Anti Korupsi

Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Anti Korupsi
Dampak Korupsi dibidang Pendidikan
Oleh:
Nama : Yessy Anggreni
NPM : 110600142

Fakultas Hukum
Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara
Medan

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Pendidikan Anti Korupsi dalam bidang Pendidikan
Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak lepas dari hambatan dan kesulitan. Namun berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua penulis, yang memberikan
materiil sehingga dapat menyelesaikan tugas ini, dan kepada teman penulis yang memberikan
banyak masukan untuk penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan

saran yang menunjang kearah kesempurnaan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
sangat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, 07 November 2014

Yessy Anggreni

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1

Latar Belakang

Bab II Pembahasan
2.1

Dampak Korupsi dibidang Pendidikan


Bab III Penutup
Kesimpulan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Fakta!! [terkait dana BOS] Menurut data kasus korupsi tahun 2011, dari 435 kasus
korupsi di sepanjang tahun tersebut, 54 kasus diantaranya adalah kasus korupsi di “dunia
pendidikan“
Kebutuhan pendidikan yang tidak hanya terpatok dengan pendidikan yang gratis, apalagi
ditambah dengan berita miring yang terus berkembang mengenai dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) seharusnya menjadi satu wacana tersendiri yang harus segera di selesaikan.
Bagaimanapun juga, pendidikan gratis seharusnya menjadi satu wacana yang baik, apabila dana
BOS juga dimaksimalkan untuk pengadaan sarana-prasarana pendukung pembelajaran tanpa
adanya pungutan-pungutan di luar alokasi dana tersebut. Satu hal yang patut menjadi catatan

bagi dunia pendidikan adalah mengenai korupsi pendidikan. Menurut data kasus korupsi tahun
2011, dari 435 kasus korupsi di sepanjang tahun tersebut, 54 kasus diantaranya adalah
kasus korupsi di dunia pendidikan. Itu berarti, bahwa hingga saat ini, pendidikan sudah
menjadi salah satu komuditas korupsi bagi sebagian pihak. Apalagi jika berbicara masalah uang,
satu hal yang menjadi pasangan serasi korupsi pendidikan adalah masalah komersialisasi. Dari
tingkat perguruan tinggi, (apalagi) hingga sekolah-sekolah pemegang BOS pun tidak luput dari
pergerakan jaringan golongan korup meskipun di bungkus dengan cara-cara yang berbeda satu
sama lain.
Dampak konsumtif ini sendiri sudah dirasa meluas dan mulai merusakkan tingkat umur produktif
di Indonesia. Akibatnya, generasi Indonesia sekarang tidak dituntut dalam berpikir kreatif
produksi, apalagi riset teknologi baru. Sejatinya, pengaruh yang sederhana seperti ini akan sangat
berpengaruh terhadap usia produktif, jangan sampai dengan masa produktif yang tidak produktif,
Indonesia pun hanya bisa jalan di tempat, sementara negara-negara lain perlahan sudah mulai
mengembangkan teknologinya sendiri, dan bersaing dengan dunia global.

Persaingan dalam dunia kerja sekarang bukan hanya terbatas pada SDM dalam negeri, tetapi juga
persaingan dengan SDM Luar Negeri [/diambil dari http://www.rasikafm.co.id%5D
Keinginan Indonesia untuk bersaing dengan dunia global, terdapat satu celah yang hingga
sekarang masih belum bisa ditemukan yang pas dengan karakter Indonesia, yaitu tentang sistem
pendidikan. Sistem pendidikan yang masih labil, dinilai banyak pihak karena hingga saat ini,

