Food Analysis at Interior Cavity of Lizard (Eutropis multifasciata) in Bogor West Java.

ANALISIS KOMPOSISI MAKANAN PADA LAMBUNG KADAL (Eutropis
multifasciata) DI BOGOR JAWA BARAT

RATIH PUSPITANINGRUM

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

ABSTRAK
RATIH PUSPITANINGRUM. Analisis Komposisi Makanan pada Lambung Kadal
(Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan
TARUNI SRI PRAWASTI.
Lambung merupakan organ otot berongga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak,
fundus dan pilorus. Isi lambung memberikan informasi tentang komposisi makanan dan strategi
mencari makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi makanan yang ada di lambung
kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai Juni 2009. Penangkapan kadal dilakukan dengan menggunakan jala dan tongkat.
Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah 30 ekor. Kadal yang ditangkap di Darmaga memiliki isi

lambung yang terdiri dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%), Malacostraka (2.94%), cacing
(5.88%), dan material tumbuhan (29.41%), sedangkan kadal yang ditangkap di Cibatok memiliki
isi lambung yang terdiri dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%). Kadal yang ditangkap di
Darmaga dan di Cibatok merupakan pemangsa oportunis. Jenis makanan yang paling banyak
dimakan kadal di Darmaga adalah Arachnida, sedangkan jenis makanan yang paling banyak
dimakan kadal di Cibatok adalah ordo Orthoptera.

ABSTRACT
RATIH PUSPITANINGRUM. Food Analysis at Interior Cavity of Lizard (Eutropis
multifasciata) in Bogor West Java. Under the direction of ACHMAD FARAJALLAH and
TARUNI SRI PRAWASTI.
Interior cavity is a hollow muscle organ that consist of three parts, there are kardiak,
fundus and pilorus. Content of interior cavity gives information about food composition and
strategy to looking for the food. The aim of this study is to identify food exist in interior cavity of
lizard (Eutropis multifasciata) at Bogor West Java. This aim is carried out to begin on February
until June 2009. Lizard catching was done by using net and stick. The lizard that was caught is
about 30 head. Lizard that caught at Darmaga has content interior cavity that consist of insect
(29.41%), mollusc (5.88%), malacostraca (2.94%), worm (5.88%), and plant material (29.41%),
while lizard that caught at Cibatok has content interior cavity that consist of insect (87.5%) and
mollusc (12.5%). Lizard caught at Darmaga and Cibatok be opportunist predator. Food kind at

most eaten lizard at Darmaga arachnida, while food kind at most eaten lizard at Cibatok order
orthoptera.

ANALISIS KOMPOSISI MAKANAN PADA LAMBUNG KADAL (Eutropis
multifasciata) DI BOGOR JAWA BARAT

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

RATIH PUSPITANINGRUM

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul

Nama
NIM

: Analisis komposisi makanan pada lambung kadal (Eutropis
multifasciata) di Bogor Jawa Barat
: Ratih Puspitaningrum
: G34053104

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si.
NIP. 196504271990021002

Dra. Taruni Sri Prawasti
NIP. 195511301983032003


Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 196103281986011002

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala rahmat dan karuniaNya.
Sholawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian yang dilaporkan dalam karya ilmiah ini dilaksanakan
pada bulan Februari 2009 sampai dengan Juni 2009, di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi
Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si dan Ibu Dra.
Taruni Sri Prawasti atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Hadisunarso selaku penguji, staf dosen Laboratorium Zoologi
IPB dan seluruh dosen Biologi IPB atas saran dan perhatiannya. Teman-temanku Ahmad Budi, Ika

Rezza, Titin Junaesih, Alfa, seluruh teman-teman mahasiswa Biologi 42, seluruh warga Zoologi
IPB, saudara-saudaraku di Puri Sembilan (Ivah, Ari, Endah, Ismi, Ika, Dhina) atas kebersamaanya
selama ini.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, Adik Dimas, dan keluarga besar
di Pati atas doa serta dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 3 November 2009

Ratih Puspitaningrum

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pati, tanggal 21 Februari 1987, dari Ayah Sudiyono dan Ibu Sini. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis lulus SD pada tahun 1999 dan lulus SLTP tahun 2002. Tahun 2005 penulis lulus dari
SMU Negeri 3 Pati dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian
Seleksi Masuk IPB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
avertebrata tahun ajaran 2008/2009. Penulis juga aktif di organisasi BIOWORLD dan Islamic

Student Center Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah melaksanakan kegiatan praktik lapang di
PT. Djarum Kudus, pada tahun 2008 dengan judul Analisis Limbah di PT. Djarum kudus.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. vi
PENDAHULUAN
Latar belakang ............................................................................................................
Tujuan ........................................................................................................................
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .....................................................................................................
Penangkapan Kadal ....................................................................................................
Pengukuran Karakter Tubuh dan Identifikasi Spesimen ...............................................
Analisis Isi Lambung ..................................................................................................
Analisis Data .............................................................................................................
HASIL
Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal ...................................................................
PEMBAHASAN ...................................................................................................................


