MEMBANGUN KARAKTER NASIONALISME BANGSA M

(1)

MEMBANGUN KARAKTER NASIONALISME BANGSA MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BERDASARKAN

UNDANG UNDANG PERS NO 40 TAHUN 1999

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mempermudah Bidang Ujian Sarjana Dan Meraih Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

Nama :Trian Christiawan NPM : 110110110237

Program Kekhususan : Hukum Teknologi Pembimbing:

Dr. Nyulistiowati Suryanti, S.H.,M.H, CN Dadang Epi Sukarsa, S.H.,M.H

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG 2014


(2)

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dari berbagai perbedaan sistem pers yang dikemukakan para ahli komunikasi dan pengamat media, bagaimana sesungguhnya peranan kebebasan pers dalam sistem-sistem pers tersebut ?. 2. Teori pers manakah yang cocok untuk sistem pers pancasila

indonesia ?

3. Apa dampak positif dan negatif sebagai pembentukan karakter bangsa dari kebebasan pers yang dianut Indonesia ?

4. Sejauh apa peran Undang Undang Pers nomor 40 tahun 1999 terhadap pembentukan karakter bangsa ?

5. Perlukah dilakukan perubahan Undang Undang Pers nomor 40 tahun 1999 terkait degradasi moralitas bangsa ?


(3)

Outline

PENGKAJIAN VISI-MISI JOKOWI-JUSUF KALLA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN BANGSA YANG BERKEBUDAYAAN

MELALUI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 1999

TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah

1. Dari berbagai perbedaan sistem pers yang dikemukakan para ahli komunikasi dan pengamat media, bagaimana sesungguhnya peranan kebebasan pers dalam sistem-sistem pers tersebut ?

2. Teori pers manakah yang cocok untuk sistem pers pancasila indonesia ?

3. Apa dampak positif dan negatif dari kebebasan pers yang dianut Indonesia ?

4. Sejauh apa peran Undang Undang Pers nomor 40 tahun 1999 terhadap pembentukan karakter bangsa ?


(4)

5. Perlukah dilakukan perubahan Undang Undang Pers nomor 40 tahun 1999 terkait degradasi moralitas bangsa?

C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERAN PERS DI INDONESIA A. Pers Pancasila

1. Perkembangan pers dari masa ke masa di seluruh dunia

2. Pers sebagai alat pemersatu opini publik sebagai bagian pembangunan di Indonesia

3. Pengaturan mengenai Pers di Indonesia berdasarkan Undang Undang nomor 40 tahun 199 dan regulasi terkait

B. Aspek Yurisdiksi Dalam Dunia Pers Indonesia

1. Teori-Teori Pers dan implementasi nya dalam Undang Undang pers nomor 40 tahun 1999

2. Yurisdiksi Pers di Indonesia. C. Dasar Teori Teori kebebasan pers


(5)

1. Pers dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers

2. Bentuk-Bentuk Kebebasan Pers Indonesia

3. Pengaturan mengenai Pengawasan media massa di Indonesia

BAB III PERANAN PERS DI INDONESIA A. Konsep Kebebasan Pers

B. Undang-Undang nomor 40 tahum 1999

C. Kaitan Antara Undang-Undang 40 tahun 1999 dengan Konsep serta Teori mengenai Nasionalisme Pers

BAB IV ANALISIS MENGENAI KEBEBASAN PERS DAN WACANA NASIONALISME DI INDONESIA

A. Peran Pers dalam perkembangan sistem sistem pers yang berlaku

B. Korelasi teori teori Pers dengan teori Pers yang dianut Indonesia

C. Dampak kebebasan pers yang dianut oleh bangsa indonesia

D. Peranan pers dalam Undang Undang 40 tahun 1999 terkait pembangunan kepribadian budaya bangsa


(6)

E. Kelayakan Undang Undang nomor 40 tahun 1999 menghadapi degradasi kepribadian moral bangsa


(7)

