Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan Aditif

KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN
SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) UMUR
70 HARI DENGAN PENAMBAHAN ADITIF

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Fisik dan
Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70
Hari dengan Penambahan Aditif adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Muhammad Asrianto Malik
NIM D24090097

ABSTRAK
MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase
Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan
Penambahan Aditif. Dibimbing oleh PANCA DEWI MANU HARA KARTI dan
LUKI ABDULLAH.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas fisik dan kimiawi dari silase
tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada umur panen 70 hari
dengan penambahan aditif berupa dedak padi 3% (b/b) dan ekstrak sorgum
terfermentasi 3% (v/b). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan silase terdiri atas
silase P0 (silase tanaman sorgum manis tanpa penambahan aditif), silase P1
(silase tanaman sorgum manis dengan penambahan dedak padi 3%), dan silase P2
(silase tanaman sorgum manis dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi

3%). Peubah yang diamati meliputi kondisi awal bahan, karakteristik fisik silase,
dan karakteristik fermentatif silase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik fisik yang dihasilkan silase tanaman sorgum manis pada umur panen
70 hari menunjukkan hasil yang sama baik untuk semua perlakuan yang diberikan.
Namun berdasarkan karakteristik fermentatif, silase tanpa penambahan aditif dan
silase dengan penambahan aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b)
memiliki kualitas yang lebih baik dari pada silase dengan penambahan aditif
dedak padi 3% (b/b).
Kata kunci: karakteristik fermentasi, karakteristik fisik, silase, sorgum manis

ABSTRACT
MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Physical and Chemical Quality of Sweet
Sorghum Plant (Sorghum bicolor L. Moench) Silage at 70 Days Harvesting Time
of Sorghum With Additives Inclusion. Supervised by PANCA DEWI MANU
HARA KARTI and LUKI ABDULLAH.
This research was aimed to determine physical and chemical quality of
sweet sorghum plant (Sorghum bicolor L. Moench) silage at 70 d harvesting time
with additive inclusion of 3% rice bran (w/w) and 3% fermented sorghum extract
(v/w). Experimental design used completely randomized design with three
treatments and 6 replicates. Treatments consisted of P0 (control), P1 (sweet

sorghum plant silage with 3% rice bran), and P2 (sweet sorghum plant with 3%
fermented sorghum extract). Measured parameters were quality of plant, physical
and fermentation characteristics of silage. Results showed that physical
characteristics of silage at 70 d harvesting time of plant was similar at different
treatment. However, fermentation characteristics were better at with or without
3% fermented sorghum extract compared to 3% rice bran inclusion treatment.
Keywords: characteristics, fermentation, physical, silage, sweet sorghum plant

KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN
SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) UMUR
70 HARI DENGAN PENAMBAHAN ADITIF

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis
(Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hali dengan Penambahan
Aditif
Nama
: Muhammad Asrianto Malik
: D24090097
NIM

Disetujui oIeh

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
Pembimbing II

anca Dewi MHK, MSi

Pembimbing I

h

セWernBM

Or If ld

TanggaI Lulus: (

1

-

T Qf セ セ



!


ermana, MScAgr
Ketua Departemen

-

"

)

Judul Skripsi : Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis
(Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan
Aditif
Nama
: Muhammad Asrianto Malik
NIM
: D24090097

Disetujui oleh

Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi

Pembimbing I

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (15 AGUSTUS 2013)

PRAKATA
Alhamdulillahi robbil alamin penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini
ialah silase tanaman sorgum manis, dengan judul Kualitas Fisik dan Kimiawi
Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari
dengan Penambahan Aditif.
Karya ilmiah ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk mengkaji