1
1
1
1
1
2
2
2
3

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan......... ............................................................................................................
Saran ......................... ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

4
5
5


LAMPIRAN .........................................................................................................................

6

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal yang ditangkap.......................................................... 2
2 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Darmaga........................................... 3
3 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Cibatok............................................. 3

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Jenis-jenis makanan dalam lambung kadal........................................................................... 3

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kadal merupakan anggota kelas Reptil,
ordo Squamata dan Famili Scincidae (Wood

et al. 2004). Kadal merupakan kelompok
terbesar dari anggota Reptil. Reptil terdiri atas
3.751 spesies dalam 383 genus dan 16 famili.
Proporsi kadal mencapai 51% dari anggota
Reptil. Kadal adalah hewan berkaki empat,
tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor,
ukuran tubuh 137-400 mm, pelupuk mata
dapat dibuka tutup, dan tubuh ditutupi oleh
sisik. Sisik pada kadal berfungsi untuk
mengatur sirkulasi air melalui kulitnya. Sisik
tersebut tersusun dari protein yang disebut
dengan keratin. Pada manusia, keratin
merupakan protein penyusun kuku jari tangan
dan kaki (MC Laren & Rotundo 1985).
Spesies kadal yang banyak dijumpai di Bogor
dan sekitarnya adalah Eutropis multifasciata.
Spesies kadal ini menyebar luas di Asia
Tenggara mulai dari India, Cina Selatan,
Taiwan,
Burma,

Laos,
Kamboja,
Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di
sekitar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan
Papua (Patrick & Andreas 2003).
Eutropis multifasciata dan hampir semua
jenis kadal adalah hewan raptorial yaitu
pemasukan makanan tanpa didahului proses
mengunyah, mangsa dipegang alih sisi
kemudian ditelan. Reptil berburu makanan
dengan cara duduk, berjalan simpang siur, dan
berburu intensif. Reptil yang berburu dengan
duduk adalah bunglon. Cicak berburu dengan
berjalan simpang siur sedangkan biawak dan
kadal famili Scincidae berburu secara intensif
(Vitt 1991).
Sebagian besar Reptil bersifat karnivora
dengan pakan beragam dari serangga sampai
mamalia, tetapi kadal lebih bersifat omnivora
(Halliday & Adler 2000). Keanekaragaman

makanan pada kadal dapat dipelajari melalui
analisis isi lambung. Isi lambung memberikan
informasi tentang komposisi makanan dan
strategi mencari makan (Grahame et al. 1979).
Kajian makanan pada kadal dapat dipelajari
dengan pengamatan empiris yaitu mengamati
langsung perilaku mencari makanan dan
pengamatan isi lambung dengan cara
membedah. Rocha et al (2002) melaporkan
bahwa di dalam lambung kadal Mabuya agilis
ditemukan Acarina (38%), ordo Homoptera
(27%), ordo Coleoptera (13%), dan material
lain (22%).
Lambung merupakan organ otot berongga
yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak,
fundus dan pilorus. Lambung berfungsi

sebagai tempat penyimpanan makanan, yang
berkontraksi untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan tiga zat penting yaitu:
lendir, asam klorida, dan prekusor pepsin.
Lendir melindungi sel-sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan enzim.
Kadal mencari makan pada pagi hari dan pada
malam hari kadal tidur di bawah serasah, dan
timbunan kayu. Kadal merupakan hewan
ektotermal karena memerlukan sumber panas
eksternal
untuk
melakukan
kegiatan
metabolismenya. Aktivitas makan kadal pada
pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB, kadal
akan berjemur sampai mencapai suhu tubuh
33-34 C, dan setelah pukul 16.00 WIB kadal
sudah jarang terlihat. Kadal mempunyai
hubungan mutualisme dengan lingkungan
sebagai pengendali serangga di sawah (Zug et
al. 1977).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
komposisi makanan yang ada di lambung
kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa
Barat.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai Juni 2009. Kadal diambil di
sekitar Pemandian Air Panas Cibatok (2.211
m dpl) dan Darmaga (70 m dpl). Analisis
dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan
Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut
Pertanian Bogor.
Penangkapan Kadal
Penangkapan kadal dilakukan pada pagi
hari pukul 06.00-17.00 WIB dengan
menggunakan jala, tongkat, kandang kadal,
gunting, botol dan lain-lain. Kadal yang
tertangkap dibius menggunakan kloroform,
ditimbang dengan timbangan digital AND 0,1
gram kemudian dibedah perutnya. Lambung
dipotong dan diawetkan dalam etanol 70%
untuk
menginaktifkan
enzim-enzim
pencernaan.
Pengukuran
Karakter
Tubuh
dan
Identifikasi Spesimen
Pengukuran terhadap karakter tubuh dan
diameter lambung menggunakan kaliper
dengan ketelitian 0.05 mm. Kepastian spesies
kadal
diidentifikasi
mengikuti
kunci
identifikasi Rooij (1915) dan Iskandar (2001).

