1 Media Lacak Masalah Pengisian MLM dilakukan empat kali. Di semua kelas dan dilakukan di beberpaa kesempatan sepulang sekolah 2 Study Habit Angket ini merupakan angket yang dibuat oleh guru SMK Negeri 1 Yogyakarta. Angket ini berisikan berbagai item mengenai kebiasaan belajar siswa. Praktikan menjadi pelaksana dan menginput data angket tersebut. 3 Sosiometri Sosiometri dibagiakn bersamaan denagn study habit mengingat waktu BK yang tak banyak sehingga harus pintar menggunakan waktu secara efektif 16 2. Layanan Responsif Layanan Responsif merupakan pemberian batuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. a. Konseling Individual Tujuan konseling individual adalah membantu siswa mengatasi atau memecahkan masalah pribadinya secara face to face dengan menggunakan potensinya sendiri secara optimal dan agar siswa dapat memecahkan masalahnya dengan segera supaya tidak berlalrut-larut. Dalam hal ini, praktikan melakukan konseling individual dengan lima siswa yaitu: 1 ST a Masalah yang dibahas : Bingung menentukan passion karena hobi kegiatan yang sangat banyak b Teknik yang digunakan : Person Centered c Waktu pelaksanaan : Selasa, 15 Agustus 2015 d Tempat pelaksanaan : Ruang BK e Hasil yang dicapai : Dalam hal ini, konseli sudah memiliki pengalam dalam beberpaa hal, namun masih mencari passion atau jati dirinya dama melakukan sesuatu yang dia cintai 2 AP a Masalah yang dibahas : Teman satu kelasnya yang tidka disukai oleh teman-teman b Teknik yang digunakan : Person Centered c Waktu pelaksanaan : 22 25 Agustus 2015 d Tempat pelaksanaan : Di ruang BK dan media sosial e Hasil yang dicapai : Konseli menyadari tentang apa yang harus dilakukannya selaku ketua kelas serta sedikit 17 demi sedikit belajar bagaimana cara mengungkapkan saran atau kritik secara bijak terhadap orang tersebut 3 AN a Masalah yang dihadapi : Kurang bisa membagi waktu belajar akrena sering tergoda dengan media sosial b Teknik yang digunakan : behavior therapy c Waktu pelaksanaan : 3 September 2015 d Tempat pelaksanaan : Ruang BK e Hasil yang dicapai : Konseli memahami masalah yang dihadapi dan apa penyebabnya kemudian mampu untuk membuat beberapa kesepakatan dengan dirinya agar beberapa kesalahan yang sudha terulang tidak akan terulang kenbali 4 RM a Masalah yang dihadapi : Merasa lelah dengan semua kegiatan yang sednag diajalani dan merasa tertekan b Teknik yang digunakan : Person Centered c Waktu pelaksanaan : 4 September 20215 d Tempat pelaksanaan : Media social e Hasil yang dicapai : Dalam hal ini, konseli memahami masalah yang sedang dihadapi tetapi konseli sedang dalam keadaan tidak tenang dan tertekan sehingga hal-hal sekecil apapun banyak dirasa oleh konseli tersebut. Konseli mendapatkan ketenangan dan rasa lega setelah bercerita dengan prsktikan. Konseli juga berusaha untuk tidak menyerah dengan hal-hal yang sedang melandanya. b. Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok dimaksudkan bantuan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan 18 konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah, satu per satu, tanpa kecuali, sehingga semua masalah terbicarakan. Selama praktikan PPL di SMK Negeri 1 Yogyakarta, praktikan tidak melakukan konseling kelompok. Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan bebeapa konseli dengan permasalahan yang sama atau hampir sama yang mau untuk melakukan konseling. c. Kolaborasi dengan Orang Tua Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik. Kolaborasi dengan orang tua sejauh ini dilaksanakan oleh guru BK SMK Negeri 1 Yogyakarta. Pendampingan kolaborasi dengan orang tua belum pernah dilakukan praktikan karena belum diberikan kewenangan hal tersebut oleh guru pembimbing sera durasi PPL yang begitu singkat. d. