Pendahuluan PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER DI PAUD AININA MEJOBO KUDUS | Malaiha Dewi | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 266 1103 1 PB

119 Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Responsif Gender di PAUD Ainina Mejobo Kudus PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER DI PAUD AININA MEJOBO KUDUS Siti Malaiha Dewi Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus Abstract: One that perpetuates gender inequality is education at various levels. Then break ing the early gender bias chain through gender responsive learning at Pre-school PAUD on the agenda are not inevitable. Manipulating gender responsive learning can be taught in two aspects: teaching materials and teaching- learning process. The subject matter development is done by inserting a gender quality message into the subject matter. While the development of teaching and learning activities is carried out since teachers set instructional design models to the classroom learning implementation process. They are packaged so that the gender equality implementation could be realized. Keywords: development, Gender Responsive, learning model

A. Pendahuluan

Tatanan kehidupan umat manusia yang didominasi kaum laki-laki atas kaum perempuan menurut Collins 1975, Megawangi, 1999:86. sudah menjadi akar sejarah yang panjang. Dalam tatanan itu, menurut Simone de Beauvoir 2003 dalam bukunya The Second Sex, perempuan ditempatkan sebagai the second human being manusia kelas dua, yang berada di bawah superioritas laki-laki. Perempuan selalu dianggap bukan makhluk penting, melainkan sekedar pelengkap yang diciptakan dari dan untuk kepentingan laki-laki. Akibatnya, ada pembedaan peran antara laki- laki dan perempuan, dimana perempuan biasanya ditempatkan di ranah domestik, sedangkan laki-laki berada di ranah publik Beauvoir, 2003:ix. Akibat yang paling jelas dari situasi sosial seperti di atas adalah marjinalisasi proses peminggiran terhadap perempuan Mas’oed, 2003:209. dari arena publik seperti arena politik, ekonomi, serta pendidikan dan berakibat pada terjadinya kesenjangan gender di berbagai bidang tersebut. 120 ThufuLA Bentuk kesenjangan gender dalam pendidikan dapat diklasifikasi dalam beberapa dimensi, antara lain Sudarta, E Jurnal.unud.ac.id: Pertama, Kurangnya partisipasi under-participation. Dalam hal partisipasi pendidikan, perempuan di seluruh dunia menghadapi problem yang sama. Dibanding lawan jenisnya, partisipasi perempuan dalam pendidikan formal jauh lebih rendah. Di negara-negara dunia ketiga dimana pendidikan dasar belum diwajibkan, jumlah murid perempuan umumnya hanya separuh atau sepertiga jumlah murid laki-laki; Kedua, Kurangnya keterwakilan under- representation. Partisipasi perempuan dalam pendidikan sebagai tenaga pengajar maupun pimpinan juga menunjukkan kecenderung disparitas progresif. Jumlah guru perempuan pada jenjang pendidikan dasar umumnya sama atau melebihi jumlah guru laki-laki. Namun, pada jenjang pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi, jumlah tersebut menunjukkan penurunan drastis; Ketiga, Perlakuan yang tidak adil unfair treatment. Kegiatan pembelajaran dan proses interaksi dalam kelas seringkali bersifat merugikan murid perempuan. Guru secara tidak sadar cenderung menaruh harapan dan perhatian yang lebih besar kepada murid laki-laki dibanding murid perempuan. Para guru kadangkala cenderung berpikir ke arah “ self fulfilling prophecy” terhadap siswa perempuan karena menganggap perempuan tidak perlu memperoleh pendidikan yang tinggi; Keempat, Dimensi akses adalah fasilitas pendidikan yang sulit dicapai atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya yang terbatas. Faktor penyebabnya antara lain: beban tugas rumah tangga yang banyak dibebankan pada anak perempuan; Kelima, Dimensi proses pembelajaran adalah materi pendidikan seperti misalnya yang terdapat dalam contoh-contoh soal dimana semua kepemilikan selalu mengatasnamakan laki-laki. Dalam buku-buku pelajaran seperti misalnya semua jabatan formal dalam buku seperti camat dan direktur digambarkan dijabat oleh laki-laki. Selain itu ilustrasi gambar juga bias gender, yang seolah-olah menggambarkan bahwa tugas perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga dengan tugas-tugas menjahit, memasak dan mencuci Harian Suara Merdeka, 09 Agustus 2006. Sri Suciati mengungkapkan contoh bias gender dalam sistem pendidikan formal misalnya, dalam buku ajar banyak ditemukan gambar maupun rumusan kalimat yang tidak mencerminkan kesetaraan gender. Gambar seorang pilot selalu laki-laki karena pekerjaan sebagai pilot memerlukan kecakapan dan kekuatan yang “hanya” dimiliki oleh laki-laki. Sementara gambar guru yang sedang mengajar di kelas selalu perempuan karena guru selalu diidentikkan dengan tugas mengasuh atau mendidik Harian Suara Merdeka, 09 Agustus 2006. Permasalahan-permasalahan di atas terjadi tidak hanya di pendidikan tinggi tetapi semua level pendidikan termasuk pada pendidikan 121 Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Responsif Gender di PAUD Ainina Mejobo Kudus usia dini. Contoh nyata adalah pemberian mainan untuk anak laki-laki dan perempuan yang dikotak-kotakan dari awal dimana anak laki-laki diberikan mainan mobil-mobilan, pistol-pistolan, sementara anak perempuan diberikan mainan boneka-bonekaan, pasar-pasaran, dan sejenisnya. Anak tidak diberikan kebebasan untuk memilih mainan apa yang disukainya. Pengkotakan ini tentu mengkonstruk jati diri anak, sikap anak yang cenderung terpolakan menurut sterotype berdasarkan konstruk gender yang bias tersebut. Padahal dalam amandemen UUD 1945 pasal 28B ayat 2 dinyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dan dalam UU No. 23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Berdasar pada dua perundangan di atas, maka sudah seharusnya anak-anak baik laki-laki maupun perempuan tidak mendapat perlakuan yang dibeda-bedakan. Ainina sebagai salah satu penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini PAUD yang berkedudukan di Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus mencoba untuk mengikis sedikit demi sedikit model pembelajaranya menjadi model pembelajaran yang responsive gender. Meski belum sempurna, tulisan ini mencoba mengangkat upaya-upaya tersebut sehingga bisa dijadikan model PAUD yang responsive gender.