2

Analisis Isi Lambung
Lambung kadal yang telah diawetkan
dalam etanol 70% dipindahkan ke dalam
cawan. Isi lambung dikeluarkan, kemudian
dipilah-pilah dengan menggunakan kuas dan
jarum. Makanan dari lambung dipisahkan
antara hewan, material tumbuhan dan material
lainnya. Hewan dari kelompok Arthropoda
diidentifikasi sampai tingkat ordo berdasarkan
Borror et al. (2005), sedangkan hewan lain
akan diidentifikasi sampai kelas. Spesimen
kadal dan lambung disimpan di Laboratorium
Zoologi, FMIPA IPB.
Analisis Data
Penghitungan jumlah mangsa kadal
menggunakan indeks Pianka (Krebs 1989)
yaitu:
n

O jk =



i =1
n


i =1

P jk Pik
2

P jk Pik

2

Keterangan
Ojk : Indeks Pianka untuk tumpang tindih
relung jenis j dan k
Pij : Perbandingan mangsa i yang digunakan
jenis j.
Pik : Perbandingan mangsa i yang digunakan
jenis k
N : Jumlah keseluruhan mangsa yang
digunakan oleh jenis j dan k
Indeks Pianka (O) berkisar dari 0.00 (tidak
ada tumpang tindih) sampai 1.00 (tumpang
tindih penuh). Pengolahan data menggunakan
analisis program SPSS 15.
HASIL
Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal
Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah
30 ekor, yang terdiri dari 17 ekor berasal dari
Darmaga (10 ekor berjenis kelamin betina dan
7 ekor berjenis kelamin jantan) dan 13 ekor
berasal dari Cibatok (5 ekor berjenis kelamin
betina dan 8 ekor berjenis kelamin jantan).
Kadal yang ditangkap termasuk jenis Eutropis
multifasciata dengan ciri-ciri sebagai berikut:
garis sutura pada bagian punggung; postnasal
pada bagian kepala; sisik pada bagian ventral
yang berjumlah 30-34; lamela pada selaput
jari. Rata-rata berat badan kadal yang berhasil
ditangkap adalah 33.04 gram (Tabel 1) dengan
kisaran antara 22.1 gram dan 49 gram. Hal ini
menunjukkan
bahwa
semua
kadal

dikategorikan sebagai kadal dewasa. Ciri
kadal dewasa adalah di permukaan bagian
ventral bewarna coklat kekuningan. Beberapa
ukuran bagian-bagian tubuh kadal disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal
yang ditangkap
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Parameter
Berat Badan
Panjang Total
Panjang Badan
Panjang Ekor
Diameter Mata
Diameter Telinga
Lebar Kepala
Tinggi Kepala
Lebar Badan
Tinggi Badan
Lebar Mulut

BB
PT
PB
PE
DM
DT
LK
TK
LB
TB
LM

Ukuran
33.04
224.34
63.67
111.69
3.21
2.57
12.47
10.69
19.62
14.76
19.76

gram
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm

Jenis makanan yang ada di lambung kadal
dibedakan menjadi dua,yaitu: material hancur
dan material utuh atau semi utuh. Kadal yang
ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00
WIB memiliki lambung yang berisi serangga
(5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida
(8.82%), cacing (2.94%), material tumbuhan
(14.7%) dan seterusnya (Tabel 2). Sedangkan
kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul
09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang
berisi serangga (37.5%), Moluska (12.5) dan
seterusnya (Tabel 3).
Cibatok memiliki ketinggian 2.211 m dpl
dengan lokasi yang berbatu dan sedikit
tumbuhan. Sedangkan Darmaga memiliki
ketinggian 70 m dpl dengan vegetasi
tumbuhan yang lebat. Kadal yang ditangkap di
Darmaga memiliki isi lambung yang terdiri
dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%),
Malacostraka (2.94%), Arachnida (26.47%),
Cacing (5.88%), dan material tumbuhan
(29.41%). Sedangkan kadal yang ditangkap
di Cibatok memiliki isi lambung yang terdiri
dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%).
Jenis makanan yang paling banyak dimakan
kadal di Darmaga adalah Arachnida (26.47%)
dan jenis makanan yang paling banyak
dimakan kadal di Cibatok adalah ordo
Orthoptera (62.5%).
Nilai Indeks Pianka jenis-jenis makanan
yang ada di lambung kadal antara Darmaga
dan Cibatok adalah Ojk= 0.0177. Nilai indeks
Pianka memperlihatkan tidak adanya tumpang
tindih mangsa antara Darmaga dan Cibatok.
Kadal yang ditangkap di Darmaga di habitat

3

serasah, pada lambungnya terdapat makanan
berupa serangga (Orthoptera, Hymenoptera,
Blattaria), Arachnida, Cacing, Moluska dan
material tumbuhan (daun, batang, biji), di
habitat bebatuan, pada lambungnya terdapat
makanan berupa serangga (Hymenoptera) dan
Arachnida, sedangkan di habitat tanah, pada

lambungnya terdapat makanan berupa
Arachnida, Malacostraca, Cacing, dan
material tumbuhan (daun dan batang). Kadal
yang ditangkap di Cibatok di habitat serasah
dan tanah, pada lambungnya ditemukan
makanan berupa serangga (Orthoptera dan
Hymenoptera).

