Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja
PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH MASYARAKAT SEKITAR
CAGAR ALAM DOLOK TINGGI RAJA
HASIL PENELITIAN
Oleh: Syarifah Elisah
061203011/ Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja
Nama : Syarifah Elisah N I M : 061203011
Minat : Teknologi Hasil Hutan Prodi : Kehutanan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ridwanti Batubara, S. Hut., M. P Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt
Ketua Anggota
Mengetahui:
Siti Latifah, S. Hut., M. Si, Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan
(3)
SYARIFAH ELISAH, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja. Dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATY GINTING.
ABSTRAK
Sampai saat ini masih banyak jenis tumbuhan yang belum teridentifikasi, termasuk tumbuhan bawah dan tumbuhan obat yang ada di sekitar kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja serta pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja dan mengkaji kandungan kimia dari jenis tumbuhan berkhasiat obat yang paling dominan digunakan oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini menggunakan metode survei (melalui teknik observasi langsung, studi literatur, wawancara), identifikasi jenis tumbuhan obat dan uji laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara, tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan oleh masyarakat Dusun Bahoan, Kec. Silau Kahean terdapat sekitar 60 jenis.
Pengujian fitokimia dilakukan pada 10 jenis tumbuhan obat yang dipilih berdasarkan penggunaan paling dominan dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Bahoan adalah Balik angin (Mallotus paniculatus Lam.), Suratan niailik (Anoectochilus Sp.), Tomu ringring (Curcuma heyneana Val & Zyp.), Tawaripuh (Aeschynanthus Sp.), Tomu kunci (Kaempferia pandurata Roxb.), Sari mandapot (Laurentia longiflora L.), Tapak kuda (Plantago mayor L.), Sarindan (Loranthus chrysanthus BL.), Papaitan (Andrographis paniculata Nees.), dan Pultak pultak (Physalis angulata Linn.), dimana senyawa alkaloida terdapat pada 4 spesies, senyawa steroida terdapat pada 5 spesies, senyawa triterpenoida terdapat pada 2 spesies, senyawa saponin terdapat pada 4 spesies, dan senyawa flavonoida terdapat pada 5 spesies.
Kata kunci : tumbuhan obat, Cagar Alam Dolok Tinggi Raja, ethnobotani, fitokimia.
(4)
SYARIFAH ELISAH. The use of medicinal plants by the people around Dolok tinggi Raja Nature Reserve. Under the supervision of RIDWANTI BATUBARA and HERAWATY GINTING.
ABSTRACT
Until now there are many types of plants that have not been identified, including lower plants and medicinal plants that are around the Dolok Tinggi Raja Nature Reserve and the utilization by local community. This research aims to determine the types of medicinal plants used by people around the Dolok Tinggi Raja Nature Reserve and assess the chemical content of medicinal plants used by the dominant community. This research using the survey method (through the technique of direct observation, literature study, interviews), identification of medicinal plants and laboratory test. Based on the interviews, plants that were used as medicine by the community of Bahoan Village, Sub-district.Kahean there are about 60 species.
Phytochemical Tests taked on 10 plant species were selected based on 10 species of medicinal plants which dominant used by the people of Bahoan Village is Balik angin (Mallotus paniculatus Lam.), Suratan niailik (Anoectochilus Sp.), Tomu ringring (Curcuma heyneana Val & Zyp.), Tawaripuh (Aeschynanthus Sp.), Tomu kunci (Kaempferia pandurata Roxb.), Sari mandapot (Laurentia longiflora L.), Tapak kuda (Plantago mayor L.), Sarindan (Loranthus chrysanthus BL.), Papaitan (Andrographis paniculata Nees.), and Pultak pultak (Physalis angulata Linn.), which alkaloid compounds found in four species, steroid compounds found in five species, triterpenoid compounds found in two species, saponin compounds contained in the four species, and flavonoid compounds found in five species. Key words : medicinal plants, Dolok Tinggi Raja Nature Reserve, ethnobotany,
(5)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja. Shalawat teriring salam penulis hadiahkan keharibaan junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi umat manusia menuju jalan yang dirhidoi Allah SWT.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Syafrullah Lubis dan Ibu Nurfaridah Siagian yang telah memberikan cintanya selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada komisi pembimbing Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt. yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam masa akhir studi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kiranya skripsi ini bermanfaat buat saya khususnya, dan juga para pembaca. Terima kasih.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian... ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Tumbuhan Obat-Obatan di Indonesia ... 4
Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat Oleh Masyarakat ... 5
Pengertian dan Pengelompokan Tumbuhan Obat ... 8
Kandungan Tumbuhan Obat ... 9
Alkoloid ... 11
Steroid/Triterpenoid ... 12
Flavonoid ... 12
Saponin... ... 14
Fitokimia Tumbuhan Obat ... 15
Maserasi ... 16
Perkolasi ... 16
Masyarakat Sekitar Hutan ... 16
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 18
Alat dan Bahan ... 18
Alat ... 18
Bahan ... 18
Prosedur Penelitian... 19
Persiapan ... 19
Pengumpulan Data... ... 20
Analisis Data ... 25
Kondisi Umum Penelitian ... 25
Letak dan Luas ... 26
Penataan Batas ... 27
PengertTopografi, Geologi dan Iklim ... 27
Potensi Kawasan ... 28
Flora ... 28
Fauna ... 29
Potensi Lain ... 29
Pemanfaatan dan Pengelolaan ... 30
Sosial Ekonomi dan Budaya Kemasyarakatan ... 32
(7)
Mata Pencaharian ... 32
Agama ... 33
Pendidikan dan Kesehatan... 33
Transportasi/Sarana Perhubungan... 34
Aksesibilitas ... 34
HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Responden ... 35
Pengetahuan Tumbuhan Obat ... 35
Pemanfaatan Tumbuhan Obat ... 36
Peluang Budidaya Tumbuhan Obat ... 37
Aspek Ethnobotani ... 38
Bagianan Tumbuhan yang Digunakan ... 42
Cara Penggunaan ... 44
Aspek Fitokimia ... 45
Alkaloida ... 45
Steroida/Triterpenoida... 46
Flavonoida ... 46
Saponin ... 47 DAFTAR PUSTAKA
(8)
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Persentase Persepsi Responden Menurut Karakteristik
Pada Dusun Bahoan ... 38 2. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan Oleh Masyarakat
Dusun Bahoan... 39 3. Jenis Tumbuhan Obat yang Paling Dominan Digunakan Oleh Masyarakat
Dusun Bahoan... 42 4. Hasil Identifikasi Uji Fitokimia Tumbuhan Obat yang Dominan
(9)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Pengujian Alkaloida ... 22
2. Skema Pengujian Steroida/Terpenoida ... 23.
3. Skema Pengujian Saponin ... 24
4. Skema Pengujian Flavonoida ... 25
5. Jumlah Penggunaan Bagian (Persen) Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Dusun Bahoan ... 44
6. Cara Penggunaan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Dusun Bahoan ... 45
7. Balik angin (Mallotus paniculatus Muell.) ... 49
8. Surat niilik (Anoectochilus Sp.) ... 50
9. Tomu ringring (Curcuma heyneana Val & Zyp.) ... 51
10. Tawaripuh (Aeschynanthus Sp.) ... 51
11. Tomu kunci (Kaempferia pandurata Roxb.) ... 52
12. Sari mandapot (Laurentia longiflora L.) ... 53
13. Tapak kuda (Plantago mayor L.) ... 54
14. Sarindan (Loranthus chrysanthus BL.) ... 55
15. Papaitan (Andrographis paniculata Nees.) ... 56
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat Dusun Bahoan, Kec
Silau Kahean ... 59 2. Hasil Identifikasi Uji Fitokimia Tumbuhan Obat yang Dominan
Cagar Alam Dolok Tinggi Raja ... 60 3. Jenis-jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Masyarakat
(11)
SYARIFAH ELISAH, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja. Dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan HERAWATY GINTING.