KERANGKA PEMIKIRAN

Sistem pers dunia telah dipetakan sebagai hasil kajian buku Four Theories of The Press oleh Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm(1) yang mengkategorikan teori-teori pers di dunia dalam empat

teori pers yaitu teori pers otoriter, teori pers bebas teori pers bertanggung jawab social dan teori pers komunis Soviet. Tesis buku ini, pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur-struktur social politik di mana pers itu beroperasi.Untuk melihat perbedaan dan perspektif di mana pers berfungsi, harus dilihat asumsi-asumsi dasar yang dimiliki masyarakat itu mengenai hakikat manusia, hakikat masyarakat dan negara, hubungan antara manusia dan negara, hakikat pengetahuan dan kebenaran.Pada akhirnya, perbedaan antara system pers merupakan perbedaan filsafat yang mendasarinya.

Teori pers otoriter, diakui sebagai teori pers paling tua,berasal dari abad ke-16, berasal dari falsafah kenegaraan yang membela kekuasaan absolut.Penetapan tentang “hal-hal yang benar” dipercayakan hanya kepada segelintir “orang bijaksana” yang mampu memimpin. Jadi, pada dasarnya, pendekatan dilakukan dari atas kebawah. Pers harus mendukung kebijakan pemerintah dan mengabdi kepadanegara.Para penerbit diawasi melalui paten-paten, izin-izin terbit dan sensor. Konsep ini menetapkan pola asli bagi sebagian besar

1 . Sibert,Fred s. Peterson, Theodore. Schram, wilbur.1986. Empat Teori Pers,Jakarta: PT intermasa hal 2


(8)

system-sistem pers nasional dunia, dan masih bertahan sampai sekarang. Sebagian besar dunia selama beberapa periode telah menerima prinsip-prinsip dasar otoritarianisme sebagai pedoman tindakan-tindakan social, dan telah dipakai dalam pengawasan, pengaturan dan penggunaan media komunikasi massa. Walaupun teori otoriter telah dibuang di banyak negara demokratis, tetapi praktik-praktik otoritarian cenderung mempengaruhi proses demokrasi. Bahkan,praktek otoritarian hampir memaksa pemerintah libertarian mengambil langkah-langkah balasan beberapa aspek tidak dapat dibedakan dengan cara-cara otoritarian.

Kemudian lahir teori pers kedua, yaitu teori pers libertarian atau teori pers bebas.Teori ini mencapai puncaknya pada abad ke 19, manusia dipandang sebagai makhluk rasional yang dapat membedakan antara yang benar dan tidak benar.Pers harus menjadi mitra dalam upaya pencarian kebenaran.Kemudian berkembang pandangan dalam teori ini, pers perlu mengawasi pemerintah.Dari sini atribut pers sebagai the fourth estate setelah kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif menjadi umum diterima dalam teori pers libertarian.Oleh karenanya, pers harus bebas dari pengaruh dan kendali pemerintah.Dalam upaya mencari kebenaran, semua gagasan harus memiliki kesempatan yang sama untuk dikembangkan, sehingga yang benar dan dapat dipercaya akan bertahan,sedangkan yang sebaliknya akan lenyap.Teori ini paling banyak memberi landasan kebebasan yang tak terbatas kepada pers.Disini pers bebas paling banyak memberi informasi,hiburan dan tirasnya, namun pers


(9)

bebas juga paling sedikit berbuat kebajikan menurut ukuran umum dan sedikit mengadakan kontrol terhadap pemerintah(2) Dalam perusahaan

pers yang menganut teori pers bebas,sebagian besar aturan yang ada hanyalah untuk menciptakan keuntungan berupa materi bagi pemilik modal.Pers jenis ini cenderung kurang sekali tertarik pada soal-soal bagi kepentingan masyarakat.