Tabel 2 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Darmaga
Waktu Penangkapan
06.00-09.00 WIB
09.00-11.00 WIB
11.00-13.00 WIB
13.00-15.00 WIB
15.00-17.00 WIB

Hym
5.88
8.82
2.94

Orth
5.88
2.94

Hewan (%)
Blatt Mol Mala
2.94
2.94 2.94
2.94

Ara
8.82
14.71
2.94

Ccng
2.94
2.94

Material Tumbuhan (%)
Daun
Btng
Biji
5.88
5.88
2.94
5.88
5.88
2.94

Tabel 3 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Cibatok
Waktu penangkapan
06.00-09.00 WIB
09.00-11.00 WIB
11.00-13.00 WIB
13.00-15.00 WIB
15.00-17.00 WIB

Hym

Orth

Hewan (%)
Blatt Mol Mala

12.5
12.5

25

12.5

12.5

25

Keterangan tabel :
Hym
: Ordo Hymenoptera
Orth
: Ordo Orthoptera
Blatt
: Ordo Blattaria
Mol
: Moluska
Ara
: Arachnida

Arachnida

Malacostraka

Ara

Mala
Ccng
Daun
Btng
Biji

Orthoptera

Hymenoptera

Ccng

Material Tumbuhan (%)
Daun
Btng
Biji

: Malacostraka
: Cacing
: Daun
: Batang
: Biji

Daun

Biji

Moluska

Blattaria

Gambar 1 Jenis-jenis makanan dalam
lambung kadal

Material hancur

Batang

4

PEMBAHASAN
Kadal yang ditangkap di Darmaga pada
pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung
yang berisi material semi utuh yang terdiri
dari
Hymenoptera,
Malacostraka,
Arachnida, cacing, dan material tumbuhan.
Kadal yang ditangkap pada pukul 09.0011.00 WIB memiliki isi lambung yang
terdiri
dari serangga (Hymenoptera,
Orthoptera, dan Blattaria), Moluska,
Arachnida, dan material tumbuhan. Ordo
Orthoptera
merupakan serangga yang
melakukan aktivitas pada malam hari
(Borror et al. 2005). Selain itu, Ordo
Orthoptera merupakan serangga pemakan
tumbuhan. Ordo Hymenoptera merupakan
serangga yang melakukan aktivitas pada
pagi hari (Borror et al. 2005). Arachnida
merupakan kelompok Arthropoda yang
memiliki empat pasang kaki dan beraktivitas
sepanjang hari (Powell et al. 1990).
Aktivitas kitinase dalam proses pencernaan
berlangsung selama dua jam (Zug et
al.1977). Kadal yang ditangkap pada pukul
15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung
berupa
material
hancur.
Hal
ini
menunjukkan bahwa kemungkinan aktivitas
makan kadal dilakukan pada pukul 14.00
WIB atau sebelumnya. Hal ini didukung
oleh Rocha et al.(2002) yang menemukan
adanya material hancur pada penangkapan
kadal pukul 16.00-17.00 WIB.
Kadal yang ditangkap di Cibatok pada
pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung
yang berisi material semi utuh yang terdiri
dari serangga (Ordo Hymenoptera dan
Orthoptera) dan Moluska. Kadal yang
ditangkap pukul 11.00-13.00 WIB memiliki
isi lambung berupa Ordo Hymenoptera,
sedangkan kadal yang ditangkap pukul
15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung yang
masih bisa diidentifikasi berupa serangga
(Ordo Hymenoptera dan Orthoptera). Dapat
disimpulkan bahwa kadal dalam melakukan
aktivitas makan tidak bergantung pada pola
waktu.
Kadal yang ditangkap di Cibatok tidak
ditemukan makanan berupa Ordo Blattaria.
Hal ini dikarenakan kebutuhan energi kadal
sudah terpenuhi dan kemungkinan di
Cibatok tidak ada Ordo Blattaria. Adanya
perbedaan biomassa antara Darmaga dengan
Cibatok
juga
menyebabkan
tidak
ditemukannya Malacostraka dan material
tumbuhan. Kadal akan berhenti makan jika
kebutuhan energinya sudah terpenuhi. Oleh
karena itu, zat-zat gizi seperti protein,

