Pemilihan Lokasi Penelitian Pengumpulan Data Penelitian

I. PENDAHULUAN

Kabupaten Pati mewakili wilayah pulau Jawa yang potensial dengan hutan rakyat sengon, tanaman kayu cepat tumbuh, mudah diurus, dapat ditanam dengan teknik agroforestri atau campuran, mulai umur 4 tahun dapat dipanen dan permintaan pasar kayunya tinggi. Bagi petani di kawasan perbukitan kaki Gunung Muria di mana budidaya pada lahan bertopografi miring sudah biasa dilakukan dengan dominasi tanaman kayu-kayuan, maka keunggulan tanaman sengon berhasil menarik minat petani untuk mengusahakannya. Sengon tidak hanya ditanam bersama dengan tanaman semusim tetapi juga dengan berbagai jenis tanaman lain, seperti empon-empon, rumput pakan ternak, tanaman perkebunan, tanaman buah-buahan, dan tanaman kehutanan lain. Oleh karena itu, dari lahan hutan rakyat dapat diperoleh berbagai jenis hasil lahan, baik berupa hasil kayu HK maupun hasil bukan kayu HBK. Untuk mengetahui peran hutan rakyat dalam kehidupan rumah tangga petani, seperti di mana dan bagaimana petani mengusahakan hutan rakyat, program pemerintah apa yang berperan mendukung pengembangannya, bagaimana petani memanen, menangani hasil paska panen dan menjualnya, serta berapa besar kontribusinya terhadap pendapatan petani, karya tulis ini menyajikan informasi tentang “Peranan Kayu dan Hasil Bukan Kayu dari Hutan Rakyat pada Pemilikan Lahan Sempit: Kasus Kabupaten Pati”. Karya tulis ini merupakan bagian dari “Laporan Wilayah Studi Analisis Dimensi Sosial CBCF di Kabupaten Pati Tahun 2012” yang dibiayai oleh Proyek ACIAR “Overcoming Constraints to Community- B a s e d C o m m e r c i a l Fo r e s t r y i n I n d o n e s i a FST2008030”. Informasi yang dimuat dalam karya tulis ini meliputi: 1 gambaran wilayah studi, 2 lahan dan pemanfaatannya, 3 program pemerintah terkait hutan rakyat, 4 kontribusi pendapatan dari lahan hutan rakyat, dan 5 peranan hasil kayu dan HBK dalam usaha hutan rakyat. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam pembuatan kebijakan pemerintah yang terkait dengan Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat, dan Hutan Ke- masyarakatan Lima kecamatan dari bagian utara wilayah Pati, yaitu Kecamatan Margorejo, Gunungwungkal, Tlogowungu, Cluwak, dan Sidomulyo, terletak di kawasan perbukitan kaki Gunung Muria yang subur dan potensial dengan tanaman kayu rakyat jenis sengon. Tiga desa yakni Desa Giling Kecamatan Gunungwungkal, Desa Payak Kecamatan Cluwak dan Desa Gunungsari Kecamatan Tlogowungu dipilih sebagai lokasi studi karena masyarakatnya sudah banyak menanam dan menjual kayu sengon dan mata pencaharian utama dari mayoritas penduduknya adalah di sektor pertanian. Pengumpulan data dilakukan di Dusun Gemiring Desa Giling, Dusun Plaosan Desa Payak dan Dusun Pangonan Desa Gunungsari. Pemilihan responden didasarkan atas: 1 kelas luas pemilikan lahan mencakup rumah tangga yang . II. METODOLOGI

A. Pemilihan Lokasi Penelitian

B. Pengumpulan Data Penelitian

HBK yang tinggi terjadi di Desa Giling dan Gunungsari 71 - 87. Jenis HBK yang mempunyai kontribusi pendapatan besar yakni tanaman buah-buahan 31,58 - 75,11 dan tanaman perkebunan 22,13 - 55,41. Kontribusi pendapatan dari tanaman semusim di Desa Payak relatif tinggi dibandingkan kedua desa lainnya. HBK berperan penting dalam mempertahankan eksistensi hutan rakyat pada pemilikan lahan yang sempit karena dapat memberi pendapatan pada petani selama menunggu panen kayu. Selain itu, bila tanaman kayu dicampur dengan berbagai jenis tanaman penghasil HBK maka petani dapat memperoleh pendapatan secara berkesinambungan karena panen HBK terjadi secara bergilir. Dengan pertimbangan tersebut, pada wilayah-wilayah di mana pemilikan lahan oleh petani relatif sempit maka pembangunan Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat atau Hutan Kemasyarakatan direkomendasikan menggunakan teknik agroforestri dengan berbagai jenis tanaman semusim, empon-empon, tanaman hijauan pakan ternak, tanaman perkebunan, dan tanaman buah-buahan yang dapat menghasilkan berbagai jenis HBK ayu, hasil hutan bukan kayu, hutan rakyat, sengon, Pati . Kata kunci: K 114 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 3 September 2012, Hal. 113 - 125 memiliki dan tidak memiliki hamparan tanaman sengon, 2 sebagai anggota dan bukan anggota kelompok tani hutan dan 3 keterlibatan petani dalam kegiatan pengusahaan sengon. Pengumpulan data dipandu menggunakan Daftar Pertanyaan. Wawancara dan tatap muka dilakukan di Kantor Dishutbun Kabupaten Pati, Kantor UPT Pusat, Perum Perhutani KPH Pati dan tokoh masyarakat. Wawancara mendalam tingkat rumah tangga dilakukan kepada 15 orang petani per Dusun. Pertemuan kelompok dilakukan dengan beberapa pamong desa di setiap desa. Diskusi kelompok terarah dilakukan dengan 1015 orang perempuan tani serta 10-15 orang laki-laki tani per dusun. Pencatatan data sekunder. Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif kuantitatif di mana: 1 data atau variabel diklasifikasi berdasarkan kelompok masing-masing sehingga maknanya mudah untuk diinterpretasikan, 2 hasil analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk angka-angka atau gambar-gambar grafik dan 3 hasil analisis dideskripsikan agar dapat memberi gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai keadaan atau gejala yang ada sehingga menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang membutuhkan. Wilayah administratif Kabupaten Pati dibagi ke dalam 21 Kecamatan, 401 Desa, 5 Kelurahan, 1.106 Dusun serta 1.474 RW dan 7.524 RT. Di Kabupaten Pati terdapat hutan negara seluas 17.766 ha BPS

C. Analisis Data Penelitian