MODUL GURU PEMBELAJAR BKSMA SMK KELOMPOK KOMPETENSI C PEDAGOGIK
PPPPTK Penjas dan BK |16 Dalam hal melampiaskan gangguan ketidakseimbangan, yang
terlihat adalah mudah tersinggung, tidak dapat diikuti jalan pemikirannya ataupun perasaannya, ada kecenderungan menarik
diri dari keluarga atau teman, lebih senang menyendiri, menentang orang tua, sangat menginginkan kemandirian, sangat kritis terhadap
orang lain, tidak suka melakukan tugas rumah atau sekolah, dan tampak dirinya tidak bahagia. Karena terjadi perubahan kelenjar,
pertumbuhan fisik menyebabkan terjadinya perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuhnya, sehingga sering merasa tidak
nyaman, misalnya ada keluhan gelisah, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit punggung, dan perasaan
tidak nyaman karena tubuhnya sedang berkembang. Remaja juga terlalu memperhatikan keadaan tubuhnya yang
sedang mengalami proses perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mereka yang terlalu
memperhatikan normal tidaknya dirinya dan mereka yang terlalu memikirkan tepat tidaknya kehidupan kelaminnya. Bila mereka
memperhatikan teman sebayanya, kemudian ternyata dirinya berbeda dari mereka maka akan segera muncul pikiran tentang
normal tidaknya dirinya. Misalnya, hanya berbeda dalam hal kecepatan pertumbuhan sudah dapat menimbulkan kekhawatiran
dalam dirinya.
2. Perkembangan Sosial
a. Perkembangan Sosial Remaja
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja sudah memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang
berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarga. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja
bergaul dengan berbagai kelompok umur. Remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak,
kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pada jenjang ini kebutuhan remaja cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan
MODUL GURU PEMBELAJAR BKSMA SMK KELOMPOK KOMPETENSI C PEDAGOGIK
PPPPTK Penjas dan BK | 17
pergaulan remaja sudah cukup luas. Pada masa remaja berkembang “sosial cognition” yaitu kemampuan untuk memahami
orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik,
baik menyangkut sifat-sifat
pribadi, minat, maupun
perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja menjalin hubungan sosial dengan yang lebih akrab dengan mereka, terutama
teman sebaya, baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan. Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman
yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut minat, sikap, dan nilai kepribadian. Pergaulan
dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena disamping harus memperhatikan norma
pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
Pada masa remajajuga berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat,
nilai, kebiasaan,
kegemaran, atau
keinginan orang
lain. Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan
dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya. Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti atau diimitasi itu menampilkan sikap dan
perilaku yang secara moral agama dapat dipertanggungjawabkan, misalnya kelompok yang taat agama, berbudi pekerti luhur, kreatif
dalam mengembangkan bakat, rajin belajar, aktif berorganisasi, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadi yang
baik. Sebaliknya,
apabila kelompoknya
itu menampilkan sikap dan perilaku malsuai atau melecehkan nilai-nilai
moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya itu. Contohnya, tidak sedikit remaja
yang mengidap narkotika dan seks bebas, karena mereka bergaul dengan kelompok sebaya yang yang sudah biasa melakukan hal
tersebut. Karena itu mereka perlu didampingi agar memiliki kemampuan penyesuaian sosial baik di lingkungan sekolah,
keluarga, maupun masyarakat.