Rancang Bangun Inkubator Dengan Menggunakan Lampu Bohlam pada Bagian Atas dan Bawah

RANCANG BANGUN INKUBATOR DENGAN
MENGGUNAKAN LAMPU BOHLAM PADA BAGIAN ATAS
DAN BAWAH

NIKEN TRI HANDOYO

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Inkubator Dengan Menggunakan Lampu Bohlam pada Bagian Atas dan
Bawah adalah benar karya saya di bawah bimbingan dari Drs. M. N. Indro, M.Sc
dan Ardian Arief, S.Si, M.Si dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Niken Tri Handoyo
NIM G74090025

ABSTRAK
NIKEN TRI HANDOYO. Rancang Bangun Inkubator Dengan Menggunakan
Lampu Bohlam pada Bagian Atas dan Bawah. Dibimbing oleh Drs. M. N. Indro,
M.Sc dan Ardian Arief, S.Si, M.Si.
Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan inkubator ayam dengan
menggunakan 15 buah lampu, 9 lampu diletakkan pada bagian atas rak telur dan 6
lampu diletakkan dibawah lampu. Termostat yang digunakan untuk
mempertahankan temperatur menggunakan sensor LM35 dengan rentang
temperatur 1 ˚C-100 ˚C. Pengujian jarak lampu terhadap telur untuk melihat
sebaran temperatur pada permukaan rak telur dengan mengunakan beberapa
termometer yang diletakkan pada permukaan rak telur dan diolah menggunakan
software Surfer 11. Kelembaban dengan diberikan wadah penampungan air lebih
besar dibandingkan dengan tidak diberikan wadah penampungan air karena adanya

proses penguapan air. Pada masa inkubasi dilakukan pengukuran temperatur dan
kelembaban yang dilakukan selama 23 hari dan pengambilan data dilakukan
sebanyak 4 kali dalam sehari. Daya tetas inkubator ini mencapai 90%.
Kata kunci: daya tetas, kelembaban, temperatur

ABSTRACT
NIKEN TRI HANDOYO. Design of Incubator by Using light bulb on the Upper
and Lower. Supervised by Drs. M. N. Indro, M.Sc and Ardian Arief, S.Si, M.Si.
In this study has been conducted fabrication incubator eggs by using 15 lights
bulbs, 9 lights placed on the top egg tray and 6 lights bulbs placed under egg tray.
The thermostat is used to regulate the temperature using LM35 sensor with
temperature range 1 ˚ C-100 ˚ C. Testing distance lights bulbs against eggs to see
scatter the temperature at the surface egg tray by using some thermometer placed
on the surface a eggs tray and processed with software surfer 11. The humidity with
the given container shelter of water greater than the not given container shelter of
water due to the process of evaporation of water. At the time of incubation
temperature and humidity measurements during the 23 days and data retrieval is
performed four times in a day. hatchability of incubator eggs this reach 90%.
Keywords: hatchability, humidity, temperature


RANCANG BANGUN INKUBATOR DENGAN
MENGGUNAKAN LAMPU BOHLAM PADA BAGIAN ATAS
DAN BAWAH

NIKEN TRI HANDOYO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Rancang Bangun Inkubator Dengan Menggunakan Lampu Bohlam

pada Bagian Atas dan Bawah
Nama
: Niken Tri Handoyo
NIM
: G74090025

Disetujui oleh

Drs. M. N. Indro, M.Sc
Pembimbing I

Ardian Arief, S.Si, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Akhiruddin Maddu
Kepala Departemen Fisika

Tanggal Lulus:


Judul Skripsi: Rancang Bangun Inkubator Dengan Menggunakan Lampu Bohlam
Nama
NIM

pada Bagian Atas dan Bawah
: Niken Tri Handoyo
: G74090025

Disetujui oleh

("
Drs. M. N. Indro, M.Sc
Pembimbing I

, S.Si, M.Si
Pembimbing II

'7: \:;" ,).
t' L \Mセ セ

T
セaNn@
r "/

.
セNZ[@

|Nゥ[ZセG@

,

セ@

I

"' ..

.....

セL@


,

q,' "1f1J(.
' 1

L サH・ー。ャ@

セ@ Q Gj@ G エ\Gセ@

.

r

II....

C-

r-.i


'

.

' \,

Tanggal Lulus:

Diketahui oleh

,

A ',

.

!.U It.....

.


_ "

.

-vi:

J

13r. Akhilmddin Maddu
" ,.,
b⦅@ セ。イエ・ュョ@ '
..
Flslka

'0- 3 MAR 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul “Rancang Bangun Inkubator Dengan Menggunakan Lampu Bohlam

pada Bagian Atas dan Bawah” sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana
di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor.
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. M.N. Indro, M.Sc dan bapak Ardian Arief, S.Si, M.Si,
selaku pembimbing skripsi serta semua dosen dan staff Departemen
Fisika IPB.
2. Kedua orang tua, kakak dan adik semua keluarga besar yang selalu
memberikan doa, nasehat, semangat dan motivasi kepada penulis.
3. Lutfianur Caniago yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis.
4. Teman-teman seperjuangan di fisika instrument Esha A, Chriss
Leowardy S, Anugrah Permana Putra S, Rady P, yang telah banyak
membantu dalam proses penelitian.
5. Teman-teman satu angkatan Helen, Vina, Agie, Alpi, Upri, Indri, Miko,
Mamet, Arlin, Feby, Robi, Khusnul, Mita, Bayu, Zashli, Firda, dan juga
teman-teman angkatan 46 lainya yang telah banyak memberi motivasi
bagi penulis.
6. Adik-adik dan kakak-kakak tingkat di departemen fisika angkatan 48,

47, dan 45 yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kemajuan penelitian ini.

Bogor, Februari 2014
Niken Tri Handoyo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

1

Hipotesa

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Telur Tetas

2

Daya Tetas

2

Temperatur

2

Kelembaban

3

Termometer

3

Higrometer

4

METODE

4

Waktu dan Tempat Penelitian

4

Alat dan Bahan

4

Tahapan Penelitian

5

Pembuatan Rancang Bangun Inkubator

5

Pembuatan Inkubator

5

Pengujian Jarak Lampu Terhadap Telur

6

Pengujian Kelembaban Awal

7

Pemetaan Temperatur Menggunakan Software Surfer 11

7

Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Selama Masa Inkubasi

8

Persentase Daya Tetas

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Hasil Pembuatan Inkubator

9

Hasil Pengujian Jarak Lampu Terhadap Telur

9

Hasil Pengujian Kelembaban Awal

18

Hasil Pemetaan Temperatur Menggunakan Software Surfer 11

20

Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Selama Masa Inkubasi

26

Hasil Persentase Daya Tetas
SIMPULAN DAN SARAN

31
32

Simpulan

32

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

52

DAFTAR TABEL
1. Temperatur yang diperlukan selama proses penetasan telur ayam
2. Perlakuan jarak lampu terhadap telur
3. Pengujian jarak terhadap telur untuk persiapan masa inkubasi