pengawetan pakan yang tepat dan dapat diterapkan di Peternakan Terpadu
(PESAT) PT. KPC. Pengawetan ini bertujuan untuk menyediakan pakan agar
tersedia sepanjang tahun yang merupakan permasalahan yang sedang dihadapi di
PESAT PT. KPC. Sehingga hasil yang didapatkan dari penelitian ini akan
dijadikan sumbangsih dalam manajemen pakan yang ada di PESAT PT. KPC.
Penelitian ini juga didukung oleh adanya pembukaan lahan untuk penanaman
sorgum manis di PESAT PT. KPC yang merupakan alasan penting mengapa
dipilihnya tanaman sorgum manis untuk dijadikan silase. Sehingga kondisi
tersebut semakin mendukung pentingya hasil penelitian ini untuk segera
diterapkan di PESAT PT. KPC.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis
demi perbaikan di massa mendatang. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini
dapat memberikan informasi wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada
tulisan karya ilmiah ini dapat diperbaiki dalam tulisan-tulisan selanjutnya.

Bogor, Agustus 2013

Muhammad Asrianto Malik


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

METODE PENELITIAN

1

Bahan


1

Alat

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Prosedur Percobaan

2

Persiapan lahan

2

Penanaman dan pemupukan


2

Pemeliharaan

2

Pemanenan

2

Pembuatan ekstrak sorgum terfermentasi (EST)

2

Pembuatan silase

3

Perlakuan

3

Peubah yang diamati

3

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

4
4

Kondisi Awal Bahan

4

Karakteristik Fisik Silase

5

Karakteristik Fermentatif Silase

5

SIMPULAN DAN SARAN

8

Simpulan

8

Saran

8

DAFTAR PUSTAKA

8

LAMPIRAN

11

RIWAYAT HIDUP

15

UCAPAN TERIMA KASIH

15

DAFTAR TABEL
1 Proporsi bagian tanaman dan kualitas nutrisi tanaman sorgum manis
umur 70 hari

4

2 Karakter fisik silase tanaman sorgum manis umur 70 hari

5

3 Hasil pengukuran pH, BK, VFA, dan kehilangan BK silase

6

4 Hasil pengukuran PK dan N-NH3

7

5 Hasil pengukuran residual & kehilangan WSC dan nilai fleigh

7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam BK silase

11

2 Uji lanjut duncan BK silase

11

3 Hasil sidik ragam pH silase

11

4 Hasil sidik ragam suhu silase

11

5 Hasil sidik ragam kehilangan BK

12

6 Uji lanjut duncan kehilangan BK silase

12

7 Hasil sidik ragam NH3 silase

12

8 Uji lanjut duncan NH3 silase

12

9 Hasil sidik ragam residual WSC silase

13

10 Hasil sidik ragam PK silase

13

11 Hasil sidik ragam VFA silase

13

12 Hasil sidik ragam nilai fleigh silase

14

13 Uji lanjut duncan nilai fleigh silase

14

14 Hasil sidik ragam kehilangan WSC silase

14

PENDAHULUAN
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) dikenal sebagai tanaman onta atau “a
camel among crops” karena memiliki daya adaptasi yang luas dan sangat tahan
terhadap kondisi lahan marjinal seperti kekeringan, lahan masam, lahan salin, dan
lahan alkalin (FAO 2002). Menurut BALITSEREAL (2012), sorgum manis
varietas numbu berbunga 50% pada umur kurang lebih 69 hari.
Kendala hijauan pakan di Indonesia adalah kandungan nutrisi yang rendah
dan keterbatasan penyediaan sepanjang tahun. Kendala tersebut dapat diatasi
melalui usaha-usaha pengawetan hijauan pakan pada saat produksinya melimpah,
penggunaan sumber pakan inkonvensional, serta aplikasi teknologi fermentasi
(Diwyanto dan Inounu 2001). Salah satu usaha dalam penerapan teknologi
fermentasi adalah melalui proses ensilase untuk menghasilkan silase.
Silase merupakan salah satu teknik pengawetan pakan atau hijauan pada
kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikrobial oleh bakteri yang
berlangsung di dalam tempat yang disebut silo (McDonald et al. 2002). Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas silase hijauan tropis adalah dengan
penggunaan aditif pada proses ensilase yang dapat menstimulasi fermentasi
Bakteri Asam Laktat (BAL) (Bureenok et al. 2006). Penambahan aditif seperti
dedak padi yang memiliki kandungan nutrien menurut Hartadi et al. (2005) yaitu
serat kasar (SK) 11.6%, protein kasar (PK) 13.8%, dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) 48.7% diharapkan dapat meningkatkan kualitas silase. Ridwan
et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan dedak padi 1 - 5% pada pembuatan
silase rumput gajah berpengaruh terhadap kualitas silase.
Penambahan aditif berupa BAL komersial sudah banyak digunakan sebagai
starter pada pembuatan silase, namun penelitian Ohshima et al. (1997) yang
menggunakan hijauan dari daerah subtropika menunjukkan bahwa penggunaan
BAL yang diperoleh dari estrak rumput sejenis yang sudah difermentasi (BLEF)
menghasilkan kualitas silase yang lebih baik dibandingkan dengan inokulum yang
berasal dari aditif BAL komersial. Susanto et al. (2009) melaporkan bahwa
penambahan BLEF 3% (v/b) pada rumput tropika dapat meningkatkan kualitas
fermentasi silase.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas fisik dan kimiawi dari silase
tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada umur panen 70 hari
dengan penambahan aditif berupa dedak padi 3% (b/b) dan ekstrak sorgum
terfermentasi 3% (v/b).