Indonesia belum mempunyai sistem yang tepat. Pergantian sistem antara sistem satu dengan
yang lain kerap dilakukan meski sistem baru yang terapkan boleh dibilang belum cukup
mencapai target. Alasannya tetap, hanya untuk menambal sulam sistem sebelumnya, tetapi pada
kenyataannya beberapa kali pergantian sistem dirasa kurang memberikan perubahan seperti yang
diharapkan, bahkan yang seringkali terjadi pergantian sistem tersebut terkesan kurang
diolah sehingga pada pelaksanaannya di lapangan terjadi kekacauan atau banyak kelemahankelemahan baru yang bermunculan. Banyak yang meniru dengan kurikulum-kurikulum luar
negeri, alasannya agar bangsa Indonesia bisa bersaing dengan dunia global, memang tidak salah,
tetapi satu yang dilupakan adalah bagaimana dengan kurikulum tersebut penanaman agama, serta
nilai-nilai adat ketimuran tetap di junjung tinggi. Seperti yang telah kita ketahui saat ini,
besarnya arus globalisasi semakin lama semakin sulit untuk dibendung. Satu-satunya cara,
adalah membuat benteng “filterisasi” dalam diri sendiri untuk memilih mana yang bisa ditiru,
mana yang tidak. Tetapi, fakta yang ada saat ini, pemerintah dengan kurikulum yang ada, dirasa
masih kurang aktif dalam menempatkan nilai agama dalam pendidikan. Kecilnya alokasi waktu
pelajaran keagamaan dengan kurikulum saat ini sangatlah tidak sejalan dengan dasar pendidikan
Indonesia yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan UU nomor 20 tahun 2003 (tentang
Sistem Pendidikan Nasional) yang selalu menempatkan porsi agama pada level pertama dalam
setiap kata pendidikan. Akibatnya, saat ini tidak sedikit generasi-generasi pendidikan berjenjang
tinggi, tahu teknologi dan segala macam disiplin ilmu tetapi tidak seimbang dengan kualitas
iman dan taqwanya.


Permasalahan berikutnya, berbicara tentang pendidikan, salah satu komponen terpenting bagi
dunia pendidikan tak lain adalah tentang masalah pendidik itu sendiri. Bagaimana tidak, peran
seorang pendidik saat ini masih sering dipertanyakan mengingat kualitas pendidikan di Indonesia
masih jauh dari output yang diharapkan. Banyak pihak yang mengatakan bahwa banyaknya
permasalahan yang ada sekarang (termasuk dalam bidang politik negara), merupakan akibat dari
gagalnya proses pendidikan yang ada, dan satu-satunya yang paling banyak dipertanyakan tak
lain adalah kualitas guru itu sendiri. Berbicara tentang kualitas pengajar yang ada di Indonesia,
kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan,
menurut data kompas[3], dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini, dari 2,92 juta guru, baru
sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang
memenuhi syarat sertifikasi. Adapun 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi,
yakni sertifikat yang menunjukkan guru tersebut profesional. Hal inilah yang terkadang
menjadikan suatu masalah tersendiri ketika kita membicarakan tentang pembentukan metode
pembelajaran yang non konvensional dengan kualitas pengajar yang memang kurang mendukung
untuk dapat dibawa ke arah modernisasi dengan pengetahuan yang mumpuni.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1


Dampak Korupsi dibidang Pendidikan

Korupsi kata yang sudah taka sing lagi didengar oleh kita, korupsi sudah membudaya dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat terhadap
berbagai kehidupan bangsa dan Negara, khususnya dalam bidang pendidikan.
Perbuatan korupsi di bidang pendidikan akan berdampak langsung pada peserta didik sebagai
orang yang pertama mendapatkan dampak dari perbuatan korup ini. Karena tindak korupsi di
bidang pendidikan dapat saja melanggar Hak Asasi Manusia para peserta didik untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Kualitas pendidikan menjadi hal pertama yang diserang oleh tindak kourpsi dalam bidang
pendidikan. Merosotnya kualitas penddidikan ditandai dengan tidak adanya atau rendahnya
perlengkapan yang berkaualitas, adanya ukuran-ukuran mutu yang rendah. Hal ini jelas
berdampak, pengisian jabatan baik guru dan kepala sekolah yang dilakukan dengan proses korup
akan menempatkan para koruptor baru dalam jabatan guru dan kepala sekolah.
Ketika jabatan guru dan kepala sekolah sudah disisi dengan orang-orang berjiwa korup maka
kualitas pendidikan akan jauh menurun, karena orientasi mereka bukan lagi meningkatkan
kualitas pendidikan tapi bagaiman dengan berbagai cara mengumpulkan materi utuk pribadi
mereka. Sehingga mereka akan mengadakan program-program fiktif dan/ atau program-program
tidak mendasar atau mengada-ada yang tidak berdampak sama sekali untuk meningkatkan