ABSTRAK
Sampai saat ini masih banyak jenis tumbuhan yang belum teridentifikasi, termasuk tumbuhan bawah dan tumbuhan obat yang ada di sekitar kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja serta pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja dan mengkaji kandungan kimia dari jenis tumbuhan berkhasiat obat yang paling dominan digunakan oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini menggunakan metode survei (melalui teknik observasi langsung, studi literatur, wawancara), identifikasi jenis tumbuhan obat dan uji laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara, tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan oleh masyarakat Dusun Bahoan, Kec. Silau Kahean terdapat sekitar 60 jenis.
Pengujian fitokimia dilakukan pada 10 jenis tumbuhan obat yang dipilih berdasarkan penggunaan paling dominan dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Bahoan adalah Balik angin (Mallotus paniculatus Lam.), Suratan niailik (Anoectochilus Sp.), Tomu ringring (Curcuma heyneana Val & Zyp.), Tawaripuh (Aeschynanthus Sp.), Tomu kunci (Kaempferia pandurata Roxb.), Sari mandapot (Laurentia longiflora L.), Tapak kuda (Plantago mayor L.), Sarindan (Loranthus chrysanthus BL.), Papaitan (Andrographis paniculata Nees.), dan Pultak pultak (Physalis angulata Linn.), dimana senyawa alkaloida terdapat pada 4 spesies, senyawa steroida terdapat pada 5 spesies, senyawa triterpenoida terdapat pada 2 spesies, senyawa saponin terdapat pada 4 spesies, dan senyawa flavonoida terdapat pada 5 spesies.
Kata kunci : tumbuhan obat, Cagar Alam Dolok Tinggi Raja, ethnobotani, fitokimia.
(12)
SYARIFAH ELISAH. The use of medicinal plants by the people around Dolok tinggi Raja Nature Reserve. Under the supervision of RIDWANTI BATUBARA and HERAWATY GINTING.
ABSTRACT
Until now there are many types of plants that have not been identified, including lower plants and medicinal plants that are around the Dolok Tinggi Raja Nature Reserve and the utilization by local community. This research aims to determine the types of medicinal plants used by people around the Dolok Tinggi Raja Nature Reserve and assess the chemical content of medicinal plants used by the dominant community. This research using the survey method (through the technique of direct observation, literature study, interviews), identification of medicinal plants and laboratory test. Based on the interviews, plants that were used as medicine by the community of Bahoan Village, Sub-district.Kahean there are about 60 species.
Phytochemical Tests taked on 10 plant species were selected based on 10 species of medicinal plants which dominant used by the people of Bahoan Village is Balik angin (Mallotus paniculatus Lam.), Suratan niailik (Anoectochilus Sp.), Tomu ringring (Curcuma heyneana Val & Zyp.), Tawaripuh (Aeschynanthus Sp.), Tomu kunci (Kaempferia pandurata Roxb.), Sari mandapot (Laurentia longiflora L.), Tapak kuda (Plantago mayor L.), Sarindan (Loranthus chrysanthus BL.), Papaitan (Andrographis paniculata Nees.), and Pultak pultak (Physalis angulata Linn.), which alkaloid compounds found in four species, steroid compounds found in five species, triterpenoid compounds found in two species, saponin compounds contained in the four species, and flavonoid compounds found in five species. Key words : medicinal plants, Dolok Tinggi Raja Nature Reserve, ethnobotany,
(13)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi dalam keanekaragaman hayati bahkan sumberdaya hutan tropika. Luas hutan tropika Indonesia menempati urutan ketiga sesudah Brazil dan Zaire, yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya didunia. Diperkirakan sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan di hutan hujan tropika, dan sekitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat. Pada saat ini baru sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk berbagai keperluan industri obat dan jamu, tetapi baru beberapa spesies saja yang telah dibudidayakan secara intensif (Supriadi, 2001).
Sudah turun temurun berbagai etnis (suku asli) yang hidup di dalam dan sekitar hutan di seluruh wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke
memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan dari hutan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan berbagai macam penyakit. Berbagai penelitian etnofitomedika etnobotani yang dilakukan oleh peneliti Indonesia telah diketahui, paling tidak ada 78 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit demam oleh 30 etnis, 110 spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan oleh 30 etnis dan 98 spesies tumbuhan obat digunakan untuk mengobati penyakit kulit oleh 27 etnis (Sangat dkk., 1999).
Bagi masyarakat Indonesia sebenarnya tumbuhan obat sudah lama
dimanfaatkan karena berkhasiat obat. Akan tetapi hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkannya, mereka biasanya berasal dari kalangan menengah bawah dan lokasinya berada di pedesaan.
(14)
Melonjaknya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagi kesehatan meningkatkan kembali penggunaaan obat tradisional oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar. Sebagai langkah awal yang sangat membantu untuk mengetahui suatu tumbuhan berkhasiat obat adalah dari pengetahuan masyarakat tradisional secara turun temurun (Dharma, 2001).
Sebagian besar tumbuhan telah banyak menarik perhatian ilmuan untuk diteliti lebih lanjut, terutama tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit, diantaranya alergi, penyakit metabolik, dan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan proses penuaan. Namun perhatian kalangan ilmuan untuk mengungkap aspek botani dan kimia, tidak didukung oleh informasi yang rinci tentang tanaman obat. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai penelitian tentang tumbuhan obat, salah satunya dengan eksplorasi penggunaan obat
tradisional melalui pendekatan etnik. Dengan cara ini diharapkan dapat terkumpul data-data tentang cara pemakaian, resep-resep ramuan, dan kemungkinan
pengembangan sebagai obat modern.
Sampai saat ini banyak jenis tumbuhan yang masih belum teridentifikasi, termasuk tumbuhan bawah dan tumbuhan obat yang ada di sekitar kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja serta pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar. Cagar Alam Dolok Tinggi Raja yang terletak di Desa Dolok Merawa kecamatan Dolok Kabupaten Simalungun merupakan kawasan konservasi yang telah dilindungi sejak tahun 1924 melalui keputusan bersama Raja-raja Simalungun yang
dituangkan dalam bentuk Keputusan Zeelfbestuur Besluit No. 24 tanggal 18 April 1924 bersama-sama dengan keputusan perlindungan cagar alam lainnya yaitu Cagar Alam Batu Gajah. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya dilakukan
(15)
penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar kawasan tersebut, untuk mengetahui jenis tumbuhan, khasiat serta kandungan kimia yang terdapat dari tumbuhan obat yang digunakan.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja.