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit tanaman sorgum
manis (Sorghum bicolor L. Moench) varietas Numbu yang berasal dari
Laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
sebanyak 10 kg serta bahan untuk pengamatan karakteristik awal bahan,

2
karakteristik fisik setelah ensilase, dan karakteristik fermentasi silase yang
dihasilkan.
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk persiapan lahan dan
penananaman, peralatan pemeliharaan tanaman, peralatan untuk pembuatan silase,
serta peralatan untuk pengamatan karakteristik awal bahan, karakteristik fisik
setelah ensilase, dan karakteristik fermentasi silase yang dihasilkan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Institut
Pertanian Bogor, Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan selama 5 bulan, dari bulan Maret 2013 sampai Juli 2013.
Prosedur Percobaan
Persiapan lahan
Lahan yang digunakan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman (land clearing).
Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor.
Selanjutnya dilakukan penggaruan dan diratakan, sehingga lahan siap ditanami.
Penanaman dan pemupukan
Penanaman dilakukan di 15 petak dengan ukuran tiap petak 4 x 5 m. Jarak
tanam yang digunakan adalah 30 x 45 cm dengan setiap lubang tanam diisi sekitar
3 – 5 biji kemudian ditutup dengan tanah ringan. Setelah umur 2 minggu, tanaman
dijarangkan dan ditinggalkan 2 tanaman agar dapat tumbuh secara optimum.
Pemupukan menggunakan pupuk standar berupa pupuk urea, triple super
phosphate (TSP), dan kalium klorida (KCl) dengan perbandingan berturut-turut
4 : 3 : 2. Dosis pupuk yang digunakan adalah sebesar 270 kg ha-1.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan sejak penananaman selesai dilakukan yang meliputi
pengairan, penjarangan tanaman, penyiangan, pembubunan, dan pengendalian
hama penyakit.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 70 hari. Pemanenan dilakukan pada
keadaan cuaca cerah/ terang dan pemotongan tanaman dilakukan pada pangkal
tanaman sorgum dengan panjang sekitar 15 – 25 cm di atas permukaan tanah.
Pembuatan ekstrak sorgum terfermentasi (EST)
Prosedur perbanyakan BAL pada ekstrak hijauan terfermentasi berdasarkan
metode yang dikemukakan oleh Bureenok et al. (2006).