3
7
16

DAFTAR GAMBAR
1. Box inkubator, letak lampu, dan rak telur
5
2. Jarak lampu terhadap telur
6
3. Letak termometer pada permukaan bagian atas (kiri) dan permukaan bagian
bawah (kanan)
6
4. Inkubator
9
5. Hasil pengukuran temperatur P1
10
6. Hasil pengukuran temperatur P2
10
7. Hasil pengukuran temperatur P3
11
8. Hasil pengukuran temperatur P4
11
9. Hasil pengukuran temperatur Q1
12
10. Hasil pengukuran temperatur Q2
12
11. Hasil pengukuran temperatur Q3
13
12. Hasil pengukuran temperatur Q4
13
13. Konfigurasi jarak lampu untuk persiapan masa inkubasi
16
14. Hasil pengukuran temperatur M1
17
15. Hasil pengukuran temperatur M2
17
16. Hasil pengujian kelembaban jarak lampu 5 cm terhadap rak telur
18
17. Hasil pengujian kelembaban jarak lampu 10 cm terhadap rak telur
19
18. Hasil pengujian kelembaban jarak campuran terhadap rak telur
19
19. Sebaran temperatur P1
21
20. Sebaran temperatur P2
21
21. Sebaran temperatur P3
22
22. Sebaran temperatur P4
22
23. Sebaran temperatur Q1
23
24. Sebaran temperatur Q2
23
25. Sebaran temperatur Q3
24
26. Sebaran temperatur Q4
24
27. Sebaran temperatur M1
25
28. Sebaran temperatur M2
25
29. Posisi telur pada inkubator
26
30. Temperatur selama masa inkubasi
27
31. Hari ke-1 masa inkubasi
27
32. Hari ke-5 masa inkubasi
28
33. Hari ke-13 masa inkubasi
28
34. Hari ke-20 masa inkubasi
29
35. Hari ke-21 masa inkubasi
29
36. Hasil pengukuran kelembaban rata-rata per hari selama masa inkubasi 30

DAFTAR LAMPIRAN
1. Diagram Alir Penelitian
2. Jadwal Kegiatan Penelitian
3. Data Sheet Thermostats E103
4. Data Sheet Termometer (kiri) dan Hyrometer (kanan)
5. Data temperatur P1
6. Data temperatur P2
7. Data temperatur P3
8. Data temperatur P4
9. Data temperatur Q1
10. Data temperatur Q2
11. Data temperatur Q3
12. Data temperatur Q4
13. Data temperatur M1
14. Data temperatur M2
15. Data temperatur selama masa inkubasi
16. Hasil pengujian kelembaban jarak lampu 5 cm terhadap rak telur
17. Hasil pengujian kelembaban jarak lampu 10 cm terhadap rak telur
18. Hasil pengujian kelembaban jarak campuran terhadap rak telur
19. Data kelembaban rata-rata per hari selama masa inkubasi
20. Dokumentasi

34
35
35
36
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asal mula beternak ayam adalah berasal dari ayam hutan liar yang
ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun
ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar yang ditujukan
untuk pemanfaatan telur dan dagingnya.¹
Seiring dengan perkembangan zaman, beternak ayam mengalami
perkembangan pesat. Kebutuhan akan telur dan daging ayam membuat para
perternak berusaha meningkatkan produksi telur dan daging ayam, baik secara
tradisional maupun secara modern. Peternak biasanya menggunakan alat bantu
penetasan telur untuk meninggkatkan produksinya (telur maupun daging) yang
disebut inkubator. Inkubator berfungsi untuk menggantikan proses pengeraman
yang dilakukan oleh indukan. Dengan menggunakan inkubator kapasitas penetasan
dapat dilakukan dengan jumlah yang banyak. Tingkat daya tetas menggunakan
inkubator memang lebih rendah jika dibandingkan dengan cara alami. Pengeraman
dengan ayam memiliki daya tetas 90% sampai dengan 100%, sedangkan dengan
inkubator daya tetasnya berkisar 75% sampai dengan 90% tergantung berbagai
faktor.²
Aspek penting untuk keberhasilan dalam penetasan telur dengan
menggunakan inkubator adalah pengaturan temperatur pada inkubator harus
konstan. Kebanyakan spesies unggas memiliki temperatur inkubasi optimum
sebesar 37 ̊ C sampai 38 ̊ C dan penyimpangan kecil dari temperatur tersebut dapat
memiliki dampak besar pada keberhasilan penetasan dan perkembangan embrio.³
Kelembaban relatif pada penetasan telur ayam sebesar 55% sampai 60% pada 1
sampai 18 hari penetasan telur dan 65% sampai 70% pada 3 hari terakhir.² Ventilasi
yang baik merupakan aspek penting yang sebagai pengaruh keberhasilan dalam
penetasan telur, ventilasi digunakan untuk sirkulasi udara dan pertukaran gas
sehingga tidak terjadi penumpukan gas CO dalam inkubator.

Perumusan Masalah
1. Bagaimana mempertahankan agar rentang temperatur dalam inkubator pada
kisaran 37 ˚C sampai 38 ˚C?
2. Bagaimana membuat kelembaban dalam inkubator sebesar 55% sampi
70%?
3. Berapakah jarak yang tepat antara lampu pemanas dengan telur agar
mendapatkan sebaran temperatur yang merata?

Tujuan Penelitian
1. Merancang inkubator dengan sistem pemanas lampu bohlam pada bagian
atas dan bawah telur yang ditetas.

2
2. Membuat rancang bangun inkubator dengan temperatur dalam mesin 37 ˚C
sampai 38 ˚C.
3. Mengukur temperatur dan kelembaban pada inkubator dengan rancang
bangun inkubator menggunakan sistem pemanas lampu bohlam pada
bagian atas dan bawah telur yang ditetaskan.
4. Mengetahui jarak yang tepat antara lampu dengan telur agar mendapatkan
sebaran temperatur yang merata.

Hipotesa
Pengaturan posisi dan jarak lampu dapat mempengaruhi sebaran temperatur
dan kelembaban pada inkubator.

TINJAUAN PUSTAKA
Telur Tetas
Telus tetas adalah telur yang berasal dari betina yang dibuahi oleh ayam
jantan. Pada pemeliharaan ayam petelur dilakukan untuk menghasilkan telur
konsumsi. Telur konsumsi dihasilkan dari indukan betina yang tidak dibuahi oleh
pejantan. Telur konsumsi tidak dapat ditetaskan dan tidak dapat menghasilkan
anakan, sebaliknya yang dapat ditetaskan dan menghasilkan anakan adalah telur
yang telah dibuahi.

Daya Tetas
Daya tetas atau hatchabilitas, yaitu angka yang menunjukkan persentase (%)
telur tetas itu berhasil menetas dari jumlah telur yang tertunas. Daya tetas dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut.