vitamin, dan mineral harus tersedia dalam
perbandingan yang tepat sehingga kadal
mendapatkan zat gizi yang cukup pada saat
kebutuhan energinya terpenuhi (Scott et al.
1982).
Makanan yang dimakan kadal di
Darmaga adalah material hewan dan
tumbuhan. Kadal yang ditangkap di
Darmaga merupakan pemangsa oportunis.
Sedangkan makanan yang dimakan kadal di
Cibatok adalah material hewan yaitu
serangga. Kadal bisa digolongkan sebagai
pemangsa
oportunis
karena
selain
memangsa hewan, mereka juga memangsa
tumbuhan. Ketersediaan makanan pada
lokasi, waktu, dan kondisi lingkungan dapat
mempengaruhi seekor hewan menjadi
pemangsa oportunis (Powell et al. 1990).
Nilai indeks Pianka Darmaga dengan
Cibatok adalah Ojk= 0,0177 yang berarti
tidak ada tumpang tindih mangsa antara
kedua daerah tersebut. Berdasarkan Uji-T
hubungan antara makanan di lambung
dengan parameter ukuran tubuh seperti BB,
PT, PB, PE, DM, DT, LK, TK, LB, TB dan
LM secara berturut-turut
adalah 0.531
gram, 0.975 mm, 0.113 mm, 0.849 mm,
0.234 mm, 0.488 mm. 0.199 mm, 0.929 mm,
0.738 mm, 0.263 mm, 0.535 mm (Lampiran
2). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan,
panjang total kadal, panjang ekor, tinggi
kepala, lebar badan dan lebar mulut tidak
berpengaruh pada volume atau biomassa
makanan yang ada di lambung. Berdasarkan
data penelitian, kadal dengan berat badan 44
gram memiliki volume makanan di lambung
yang lebih sedikit daripada kadal yang
memiliki berat badan 35 gram. Demikian
juga kadal yang memiliki panjang total
256.7 mm memiliki volume makanan di
lambung yang lebih sedikit daripada kadal
yang memiliki panjang total 209.6 mm
(Lampiran 1). Berat badan dan panjang total
kadal, tidak berpengaruh terhadap volume
makanan di lambung kadal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kadal merupakan
pemangsa oportunis. Jenis makanan yang
paling banyak dimakan kadal di Darmaga
adalah Arachnida, sedangkan jenis makanan
yang paling banyak dimakan kadal di
Cibatok adalah Ordo Orthoptera.

5

Saran
Kadal merupakan salah satu agen
pengendali hayati (serangga) sehingga
keberadaan kadal perlu dijaga.
DAFTAR PUSTAKA
Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. 2005.
Borror and Delong s Introduction
to the Study of Insects 7th Ed.
Australia:
The
Ohio
State
University.
Grahame JW, Manolis SC, Buckworth
R.1979. Crocodylus johnstoni in
the mc kinlay river area, NTI:
variation in the Diet and new
method of assessing the relative
importance of prey. Aust J Zool
30:877-879.
Halliday T, Adler K. 2000. The
Encyclopedia of Reptile and
Amphibians. New York: Fact on
File Inc.
Iskandar DT. 2001. A Checklist of Southeast
Asian and New Guinean Reptiles
Part II: Reptilia- Lacertilia.
Jakarta: Binamitra.
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology.
New York: Harper & Row.
MC Laren JE, Rotundo L. 1985. Health
Biology. Massachustss: DC Health
and Company.
Patrick M, Andreas S.2003. Molecular
Phylogeography,
Intraspecific
Variation and Speciation of the
Asian Scincid Lizard Genus
Eutropis Fitzinger, (Squamata:
Reptilia: Scincidae): Taxonomic
and Biogeographic Implications. J
Evol 3: 161-171.
Powell R, Parmelle JS, Rice MA. 1990.
Ecological
observation
of
Hemidactylus brokii haitianus
Meerwarh (Sauria : Geckonidae)
from Hispaniola. Caribbean J
Science 26 :67-90.
Rocha CF, Vrcibradic D, Van Sluys M.
2002. Diet of the lizard Mabuya
agilis (Sauria; Scincidae) in an
insular habitat (Ilha Grande, RJ,
Brazil). J Biol 64 (1): 135-9.
Rooij ND. 1915. The Reptiles of The IndoAustralian Archipelago Part 1
Lacertilia, Chelonian, Emydosauria.
Leiden: EJ. Brill Ltd.
Scott ML, MC Nesheim, RJ Young. 1982.
Nutrition of the Chicken 3rd Ed.
Ithaca: ML Scott Associaties.

Vitt LJ. 1991. An introduction to the
ecology
of Cerrado lizard. J.
Herp.,25(1): 79-90.
Wood et al. 2004. A first report on the
herpetofauna of Pulau Besar, Johor,
West Malaysia. Hamadryad 28
(1&2): 100-109.
Zug GR, Goin C, Goin OB. 1977.
Introduction to Herpetology 3rd Ed.
WH Freeman and Company.

6

Lampiran 1 Parameter ukuran tubuh kadal
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Sex
betina
jantan
betina
jantan
jantan
betina
jantan
jantan
betina
betina
betina
betina
betina
betina
jantan
betina
jantan
betina
betina
betina
jantan
jantan
betina
jantan
jantan
jantan
betina
jantan
jantan
jantan

BB
(g)
22.1
23.0
22.3
40.5
40.8
35.0
30.0
41.0
32.6
40.0
41.5
26.2
40.0
26.7
22.2
33.7
32.8
22.5
25.6
28.0
34.0
44.0
28.0
44.0
41.0
49.0
29.0
47.0
48.0
39.0

PS
(mm)
148.2
209.6
194.3
238.6
346.2
216.6
131.4
217.6
181.2
231.5
264.7
174.3
221.8
248.3
197.9
218.5
162.3
163.5
111.0
160.9
201.0
212.3
131.2
230.3
258.0
220.0
215.2
256.7
225.1
224.5