3
Pembuatan silase
Tanaman sorgum setelah dipanen dilayukan selama 2.5 - 3 jam kemudian
dicacah berukuran 3 - 5 cm dan dihomogenkan. Tanaman sorgum tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik berukuran 2.5 kg, ditekan hingga
cukup padat sehingga kondisi anaerob dapat terjadi. Silo yang selesai dibuat,
disimpan dalam ruangan pada suhu kamar selama 21 hari.
Perlakuan
Penelitian terdiri atas 3 perlakuan kondisi silase yang berbeda-beda dengan
masing-masing 6 ulangan, yakni:
P0 = silase tanpa penambahan bahan aditif
P1 = silase dengan penambahan dedak padi 3% (b/b)
P2 = silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi (EST) 3% (v/b)
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kondisi awal bahan. Pengukuran kondisi awal bahan meliputi: a) proporsi
tanaman sorgum sebelum ensilase dengan menimbang proporsi tiap bagian
tanaman yaitu daun, biji, dan batang; b) kandungan bahan kering (BK) sebelum
ensilase menggunakan metode AOAC (1990); c) kandungan protein kasar (PK)
sebelum ensilase menggunakan metode Kjeldahl yang dikemukakan oleh AOAC
(2005); dan d) kandungan water soluble carbohydrate (WSC) sebelum ensilase
menggunakan metode fenol oleh Dubois et al. (1956) yang dimodifikasi Buysse
dan Merckx (1993).
Pengamatan karakteristik fisik silase. Pengukuran karakteristik fisik
silase dilakukan dengan pengujian sensori untuk peubah aroma, tekstur, warna,
dan keberadaan jamur, sedangkan suhu diukur menggunakan termometer.
Pengamatan karakteristik fermentatif silase. Pengukuran karakteristik
fermentatif silase meliputi: a) nilai pH silase menggunakan prosedur Naumann
dan Bassler (1997); b) kandungan bahan kering (BK) silase menggunakan metode
AOAC (1990); c) kehilangan bahan kering (BK) yang dihitung dari selisih berat
kering bahan awal sebelum ensilasi dengan berat kering setelah ensilasi; d)
konsentrasi volatile fatty acid (VFA) menggunakan teknik destilasi uap atau
Steam Destilation (General Laboratory Procedure 1966); e) kandungan protein
kasar (PK) silase menggunakan metode Kjeldahl yang dikemukakan oleh AOAC
(2005); f) konsentrasi N-NH3 silase menggunakan metode mikrodifusi Conway
(Conway dan O’Malley 1942); g) perombakan protein kasar (PK) yang diukur
dari perbandingan antara banyaknya protein yang dirombak menjadi NH3 (%)
dengan protein awal sampel (%); h) residual water soluble carbohydrate (WSC)
silase menggunakan metode fenol oleh Dubois et al. (1956) dimodifikasi Buysse
dan Merckx (1993); dan i) kehilangan water soluble carbohydrate (WSC) yang
didapatkan dari perhitungan selisih besaran kandungan WSC sebelum ensilase dan
residual WSC silase; serta j) perhitungan kualitas silase berdasarkan nilai fleigh.
Yang dihitung berdasarkan formula Kilic (1984):
NF = 220+(2 x BK(%) – 15) - (40 x pH)

4
Analisis Data
Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
tiga perlakuan dan enam kali pengulangan. Data pada pengamatan karakteristik
fisik (aroma, warna, tekstur, dan keberadaan jamur) dianalisis secara deskriptif
sedangkan data lainnya pada pengamatan kondisi awal bahan, karakteristik fisik
berupa suhu dan karakteristik fermentatif dianalisis menggunakan sidik ragam
(ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka
dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (1955) dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS 16.
Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah :
Yij = μ + τi + εij
Keterangan rumus (Matjik dan Sumertajaya 2006) :
Yij
= Nilai pengaruh perlakuan
μ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan dan ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Bahan
Silase tanaman sorgum manis yang digunakan pada penelitian ini
memanfaatkan seluruh bagian tanaman. Bagian-bagian tersebut meliputi batang,
bulir, dan daun. Data pada Tabel 1 memperlihatkan proporsi bagian-bagian dari
tanaman sorgum manis dengan umur panen 70 hari. Proporsi terbesar dimiliki
oleh bagian batang sebesar 59.72% diikuti oleh bagian daun dan bulir sebesar
31.54% dan 8.74%. Hasil pengamatan ini sejalan dengan penelitian Rahayu et al.
(2011) bahwa brangkas (batang dan daun) memiliki proporsi terbesar dari
tanaman sorgum manis.
Tabel 1 menunjukkan pula kandungan bahan kering (BK), protein kasar
(PK), dan karbohidrat larut air (WSC) tanaman sorgum manis umur 70 hari
setelah panen. Kandungan BK tanaman sorgum manis umur 70 hari yang
didapatkan sebesar 16.95%. Nilai ini lebih rendah dari tanaman jagung berumur
70 hari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2012) sebesar 17.99%.
Kadar protein kasar (PK) dan karbohidrat larut air (WSC) dari tanaman sorgum
Tabel 1 Proporsi bagian tanaman dan kualitas nutrisi tanaman sorgum manis umur
70 hari
Proporsi Botani (% BS)