=










×

%

Telur yang tertunas sebanding dengan telur yang dimasukkan kedalam
inkubator. Jumlah telur yang tertunas merupakan banyaknya telur yang fertile atau
dibuahi oleh pejantan. Daya tetas yang rendah dapat disebabkan umur telur yang
digunakan terlalu lama (telah disimpan lebih dari satu minggu), temperature selama
penetasan tidak stabil atau fruktuasi, dan kelembaban pada inkubator tidak sesuai.
Temperatur
Panas yang umumnya diukur dalam satuan joule (J) atau dalam satuan lama
kalori (cal), adalah salah satu bentuk energy yang dikandung oleh suatu benda.
Sedangkan temperatur mencerminkan energi kinetik rata-rata dari gerakan
molekul-molekul. Temperatur merupakan gambaran umum keadaan energi suatu
benda. Temperatur adalah ukuran panas-dingin suatu benda yang dinyatakan

3
dalam suatu besaran temperatur atau temperatur. Temperatur merupakan salah satu
jenis besaran pokok yang dalam Satuan Internasional (SI) di nyatakan dengan
satuan K (Kelvin). Satuan temperatur yang umum dikenal ada empat macam yaitu
Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Perbandingan skala antara keempat
satuan tersebut masing-masing adalah 5 (Celcius) : 9 (Fahrenheit) : 4 (Reamur) : 5
(Kelvin). Sedangkan titik awal (titik nol) termometer dari keempat system tersebut
berbeda antara yang satu dengan yang lain, kecuali antara Celcius dengan Reamur.
Dari pengamatan berkali-kali pada induk ayam yang sedang mengeram ditemukan
bahwa temperatur yang diperlukan dalam penetasan selalu meningkat. Peningkatan
itu seiring dengan semakin tingginya metabolisme yang terjadi di dalam tubuh
embrio. Temperatur yang dibutuhkan selama proses penetasan telur seperti pada
Tabel 1.
Kelembaban
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan
dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volume. Kelembaban nisbi
(relative humidity, RH) membandingkan antara kandungan/tekanan uap air actual
dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.
Bila kelembaban actual dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka kepasitas
udara untuk menempung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Sehingga
kelembaban nisbi (RH) ditulis dalam persen (%) sebagai berikut.
�� =






×

%

Kelembaban relatif pada penetasan telur ayam sebesar 55% sampai 60% pada 1
sampai 18 hari penetasan dan 65% sampai 70% untuk 3 hari terakhir.²
Termometer
Alat-alat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer.
Ada banyak jenis termometer, tetapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa
sifat materi yang berubah terhadap temperatur. Sebagian besar termometer umum
bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya temperatur. Gagasan pertama
untuk termometer oleh Galileo, menggunakan pemuaian gas.
Tabel 1. Temperatur yang diperlukan selama proses penetasan telur ayam.⁸
Hari keTemperatur ( ̊F )
Temperatur ( ̊C )
1-2
98
36.67
3-4
99
37.22
5-7
100
37.78
8-10
101
38.33
11-16
102
38.89
17-21
103-104
39.44-40

4
Higrometer
Higrometer, biasanya digunakan untuk mengukur kelembaban, secara
umum dapat dibagi menjadi dua kategori RH higrometer dan higrometer titik
embun.¹⁰ RH Higrometer menggunakan persamaan¹⁰



�� =



×

%

sedangkan higrometer titik embun menggunakan persamaan¹⁰
�� =





ℎ�

ℎ�

� °�

×

%

untuk menentukan RH.¹⁰ RH biasanya diinformasikan dalam bentuk persentase.
Higrometer secara umum mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua
termometer.¹⁰ Termometer pertama dipergunakan untuk mengukur temperatur
udara biasa dan yang kedua untuk mengukur temperatur udara jenuh/lembab
(bagian bawah termometer diliputi kain/kapas yang basah).¹⁰ Termometer bola
kering adalah tabung air raksa yang dibiarkan kering sehingga akan mengukur
temperatur udara sebenarnya, sedangkan termometer bola basah membuat tabung
air raksa dibasahi agar temperatur yang terukur adalah temperatur saturasi/titik
jenuh, yaitu temperatur yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.¹⁰

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan januari 2013 sampai dengan bulan
Juni 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Terapan, Departemen
Fisika, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam. Alat
pengukuran yang dipakai termometer dan higrometer. Alat dan perlengkapan
lainnya antara lain kotak incubator telur, kabel, thermostat, wadah penampungan
air, lampu sebagai sumber pemanas, software Google SketchUp 8, dan software
Surfer 11.

5
Tahapan Penelitian
Pembuatan Rancang Bangun Inkubator
Sketsa rancang bangun inkubator menggunakan program Google SketchUp
8. Program tersebut dapat membantu pembuatan design inkubator dalam bentuk
3D.
Pembuatan Inkubator
Pembuatan inkubator mengikuti design yang telah dibuat pada program
Google SketchUp 8. Pembuatan inkubator dimulai dengan pembuatan box
inkubator (Gambar 1).
Kayu-kayu yang telah dipersiapkan dipotong sesuai dengan ukuran pada
gambar kerangka yang telah dibuat. Pada pembuatan rak telur dilakukan secara
terpisah dengan kotak inkubator. Pada bagian samping rak telur diberikan roda agar
mudah memasukkan dan mengeluarkan telur saat pemutaran telur.
Pemasangan sumber pemanas (lampu), dan komponen-komponen
pengukuran sepeti termometer digital, higrometer, termostat, bak penampungan air
dilakukan setelah kerangka inkubator telah terbentuk.
Ventilasi Udara pada inkubator dibuat dengan membuat lubang pada bagian
dinding inkubator dan diberikan penutup agar besar kecilnya lubang dapat diatur.
Ventilasi udara berfungsi sebagai pertukaran udara didalam mesin dengan
lingkungan luar mesin. Setelah embrio telur berkembang, telur akan mengeluarkan
gas CO . Gas tersebut akan dibuang keluar mesin melalui ventilasi udara.

Gambar 1 Box inkubator, letak lampu, dan rak telur

6

Pengujian Jarak Lampu Terhadap Telur
Pengujian jarak lampu menggunakan 15 lampu 5 Watt, dengan lampu pada
bagian atas sebanyak 9 buah dan lampu bagian bawah sebanyak 6 buah. Pengujian
jarak lampu terhadap telur asumsi tinggi rak telur sama dengan tinggi telur.
Pengujian dilakukan pada jarak 5 cm dan 10 cm seperti pada Gambar 2.
Jarak antara lampu bagian atas dan lampu bagian bawah dibuat sama.
Pengukuran temperatur dilakukan pada bagian atas rak telur dan bagian bawah rak
telur untuk setiap jarak 5 cm dan 10 cm. Pengukuran temperatur bagian bawah rak
telur bertujuan untuk mengetahui pengaruh lampu bagian bawah terhadap
temperatur pada rak telur. Ventilasi pada inkubator ditutup pada saat pengujian
dengan tujuan agar meminimalkan pengaruh dari lingkungan. Pengambilan data
dilakukan setiap 1 jam sekali selama 24 jam untuk setiap jarak. Letak termometer
pada bagian atas dan pada bagian bawah seperti Gambar 3. Pengujian jarak lampu
terhadap telur seperti Tabel 2.