2. Mengkaji kandungan kimia dari jenis tumbuhan berkhasiat obat yang paling dominan digunakan oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi baik bagi pengguna tumbuhan obat tradisional maupun bagi peneliti fitofarmaka, dan sebagai upaya pelestarian keanekaragaman hayati. yang terdapat di sekitar Cagar Alam Dolok Tinggi Raja.
(16)
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Tumbuhan Obat-Obatan di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Jika dilihat dari keragaman floranya, cukup banyak jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Menurut Djauhariya dan Hernani (2004), di hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 3.689 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat. Dari sejumlah tanaman obat tersebut menurut Ditjen POM, baru sebanyak 283 spesies tumbuhan obat yang sudah digunakan dalam industri obat tradisional.
Indonesia juga negara agraris yang memiliki areal pertanian dan perkebunan yang luas serta pekarangan yang dapat ditanami tumbuhan obat. Hutan Indonesia yang begitu luas banyak menyimpan kekayaan alam yang demikian besar, diantaranya berpeluang sebagai sumber obat tradisional. Hingga saat ini di Indonesia terdapat 1.036 industri obat tradisional yang memiliki izin usaha industri, terdiri dari 129 Industri Obat Tradisional (IOT) dan 907 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Banyaknya lembaga penelitian obat-obatan bahan alam merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan obat tradisional (Depkes, R.I., 2007).
Menurut Supriadi (2001), potensi khasiat obat dari tumbuhan tingkat tinggi yang ada di hutan dan kebun sangatlah besar. Industri obat tradisional dan fitofarmaka telah memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan sebagai bahan baku obat, antara lain untuk antikuman, demam, pelancar air seni, antidiare, antimalaria, antitekanan darah tinggi dan sariawan.
(17)
Menurut Tamin dan Arbain (1995), setiap kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka, seperti untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-macam anyaman, bahan pelengkap upacara adat, disamping yang digunakan untuk kebutuhan sandang, pangan serta papan. Bentuk susunan ramuan, komposisi dan proses pembuatan/pengolahan dilakukan secara tradisional menurut cara suku masing-masing yang mereka terima secara turun-temurun.
Tamin dan Arbain (1995) menyatakan istilah etnobotani dikemukakan pertama kalinya oleh Harshberger pada tahun 1895 dan didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi yang mempelajari tentang hubungan antara tumbuhan dengan manusia. Dua bagian besar dari etnobotani ini adalah terbagi dalam 2 kata yaitu ” etno”, studi tentang manusia dan ”botani”, studi tentang tumbuhan. Jadi, etnobotani adalah studi yang menganalisis hasil dari manipulasi materil tanaman asli dengan konteks budaya dalam hal penggunaan tanaman atau dinyatakan bahwa etnobotani melihat dan mengetahui bagaimana masyarakat memandang dunia tumbuhan, bekerjasama dengan tumbuhan, atau memasukkan tumbuhan ke alam budaya dan agama mereka. Menurut Balick and Cox (1996), masyarakat yang dimaksud adalah penduduk asli, yaitu orang-orang yang mengikuti tradisi atau kehidupan non industrial pada suatu daerah dan kemudian diturunkan pada generasinya.
Ramuan tradisional adalah media pengobatan alamiah dengan memakai tumbuhan sebagai bahan dasarnya. Media ini mungkin merupakan media pengobatan tertua. Sampai saat ini, ilmu pengobatan ini tetap mengacu pada
(18)
tradisi kuno. Itulah sebabnya obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman disebut sebagai obat tradisional. Disebut obat karena ramuan tradisional tersebut dibuat dari jenis tumbuhan dan tanaman dan diyakini dapat menyembuhkan atau mengobati suatu penyakit (Dianawati dan Irawan, 2001).
Selain digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan tradisional, tumbuh-tumbuhan juga sudah sejak lama digunakan sebagai bahan baku obat-obatan modern. Pada penyakit-penyakit tertentu, obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan ini lebih ampuh dari obat yang berasal dari obat yang berasal dari zat-zat kimia, misalnya digitalis dari tumbuhan Digital purpurea dan
Digital lanata yang ditemukan oleh Whitering pada tahun 1785 sebagai obat jantung, dan masih banyak lagi tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat modern seperti Altropa belladonna. Epherdra vulgaris, Rauwolf serpentine dan sebagainya (ISFI, 1993).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang semakin pesat dan canggih ternyata tidak mampu bergeser sepenuhnya dan mengesampingkan begitu saja keberadaan dan peranan obat-obatan tradisional, tetapi saling melengkapi. Diperkirakan di Indonesia terdapat 100.000 pengobatan tradisional yang tersebar di 65.000 desa, seperti yang dilakukan oleh dukun, sinshe, tabib dan sebagainya. Hal ini didasari kenyataan bahwa pengobatan tradisional dalam keadaan tertentu cukup efektif dan efisien untuk menangani berbagai macam penyakit dan derajat kesembuhannya cukup memuaskan bahkan kadang-kadang menakjubkan (Manuputty, 1990).
Menurut Sjabana dan Bahalwan (2002), hasil survei yang dilkukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) pada tahun
(19)
1978 terhadap rumah-rumah tangga di Jawa dan Sumatera Selatan menunjukkan bahwa 47,9% anggota rumah tangga memanfaatkan jamu (obat tradisional Indonesia). Dalam suatu penelitian di Jawa dan Bali berdasar SKRT 1995, Jamal dan Suhardi menunjukkan bahwa obat tradisional Indonesia digunakan oleh 30,7% anggota rumah tangga. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan metode dan responden yang digunakan. Ditunjukkan bahwa 64,3% penggunaan obat trdisional di Indonesia ditujukan untuk menjaga kesehatan.
Menurut Aliadi dan Roemantyo (1994), ada 3 kelompok masyarakat yang dapat dibedakan berdasarkan intensitas pemanfaatan tumbuhan obat. Kelompok pertama, yaitu kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional, kelompok kedua yaitu kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, dan ketiga industri obat.
Suku-suku bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk kepentingan pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu, berarti peluang untuk menyembuhkan suatu penyakit menjadi semakin besar, karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk masing-masing orang. Hal ini menunjukkan keragaman pengetahuan yang dimiliki suku-suku bangsa tersebut. Keragaman pengetahuan diatas merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus dipelihara untuk dikembangkan (Aliadi dan Roemantyo, 1994).
Sudah sejak lama berbagai penduduk asli (etnis) yang hidup didaerah pedalaman, didalam dan disekitar hutan diseluruh wilayah nusantara,
(20)
memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan dari hutan secara turun temurun untuk berbagai macam penyakit. Menurut Supriadi (2001), dari berbagai penelitian etnomedika yang dilakukan oleh peneliti Indonesia telah diketahui sebanyak 78 spesies tumbuhan yang digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 30 etnis memanfaatkan 133 spesies tumbuhan untuk mengobati penyakit demam, 30 etnis memanfaatkan 110 spesies tumbuhan untuk mengobati gangguan pencernaan, dan 27 etnis memanfaatkan 98 spesies tumbuhan untuk mengobati penyakit kulit. Banyak pengetahuan tradisional tentang penggunaan tumbuhan obat dari berbagai etnis telah dikembangkan oleh pengusaha industri jamu dan farmasi.