a

Batang

Bulir

Daun

BK (%)a

Kualitas Nutrisi
PK (%)a

WSC (%)b

59.72 ± 2.16

8.74 ± 2.16

31.54 ± 1.36

16.95 ± 0.69

12.38 ± 0.46

9.97 ± 1.50

Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil
analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013); BS: bobot segar, BK:
bahan kering, PK: protein kasar, WSC: water soluble carbohydrate (karbohidrat larut air).

5
manis umur 70 hari bernilai 12.38% dan 9.97%. Nilai ini lebih kecil dari kadar PK
dan WSC tanaman jagung umur 70 hari yang bernilai 13.72% dan 16.46%
(Hidayah 2012). Namun, kadar WSC tanaman sorgum manis umur 70 hari ini
masih lebih tinggi dari nilai kandungan WSC hijauan yang berkualitas baik untuk
pembuatan silase yaitu 3 - 5% (McDonald et al. 1991).
Karakteristik Fisik Silase
Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisik silase yang dihasilkan
(Ferreira and Mertens 2005). Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, tekstur, dan
keberadaan jamur serta suhu. Karakteristik fisik silase tanaman sorgum manis
dapat dilihat pada Tabel 2. Aroma silase tanaman sorgum manis menunjukkan
aroma asam dan wangi fermentasi. Aroma silase perlakuan termasuk kedalam
kriteria kualitas silase yang baik. Silase yang baik memiliki aroma asam dan
wangi (Abdelhadi et al. 2005). Warna silase yang dihasilkan menunjukkan warna
hijau atau sama dengan warna tanaman sorgum sebelum ensilase. Saun and
Heinrichs (2008) menyatakan bahwa warna pada silase menggambarkan hasil
fermentasi selama proses ensilase dan silase yang berkualitas baik adalah silase
yang berwarna hampir sama dengan bahan sebelum ensilase.
Tekstur silase yang dihasilkan menunjukkan tekstur yang padat atau tidak
menggumpal, tidak berlendir, dan remah. Silase yang baik memiliki tekstur
lembut (Sandi et al. 2010). Seluruh silase tanaman sorgum manis yang dihasilkan
menunjukkan kondisi tidak berjamur. Persentase bagian berjamur pada silase
berkualitas baik adalah kurang dari 10% (Davies 2007). Suhu silase tanaman
sorgum manis yang dihasilkan dari seluruh perlakuan sebesar 30oC. Levitel et al.
(2009) menyatakan bahwa silase yang baik dapat dihasilkan pada suhu 30oC.
Tabel 2 Karakter fisik silase tanaman sorgum manis umur 70 hari
Perlakuan
P0
P1
P2

Aroma
Asam
Asam
Asam

Warna
Hijau alami
Hijau alami
Hijau alami

Peubah
Tekstur
Jamur
Padat Tidak ada
Padat Tidak ada
Padat Tidak ada

Suhu (oC)*
30.00 ± 0.00
30.00 ± 0.00
30.00 ± 0.00

P0 = Silase tanpa penambahan bahan aditif, P1 = silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2 =
silase dengan penambahan EST 3%; *Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas
Peternakan IPB (2013).