kualitas pendidikan. Akan muncul para pembuat proyek fiktif, pungutan liar dan sebagainya yang
penting dapat mengembalikan modal dan mendapatkan keuntungan yang telah mereka tanam
ketika mereka membeli jabatan tersebut. Kualitas pendidikan akan semakin rapuh ketika dalam
bidang pendidikan tumbuh subur tindak pidana korupsi.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sila ke-lima dari Pancasila. melalui
perilaku pengisian jabatan guru dan kepala seklah selannjutnya perilaku korups dalam
penerimaan siswa baru dan undangan dari PTN akan menciderai rasa keadilan dari seluruh warga
negara Indonesia. Semua warga negara Indonsia berhak mendapatkan pendidikan yang
berkualitas.
Ketika terjadi tindak pidana korupsi dalam bidang pendidikan akan mematikan potensi dari
warga negara muda karena mereka akan kehilangan pendidikan yang berkualitas, dan
kesempatan untuk mengabdi kepada negara
Partisipasi warga negara dalam pendidikan merupakan usaha agar mewujudkan warga negara
yng terdidik. Semakin banyak partisipasi maka semakin banyak pula warga negara yang terdidik
dan hal ini merupakan modal utama negara dalam pembangunan. Tetapi ketika sarana dan

prasanara tidak tersedia yang diakibatkan dari tindak korupsi, maka akan menurunkan jumlah
partispasi warga negara dalam pendidikan dan ini jelas menguarangi potensi warga neagra
terdidik.
Pendidikan Indonesia bukan merupakan pendidikan yang sekuler, yang memisahkan agama

dalam mebentuk warga negara yang baik. Tindak Pidana korupsi dalam bidang pendidikan
menjadikan peserta didik kehilangan teladan bahkan kepercayaan terhdap sekolah dalam
mebentuk mereka. Sehingga muncul generasi yang memiliki akhlak yag sejalan dengan pejabat
dibidang pendidikan.
Benar juga pepatah yang mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” ketika jiwa
korup sudah meuncul dari pejabat-pejabat dalam bidang pendidikan bahkan termasuk kepala
sekolah dan guru. Maka siswa juga akan muncul jiwa korup karena mendapatkan teladan
langusng dari kepala sekolah dan guru.
Pendidikan Anti Korupsi harus didasari keimanan terhadap Tuhan YME, warga negara yang
cerdas, beriman dan bertakwa merupakan modal utama dari jiwa anti korupsi. Oleh karena itu,
sekolah harus menjadi lingkungan yang anti korupsi sehingga tidak terjadi pendekatan
formaslistik dalam pendidikan Anti korupsi tetapi pendekatan pembudayaan anti korupsi.

BAB III
KESIMPULAN

Korupsi sangat membudaya dikehidupan bangsa Indonesia, Korupsi berdampak bagi Pendidikan
bangsa. Merosotnya nilai pendidikan yang diakibatkan korupsi, berdampak besar bagi kehidupan
bangsa Indonesia, rendahnya kualitas dan pendidikan bagi peserta didik. Ketika terjadi tindak
pidana korupsi dalam bidang pendidikan akan mematikan potensi dari warga negara muda

karena mereka akan kehilangan pendidikan yang berkualitas, dan kesempatan untuk mengabdi
kepada Negara.