Menurut Sulaksana dan Jayusman (2005), sampai sekarang alasan banyak orang mengkonsumsi tanaman obat yaitu karena pengobatan modern tidak bisa menyembuhkan penyakitnya, ketakutan menjalankan operasi dan mahalnya biaya pengobatan modern. Selain untuk pengobatan, tanaman obat juga bisa digunakan untuk mencegah penyakit tertentu dan relatif tidak memberikan dampak negatif bagi tubuh.
Pengertian dan Pengelompokan Tumbuhan Obat
Menurut Sulaksana dan Jayusman (2005), tanaman obat adalah suatu jenis tumbuhan atau tanaman yang sebagian atau seluruh bagian tanaman berkhasiat menghilangkan atau menyembuhkan suatu penyakit dan keluhan rasa sakit pada bagian tubuh manusia. Sedangkan menurut Sjabana dan Bahalwan (2002), obat tradisional adalah obat yang telah terbukti digunakan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun untuk memelihara kesehatan ataupun untuk mengatasi gangguan kesehatan mereka. Obat tradisional
(21)
merupakan aset nasional yang sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai usaha pengobatan sendiri oleh masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.
Menurut (Zuhud dkk., 1994 dalam Rahayu 2005), tumbuhan obat dikelompokkan menjadi :
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
2. Tumbuhan obat modern, yaitu tumbuhan obat yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial, yaitu tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara medis penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit diketahui.
Kandungan Tumbuhan Obat
Setiap jenis tumbuhan obat yang ada di darat maupun yang ada di lautan menghasilkan beraneka ragam bahan-bahan kimia (Chemical prosfecting), jadi setiap jenis memiliki nilai-nilai kimiawi yang dapat diartikan bahwa keaneragaman hayati merupakan laboratorium alam yang tersibuk di dunia, dimana setiap detiknya menghasilkan satu atau lebih bahan kimia dari berbagai tipe dan jenis yang berguna untuk menunjang kelangsungan hidup organisme tersebut. Tipe dan jenis bahan kimia yang dihasilkan untuk setiap jenis tidaklah sama tergantung pada jenis dari organisme atau kekerabatannya (taksa). Jadi setiap tumbuhan menghasilkan bahan kimia alam yang spesifik tergantung dari taksanya, dan setiap bahan kimia tersebut memiliki fungsi tertentu dalam
(22)
metabolit organisme tersebut, beberapa diantaranya dapat mempengaruhi fungsi fisiolik manusia dan organisme lainnya, inilah yang disebut dengan senyawa-senyawa aktif biologi (Biologically active compaunds) (Chairul, 2003).
Kandungan kimia pada tumbuhan berdasarkan cara terbentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu: 1) metabolit primer, merupakan senyawa organik yang ikut terlibat dalam proses metabolisme
makhluk hidup, seperti asam amino dan protein, karbohidrat, asam lemak, lipid dan asam organik lainnya, 2) metabolit sekunder, merupakan hasil
sampingan proses metabolisme, seperti alkaloid, steroid/triterpenoid, flavanoid, fenolik, kumarin, kuinon, lignin, dan glikosida. Fungsi metabolit sekunder
ini sangat bervariasi antara lain sebagai pelindung dan pertahanan diri terhadap serangan dan gangguan yang ada disekitarnya, dan sebagai antibiotika.
Alkaloid sebagai metabolit sekunder mempunyai peranan penting dalam kehidupan makhluk dan hasil detoksifikasi dari timbunan metabolit yang beracun (Tamin dan Arbain, 1995).
Secara kimia tumbuhan mengandung berbagai bahan kimia aktif yang berkhasiat sebagai obat. Komponen-komponen tersebut berupa senyawa-senyawa golongan alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid dan saponin.
1. Alkaloid
Alkaloid sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan
(23)
secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya: nikotin) pada suhu kamar. Secara umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sifat – sifat sebagai berikut : a) biasanya merupakan kristal tak bewarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik seperti etanol, eter dan kloroform. b) Bersifat basa, pada umumnya beberapa diantaranya rasanya pahit, bersifat racun, mempunyai efek fisiologis secara optis aktif. Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil metabolisme dari tumbuhan atau dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein (Annaria, 2010).
Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuh-tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis (Annaria, 2010).
Menurut (Harborne, 1987) suku tumbuhan yang terdeteksi lebih dari 50 struktur alkaloid yaitu angiospermae yang sangat kaya akan basa, tetapi harus diingat bahwa penyebaran alkaloid sangat tidak merata dan banyak tumbuhan yang tidak mengandungnya sama sekali. Lewis (1977) menambahkan bahwa alkaloid terdistribusi di sebagian besar tanaman tingkat tinggi, misalnya dari suku Apocynaceae, Berberidaceae, Fabaceae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae, dan Solanaceae, sedangkan Lamiaceae, Rosaceae, dan Gymnospermae kebanyakan tidak mengandung alkaloid.
(24)
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentan perhidrofenantren. Sterol dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormon kelamin, asam empedu dan lain-lain). Sterol tertentu hanya terdapat pada tumbuhan rendah tetapi kadang-kadang terdapat pada tumbuhan tinggi (Harborne, 1987).
Menurut Harborne (1987), triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa yaitu : triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Triterpenoid terkenal karena rasanya yang pahit. Mereka terutama terdapat dalam Rutaceae, Meliacea dan Simaroubaceae. Senyawa ini berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba, sedangkan menurut (Robinson, 1995), triterpenoid merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria.
3. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak di alam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula
(25)
sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : a) Sebagai pigmen warna. b) Fungsi patologi dan sitologi. c) Aktivitas farmakologi. d) Dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah (Fessenden, 1986).
Menurut Fessenden (1986) menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam – macam bioaktivitas seperti
antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretic dll. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati, sebagai contoh silimirin dari Silybum marianum digunakan untuk melindungi membran sel hati dan menghambat sintesis prostaglandin, penghambatan reaksi hidroglisis pada mikosom. Dalam makanan flavonoid dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah. Pada kulit, flavonoid menghambat pendarahan (Annaria, 2010). Sementara menurut Rahayu (2005) Secara farmakologi flavonoid sebagai antiinflamasi, analgesik, anti tumor, anti HIV, antidiarrhoe, antihepatotix, antifungal, antilypotic, anti-oxidant, vasodilator, immunostimultant dan anti urcerogenic.
Kegunaan lain dari flavonoid antara lain; pertama terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap kanker dan
(26)
ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik untuk melakukan penyerbukan (Annaria, 2010).
Flavoniod mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen berwarna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi (Hart, 1990). Pada
tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Sebagai pigmen bunga, flavonoid berperan dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga (Hart, 1990).
4. Saponin
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolosis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak digunakan sebagai racun ikan.
Menurut Harborne (1987), saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis darah. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin. Dari segi ekonomi, saponin kadang-kadang menimbulkan racun pada ternak.
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), saponin memiliki kegunaan dalam pengobatan dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
(27)
• Saponin bersifat menaikkan permeabilitas kertas saring. Dengan adanya saponin, filter dengan pori yang cukup kecil untuk menahan partikel yang berukuran tertentu akan dapat meloloskan partikel tersebut.
• Saponin bersifat dapat menimbulkan iritasi berbagai tingkat terhadap selaput lendir (membran mukosa) pada mulut, perut dan usus.
• Saponin juga meningkatkan absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (terutama yang berbentuk garam) dan tampaknya juga merangsang ginjal untuk lebih aktif. Hal ini mungkin menerangkan kenyataan bahwa saponin sangat sering digunakan untuk rematik dalam pengobatan masyarakat.