B. Pem belajaran Responsif Gender: Desain dan Indikatornya

Dokumen yang terkait

Pendidikan dan Pengembangan Potensi Anak Usia Dini | Atabik | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 1426 4811 1 PB

0 14 17

Strategi Belajar Out Door Bagi Anak PAUD | Susilowati | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 1423 4808 1 PB

0 1 18

PENTINGNYA PERAN BAHASA DALAM PENDIDIKAN USIA DINI (PAUD) | Muflihah | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 1420 4826 1 PB

0 0 15

Bermain Sebagai Metode Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini | Zaini | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 1432 4819 1 PB

0 1 17

APLIKASI PEMBELAJARAN MOTORIK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN ANAK USIA DINI | Yuni | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 2041 8600 1 PB

0 0 25

INTERNALISASI PENINGKATAN KECERDASAN LINGUISTIK VERBAL MELALUI MUATAN KURIKULUM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PAUD | Amalia | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 2022 8592 1 PB

0 0 18

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DALAM PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA DINI | | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 267 1104 1 PB

0 0 18

MENAKAR PRINSIP-PRINSIP FILOSOFIS DALAM PEMBELAJARAN RAUDLATUL ATHFAL | | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 260 1098 1 PB

0 0 16

EVALUASI SISTEM PEMBELAJARAN (Menelaah Landasan Filosofis Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Pengembangan Keilmuan di STAIN Kudus) | Mas’udi | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 1419 4803 1 PB

0 0 15

Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Raudhatul Athfal sebagai Upaya Mengembangkan Kecerdasan Anak | Setyaningrum | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 2015 8595 1 PB

0 0 18