Dua teori lainnya, social responsibility theory (teori pers bertanggungjawab social) dan Soviet communist theory (teori pers komunis Soviet) dipandang sebagai modifikasi yang diturunkan dari kedua teori sebelumnya.Teori pers bertanggung jawab social dijabarkan berdasarkan asumsi bahwa prinsip-prinsip teori pers libertarian terlalu menyederhanakan persoalan.Dalam pers bebas,para pemilik dan para operator pers yang terutama menentukan fakta-fakta apa saja yang boleh disiarkan kepada publik (fungsi gatekeeper) dan dalam versi apa (fungsi framing berita).Teori pers libertarian tidak berhasil memahami masalah-masalah proses kebebasan internal dan proses konsentrasi pers.Teori pers bertanggungjawab social yang ingin mengatasi kontradiksi antara kebebasan media massa dan tanggungjawab social . Rumusan ini dimuat dalam laporan Commission on the Freedom ,1949,dengan ketua Robert Hutchins.

Pengaruh laporan komisi tersebut sedikit banyak memberi warna terutama seputar tuntutan masyarakat Amerika agar pers untuk lebih

2 .Kusumaningrat, Hikmat. Jurnalistik: teori dan praktik; Bandung:Remaja Rosda Karya. 2005 hal 20


(10)

memperhatikan kepentingan masyarakatnya.Baru tahun 1956,pers Amerika mulai meninggalkan prinsip-prinsip teori pers libertarian dan bergeser ke pers yang bertanggung jawab social.Inilah bentuk kebebasan pers yang dikehendaki masyarakat Amerika yaitu kebebasan yang selalu dengan syarat terhadap kewajiban-kewajiban pers kepada masyarakat. Fungsi mendidik media massa perlu diberi ruang dan bobot yang lebih.Jangan hanya mencari keuntungan saja,tetapi juga menterjemahkan dengan tepat dari idealismenya (3)

Teori keempat, the Soviet communist theory,baru tumbuh 2 tahun setelah Revolusi Oktober 1917 di Rusia.Akar teori ini dari authoritarian theory.Sebanyak 10 dari 11 negara yang dulu berada dalam USSR menganut system ini.,sehingga tidak terdapat pers bebas yang ada hanya pers pemerintah.Dengan bubarnya Uni Soviet 25 Desember 1991, negara-negara tersebut sekarang telah melepaskan system politikkomunisnya.Kini teori pers komunis hanya dianut oleh RRC.

Denis McQuail menambahkan 2 teori pers lagi, yaitu teori pers pembangunan dan teori pers partisipan demokratik.

Teori pers pembangunan oleh McQuail dikaitkan dengan negara-negara dunia ketiga yang tidak memiliki ciri-ciri system komunikasi yang sudah maju Pada tahun 1967,dengan berdirinya Press Foundation of Asia menawarkan konsep jurnalisme pembangunan yang mendapat sambutan bagi negara-negara berkembang.Unsurpositif dari pers pembangunan,

3 . Sinansari Ecip,S. Kronologisituasi penggulingan soeharto,Mizan Pustaka:Bandung, 1998 hal 77


(11)

bahwa pers harus digunakan secara positif dalam pembangunan nasional untuk otonomi dan identitas kebudayaan nasional.

Dalam pendekatan makro teori komunikasi massa,teori peranan media dalam pembangunan dianggap sebagai teori normative.Beberapa prinsip utama teori media tersebut menurut McQuail(4) adalah sebagai

berikut:

1. Pers harus menerima dan ditetapkan secara nasional.

2. Kebebasan pers harus terbuka bagi pembatasan sesuai dengan prioritas-prioritas ekonomi dan kebutuhan- melaksanakan tugas-tugas pembangunan yang positif sesuai dengan kebijakan yang kebutuhan pembangunan bagi masyarakat.

3. Pers harus memberikan prioritas isinya kepada budaya dan bahasa nasional.

4. Pers harus memberi prioritas dalam berita dan informasi untuk menghubungkannya dengan negara-negara berkembang lain yang berdekatan secara geografis,budaya dan politis.