Fitokimia Tumbuhan Obat
Menurut (Rahayu, 2005) fitokimia adalah studi mengenai tumbuh-tumbuhan yang berkaitan dengan kandungan senyawa kimia yang bersifat aktif farmakologis, merupakan penelitian dasar yang sangat penting untuk mengetahui khasiat dan kegunaannya, yang meliputi ekstraksi, isolasi dan skrining fitokimia. (Depkes, 2000) menambahkan ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut tertentu.
Menurut Harborne (1987) ragam ekstraksi tergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Alkohol adalah pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Depkes, 2000), yaitu :
(28)
Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik, sedangkan maserasi yang dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstra) terus menerus sampai diperoleh ekstrak.
Masyarakat Sekitar Hutan
Mayrakat sekitar hutan yang telah hidup secara turun-temurun dengan lingkungan (masyarakat tradisonal) pada dasranya memiliki kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya hutan. Kemampuan ini diperoleh dari pengetahuan empiris dan pengetahuan tradisional yang muncul sebagai bentuk dari ketergantungan terhadap keberadaan hutan dalam berbagai bentuk, guna memenuhi kebutuhan hidup (Dephut, 2006).
Masyarakat sekitar hutan sebenarnya memiliki potensi yang tinggi apabila diberdayakan, tetapi dalam hal ini masyarakat harus dilibatkan dalam pengelolaannya. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan mempunyai prioritas utama dalam pengelolaan suatu hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek sistem tradisional mempunyai kadar kecanggihan hebat, yang
(29)
dapat dijadikan pelajaran bagi agroforestry saat ini. Usaha-usaha lainnya yang secara turun-temurun, seprti penanaman rotan, buah-buahan, dan pengusahaan madu (Arief, 2001).
Masyarakat yang memiliki akses yang mudah terhadap hutan akan menguntungkan jika dilibatkan dalam pengelolaan hutan. Masyarakat di sekitar hutan harus diakui dan dihormati. Dalam banyak kawasan hutan terdapat masyarakat yang hidupnya bergantung dari jasa dan barang di hutan. Masyarakat dapat berburu, menangkap ikan, mengumpulkan makanan, obat, serta melakukan agroforestri. Kebutuhan masyarakat yang penghidupannya bergantung pada hutan harus dipadukan kedalam pengelolaan hutan lestari (Sugihen, 1996).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di Cagar Alam Dolok Tinggi Raja, Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Sementara uji fitokimia
(30)
Nama Daerah : Pultak pultak
Kegunaan : Cacar, kanker, diabetes Bagian yang digunakan : Seluruh bagian tumbuhan
Gambar 16. Pultak pultak (Physalis angulata Linn.) Deskripsi
Herbal menahun. Ini adalah herba tahunan tinggi 20-50 cm. Daun yang lembut dan halus (tidak berbulu), dengan margin seluruh atau bergerigi, 2,5-12 cm. Krim untuk bunga kekuningan diikuti oleh buah kekuningan dimakan dilindungi dalam kelopak tipis serupa jerami coklat dan jatuh ke tanah ketika buah sudah masak.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Dusun Bahoan, Kec. Silau Kahean terdapat sekitar 60 jenis, dimana bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dari bagian daun, batang, akar, bunga, dan buah. Jenis tumbuhan obat yang paling dominan digunakan masyarakat setempat dan dilakukan uji fitokimia adalah: Mallotus paniculatus Lam., Anoectochilus Sp., Curcuma heyneana Val & Zyp., Aeschynanthus Sp., Kaempferia pandurata Roxb., Laurentia
(31)
longiflora L., Plantago mayor L., Loranthus chrysanthus BL., Andrographis paniculata Nees., dan Physalis angulata Linn..
2. Hasil uji fitokimia pada senyawa alkaloida terdapat pada 4 spesies, senyawa steroida terdapat pada 5 spesies, senyawa triterpenoida terdapat pada 2 spesies, senyawa saponin terdapat pada 4 spesies, dan senyawa flavonoida terdapat pada 5 spesies.
Saran
1. Perlu dilakukan upaya budidaya tumbuhan obat terutama untuk spesies-spesies yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar guna menjamin kelestarian dan potensi tumbuhan obat tersebut.
2. Perlu data atau informasi yang lebih untuk disediakan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA SUMUT).
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Aliadi, A., dan H. S. Roemantyo. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan KSH Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Bogor.
Annaria, S. 2010. Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Daun Melur (Brucea javanica (L.) Mess). Artikel Kimia. Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Universitas Negeri Padang. Padang.
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanann. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 4, 100.
Balick, M.J. & Cox P. A., 1996. Plant,People, and Culture: The Sciens Of Ethnobotany. New york: Scientific American Library.
BBKSDA Sumut, 2011, Cagar Alam Dolok Tinggi Raja, [Januari 12 2012].
Chairul. 2003. Identifikasi Secara Cepat Bahan Bioaktif Pada Tumbuhan Dilapangan. Bogor: Laboratorium Fitokimia, Bidang Botani- Puslit Biologi Lipi.
Dephut, 2006. Info Sosial Ekonomi (Kajian Pola Sumberdaya Hutan Secara Tradisional Oleh Masyarakat Dayak dan Tunjung di Kalimantan Timur). Bogor-Indonesia
Depkes R.I. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes R.I. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta.
Dharma, A. 2001. Uji Bioaktifitas Metabolit Sekunder. Makalah Workshop Peningkatan Sumber Daya Alam Hayati dan Rekayasa Bioteknologi. FMIPA UNAND, Padang.
Dianawati, A., & Irawan, E.S. 2001. Ramuan Tradisional. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Agro Media Pustaka. hlm.1-2.
Djauhariya, E., dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakar
Fessenden, R. dan J. Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Alih Bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjatmaka. Erlangga. Jakarta.
(33)
Gunawan, D., dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Penebar Swadaya. Jakarta
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan ke-2. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Hart, H. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). 1993. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Edisi Farmakoterafi. Volume XXII. Jakarta: PT Anem (AKA).
Lewis, W. H. 1997. Medical Botani: Plant Affecting Man’s Health. Joh Wiley & son, Inc, Missouri. Page.14.
Manuputty, A. H. 1990. Pengobatan Tradisional Daerah Maluku .Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
Rahayu, Y. D. 2005. Kajian Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Malinau Research Forest (MRF) CIFOR Kabupaten Malinau Kalimantan Timur. Tesis Program Studi Ilmu Kehutanan. Program Pascasarjana Magister. Universitas Mulawarman. Samarinda
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan K. Padmawinata. ITB. Bandung
Sangat., Harini., Zuhud, E. A. M. & Damayanti, E. K. 1999, Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika 1). Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Sjabana, D., dan R. R. Bahalwan. 2002. Pesona Tradisional dan Ilmiah Mengkudu: Morinda citrifolia. Edisi I. Penerbit Salemba Media. Jakarta Sugihen, B. T. 1996. Sosiologi Pedesaan. PT. Rja Grafindo Persada. Jakarta
Sulaksana, J., dan D. I. Jayusman. 2005. Keji Beling : Mencegah dan Menggembur Batu Ginjal. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta
Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia : Penggunaan dan Khasiatnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta
Tamin, R & Arbain D. 1995. Biodiversity dan Survey Etnobotani. Makalah Loka Karya Isolasi Senyawa Berkhasiat. Kerjasama HEDS-FMIPA Universitas Andalas, Padang.