Gambar 2 Jarak lampu terhadap telur

Gambar 3 Letak termometer pada permukaan bagian atas (kiri) dan permukaan
bagian bawah (kanan)

7
Tabel 2 Perlakuan jarak lampu terhadap telur
Perlakuan

Jarak Lampu yang Diberikan/Tanpa
Lampu
Menyala
Air

P1

5 cm

P2

5 cm

P3

5 cm

P4

5 cm

Q1

10 cm

Q2

10 cm

Q3

10 cm

Q4

10 cm

9 (atas)
6 (bawah)
9 (atas)
6 (bawah)
9 (atas)
6 (bawah)
9 (atas)
6 (bawah)
9 (atas)
6 (bawah)
9 (atas)
6 (bawah)
9 (atas)
6 (bawah)
9 (atas)
6 (bawah)

Temperatur
Permukaan yang
Diukur

diberikan air

atas

diberikan air

bawah

tanpa air

atas

tanpa air

bawah

diberikan air

atas

diberikan air

bawah

tanpa air

atas

tanpa air

bawah

Pengujian Kelembaban Awal
Pengujian yang dimaksudkan adalah pengujian kelembaban dalam ruang
inkubator tanpa diberikan bak air di dalam inkubator dan pengujian kelembaban
dalam ruang inkubator yang diberikan bak air di dalam inkubator dengan
menggunakan higrometer. Ventilasi pada inkubator ditutup pada saat pengujian
dengan tujuan agar meminimalkan pengaruh dari lingkungan. Perlakuan pengujian
tersebut dimaksudkan untuk memberikan informasi nilai kelembaban sebelum
diberikan bak air dan sesudah diberikan bak air. Pengujian dilakukan selama 24 jam
dengan posisi jarak lampu sesuai dengan pengujian jarak lampu untuk pengujian
kelembaban tanpa bak air dan dengan menggunakan bak air. Pengambilan data
dimulai saat lampu dinyalakan, dilakukan selama 24 jam dan data diambil setiap 1
jam sekali.
Pemetaan Temperatur Menggunakan Software Surfer 11
Data yang didapat dari masing-masing pengukuran, diolah dengan
menggunakan software surfer 11 agar dapat dilihat sebaran temperatur dari
inkubator. Dibutuhkan koordinat letak teremometer dan nilai dari temperatur agar
temperatur inkubator dapat dipetakan. Hasil dari software surfer 11 berupa kontur
temperatur dengan tingkatan warna tertentu.

8

Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Selama Masa Inkubasi
Pengukuran temperatur dan kelembaban merupakan proses akhir dimana
telur telah diletakkan di dalam inkubator sampai telur tersebut menetas. Pengukuran
temperatur dilakukan empat kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari, siang, sore, dan
malam hari karena pada saat saat itu mulai terjadi perubahan temperatur pada
lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan temperatur pada
inkubator. Pengukuran kelembaban dilakukan secara bersamaan saat pengukuran
temperatur. Pengukuran temperatur dan kelembaban berlangsung sampai telur
menetas.
Persentase Daya Tetas
Persentase keberhasilan dalam penetasan telur ditentukan oleh nilai daya
tetas inkubator tersebut.


=













×

%

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pembuatan Inkubator
Kotak inkubator terbuat dari kayu lapis atau plywood yang terdiri dari kotak
inkubator dan rak telur. Kotak inkubator berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm
sedangkan rak telur berukuran 51 cm x 54 cm x 5 cm. Rak telur dapat menampung
telur sebanyak 100 butir telur. Rak telur berada ditengah inkubator dengan jarak 20
cm dari alas inkubator. Lampu diletakan sebanyak 9 buah pada bagian atas dan 6
buah pada bagian bawah. Wadah penampung air terbuat dari bahan stainless steel
berukuran 40 cm x 30 cm x 5 cm yang diletakan di bagian bawah rak telur. Foto
hasil pembuatan inkubator seperti pada Gambar 4.
Termostat yang digunakan merupakan buatan industri rumahan dengan tipe
Termostat E103. Termostat diatur agar dapat menyala saat temperatur inkubator
dibawah 37 ˚C dan padam saat temperatur inkubator berada diatas 38 ˚C. Termostat
E103 menggunakan sensor temperatur LM35 dengan rentang temperatur 1 ˚C
samapai100 ˚C. Kalibrasi Termostat E103 dengan menyesuaikan temperatur pada
termometer yang menjadi acuan.
Hasil Pengujian Jarak Lampu Terhadap Telur
Hasil pengujian jarak lampu terhadap telur diperoleh data yang
menunjukkan hubungan antara waktu saat dinyalakannya lampu dengan temperatur
ruang inkubator. Letak termometer pada bagian atas permukaan rak telur dan
permukaan bagian bawah rak telur seperti pada Gambar 3. Pengujian jarak 5 cm
dilakukan sebanyak empat perlakuan ( Tabel 2 ) yaitu P1, P2, P3, dan P4, pengujian
tersebut masing-masing dilakukan selama 24 jam. Hasil pengujian jarak 5 cm (data
pada Lampiran 5, 6, 7, dan 8) ditunjukkan oleh Gambar 5 sampai Gambar 8.
Pengujian jarak 10 cm dilakukan sebanyak empat perlakuan ( Tabel 2 ) yaitu Q1,
Q2, Q3, dan Q4, pengujian tersebut masing-masing dilakukan selama 24 jam. Hasil
pengujian jarak 10 cm (data pada Lampiran 9, 10, 11, dan 12) ditunjukkan oleh
Gambar 9 sampai Gambar 12.

Gambar 4 Inkubator

TEMPERATUR ˚C

10
39,5
39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
28
27,5
27

T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000

60000

80000

100000

WAKTU (DETIK)

TEMPERATUR ˚C

Gambar 5 Hasil pengukuran temperatur P1

39,5
39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
0

20000

40000
60000
WAKTU

80000

Gambar 6 Hasil pengukuran temperatur P2

100000

TEMPERATUR ˚C

11
39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
28
27,5

T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000

60000

80000

100000

WAKTU (DETIK)

Gambar 7 Hasil pengukuran temperatur P3

39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
28
27,5

T
T
T

TEMPERATUR ˚C

T
T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000
60000
WAKTU (DETIK)

80000

Gambar 8 Hasil pengukuran temperatur P4

100000

TEMPERATUR ˚C

12
39,5
39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
28

T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000

60000

80000

100000

WAKTU (DETIK)

TEMPERATUR ˚C

Gambar 9 Hasil pengukuran temperatur Q1

39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
28
27,5

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
0

20000

40000
60000
WAKTU (DETIK)

80000

Gambar 10 Hasil pengukuran temperatur Q2

100000

TEMPERATUR ˚C

13

39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5

T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000
60000
WAKTU (DETIK)

80000

100000

TEMPERATUR ˚C

Gambar 11 Hasil pengukuran temperatur Q3

38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000
60000
WAKTU (DETIK)