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas Kolaborasi dilakukan dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya, membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh 19 guru mata pelajaran. Selama PPL beralngsung praktikan belum melakukan kolaborasi secara langsung dengan Guru Mata Pelajaran. Namun di beberepa kesempatan, praktikan mengetahui ada beberapa Guru yang mengeluh tentang kegaduahan kelas XI AP 1 di setiap pelajaran berlangsung. Praktikan mencoba menganalisis peristiwa tersebut dengan cara mengambil salah seorang sampel dari kelas XI AP 1 untuk menceritakan kondisi kelas yang sebenarnya, kemudia setelah menemukan diagnosis awal, praktikan melakukan layanan yang sesuai, dan dilakukan pertama kali karena dianggap Urgent. e. Kolaborasi dengan Pihak Luar Sekolah Kolaborasi denga pihak luar sekolah yaitu berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Selama praktikan melakukan PPL di SMK Negeri 1 Yogyakarta, praktikan belum mengetahui mengenai lembaga yang berkolaborasi dengan sekolah. f. Konferensi Kasus Konferensi kasus yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak- pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup. Penyelenggaraan konferensi kasus merupakan pembahasan permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu dalam sutau forum yang dihadiri oleh pihak-pihak yang terkait yang diharapkan dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan- kemudahan bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini bersifat terbatas dan tertutup. 20 Selama melakukan PPL di SMK Negeri 1 Yogyakarta, praktikan tidak pernah melakukan konferensi kasus karena tidak menemukan masalah besar. g. Kunjungan Rumah home visit Kunjungan rumah adalah suatu kegiatan pembimbing untuk mengunjungi rumah klien siswa dalam rangka untuk memperoleh berbagai keterangan-keterangan yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa, dan untuk pembahasan serta pengentasan permasalahan siswa tersebut. Selama praktikan di SMK Negeri 1 Yogyakarta, praktikan belum melakukan home visit karena tidak ada kesempatan dan belum dilakukan oleh konselor sekolah. 3. Perencanaan Individual Perencanaan individual dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas- tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. Pelayanan perencanaan individual ini dapat dilakukan juga melalui pelayanan penempatan penjurusan, dan penyaluran, untuk membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Selama PPL layanan perencanaan individual yang diberikan cenderung kepada layanan bimbingan klasikal tentang career workplace agar siswa mengenal hal-hal di tempat kerja. Layanan tersebut hanya terlaksana sekali pada satu kelas saja yaitu kelas XI AK 2 di tanggal 8 Agustus 2015. 21

C. Hambatan

Dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, praktikan menghadapi berbagai hambatan baik secara teknin maupun non teknis, tetapi berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Adapun hambatan-hambatan dan cara mengatasinya dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling yaitu: 1. Layanan Dasar a. Bimbingan Klasikal 1 BK awalnya tidak mempunyai jam untuk masuk kelas, namun setelah konselor sekolah guru BK mengajukan jam BK di luar jam pelajaran yang kemudian disetujui Kepala Sekolah, praktikan menjadi dimudahkan untuk melakukan bimbingan klasikal. Tapi disamping itu, siswa yang belum terbiasa dengan jadwal tersebut, banyak mengeluh dan protes karena harus mengorbankan waktu pulang sekolah mereka. 2 Mayoritas pelaksanaan bimbingan klasikal dilakukan saat jam pulang sekolah sehingga menjadi kurang efektif dikarenakan siswa masih beradaptasi dengan jadwal BK di luar jam pelajaran dan banyak yang sudsha dijemput orang tua untuk pulang ke rumah. Hal tersebut membuat praktikan sangat berpacu dengan waktu. b. Layanan Pengumpulan Data Ada beberapa siswa yang tidak mengisi angket sesuai dengan instruksi praktikan, sehingga angket sosiometri tersebut tidak bisa diinput ke dalam aplikasi untuk kemudian dilakukan analisis lebih lanjut. 2. Layanan Responsif a. Konseling Individual 1 Dua kali praktikan melakukan konseling individual dengan cara face to face dengan siswa namun lainnya lebih memilih 22 melakukan media social Line atau Whats App untuk berkomunikasi dengan praktikan. 3. Perencanaan Individual Dalam hal ini, pelaksanaan masih bersifat klasikal sehingga kurang optimal membantu siswa secara perorangan sehingga praktikan menawarkan untuk konsultasi kepada BK apabila membutuhkan bantuan untuk mengambil keputusan.