(34)
Lampiran 1. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat Dusun Bahoan, Kec. Silau Kahean
No Nama Umur
(thn)
Jenis Kelamin
Pekerjaan Alamat Keterangan
1 Kazin Purba 62 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Kepala desa
2 R. Damanik 50 Perempuan Petani Dn. Bahoan Ahli pengobatan 3 Martin Purba 52 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Ahli
pengobatan 4 Dongmainim
Damanik
70 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Tokoh masyarakat 5 Maitan Saragih 94 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Yang dituakan
6 S. Purba 52 Perempuan Petani Dn. Bahoan Masyarakat
7 Magdalena Manik
45 Perempuan Petani Dn. Bahoan Masyarakat
8 Salman Damanik 38 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
9 Ucok Purba 46 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
10 Jamsilen Saragih 47 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
11 Kenan Saragih 80 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
12 Nasib Sipayung 33 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
13 Bujur Damanik 49 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
14 Nelson Saragih 54 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
15 Erwin Damanik 30 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
16 Jimon Girsang 56 Laki-laki Petani Dn. Bahoan Masyarakat
17 Bunga O. Purba 64 Perempuan Petani Dn. Bahoan Masyarakat
18 Horanna Payung 58 Perempuan Petani Dn. Bahoan Masyarakat
19 Sariman Purba 54 Perempuan Petani Dn. Bahoan Masyarakat
(35)
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Cagar Alam Dolok Tinggi Raja
KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH MASYARAKAT SEKITAR CAGAR ALAM DOLOK TINGGI RAJA
PENELITIAN UNTUK SKRIPSI (S-1)
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATETA UTARA
I. KUISIONER UNTUK MENGETAHUI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TUMBUHAN OBAT
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Apakah saudara penduduk asli desa ini ? (Ya) / (Tidak) Jika (Tidak), dari mana asalnya
Sudah berapa lama tinggal di desa ini………… tahun 8. Saudara termasuk suku apa?
B. Pengetahuan Tumbuhan Obat
1. Apakah saudara tahu bahwa ada jenis tumbuhan hutan yang dapat dipakai untuk obat?
a. Sangat mengetahui b. Kurang tahu c. Tidak tahu 2. Pengetahuan tentang tumbuhan obat, pertama kali tahu dari siapa?
a. Turun temurun b. Tetangga/dukun c. Informasi media 3. Apakah saudara mengetahui dimana mencari tumbuhan obat :
(36)
4. Apakah saudara mengetahui ada tumbuhan obat yang digunakan untuk acara adat?
a. Ya b. Tidak tahu c. Tidak ada
5. Menurut saudara potensi tumbuhan obat di hutan masih banyak? a. Banyak b. Sudah berkurang c. Tidak tahu 6. Menurut anda untuk memperoleh tumbuhan obat dari hutan :
a. Mudah b. Agak sulit c. Sulit
C. Pemanfaatan Tumbuhan Obat
1. Apakah saudara pernah menggunakan tumbuhan obat untuk pengobatan dan memelihara kesehatan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
2. Jika saudara menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit dan memelihara kesehatan, sudah berapa lama penggunaan tumbuhan obat itu saudara gunakan?
a. < 1 tahun b. 1-10 tahun c. > 10 tahun 3. Apakah saudara membuat ramuan obat sendiri?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
4. Biasanya dalam memakai obat tradisional, menurut saudara bagaimana khasiat obat tersebut?
a. Sangat manjur b. Kurang manjur c. Tidak manjur
5. Jenis penyakit apa saja yang sering diderita masyarakat dan jenis tumbuhan obat apa saja yang sering digunakan?
No Jenis tumbuha n obat
Jumlah yang digunakan
Bagian tumbuha n yang diambil
Cara penggunaa n
Khasiat Lokasi
1 2 3 4
(37)
6. Jika tidak menggunakan tumbuhan obat, apakah saudara juga menggunakan jasa medis atau obat yang dikemas pabrik dan dijual secara umum
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
7. Jika ya, apakah karena dengan menggunakan jasa medis atau obat yang dijual secara umum lebih praktis?
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
8. Menurut saudara apakah ramuan tumbuhan obat perlu dikemas supaya praktis? a. Ya b. Tidak tahu c. Tidak perlu
9. Menurut saudara apakah generasi muda yang akan datang enggan menggunakan tumbuhan obat?
a. Tidak mungkin b. Tidak tahu c. Mungkin
D. Peluang Budidaya Tumbuhan Obat
1. Menurut saudara, apakah tumbuhan obat yang ada di hutan bisa punah? a. Mungkin b. Tidak tahu c. Tidak mungkin
2.Menurut saudara, apakah tumbuhan obat yang ada di hutan dapat dibudidayakan a. Mungkin b. Tidak tahu c. Tidak mungkin
3. Apakah saat sekarang saudara membudidayakan tumbuhan obat? a. Ya b. Tidak tahu c. Tidak
4. Untuk menghindari kerusakan/ kepunahan jenis tumbuhan obat, bila dianjurkan budidaya tanaman obat apakah saudara berkeinginan untuk membudidayakannya?
a. Ya b. Tidak tahu c. Tidak
5. Bila ada pengusaha/ pabrik bersedia menampung/ membeli tumbuhan obat, maukah saudara membudidayakannya?
(38)
II. KUISIONER UNTUK RESPONDEN KUNCI
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Menurut saudara ada berapa suku yang tinggal di desa ini dan suku apa suku asli disini? Saudara termasuk suku apa?
8.Apakah ada peraturan adat yang melindungi hutan? Apakah ada sanksi adat yang dikenakan bila melanggar?
9. Apakah saudara mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat?
10. Apakah pengetahuan saudara tentang tumbuhan obat merupakan pengetahuan turun temurun? (Ya/ Tidak)
11. Apakah ada tumbuhan obat yang digunakan untuk upacara adat? (Ya/Tidak). Jika ada sebutkan jenisnya
12. Saudara memperoleh tumbuhan obat dari mana?
a. Hutan b. Pekarangan c. Kebun d. Bekas ladang
13.Dalam pengambilan tersebut apakah mengambil sendiri atau minta bantuan orang lain? Berapa jauh jaraknya?
14. Menurut anda untuk memperoleh tumbuhan obat dari hutan: a. Mudah b. Agak sulit c. Sulit
15. Jika sulit karena faktor apa?
16. Masyarakat desa sini kalau sakit berobat ke mana? a. Dukun/ tabib b. Puskesmas c. Beli obat kemasan
17. Apakah masyarakat sini masih banyak menggunakan tumbuhan obat? a. Ya b. Mulai kurang c. Sangat berkurang
18. Jika saudara menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit dan memelihara kesehatan, sudah berapa lama penggunaan tumbuhan obat itu saudara gunakan?
(39)
19. Jenis penyakit apa saja yang sering diderita masyarakat dan jenis tumbuhan obat apa saja yang sering digunakan?
No Jenis tumbuha n obat
Jumlah yang digunakan
Bagian tumbuha n yang diambil
Cara penggunaa n
Khasiat Lokasi
1 2 3 dst
.