80000

Gambar 12 Hasil pengukuran temperatur Q4

100000

14
Dari 8 grafik tersebut dapat di lihat terjadi perbedaan termperatur antara yang
diberikan air dan yang tidak diberikan air. Pada pengujian jarak 5 cm, perlakuan P1
(data Lampiran 5) memiliki temperatur tertinggi sebesar 38.8 °C dan temperatur
terendah sebesar 36.1 °C . Temperatur rata-rata tertinggi berada pada daerah sekitar
T sebesar 38.5 °C dan temperatur rata-rata terendah pada daerah sekitar T sebesar
36.3 °C. Perlakuan P1 secara keseluruhan memiliki temperatur rata-rata sebesar
37.5 °C. Perlakuan P2 (data Lampiran 6) memiliki temperatur tertinggi sebesar
38.9 °C dan temperatur terendah sebesar 35.8 °C. Temperatur rata-rata tertinggi
berada pada daerah sekitar T sebesar 37.9 °C dan temperatur rata-rata terendah
pada daerah sekitar T sebesar 35.9 °C. Perlakuan P2 secara keseluruhan memiliki
temperatur rata-rata sebesar 36.7 °C. Perlakuan P3 (data Lampiran 7) memiliki
temperatur tertinggi sebesar 38.0 °C dan temperatur terendah sebesar 34.4 °C.
Temperatur rata-rata tertinggi berada pada daerah sekitar T sebesar 37.4 °C dan
temperatur rata-rata terendah pada daerah sekitar T sebesar 36.0 °C. Perlakuan P3
secara keseluruhan memiliki temperatur rata-rata sebesar 36.6 °C. Perlakuan P4
(data Lampiran 8) memiliki temperatur tertinggi sebesar 38.1 °C dan temperatur
terendah sebesar 35.8 °C. Temperatur rata-rata tertinggi berada pada daerah sekitar
T sebesar 38.0 °C dan temperatur rata-rata terendah pada daerah sekitar T
sebesar 36.1 °C. Perlakuan P4 secara keseluruhan memiliki temperatur rata-rata
sebesar 36.7 °C. Data yang digunakan pada perlakuan P1, P2, P3, dan P4 untuk
nilai tertinggi, terendah, rata-rata tertinggi, rata-rata terendah, dan rata-rata secara
keseluruhan adalah data dari waktu satu jam pertama sampai 24 jam tanpa
menggunakan data waktu awal (detik ke-0). Perbandingan perlakuan P1 dan P3
terlihat pada nilai rata-rata keseluruhan, rata- rata keseluruhan P1 lebih besar
dibandingkan P3. Adanya penguapan air dari wadah penampungan air pada
inkubator menaikan temperatur rata-rata keseluruhan pada perlakuan P1.
Perbandingan perlakuan P2 dan P4 pada nilai rata-rata keseluruhan menunjukkan
nilai yang sama. Penguapan air dari wadah penampung air pada inkubator tidak
memberikan pengaruh pada nilai rata-rata keseluruhan P2. Hasil dari pengujian
pada jarak 5 cm masih terdapat temperatur yang berada di bawah 37.0 °C dan
terdapat temperatur yang berada di atas 38.0 °C pada permukaan bagian atas rak
telur.
Pada pengujian jarak 10 cm, perlakuan Q1 (data Lampiran 9) memiliki
temperatur tertinggi sebesar 38.6 °C dan temperatur terendah sebesar 36.5 °C .
Temperatur rata-rata tertinggi berada pada daerah sekitar T sebesar 38.1 °C dan
temperatur rata-rata terendah pada daerah sekitar T sebesar 36.9 °C. Perlakuan Q1
secara keseluruhan memiliki temperatur rata-rata sebesar 37.5 °C. Perlakuan Q2
(data Lampiran 10) memiliki temperatur tertinggi sebesar 38.1 °C dan temperatur
terendah sebesar 36.2 °C. Temperatur rata-rata tertinggi berada pada daerah sekitar
T sebesar 37.9 °C dan temperatur rata-rata terendah pada daerah sekitar T sebesar
36.3 °C. Perlakuan Q2 secara keseluruhan memiliki temperatur rata-rata sebesar
36.8 °C. Perlakuan Q3 (data Lampiran 11) memiliki temperatur tertinggi sebesar
38.4 °C dan temperatur terendah sebesar 36.2 °C. Temperatur rata-rata tertinggi
berada pada daerah sekitar T sebesar 38.1 °C dan temperatur rata-rata terendah
pada daerah sekitar T sebesar 36.3 °C. Perlakuan Q3 secara keseluruhan memiliki
temperatur rata-rata sebesar 37.2 °C. Perlakuan Q4 (data Lampiran 12) memiliki
temperatur tertinggi sebesar 37.4 °C dan temperatur terendah sebesar 36.0 °C.
Temperatur rata-rata tertinggi berada pada daerah sekitar T sebesar 37.2 °C dan

15
temperatur rata-rata terendah pada daerah sekitar T sebesar 36.2 °C. Perlakuan Q4
secara keseluruhan memiliki temperatur rata-rata sebesar 36.6 °C. Data yang
digunakan pada perlakuan Q1, Q2, Q3, dan Q4 untuk nilai tertinggi, terendah, ratarata tertinggi, rata-rata terendah, dan rata-rata secara keseluruhan adalah data dari
waktu satu jam pertama sampai 24 jam tanpa menggunakan data waktu awal (detik
ke-0). Perbandingan perlakuan Q1 dan Q3 terlihat pada nilai rata-rata keseluruhan,
rata- rata keseluruhan Q1 lebih besar dibandingkan Q3. Perbandingan perlakuan Q2
dan Q4 pada nilai rata-rata keseluruhan menunjukkan perlakuan Q2 memiliki nilai
temperatur rata-rata keseluruhan lebih besar dari pada nilai temperatur rata-rata
pada Q4. Penguapan air pada wadah penampungan air memberikan penambahan
uap air pada ruang inkubator yang menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur
rata-rata keseluruhan pada Q1 dan Q2. Hasil dari pengujian pada jarak 10 cm masih
terdapat temperatur yang berada di bawah 37.0 °C dan terdapat temperatur yang
berada di atas 38.0 °C pada permukaan bagian atas rak telur.
Perbandingan antara perlakuan P1 dengan Q1, perlakuan P1 dan Q1 memiliki
nilai rata-rata keseluruhan yang sama sebesar 37.5 °C. Perlakuan P1 memiliki
selang antara 36.1 °C - 38.8 °C sedangkan Q1 memiliki selang antara 36.5 °C 38.6 °C. Perlakuan P1 memiliki selang lebih lebar dibandingkan selang perlakuan
Q1. Perbandingan antara perlakuan P2 dengan Q2, perlakuan Q2 memiliki nilai
rata-rata keseluruhan lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2. Perlakuan P2
memiliki selang antara 35.8 °C - 38.9 °C, sedangkan pelakuan Q2 memiliki selang
antara 36.2 °C - 38.1 °C. Perlakuan P2 memiliki selang lebih lebar dibandingkan
selang perlakuan Q2. Perbandingan antara perlakuan P3 dengan Q3, perlakuan Q3
memiliki nilai temperatur rata-rata keseluruhan lebih besar dibandingkan P3.
Perlakuan P3 memiliki selang antara 34.4 °C – 38.0 °C, sedangkan pelakuan Q3
memiliki selang antara 36.2 °C - 38.4 °C. Perlakuan P3 memiliki selang lebih lebar
dibandingkan selang perlakuan Q3. Perbandingan antara perlakuan P4 dengan Q4,
perlakuan P4 memiliki nilai temperatur rata-rata keseluruhan lebih besar
dibandingkan Q4. Perlakuan P4 memiliki selang antara 35.8 °C - 38.1 °C,
sedangkan pelakuan Q4 memiliki selang antara 36.0 °C - 37.4 °C. Perlakuan P4
memiliki selang lebih lebar dibandingkan selang perlakuan Q4. Pengujian jarak 10
cm memiliki selang temperatur lebih kecil dibandingkan pengujian jarak 5 cm.
Pada perlakuan P1 nilai temperatur pada daerah sekitar T dan T melebihi
38 °C, sedangkan pada daerah sekitar T temperaturnya kurang dari 37 °C. Pada
perlakuan P2, permukaan bagian bawah rak telur daerah sekitar T dan T memiliki
temperatur yang lebih tinggi dibandingkan yang daerah lainnya, disebabkan
perngaruh dari lampu bagian bawah. Daerah sekitar T dan T berada tepat di atas
lampu bagian bawah. Daerah selain T dan T memiliki temperatur dengan rentang
antara 36 °C sampai 36.8 °C. Pada perlakuan P3 nilai temperatur daerah dekat T ,
T , T , T , dan T kurang dari 37 °C. Pada perlakuan P4, permukaan bagian bawah
rak telur daerah sekitar T memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan
yang daerah lainnya, disebabkan pengaruh dari lampu bagian bawah. Pada
perlakuan Q1 nilai temperatur daerah sekitar T kurang dari 37 °C, sedangkan
daerah lainnya memiliki rentang diantara 37 °C sampai 38 °C. Pada perlakuan Q2,
daerah sekitar T , T , dan T memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan
yang daerah lainnya. Daerah selain T , T , dan T memiliki temperatur dengan
rentang antara 36.3 °C sampai 36.8 °C. Pada perlakuan Q3 nilai temperatur daerah
dekat T , T , T , dan T kurang dari 37 °C, sedangkan daerah dekat T memiliki