Karakteristik Fermentatif Silase
Karakteristik fermentatif silase yang meliputi pH, BK, VFA, dan kehilangan
BK disajikn pada Tabel 3. Hasil pengukuran nilai pH menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0.05). Nilai pH pada perlakuan P2 atau silase dengan
penambahan ekstrak sorgum terfermentasi memiliki pH yang paling rendah dari
pada perlakuan lainnya dengan nilai 3.57. Nilai pH yang dihasilkan pada seluruh
perlakuan silase berkisar antara 3.57 - 3.62 yang termasuk kategori silase baik
sekali. Wilkins (1988) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan

6
menjadi empat kategori, yaitu baik sekali (pH 3.2 - 4.2), baik (pH 4.2 - 4.5),
sedang (pH 4.5 - 4.8), dan buruk (pH >4.8).
Kandungan bahan kering (BK) merupakan aspek penting penentuan kualitas
silase. Hasil pengukuran kadar BK pada Tabel 3 menunjukkan hasil berbeda nyata
(P60%) pada komposisi total asam lemak terbang (VFA) silase.
Tabel 3 Hasil pengukuran pH, BK, VFA, dan kehilangan BK silase
Peubah*
Perlakuan
P0
P1
P2

pHa

BK (%)b

VFA (mM)a

3.59 ± 0.07
3.62 ± 0.07
3.57 ± 0.04

17.32 ± 0.42b
19.65 ± 0.57a
16.07 ± 0.73c

51.36 ± 14.39
63.47 ± 2.89
61.64 ± 16.30

Kehilangan BK
(%)b
0.62 ± 0.08b
0.15 ± 0.02a
1.68 ± 0.00c

*

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013); P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1:
silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. BK: bahan
kering, VFA: volatile fatty acid (asam lemak terbang).

Karakteristik fermentatif silase selanjutnya yang meliputi PK dan N-NH3
disajikan pada Tabel 4. Hasil pengukuran kadar protein kasar (PK) pada seluruh
perlakuan silase tanaman sorgum manis umur 70 hari menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0.05). Besarnya kandungan protein silase dipengaruhi oleh
besarnya kandungan protein bahan dan juga perombakan protein kasar. Protein
bahan akan mengalami penguraian pada saat ensilase, protein akan dirombak

7
menjadi asam amino dan polipetida yang kemudian diurai lebih lanjut menjadi
ammonia, VFA, dan CO2. Kondisi ini akan terjadi secara intensif apabila suplai
oksigen mencukupi.
Tabel 4 Hasil pengukuran PK dan N-NH3
Perlakuan
P0
P1
P2

Peubah*
PK (%)a

N-NH3 (%)b

13.91 ± 0.32
11.29 ± 3.46

3.61 ± 0.31a
6.10 ± 1.57b
3.21 ± 0.74a

12.85 ± 0.93

*

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak
Perah fakultas Peternakan IPB (2013); P0: Silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase
dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. PK: Protein Kasar,
N-NH3: amonia.

Perombakan protein menjadi ammonia nitrogen (N-NH3) pada silase
tanaman sorgum manis menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0.05) untuk seluruh perlakuan.
Hal ini diikuti pula oleh persentase kehilangan WSC yang juga menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata (P>0.05).
Residual WSC pada perlakuan P0 cenderung lebih tinggi dari pada
perlakuan lainnya dengan kadar WSC 1.05%, sedangkan kehilangan WSC
terbesar terdapat pada perlakuan P2 dengan angka kehilangan sebesar 9.04%.
Berdasarkan besarnya nilai kehilangan WSC dapat diduga BAL memanfaatkan
karbohidrat terlarut air lebih optimal dibandingkan perlakuan lainnya.
Nilai fleigh merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengukur
kualitas silase berdasarkan nilai kandungan bahan kering dan pH silase. Nilai
fleigh yang dihasilkan pada penelitian ini bernilai >85 sehingga dikategorikan
sebagai silase dengan kualitas sangat baik (Ozturk 2005). Namun antar perlakuan
dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang nyata (P