20. Jenis tumbuhan obat manakah yang sering digunakan dalam pengobatan dan memelihara kesehatan? Alasannya……..
21.Menurut saudara mungkinkah kaum muda yang akan datang enggan menggunakan tumbuhan obat?
a. Mungkin, alasannya……… b. Tidak mungkin, alasannya………….
22. Menurut saudara, mungkinkah tumbuhan obat yang ada di hutan bisa punah? a. Mungkin b. Tidak mungkin c. Tidak tahu
23.Menurut saudara saran apa yang harus dilakukan untuk melestarikan tumbuhan obat?
24. Apakah saat sekarang saudara membudidayakan tumbuhan obat? a. Ya b. Tidak
25. Jika no. 24 (ya), dimanfaatkan untuk apa? a. Konsumsi sendiri b. Dijual 26. Jika no. 24 (tidak), kenapa?
Lampiran 3. Jenis-jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Masyarakat Dusun Bahoan, Kec. Silau Kahean
(40)
digunakan penggunaa n
kimia
1 Balik angin Mallotus paniculatus Lam.
Daun & akar Direbus, param
Sakit kepala, demam
Steroida dan saponin
2 Suratan nialik Anoectochilus Sp. Seluruh bagian tumb.
Dihaluskan Astma, sakit perut, pegel linu
Alkaloida dan triterpenoida
3 Tomu ringring Curcuma heyneana Val & Zyp.
Daun & akar Direbus Cacingan, sakit
perut, astma
Steroida
4 Tawaripuh Aeschynanthus Sp. Daun Dihaluskan Astma, pegel linu, batuk
Alakaloida, steroida dan saponin
5 Tomu kunci Kaempferia pandurata Roxb.
Daun & akar Dihaluskan Luka, batuk, sariawan
Flavonoida
6 Sari Mandapot
Laurentia longiflora L.
Daun Direbus Astma, hipotensi,
bronkhitis
Alakaloida, steroida dan flavonoida
7 Tapak kuda Plantago mayor L.
Daun
Direbus Diare, batuk, flu, cacingan, rematik, magh
Alkaloida dan triterpenoida
(41)
8 Sarindan Loranthus chrysanthus BL.
Daun & batang Direbus Astma, jantung Steroida,
saponin, dan flavonoida
9 Papaitan Andrographis paniculata Nees.
Seluruh bagian tumb.
Direbus Hepatitis, diabetes, hipetensi, keracunan
Flavonoida
10 Pultak-Pultak Physalis angulata
Linn.
Seluruh bagian tumb.
Direbus Cacar, kanker, diabetes
Saponin dan flavonoida
11 Gagatan niaili Vitis gracilis BL. Daun Direbus Sakit perut, sakit dada, luka
Flavonoid, glikosida
12 Temu hitam Curcuma
aeruginosa Roxb.
Buah Direbus Batuk, nyeri haid, nyeri pasca melahirkan
Minyak asiri 2%, lemak,
karbohidrat, damar sedikit kurkumin
13 Temu putih Curcuma zedoaria
Daun Dihaluskan Astma, panas dalam Cineole, camphene, zingiberene, borneol, camphor, curcumin, resin, curcumol, dan curdione
(42)
14 Lempuyang horbo
Zingiber zerumbet
Smith.
Buah Param perut, nyeri, obat borok, obat disentri, obat sesak nafas, obat wasir, obat cacingdan penambah nafsu makan saponin, flavonoida dan polifenol, di samping minyak atsiri
15 Lidah nantuara
Sansevieria trifasciata Prain.
Seluruh bagian tumbuhan
Direbus Diare, darah tinggi, flu, batuk
Vitamin C, tannin, asam amino
16 Hapal hapal Kalanchoe pinnata
PERS.
Daun Dihaluskan Sakit dada, pegel linu
Flovonol dengan gugus gula ramnosa dan glikosa
17 Tamba tua Morus alba L. Daun Dijadikan jamu
Batuk, demam, masuk angin, astma, sakit pinggang
Vitamin A, B, C, asam amino
18 Sisik naga Drymoglossum piloselloides L.
Daun Dijadikan jamu Astma, masuk angin, sakit kepala, batuk, demam, sakit pinggang, fitkan tubuh Minyak asiri, steroida, fenol, flavonoid, tanin dan gula
19 Jahe/page hutu
Zingiber officinale Buah Direbus,
dimakan langsung
Obat batuk Minyak atsiri
20 Lada hitam Capsicum annum.
Var.
Daun & buah Direbus Nyeri pasca melahirkan
Saponin, flavonoida,
(43)
minyak atsiri
21 Kencur Kampferi galanga Buah Dibakar Batuk Alkaloida dan minyak atsiri
22 Kemiri Alleuritus moluccana L.
Buah Dibakar Batuk Palmitin, stearin, asam minyak, lemak, protein, gliserin, dan vit. B1
23 Silikat Amomum cardomomum Willd. Daun, akar, batang Param, minyak Obat capek, pegel linu Minyak sineol,
terpineol, β -kamper, protein, gula, lemak dan silikat
24 Longa huluan Eupaatorium odoratum L.
Daun Param, minyak Obat capek, pegel linu Alkaloida, steroida, flavonoida, dan saponin
25 Sabal Serenoa serrulata Batang Direbus Sakit pinggang, fitkan tubuh
Asam lemak bebas, sterol dan lipid
26 Pasak bumi Eurycoma longifolia Jack.
Akar Direbus Penambah stamina,
diabetes, malaria
Eurykomanol, benzoquinone, sterol, saponin, dan asam lemak
27 Simarba kudu Morinda citrifolia
L.
Daun Dihaluskan Nyeri Protein, zat kapur, zat besi,
(44)
dan karoten
28 Pinang Areca catecha L. Buah Dimakan langsung
Darah rendah, sakit kepala, terkilir, keseleo
Alkaloida
29 Siala pakkuh Etlingera elatior
Jack.
Batang Dimasak Sakit telinga, pencuci luka
Saponin, flavonoida, polifenol, dan minyak atsiri
30 Temulawak Curcuma xanthorhriza
Buah Direbus Penambah nafsu makan,sakit leher
Kurkumin dan minyak atsiri, magh, sakit perut, cacar air
31 Kunyit Curcuma domestica
Akar Direbus Malaria Zat warna, minyak atsiri, glukosa, dan mineral
32 Tapak seledang
Plantago mayor L. Daun, akar, dan batang
Direbus Sesak nafas, fitkan tubuh
Alakaloida, triterpenoida dan flavonoida
33 Simalakama Phaleria macrocarpa
Daun & buah Dibuat jamu Diabetes, asam urat, hepatitis, rematik Alkaloid, flavonoid, saponin, dan polifenol
34 Longa begu Eupatorium odoratum L.
Daun Dihaluskan Obat luka Alkaloida, steroida,
(45)
flavonoida, dan saponin
35 Coklat Theobroma cacao Buah Dimakan langsung
Magh Flavonoida dan glukosa
36 Jambu kelutuk
Pisidium guava L. Daun Direbus Sakit perut Minyak atsiri,
minyak lemak, dan garam mineral
37 Pandan jau Pandanus amaryllifolius
Roxb.
