UU Standar dan Potensi Pelanggaran

IDENTIFIKASI PERATURAN BIDANG KEANEKARAGAMAN HAYATI BERDASARKAN URUTAN PERUNDANGAN YANG
DITETAPKAN, NILAI STANDAR DAN POTENSI PELANGGARAN NILAI FUNDAMENTAL
N
O

PERUNDANGAN

PASAL (AYAT)

NILAI FUNDAMENTAL
1

1

Undang-undang No. 5
Tahun 1994 tentang
keanekaragaman hayati

Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2011


3

4

5

6

Pasal 1
Mengesahkan United Nations Convention Biological
Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai Keanekaragaman Hayati) yang salinan
naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan
terjemahannya dalam bahasa Indonesia
sebagaimana terlampir yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari Undang-undang ini.
Pasal 2
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.

2

2

STANDAR
YG
BERLAKU
A
B
C

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan:
1. Kawasan Suaka Alam selanjutnya disingkat KSA
adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi

pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan.

V

V

V
V

2. Kawasan Pelestarian Alam selanjutnya disingkat
KPA
adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.


V

3. Pengelolaan KSA dan KPA adalah upaya sistematis
yang dilakukan untuk mengelola kawasan melalui
kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian.
4. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur
hayati di
alam yang terdiri atas sumber daya alam nabati
(tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa)
yang
bersama-sama dengan unsur nonhayati di sekitarnya
secara keseluruhan membentuk ekosistem.
5. Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik
antara
unsur dalam alam, baik hayati (tumbuhan dan satwa
liar serta jasad renik) maupun nonhayati (tanah dan
bebatuan, air, udara, iklim) yang saling tergantung
dan pengaruh-mempengaruhi dalam suatu

persekutuan hidup.

V

V

V
6. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan
dan/atau satwa dapat hidup dan berkembang biak
secara alami.

V

7. Cagar Alam adalah KSA yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan/keunikan jenis
tumbuhan dan/atau keanekaragaman tumbuhan
beserta gejala alam dan ekosistemnya yang
memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian
agar keberadaan dan perkembangannya dapat
berlangsung secara alami.

8. Suaka Margasatwa adalah KSA yang mempunyai
kekhasan/keunikan jenis satwa liar dan/atau
keanekaragaman satwa liar yang untuk
kelangsungan hidupnya memerlukan upaya
perlindungan dan pembinaan terhadap populasi dan
habitatnya.
9. Taman Nasional adalah KPA yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.

V

V

V

V
10. Taman Hutan Raya adalah KPA untuk tujuan

koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau
bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis asli,
yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata, dan rekreasi.

V

11. Taman Wisata Alam adalah KPA yang
dimanfaatkan terutama untuk kepentingan
pariwisata alam dan rekreasi.

12. Pengawetan (preservasi) adalah upaya untuk
menjaga dan memelihara keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di
dalam maupun di luar habitatnya agar
keberadaannya tidak punah, tetap seimbang dan
dinamis dalam perkembangannya.


V

13. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar
adalah pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa
dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya
dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa liar.
14. Pemanfaatan kondisi lingkungan adalah
pemanfaatan potensi ekosistem, keadaan iklim,
fenomena alam, kekhasan jenis dan peninggalan
budaya yang berada dalam KSA dan KPA.
15. Plasma nutfah adalah substansi hidupan
pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ
tubuh atau bagian dari tumbuhan atau satwa serta
jasad renik.
16. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam
hewani yang hidup di darat dan/atau di air dan/atau
di udara.

V


V

V
V

17. Satwa liar adalah satwa yang masih mempunyai
sifat liar, kemurnian jenis dan genetik yang hidup di
alam bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
18. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam
nabati, baik yang hidup di darat maupun di air.

V

V

19. Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui
pengembangbiakan dan pembesaran benih/bibit
atau anakan dari tumbuhan liar dan satwa liar, baik
yang dilakukan di habitatnya maupun di luar

habitatnya, dengan tetap memperhatikan dan
mempertahankan kemurnian jenis dan genetik.
20. Peran serta masyarakat adalah peran aktif
masyarakat untuk ikut serta mewujudkan tujuan
pengelolaan KSA dan KPA.

21. Badan usaha adalah badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, badan usaha milik
swasta, dan koperasi.

V

V

V

22. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kehutanan.
Pasal 2
Pengelolaan KSA dan KPA bertujuan untuk

mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies,
melindungi sistem penyangga kehidupan, dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lestari.

V

Pasal 3
Lingkup pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini
meliputi:
a. penetapan KSA dan KPA;
b. penyelenggaraan KSA dan KPA;
c. kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA;
d. daerah penyangga;
e. pendanaan; dan
f. pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
3

Peraturan Menteri
Negara LH RI No. 03 th
2012

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keanekaragaman Hayati, yang selanjutnya disebut
Kehati adalah keanekaragaman makhluk hidup di
muka bumi dan peranan-peranan ekologisnya, yang
meliputi keanekaragaman ekosistem,
keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman
genetik.
2. Taman Keanekaragaman Hayati, yang selanjutnya
disebut Taman Kehati adalah suatu kawasan
pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar
kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi
in-situ dan/atau ex-situ, khususnya bagi tumbuhan
yang penyerbukan dan/atau pemencaran bijinya
harus dibantu oleh satwa dengan struktur dan
komposisi vegetasinya dapat mendukung kelestarian
satwa penyerbuk dan pemencar biji.
3. Program Taman Kehati adalah program
Kementerian Lingkungan Hidup yang
diselenggarakan untuk menyelamatkan berbagai
spesies tumbuhan asli/lokal yang memiliki tingkat
ancaman sangat tinggi terhadap kelestariannya atau
ancaman yang mengakibatkan kepunahannya.