PB
(mm)
43.3
54.9
105.5
61.0
56.5
58.3
59.6
60.3
80.9
95.5
71.8
76.6
80.8
69.8
62.1
75.1
74.8
65.4
65.1
55.0
63.5
42.1
50.8
66.4
63.8
62.2
53.0
62.2
62.7
61.3

PE
(mm)
104.9
154.7
88.8
177.6
289.7
158.3
71.8
157.3
100.3
136.0
192.9
97.7
141.0
178.5
135.8
143.4
87.5
98.1
45.9
105.9
90.6
137.5
80.4
163.9
194.2
157.8
162.2
194.5
162.4
163.2

DM
(mm)
2.2
2.5
2.1
1.3
4.4
3.3
4.3
4.9
3.3
3.5
4.7
3.2
3.3
1.1
2.1
2.5
3.4
3.3
2.1
3.4
4.3
3.1
3.8
3.8
4.7
3.2
4.0
3.5
3.7
3.3

DT
(mm)
1.1
1.8
2.6
1.2
3.3
4.3
2.8
2.9
2.10
2.2
2.8
2.7
2.9
2.2
2.5
1.2
2.8
2.7
1.1
3.4
3.6
2.2
3.1
2.1
2.9
2.1
2.8
3.8
2.9
3.0

LK
(mm)
10.9
10.6
10.4
12.1
14.7
11.1
13.2
16.4
12.5
12.5
11.1
14.4
13.3
10.1
12.5
12.7
13.2
11.4
11.5
12.9
15.3
10.5
11.3
15.8
15.1
16.1
12.6
20.0
15.8
15.3

TK
(mm)
6.9
8.1
10.6
9.7
16.2
13.4
11.5
12.2
10.9
12.8
10.8
13.7
9.4
8.8
8.1
9.6
9.6
7.1
9.7
10.6
9.6
7.7
9.9
10.1
10.1
11.2
10.9
17.9
11.2
12.4

LB
(mm)
14.9
18.9
17.65
17.9
11.1
22.2
15.7
19.65
23.9
26.6
19.4
20.6
20.5
19.5
15.2
20.7
21.5
15.9
20.4
52.9
20.5
11.1
20.1
18.1
19.1
22.4
20.5
21.4
20.2
19.0

TB
(mm)
10.9
11.1
15.65
13.7
21.7
23.45
17.6
16.6
16.5
16.6
18.05
14.1
11.6
13.9
12.7
15.9
14.4
15.3
10.1
15.8
14.9
9.9
12.2
15.7
15.1
15.4
13.7
17.4
15.2
18.8

LM
(mm)
12.9
12.8
11.1
9.1
12.3
12.5
6.8
8.15
9.2
8.05
7.8
9.5
7.05
12.8
12.9
10.2
10.0
8.7
7.7
7.3
9.4
5.8
4.2
12.7
8.1
7.8
6.3
8.5
7.9
8.3

7

Lampiran 2 Hasil uji-T

Parameter
BB
PS
PB
PE
DM
DT
LK
TK
LB
TB
LM

Levels test for
Equality of varience

t-test for equality of means

F

t

sign

df

sig (2-tailed)

mean
difference

0.402
0.001
0.099
0.037
1.000
0.495
0.734
0.008
0.114
0.308
0.395

0.531
0.975
0.113
0.849
0.234
0.488
0.199
0.929
0.738
0.263
0.535

0.943
1,705
0.212
1,435
0.489
0.096
0.514
0.151
0.877
0.855
0.364

28
28
28
27
27
28
26
28
27
27
28

0.354
0.099
0.834
0.165
0.628
0.924
0.018
0.259
0.388
0.488
0.719

-3.7889
-33.13125
-1.41339
-28.29938
0.25369
0.03813
-2.32974
-1.29964
-1.5889
-1.27852
-0.48268

95% confidence interval of the difference
lower
upper
-12.00272
4.44349
-72.94014
6.67764
-15.06105
12.23432
-68.75691
12.15842
-0.80796
1.31714
-0.77682
0.85307
-4.23456
-0.42494
-3.61222
1.10394
-2.12829
5.30644
-2.12829
5.30644
-2.12829
5.30644

ANALISIS KOMPOSISI MAKANAN PADA LAMBUNG KADAL (Eutropis
multifasciata) DI BOGOR JAWA BARAT