16
temperatur lebih dari 38 °C . Pada perlakuan Q4, daerah sekitar T memiliki
temperatur yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.
Hasil pengujian jarak 5 cm dan 10 cm cm masih terdapat temperatur yang
berada di bawah 37.0 °C dan terdapat temperatur yang berada di atas 38.0 °C pada
permukaan bagian atas rak telur. Perlakuan tambahan mengikuti konfigurasi jarak
lampu untuk persiapan masa inkubasi dapat dilihat pada Gambar 16. Konfigurasi
jarak lampu tersebut diambil berdasarkan dasarnya data dari pengujian jarak 5 cm
dan 10 cm. Jarak lampu bagian bawah 5 cm dari permukaan rak bagian bawah
bertujuan untuk meningkatkan penguapan air karena berada sejajar dengan wadah
penampung air sehingga dapat meningkatkan kelembaban. Letak termometer pada
bagian atas permukaan rak telur dan permukaan bagian bawah rak telur seperti pada
Gambar 3. Perlakuan tambahan untuk persiapan masa inkubasi seperti Tabel 3,
masing-masing perlakuan dilakukan selama 24 jam pengambilan data dilakukan
setiap satu jam sekali. Hasil pengujian tersebut ditunjukkan pada Gambar 14 dan
Gambar 15.
Tabel 3 Pengujian jarak terhadap telur untuk persiapan masa inkubasi
Perlakuan
Jarak
Lampu Diberikan/Tanpa Temperatur
Lampu
yang
Air
Permukaan
Menyala
yang
Diukur
M1

5 cm dan
10 cm

9 (atas)
6 (bawah)

diberikan air

Atas

M2

5 cm dan
10 cm

9 (atas)
6 (bawah)

diberikan air

Bawah

Gambar 13 Konfigurasi jarak lampu untuk persiapan masa inkubasi

TEMPERATUR ˚C

17

39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
28
27,5
27

T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000
60000
WAKTU (DETIK)

80000

100000

TEMPERATUR ˚C

Gambar 14 Hasil pengukuran temperatur M1

39,5
39
38,5
38
37,5
37
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
33
32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
28
27,5

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

0

20000

40000

60000

80000

WAKTU (DETIK)

Gambar 15 Hasil pengukuran temperatur M2

100000

18

Pengujian jarak terhadap telur untuk persiapan masa inkubasi, Perlakuan
M1 (data Lampiran 13) memiliki temperatur tertinggi sebesar 38.2 °C dan
temperatur terendah sebesar 36.9 °C . Temperatur rata-rata tertinggi berada pada
daerah sekitar T sebesar 37.9 °C dan temperatur rata-rata terendah pada daerah
sekitar T sebesar 37.1 °C. Perlakuan M1 secara keseluruhan memiliki temperatur
rata-rata sebesar 37.5 °C. Perlakuan M1 memiliki selang antara 36.9 °C - 38.2 °C
mendekati selang temperatur optimum untuk penetasan telur yaitu 37.0 °C –
38.0 °C. Perlakuan M2 (data Lampiran 14) memiliki temperatur tertinggi sebesar
38.7 °C dan temperatur terendah sebesar 35.9 °C . Temperatur rata-rata tertinggi
berada pada daerah sekitar T sebesar 38.2 °C dan temperatur rata-rata terendah
pada daerah sekitar T sebesar 36.1 °C. Perlakuan M1 secara keseluruhan memiliki
temperatur rata-rata sebesar 36.8 °C. Perlakuan M1 memiliki selang antara 35.9 °C
- 38.7 °C. Data yang digunakan pada perlakuan M1 dan M2 untuk nilai tertinggi,
terendah, rata-rata tertinggi, rata-rata terendah, dan rata-rata secara keseluruhan
adalah data dari waktu satu jam pertama sampai 24 jam tanpa menggunakan data
waktu awal (detik ke-0).
Hasil Pengujian Kelembaban Awal

KELEMBABAN (%)

Kelembaban relatif pada penetasan telur ayam sebesar 55% sampai 60%
pada 1 sampai 18 hari penetasan dan 65% sampai 70% untuk 3 hari terakhir.² Pada
pengujian kelembaban, alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah
higrometer. Higrometer diletakkan tepat di tengah permukaan atas rak telur agar
dapat mengetahui kelembaban di sekitar telur saat masa inkubasi, dengan asumsi
bahwa kelembabannya merata ke seluruh ruang inkubator. Pengujian kelembaban
dilakukan selama 24 jam dan data diambil pada setiap 1 jam sebanyak dua
perlakuan untuk setiap jarak, yaitu diberikan air dan tanpa diberikan air. Hasil dari
pengujian kelembaban pada jarak 5 cm, 10 cm, dan jarak lampu campuran untuk
persiapan masa inkubasi, kelembaban ruang inkubator sudah memenuhi
persyaratan yang diperlukan dalam penetasan telur. Kelembaban dengan diberikan
wadah penampungan air lebih besar dibandingkan dengan tidak diberikan wadah
penampungan air karena adanya proses penguapan air. Hasil pengujian jarak 5 cm,
10 cm, dan jarak lampu campuran ditunjukkan pada Gambar 16 sampai Gambar 18.
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45

diberikan air
tanpa
diberikan air

0

20000

40000

60000

80000

100000

WAKTU (DETIK)

Gambar 16 Hasil pengujian kelembaban jarak lampu 5 cm terhadap rak telur

KELEMBABN (%)

19
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45

diberikan air
tanpa diberikan
air

0

20000

40000

60000

80000

100000

WAKTU (DETIK)

KELEMBABAN (%)