5. Para wartawan dan pekerja pers lainnya mempunyai tanggungjawab maupun kebebasan dalam tugas menghimpun dan menyebarkan informasi mereka.

6. Demi kepentingan tujuan pembangunan,negara mempunyai hak untuk ikut campur dalam atau membatasi ,operasi-operasi media


(12)

massa ,serta penyelenggaraan sensor ,pemberian subsidi dan kontrol langsung dapat dibenarkan.

7. Banyak negara berkembang menggunakan teori pers pembangunan dengan konsep jurnalisme pembangunan,termasuk Indonesia.Kebebasan pers yang dilaksanakan dengan prinsip pers bebas dan bertanggungjawab.Dalam pelaksanaan banyak kontrol penguasa terhadap media.Bahkan pembredelan pers kerap terjadi.Sesungguhnya praktik pers yang dijalankan mengaut system pers otoritarian.

Kemudian, ada versi konsep normative yang lebih sederhana yang dikemukakan Altschull(5), yang menyebutkan 3 bentuk dasar system pers.

Yaitu: (1) Sistem “pasar” dikaitkan dengan Dunia Pertama (kapitalis-liberal); (2) Sistem Marxis dikaitkan dengan Dunia Kedua (sosialis-Soviet), (3) Sistem “berkembang” yang dikaitkan dengan Dunia Ketiga (negara-negara sedang berkembang).

Menurut data terbaru yang dikeluarkan Freedom House tahun 2010 terkait dengan kebebasan pers di dunia, tampaknya Indonesia tercatat sebagai negara yang belum sepenuhnya memberi kebebasan terhadap pers, yaitu menduduki peringkat 108. Data ini dilansir saat peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia di Newseum Washington, DC.(6)

5. McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Sale

1991 hal 122

6 . http://www.voanews.com/daftar-urutan-kebebasan-pers-dunia.html. “Daftar Urutan Pers Sedunia” dipetik tanggal 3 juni 2014, dari : http://www.voanews.com.


(13)

Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial . Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaanmengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benarmelakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umummemperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the fourth estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif7. Fungsi peranan pers itu baru dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers dari pemerintah. Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar pers secara optimal dapat melakukan pernannya. Sulit dibayangkan bagaiman peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers. Pemerintah orde baru di Indonesia sebagai rezim pemerintahn yang sangat membatasi kebebasan pers . hal ini terlihat, dengan keluarnya

7 Masduki.2007.Regulasi penyiaran :dari otoriter ke liberal.Yogyakarta: PT.Lki5 hal 65


(14)

Peraturna Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengontrol isi redaksional pers dan pembredelan.

Selain diatas ada juga fungsi-fungsi menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.

2. Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.

3. Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.

4. Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1) Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan. 2) Social responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.


(15)

3) Social support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.

4) Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah.

5. Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sibert,Fred s. Peterson, Theodore. Schram, wilbur.1986. Empat Teori Pers,Jakarta: PT intermasa

Arifin, Anwar, Sistem Komunikasi Indonesia, Simbiosa Rekatama Media, (2011)

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). (2013). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Barat Ardianto, E., Lukiati, K., & Siti, K. (2012). Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung Simbiosa Rekatama Media.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Sale

Sinansari Ecip,S. Kronologisituasi penggulingan soeharto,Mizan Pustaka:Bandung, 1998


(1)

bahwa pers harus digunakan secara positif dalam pembangunan nasional untuk otonomi dan identitas kebudayaan nasional.

Dalam pendekatan makro teori komunikasi massa,teori peranan media dalam pembangunan dianggap sebagai teori normative.Beberapa prinsip utama teori media tersebut menurut McQuail(4) adalah sebagai berikut:

1. Pers harus menerima dan ditetapkan secara nasional.

2. Kebebasan pers harus terbuka bagi pembatasan sesuai dengan prioritas-prioritas ekonomi dan kebutuhan- melaksanakan tugas-tugas pembangunan yang positif sesuai dengan kebijakan yang kebutuhan pembangunan bagi masyarakat.