RATIH PUSPITANINGRUM

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

A BSTR A K
RA TIH PU SPITAN IN GRU M . A nalisis K om posisi M akanan pada Lam bung K adal
(Eutropis m ultifasciata) di Bogor Jaw a Barat. Dibim bing oleh A CH M A D FA RA JA LLA H dan
TA RU N ISRIPRA W A STI.
Lam bung m erupakan organ otot berongga yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak,
fundus dan pilorus. Isi lam bung m em berikan inform asi tentang kom posisi m akanan dan strategi
m encari m akan. Penelitian ini bertujuan untuk m engidentifikasi m akanan yang ada di lam bung
kadal (Eutropis m ultifasciata) di Bogor Jaw a Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februarisam paiJuni2009.Penangkapan kadaldilakukan dengan m enggunakan jala dan tongkat.
K adalyang berhasilditangkap berjum lah 30 ekor.K adalyang ditangkap diD arm aga m em ilikiisi
lam bung yang terdiri dari serangga (29.41% ), M oluska (5.88% ), M alacostraka (2.94% ), cacing
(5.88% ),dan m aterial tum buhan (29.41% ),sedangkan kadalyang ditangkap di Cibatok m em iliki
isi lam bung yang terdiri dari serangga (87.5% ) dan M oluska (12.5% ). Kadal yang ditangkap di
D arm aga dan di Cibatok m erupakan pem angsa oportunis. Jenis m akanan yang paling banyak
dim akan kadal di D arm aga adalah A rachnida, sedangkan jenis m akanan yang paling banyak
dim akan kadaldiCibatok adalah ordo O rthoptera.

A BSTR A C T
RA TIH PU SPITA N IN GRU M . Food A nalysis at Interior Cavity of Lizard (Eutropis
m ultifasciata) in Bogor W est Java. U nder the direction of A C HM A D FA RA JA LLA H and
TA RU N ISRIPRA W A STI.
Interior cavity is a hollow m uscle organ that consist of three parts, there are kardiak,
fundus and pilorus. Content of interior cavity gives inform ation about food com position and
strategy to looking forthe food.The aim ofthis study is to identify food existin interiorcavity of
lizard (Eutropis m ultifasciata) atBogor W estJava.This aim is carried outto begin on February
until June 2009.Lizard catching w as done by using netand stick.The lizard that w as caught is
about 30 head. Lizard that caught at D arm aga has content interior cavity that consist of insect
(29.41% ), m ollusc (5.88% ),m alacostraca (2.94% ), w orm (5.88% ),and plant m aterial (29.41% ),
w hile lizard thatcaughtatCibatok has contentinterior cavity thatconsistof insect(87.5% ) and
m ollusc (12.5% ). Lizard caught at D arm aga and Cibatok be opportunist predator. Food kind at
m ost eaten lizard at D arm aga arachnida, w hile food kind at m ost eaten lizard at Cibatok order
orthoptera.

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kadal merupakan anggota kelas Reptil,
ordo Squamata dan Famili Scincidae (Wood
et al. 2004). Kadal merupakan kelompok
terbesar dari anggota Reptil. Reptil terdiri atas
3.751 spesies dalam 383 genus dan 16 famili.
Proporsi kadal mencapai 51% dari anggota
Reptil. Kadal adalah hewan berkaki empat,
tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor,
ukuran tubuh 137-400 mm, pelupuk mata
dapat dibuka tutup, dan tubuh ditutupi oleh
sisik. Sisik pada kadal berfungsi untuk
mengatur sirkulasi air melalui kulitnya. Sisik
tersebut tersusun dari protein yang disebut
dengan keratin. Pada manusia, keratin
merupakan protein penyusun kuku jari tangan
dan kaki (MC Laren & Rotundo 1985).
Spesies kadal yang banyak dijumpai di Bogor
dan sekitarnya adalah Eutropis multifasciata.
Spesies kadal ini menyebar luas di Asia
Tenggara mulai dari India, Cina Selatan,
Taiwan,
Burma,
Laos,
Kamboja,
Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di
sekitar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan
Papua (Patrick & Andreas 2003).
Eutropis multifasciata dan hampir semua
jenis kadal adalah hewan raptorial yaitu
pemasukan makanan tanpa didahului proses
mengunyah, mangsa dipegang alih sisi
kemudian ditelan. Reptil berburu makanan
dengan cara duduk, berjalan simpang siur, dan
berburu intensif. Reptil yang berburu dengan
duduk adalah bunglon. Cicak berburu dengan
berjalan simpang siur sedangkan biawak dan
kadal famili Scincidae berburu secara intensif
(Vitt 1991).
Sebagian besar Reptil bersifat karnivora
dengan pakan beragam dari serangga sampai
mamalia, tetapi kadal lebih bersifat omnivora
(Halliday & Adler 2000). Keanekaragaman
makanan pada kadal dapat dipelajari melalui
analisis isi lambung. Isi lambung memberikan
informasi tentang komposisi makanan dan
strategi mencari makan (Grahame et al. 1979).
Kajian makanan pada kadal dapat dipelajari
dengan pengamatan empiris yaitu mengamati
langsung perilaku mencari makanan dan
pengamatan isi lambung dengan cara
membedah. Rocha et al (2002) melaporkan
bahwa di dalam lambung kadal Mabuya agilis
ditemukan Acarina (38%), ordo Homoptera
(27%), ordo Coleoptera (13%), dan material
lain (22%).
Lambung merupakan organ otot berongga
yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak,
fundus dan pilorus. Lambung berfungsi