V

V

V

V

V

4. Keanekaragaman Hayati Lokal yang selanjutnya
disebut Kehati Lokal adalah spesies atau sumber
daya genetik tumbuhan dan satwa endemik, lokal
yang hidup berkembang secara alamiah di daerah
tertentu.

5. Pemrakarsa adalah pemerintah, pemerintah
daerah, setiap orang, dan/atau badan hukum yang
memiliki inisiatif dan bertanggungjawab untuk
menyusun program taman kehati.
6. Unit Pengelola Taman Kehati adalah pemerintah,
pemerintah daerah, setiap orang, dan/atau badan
hukum yang melaksanakan pembangunan dan/atau
pengelolaan taman

7. Masyarakat dan/atau setiap orang adalah orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman kepada pemrakarsa dan Unit Pengelola
Taman Kehati dalam melakukan pembangunan
Taman Kehati.

V

V

V

V

V

Pasal 3
Taman Kehati dimanfaatkan untuk:
a. koleksi tumbuhan;
b. pengembangbiakan tumbuhan dan satwa
pendukung penyedia bibit;
c. sumber genetik tumbuhan dan tanaman lokal;
d. sarana pendidikan, penelitian, pengembangan
ilmu pengetahuan dan ekowisata;
e. sumber bibit dan benih;
f. ruang terbuka hijau; dan/atau
g. penambahan tutupan vegetasi.
Pasal 4
Perencanaan pembangunan Taman Kehati
dilaksanakan melalui
a. penetapan tapak;
b. penetapan tumbuhan lokal; dan
c. membuat desain dasar, yang meliputi:
1. desain vegetasi; dan
2. desain infrastruktur.
Pasal 5
Tapak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
harus memenuhi kriteria:
a. berada di luar kawasan hutan;
b. lahan tidak berstatus sengketa;
c. kepastian peruntukan lahan melalui penetapan;
d. diutamakan berada pada ketinggian antara 400–
600 meter di atas permukaan laut;
e. diutamakan dekat dengan sumber air; dan
f. memiliki luas tertentu sesuai dengan tipe Taman
Kehati sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

V

V

V

Pasal 6
(1) Penetapan tumbuhan lokal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilakukan melalui
tahapan:
a. inventarisasi terhadap tumbuhan lokal yang
meliputi spesies suksesi puncak dari kawasan yang
paling terdegradasi, endemik, dan langka;
b. pemilihan terhadap spesies tumbuhan yang
diperlukan untuk kelestarian satwa penyerbuk,
pemencar biji, dan pengendali hama yang
mengganggu spesies tumbuhan yang diselamatkan;
c. penetapan spesies tumbuhan yang akan ditanam;
dan
d. validasi terhadap penetapan spesies tumbuhan
yang akan ditanam dilakukan oleh institusi yang
ditunjuk pemerintah sebagai otoritas ilmiah

(2) Inventarisasi, pemilihan, dan penetapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pemrakarsa dengan bantuan tenaga ahli.
Pasal 7
(1) Desain vegetasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c angka 1 harus memenuhi kriteria:
a. pada setiap hektar, ditanam spesies tumbuhan
lokal dengan populasi setiap spesiesnya berasal dari
induk berbeda sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peratuan Menteri ini; dan
b. pengelompokan spesies yang ditanam
memperhatikan aspek perawakan/habitus antar
spesies tumbuhan dan persyaratan tumbuh.
(2) Desain infrastruktur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf c angka 2 harus memenuhi
kriteria:
a. rancangan infrastruktur memperhatikan fungsi
ekosistem, lansekap, dan estetika;
b. pengalokasian tapak terdiri atas:

V

V

V

V

1. tapak koleksi tumbuhan dengan luasan paling
sedikit 90% (sembilanpuluh perseratus) dari luas
lahan; dan
2. tapak infrastruktur dengan luasan maksimal 10%
(sepuluh perseratus) yang meliputi jalan setapak,
pos pemantau, drainase, dan penampungan air.

V

(3) Desain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dapat dilakukan oleh pemrakarsa atau
menggunakan jasa

(4) Taman Kehati harus memiliki sarana dan
prasarana paling sedikit terdiri atas:
a. papan petunjuk, berupa:
1. nama Taman Kehati;
2. denah
3. spesies tumbuhan; dan
4. satwa
b. persemaian;
c. label setiap pohon, berupa:
1. nomor individu; dan
2. nama spesies lokal dan ilmiah;

V

Pasal 8
(1) Program Taman Kehati diikuti oleh:
a. pemerintah daerah provinsi;
b. pemerintah daerah kabupaten/kota; dan/atau
c. setiap orang.

(2) Program Taman Kehati sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus melibatkan pemangku
kepentingan.

V

V

KET:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

KEMERDEKAAN
KEADILAN
KEAMANAN
KEDAMAIAN
KESEJAHTERAAN EKONOMI
KONSERVASI LINGKUNGAN

KET:
A. BAKU MUTU
B. EMISI
C. TEKNOLOGI