Daun Dipanaskan lalu ditempel
Terkilir, keseleo Alkaloid, plafonoid, polifenol, saponin, tannin, dan zat warna
38 Mahoni Swietenia
macrrophylla King
Buah Direbus Obat malaria, hipertensi,
diabetes
Alkaloid
39 Pegagan utan Centella asiatica Linn.
Daun Direbus Demam, sakt perut, cacingan
Asam asiatat, asam
madekasat, dan minyak atsiri
40 Sembung Blumea balsamifera L.
Daun Direbus Demam, diare, penambah nafsu makan
Minyak atsiri, at bergetah, tanin, pirokatechin, glikosida
(1)
digunakan
penggunaa
n
kimia
1 Balik angin Mallotuspaniculatus Lam.
Daun & akar Direbus, param
Sakit kepala, demam
Steroida dan saponin
2 Suratan nialik Anoectochilus Sp. Seluruh bagian tumb.
Dihaluskan Astma, sakit perut, pegel linu
Alkaloida dan triterpenoida
3 Tomu ringring Curcuma heyneana Val & Zyp.
Daun & akar Direbus Cacingan, sakit perut, astma
Steroida
4 Tawaripuh Aeschynanthus Sp. Daun Dihaluskan Astma, pegel linu, batuk
Alakaloida, steroida dan saponin
5 Tomu kunci Kaempferia pandurata Roxb.
Daun & akar Dihaluskan Luka, batuk, sariawan
Flavonoida
6 Sari Mandapot
Laurentia longiflora L.
Daun Direbus Astma, hipotensi, bronkhitis
Alakaloida, steroida dan flavonoida
7 Tapak kuda Plantago mayor L.
Daun
Direbus Diare, batuk, flu, cacingan, rematik, magh
Alkaloida dan triterpenoida
(2)
8 Sarindan Loranthus chrysanthus BL.
Daun & batang Direbus Astma, jantung Steroida, saponin, dan flavonoida
9 Papaitan Andrographis paniculata Nees.
Seluruh bagian tumb.
Direbus Hepatitis, diabetes, hipetensi, keracunan
Flavonoida
10 Pultak-Pultak Physalis angulata Linn.
Seluruh bagian tumb.
Direbus Cacar, kanker, diabetes
Saponin dan flavonoida
11 Gagatan niaili Vitis gracilis BL. Daun Direbus Sakit perut, sakit dada, luka
Flavonoid, glikosida
12 Temu hitam Curcuma
aeruginosa Roxb.
Buah Direbus Batuk, nyeri haid,
nyeri pasca melahirkan
Minyak asiri 2%, lemak,
karbohidrat, damar sedikit kurkumin
13 Temu putih Curcuma zedoaria
Daun Dihaluskan Astma, panas
dalam
Cineole, camphene, zingiberene, borneol, camphor, curcumin, resin, curcumol, dan curdione
(3)
14 Lempuyang horbo
Zingiber zerumbet Smith.
Buah Param perut, nyeri, obat
borok, obat disentri, obat sesak nafas, obat wasir, obat cacingdan penambah nafsu makan
saponin, flavonoida dan polifenol, di samping minyak atsiri
15 Lidah nantuara
Sansevieria trifasciata Prain.
Seluruh bagian tumbuhan
Direbus Diare, darah
tinggi, flu, batuk
Vitamin C, tannin, asam amino
16 Hapal hapal Kalanchoe pinnata PERS.
Daun Dihaluskan Sakit dada, pegel linu
Flovonol dengan gugus gula ramnosa dan glikosa
17 Tamba tua Morus alba L. Daun Dijadikan jamu
Batuk, demam, masuk angin, astma, sakit pinggang
Vitamin A, B, C, asam amino
18 Sisik naga Drymoglossum piloselloides L.
Daun Dijadikan
jamu
Astma, masuk angin, sakit kepala, batuk, demam, sakit pinggang, fitkan tubuh
Minyak asiri, steroida, fenol, flavonoid, tanin dan gula
19 Jahe/page hutu
Zingiber officinale Buah Direbus, dimakan langsung
Obat batuk Minyak atsiri
20 Lada hitam Capsicum annum. Var.
Daun & buah Direbus Nyeri pasca melahirkan
Saponin, flavonoida,
(4)
minyak atsiri
21 Kencur Kampferi galanga Buah Dibakar Batuk Alkaloida dan
minyak atsiri
22 Kemiri Alleuritus moluccana L.
Buah Dibakar Batuk Palmitin,
stearin, asam minyak, lemak, protein, gliserin, dan vit. B1
23 Silikat Amomum cardomomum Willd.
Daun, akar, batang
Param, minyak
Obat capek, pegel linu
Minyak sineol, terpineol, β -kamper, protein, gula, lemak dan silikat 24 Longa huluan Eupaatorium
odoratum L.
Daun Param,
minyak
Obat capek, pegel linu
Alkaloida, steroida, flavonoida, dan saponin
25 Sabal Serenoa serrulata Batang Direbus Sakit pinggang, fitkan tubuh
Asam lemak bebas, sterol dan lipid
26 Pasak bumi Eurycoma longifolia Jack.
Akar Direbus Penambah
stamina,
diabetes, malaria
Eurykomanol, benzoquinone, sterol, saponin, dan asam lemak
27 Simarba kudu Morinda citrifolia L.
Daun Dihaluskan Nyeri Protein, zat
(5)
dan karoten
28 Pinang Areca catecha L. Buah Dimakan
langsung
Darah rendah, sakit kepala, terkilir, keseleo
Alkaloida
29 Siala pakkuh Etlingera elatior Jack.
Batang Dimasak Sakit telinga, pencuci luka
Saponin, flavonoida, polifenol, dan minyak atsiri
30 Temulawak Curcuma xanthorhriza
Buah Direbus Penambah nafsu
makan,sakit leher
Kurkumin dan minyak atsiri, magh, sakit perut, cacar air
31 Kunyit Curcuma domestica
Akar Direbus Malaria Zat warna,
minyak atsiri, glukosa, dan mineral
32 Tapak seledang
Plantago mayor L. Daun, akar, dan batang
Direbus Sesak nafas, fitkan tubuh
Alakaloida, triterpenoida dan flavonoida
33 Simalakama Phaleria macrocarpa
Daun & buah Dibuat jamu Diabetes, asam urat, hepatitis, rematik
Alkaloid, flavonoid, saponin, dan polifenol
34 Longa begu Eupatorium odoratum L.
Daun Dihaluskan Obat luka Alkaloida,
(6)
flavonoida, dan saponin
35 Coklat Theobroma cacao Buah Dimakan
langsung
Magh Flavonoida dan
glukosa
36 Jambu kelutuk
Pisidium guava L. Daun Direbus Sakit perut Minyak atsiri,
minyak lemak, dan garam mineral
37 Pandan jau Pandanus amaryllifolius Roxb.
Daun Dipanaskan
lalu ditempel
Terkilir, keseleo Alkaloid, plafonoid, polifenol, saponin, tannin, dan zat warna
38 Mahoni Swietenia
macrrophylla King
Buah Direbus Obat malaria,
hipertensi, diabetes
Alkaloid
39 Pegagan utan Centella asiatica Linn.
Daun Direbus Demam, sakt
perut, cacingan
Asam asiatat, asam
madekasat, dan minyak atsiri
40 Sembung Blumea balsamifera L.
Daun Direbus Demam, diare,
penambah nafsu makan
Minyak atsiri, at bergetah, tanin, pirokatechin, glikosida