Gambar 17 Hasil pengujian kelembaban jarak lampu 10 cm terhadap rak telur

95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45

diberikan air
tanpa diberikan air

0

20000

40000

60000

80000

100000

WAKTU (DETIK)

Gambar 18 Hasil pengujian kelembaban jarak campuran terhadap rak telur

Hasil pengujian kelembaban jarak lampu 5 cm terhadap rak telur (data
Lampiran 14), kelembaban terendah pada perlakuan dengan diberikan air sebesar
60%, sedangkan tanpa diberikan air sebesar 51%. Hasil pengujian kelembaban
jarak lampu 10 cm terhadap rak telur (data Lampiran 15), kelembaban terendah
pada perlakuan dengan diberikan air sebesar 60%, sedangkan tanpa diberikan air
sebesar 52%. Hasil pengujian kelembaban jarak campuran terhadap rak telur (data
Lampiran 16), kelembaban terendah pada perlakuan dengan diberikan air sebesar
62%, sedangkan tanpa diberikan air sebesar 46%. Kelembaban nisbi di daerah
Bogor cukup tinggi kurang lebih 70%,¹¹ mempengaruhi kelembaban nisbi dalam
ruang inkubator. Kelembaban jenuh selama 24 jam saat lampu dinyalakan pada
ruang inkubator cukup tinggi karena adanya pengaruh dari lingkungan.

20
Hasil Pemetaan Temperatur Menggunakan Software Surfer 11
Data hasil pengujian jarak terhadap telur, kemudian diolah menggunakan
software surfer 11 untuk melihat sebaran temperatur disetiap wilayah permukaan
rak telur. Surfer 11 membutuhkan nilai koordinat dari setiap termometer dan
besarnya nilai temperatur yang diukur. Hasil pengujian jarak 5 cm, 10 cm, dan jarak
campuran ditunjukkan oleh Gambar 19 sampai Gambar 28 . Hasil dari pengujian
jarak 5 cm dan 10 cm terhadap lampu pada permukaan rak telur bagian atas
menunjukkan sebaran temperatur yang kurang merata pada setiap daerah
permukaan rak telur, masih terdapat daerah yang temperaturnya kurang dari rentang
37 ˚C sampai 38 ˚C. Pada pengujian jarak campuran sudah memenuhi persyaratan
untuk penetasan telur ayam. Pada setiap daerah permukaan rak telur bagian atas
temperaturnya antara 37 ˚C dan 38 ˚C.
Hasil pemetaan temperatur menggunakan software surfer 11, pada
perlakuan P1 temperatur terendah terletak pada koordinat (44.9 , 4.1) sebesar 36.3˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (26.9 , 40.2) sebesar 38.5 ˚C.
Perlakuan P2 temperatur terendah terletak pada koordinat (24.5 , 51) sebesar 35.9˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (3.4 , 27.5) sebesar 37.9 ˚C.
Perlakuan P3 temperatur terendah terletak pada koordinat (5.5 , 47.6) sebesar
35.9˚C dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (26.4 , 13) sebesar 37.4 ˚C.
Perlakuan P4 temperatur terendah terletak pada koordinat (24.5 , 51) sebesar 36.0˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (3.4 , 27.5) sebesar 38.0 ˚C.
Perlakuan Q1 temperatur terendah terletak pada koordinat (8.1 , 6.1) sebesar 36.8˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (26.9 , 40.2) sebesar 38.1 ˚C.
Perlakuan Q2 temperatur terendah terletak pada koordinat (26.4 , 13) sebesar 36.3˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (48 , 27.2) sebesar 37.8 ˚C.
Perlakuan Q3 temperatur terendah terletak pada koordinat (5.5,4.1) sebesar 36.2 ˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (26.9 , 40.2) sebesar 38.1 ˚C.
Perlakuan Q4 temperatur terendah terletak pada koordinat (8.1 , 6.1) sebesar 36.1˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (17.2 , 28) sebesar 38.1 ˚C.
Perlakuan M1 temperatur terendah terletak pada koordinat (8.1 , 6.1) sebesar 37.1˚C
dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (17.2 , 28) sebesar
37.9˚C.Perlakuan Q4 temperatur terendah terletak pada koordinat (24.5 , 51)
sebesar 36.0˚C dan temperatur tertinggi terletak pada koordinat (3.4 , 27.5) sebesar
38.2 ˚C. Daerah yang memiliki temperatur tinggi ditandai dengan warna yang lebih
gelap, sedangkan daerah yang berwarna terang memiliki temperatur lebih rendah.
Pada perlakuan M1 terlihat bahwa warna dari kontur rak telur sudah hampir sama,
ini menunjukkan bahwa sebaran temperatur pada permukaan rak telur bagian atas
pada perlakuan M1 sudah hampir merata.

21

Gambar 19 Sebaran temperatur P1

Gambar 20 Sebaran temperatur P2

22

Gambar 21 Sebaran temperatur P3

Gambar 22 Sebaran temperatur P4

23

Gambar 23 Sebaran temperatur Q1

Gambar 24 Sebaran temperatur Q2

24

Gambar 25 Sebaran temperatur Q3

Gambar 26 Sebaran temperatur Q4

25

Gambar 27 Sebaran temperatur M1

Gambar 28 Sebaran temperatur M2

26
Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Selama Masa Inkubasi
Inkubator diletakkan di sebuah ruangan agar terhindar dari perubahan
temperatur dan kelembaban secara drastis. Jarak lampu yang dipakai oleh inkubator
adalah jarak lampu campuran yaitu jarak lampu 5 cm dan jarak lampu 10 seperti
pada Gambar 16. Sebelum telur dimasukkan ke dalam inkubator, temperatur
inkubator dijaga agar konstan dengan rentang 37 ˚C sampai 38 ˚C selama kurang
lebih 2 jam sebelum telur dimasukkan. Telur yang telah disediakan sebanyak 50
butir telur ayam arab. Sebelum telur dimasukkan, telur disimpan dengan temperatur
yang rendah dan kelembaban yang tinggi kerena temperatur yang rendah dapat
memperlambat perkembangan embrio sampai telur siap untuk dimasukkan kedalam
inkubator, sedangkan kelembaban yang tinggi akan mengurangi proses penguapan
pada telur.² Telur diberikan tanda “X” pada satu sisi dan tanda “O” pada sisi
belakang atau berlawanan, tanda tersebut berguna untuk memudahkan dalam
mengetahui posisi akhir pada saat proses pemutaran telur selama masa inkubasi.
Posisi telur pada inkubator seperti pada Gambar 29 dan letak termometer seperti
Gambar 3 (kiri).
Hasil pengukuran temperatur selama masa inkubasi ditunjukkan oleh
Gambar 30. Termometer 2 (T ), Termometer 7 (T ),dan Termometer 8 (T ) adalah
termometer yang berada dekat telur di dalam ruang inkubator, sedangkan
Termometer 1 atau termostat (T ), Termometer 3 (T ), Termometer 4 (T ),
Termometer 5 (T ), dan Termometer 6 (T ) termometer sebagai kontrol temperatur
dalam ruang inkubator. Pada awal masa inkubasi temperatur yang berada didekat
telur mejadi rendah sedangkan temperatur yang berada ruang inkubator umumnya
meningkat. Pada hari ke-12 terjadi perkembangan embrio dari telur yang ditandai
dengan naiknya temperatur pada T , T , dan T . Embrio pada telur berkembang
terus sampai pada hari ke-20 ditandai dengan meningkatnya temperatur pada T ,
T , dan T . Pada hari ke-20 telur mulai menetas, temperatur pada T , T , dan T
mulai mengalami penurunan. Sebaran temperatur pada masa inkubasi ditunjukkan
oleh Gambar 31 sampai Gambar 35.