3. Pers harus memberikan prioritas isinya kepada budaya dan bahasa nasional.

4. Pers harus memberi prioritas dalam berita dan informasi untuk menghubungkannya dengan negara-negara berkembang lain yang berdekatan secara geografis,budaya dan politis.

5. Para wartawan dan pekerja pers lainnya mempunyai tanggungjawab maupun kebebasan dalam tugas menghimpun dan menyebarkan informasi mereka.

6. Demi kepentingan tujuan pembangunan,negara mempunyai hak untuk ikut campur dalam atau membatasi ,operasi-operasi media


(2)

massa ,serta penyelenggaraan sensor ,pemberian subsidi dan kontrol langsung dapat dibenarkan.

7. Banyak negara berkembang menggunakan teori pers pembangunan dengan konsep jurnalisme pembangunan,termasuk Indonesia.Kebebasan pers yang dilaksanakan dengan prinsip pers bebas dan bertanggungjawab.Dalam pelaksanaan banyak kontrol penguasa terhadap media.Bahkan pembredelan pers kerap terjadi.Sesungguhnya praktik pers yang dijalankan mengaut system pers otoritarian.

Kemudian, ada versi konsep normative yang lebih sederhana yang dikemukakan Altschull(5), yang menyebutkan 3 bentuk dasar system pers. Yaitu: (1) Sistem “pasar” dikaitkan dengan Dunia Pertama (kapitalis-liberal); (2) Sistem Marxis dikaitkan dengan Dunia Kedua (sosialis-Soviet), (3) Sistem “berkembang” yang dikaitkan dengan Dunia Ketiga (negara-negara sedang berkembang).

Menurut data terbaru yang dikeluarkan Freedom House tahun 2010 terkait dengan kebebasan pers di dunia, tampaknya Indonesia tercatat sebagai negara yang belum sepenuhnya memberi kebebasan terhadap pers, yaitu menduduki peringkat 108. Data ini dilansir saat peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia di Newseum Washington, DC.(6)

5. McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Sale 1991 hal 122

6 . http://www.voanews.com/daftar-urutan-kebebasan-pers-dunia.html. “Daftar Urutan Pers Sedunia” dipetik tanggal 3 juni 2014, dari : http://www.voanews.com.


(3)

Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial . Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaanmengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benarmelakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umummemperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi( the fourth estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif7. Fungsi peranan pers itu baru

dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers dari pemerintah. Menurut tokoh pers, jakob oetama , kebebsan pers menjadi syarat mutlak agar pers secara optimal dapat melakukan pernannya. Sulit dibayangkan bagaiman peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers. Pemerintah orde baru di Indonesia sebagai rezim pemerintahn yang sangat membatasi kebebasan pers . hal ini terlihat, dengan keluarnya

7 Masduki.2007.Regulasi penyiaran :dari otoriter ke liberal.Yogyakarta: PT.Lki5 hal 65


(4)

Peraturna Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengontrol isi redaksional pers dan pembredelan.

Selain diatas ada juga fungsi-fungsi menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.

2.Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.

3.Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.

4.Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1) Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan. 2) Social responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.


(5)

3) Social support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.

4) Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah.

5. Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sibert,Fred s. Peterson, Theodore. Schram, wilbur.1986. Empat Teori Pers,Jakarta: PT intermasa

Arifin, Anwar, Sistem Komunikasi Indonesia, Simbiosa Rekatama Media, (2011)

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS).

(2013). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Barat Ardianto, E., Lukiati, K., & Siti, K. (2012). Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung Simbiosa Rekatama Media.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan

Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Sale

Sinansari Ecip,S. Kronologisituasi penggulingan soeharto,Mizan Pustaka:Bandung, 1998