Gambar 29 Posisi telur pada inkubator

27

39,5

TEMPERATUR RATA - RATA PER HARI
SELAMA MASA INKUBASI

39
T

TEMPERATUR ˚C

38,5

T
38

T
T

37,5

T
37

T
T

36,5

T
36
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425
WAKTU (HARI)

Gambar 30 Temperatur selama masa inkubasi

Gambar 31 Hari ke-1 masa inkubasi

28

Gambar 32 Hari ke-5 masa inkubasi

Gambar 33 Hari ke-13 masa inkubasi

29

Gambar 34 Hari ke-20 masa inkubasi

Gambar 35 Hari ke-21 masa inkubasi

30

KELEMBABAN (%)

Pengamatan perkembangan embrio terlihat dari kenaikan temperatur pada
T , T , dan T . Hari ke-1 masa inkubasi, pada koordinat (17.2 , 28), (36.7 , 24.6),
dan (26.9 , 40.2) masing-masing memiliki temperatur 37.2 ˚C, 37.1 ˚C, dan 37.4
˚C. Temperatur pada daerah sekitar koordinat tersebut lebih rendah dibandingkan
yang lain. Hari ke-5 masa inkubasi, pada koordinat (17.2 , 28), (36.7 , 24.6), dan
(26.9 , 40.2) masing-masing memiliki temperatur 37.6 ˚C, 37.6 ˚C, dan 37.5
˚C.Temperatur pada koordinat tersebut mengalami kenaikan disebabkan adanya
perkembangan embrio. Pada hari ke-5 masa penetasan mulai terbentuk jaringan
reproduksi.¹² Hari ke-13 masa inkubasi, pada koordinat (17.2 , 28), (36.7 , 24.6),
dan (26.9 , 40.2) masing-masing memiliki temperatur 38.5 ˚C, 38.0 ˚C, dan 37.8
˚C. Temperatur pada daerah sekitar koordinat tersebut lebih tinggi dibandingkan
temperatur yang lain. Pada hari ke-13 masa penetasan ayam, mulai terbentuk tubuh
bagian bawah mulai terbentuk, mata, dan sisik pada kaki. ¹² Hari ke-20 masa
inkubasi, pada koordinat (17.2 , 28), (36.7 , 24.6), dan (26.9 , 40.2) masing-masing
memiliki temperatur 39.5 ˚C, 39.1 ˚C, dan 39.0 ˚C. Temperatur pada hari ke-20
merupakan temperatur tertinggi dari masa inkubasi, karena sudah terdapat ayam
yang menetas pada hari tersebut. Hari ke-21 masa inkubasi, pada koordinat (17.2 ,
28), (36.7 , 24.6), dan (26.9 , 40.2) masing-masing memiliki temperatur 37.6 ˚C,
37.4 ˚C, dan 37.2 ˚C. Temperatur mulai menurun kembali, karena hanya sedikit
telur yang masih tersisa.
Kelembaban pada masa inkubasi dijaga agar tetap konstan. Pemanasan
lampu dalam inkubator, temperatur dan kelembaban linkungan, dan juga volume
air pada wadah penampung air dalam inkubator merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya fluktuasi kelembaban dalam inkubator.

95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45

Kelembaban rata-rata per
hari inkubator
Kelembaban rata-rata per
hari ruang

0

2

4

6

8 10 12 14 16 18 20 22 24
WAKTU (HARI)

Gambar 36 Hasil pengukuran kelembaban rata-rata per hari selama masa
inkubasi

31
Hasil Persentase Daya Tetas
Persentase keberhasilan dalam penetasan telur ditentukan oleh nilai daya
tetas inkubator tersebut.


=













×

%

Jumlah telur yang dimasukkan ke dalam inkubator pada penelitian ini sebanyak 50
butir telur ayam arab. Sedangkan, jumlah telur yang menetas sebanyak 45 butir telur.
Inkubator memiliki daya tetas sebesar 90 %. Daya tetas yang rendah dapat
disebabkan umur telur yang digunakan terlalu lama (telah disimpan lebih dari satu
minggu), temperature selama penetasan tidak stabil atau fruktuasi, dan kelembaban
pada inkubator tidak sesuai.

32

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Letak posisi dan jarak lampu sebagai sumber pemanas pada rancangan
inkubator mempengaruhi pemerataan temperatur pada inkubator. Termostat
membantu mempertahankan temperatur dengan rentang 37 °C sampai 38 °C, jika
temperatur inkubator kurang dari 37°C maka lampu akan menyala dan jika
temperatur lebih dari 38°C maka lampu akan mati. Pada pengujian jarak 5 cm,
perlakuan P1 memiliki temperatur rata-rata secara menyeluruh lebih tinggi
dibandingkan dengan P3. Pada P1 dan P3 masih terdapat daerah yang
temperaturnya dibawah 37 °C dan diatas 38 °C. Perbandingan temperatur rata-rata
pada perlakuan P2 dan P4 memiliki nilai perbandingan yang sama. P2 memiliki
nilai temperatur rata-rata sebesar 36.7 °C, sedangkan P4 memiliki nilai temperatur
rata-rata sebesar 36.7 °C. Lampu bagian bawah memiliki pengaruh untuk menaikan
temperatur pada permukaan bagian bawah.
Pada pengujian jarak 10 cm, perlakuan Q1 memiliki temperatur rata-rata
secara menyeluruh lebih tinggi dibandingkan dengan Q3. Pada Q1 dan Q3 masih
terdapat daerah yang temperaturnya dibawah 37 °C dan diatas 38 °C. Perbandingan
temperatur rata-rata pada perlakuan Q2 dengan Q4, Q2 memiliki temperatur ratarata yang lebih tinggi dibandingkan Q4. Q2 memiliki nilai temperatur rata-rata
sebesar 36,8 °C, sedangkan Q4 memiliki nilai temperatur rata-rata sebesar 36,6°C.
Perbandingan tersebut menunjukkan adanya pengaruh pemberian air pada
inkubator dengan perubahan temperatur pada inkubator.
Kelembaban dengan rentang antara 55% sampai 70 % didapatkan dengan cara
memberikan wadah penampung air. Kelembaban pada pengujian jarak 5cm dan
pada jarak 10 cm dengan diberikan air memiliki nilai kelembaban konstan yang
sama yaitu pada 60%. Pada pengujian jarak campuran untuk persiapan masa
inkubasi kelembaban konstan pada nilai 62%. Kelembaban tanpa diberikan air unuk
jarak 5 cm, jarak 10 cm, dan jarak campuran masing-masing memiliki nilai
kelembaban konstan sebesar 51%, 52%, dan 46%.
Pada masa inkubasi embrio telur mengalami perkembangan pada hari ke-12
ditandai