sebagai tempat penyimpanan makanan, yang
berkontraksi untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan tiga zat penting yaitu:
lendir, asam klorida, dan prekusor pepsin.
Lendir melindungi sel-sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan enzim.
Kadal mencari makan pada pagi hari dan pada
malam hari kadal tidur di bawah serasah, dan
timbunan kayu. Kadal merupakan hewan
ektotermal karena memerlukan sumber panas
eksternal
untuk
melakukan
kegiatan
metabolismenya. Aktivitas makan kadal pada
pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB, kadal
akan berjemur sampai mencapai suhu tubuh
33-34 C, dan setelah pukul 16.00 WIB kadal
sudah jarang terlihat. Kadal mempunyai
hubungan mutualisme dengan lingkungan
sebagai pengendali serangga di sawah (Zug et
al. 1977).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
komposisi makanan yang ada di lambung
kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa
Barat.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai Juni 2009. Kadal diambil di
sekitar Pemandian Air Panas Cibatok (2.211
m dpl) dan Darmaga (70 m dpl). Analisis
dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan
Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut
Pertanian Bogor.
Penangkapan Kadal
Penangkapan kadal dilakukan pada pagi
hari pukul 06.00-17.00 WIB dengan
menggunakan jala, tongkat, kandang kadal,
gunting, botol dan lain-lain. Kadal yang
tertangkap dibius menggunakan kloroform,
ditimbang dengan timbangan digital AND 0,1
gram kemudian dibedah perutnya. Lambung
dipotong dan diawetkan dalam etanol 70%
untuk
menginaktifkan
enzim-enzim
pencernaan.
Pengukuran
Karakter
Tubuh
dan
Identifikasi Spesimen
Pengukuran terhadap karakter tubuh dan
diameter lambung menggunakan kaliper
dengan ketelitian 0.05 mm. Kepastian spesies
kadal
diidentifikasi
mengikuti
kunci
identifikasi Rooij (1915) dan Iskandar (2001).

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kadal merupakan anggota kelas Reptil,
ordo Squamata dan Famili Scincidae (Wood
et al. 2004). Kadal merupakan kelompok
terbesar dari anggota Reptil. Reptil terdiri atas
3.751 spesies dalam 383 genus dan 16 famili.
Proporsi kadal mencapai 51% dari anggota
Reptil. Kadal adalah hewan berkaki empat,
tubuh terdiri dari kepala, badan dan ekor,
ukuran tubuh 137-400 mm, pelupuk mata
dapat dibuka tutup, dan tubuh ditutupi oleh
sisik. Sisik pada kadal berfungsi untuk
mengatur sirkulasi air melalui kulitnya. Sisik
tersebut tersusun dari protein yang disebut
dengan keratin. Pada manusia, keratin
merupakan protein penyusun kuku jari tangan
dan kaki (MC Laren & Rotundo 1985).
Spesies kadal yang banyak dijumpai di Bogor
dan sekitarnya adalah Eutropis multifasciata.
Spesies kadal ini menyebar luas di Asia
Tenggara mulai dari India, Cina Selatan,
Taiwan,
Burma,
Laos,
Kamboja,
Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di
sekitar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan
Papua (Patrick & Andreas 2003).
Eutropis multifasciata dan hampir semua
jenis kadal adalah hewan raptorial yaitu
pemasukan makanan tanpa didahului proses
mengunyah, mangsa dipegang alih sisi
kemudian ditelan. Reptil berburu makanan
dengan cara duduk, berjalan simpang siur, dan
berburu intensif. Reptil yang berburu dengan
duduk adalah bunglon. Cicak berburu dengan
berjalan simpang siur sedangkan biawak dan
kadal famili Scincidae berburu secara intensif
(Vitt 1991).
Sebagian besar Reptil bersifat karnivora
dengan pakan beragam dari serangga sampai
mamalia, tetapi kadal lebih bersifat omnivora
(Halliday & Adler 2000). Keanekaragaman
makanan pada kadal dapat dipelajari melalui
analisis isi lambung. Isi lambung memberikan
informasi tentang komposisi makanan dan
strategi mencari makan (Grahame et al. 1979).
Kajian makanan pada kadal dapat dipelajari
dengan pengamatan empiris yaitu mengamati
langsung perilaku mencari makanan dan
pengamatan isi lambung dengan cara
membedah. Rocha et al (2002) melaporkan
bahwa di dalam lambung kadal Mabuya agilis
ditemukan Acarina (38%), ordo Homoptera
(27%), ordo Coleoptera (13%), dan material
lain (22%).
Lambung merupakan organ otot berongga
yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardiak,
fundus dan pilorus. Lambung berfungsi

sebagai tempat penyimpanan makanan, yang
berkontraksi untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan tiga zat penting yaitu:
lendir, asam klorida, dan prekusor pepsin.
Lendir melindungi sel-sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan enzim.
Kadal mencari makan pada pagi hari dan pada
malam hari kadal tidur di bawah serasah, dan
timbunan kayu. Kadal merupakan hewan
ektotermal karena memerlukan sumber panas
eksternal
untuk
melakukan
kegiatan
metabolismenya. Aktivitas makan kadal pada
pagi hari antara pukul 07.00-10.00 WIB, kadal
akan berjemur sampai mencapai suhu tubuh
33-34 C, dan setelah pukul 16.00 WIB kadal
sudah jarang terlihat. Kadal mempunyai
hubungan mutualisme dengan lingkungan
sebagai pengendali serangga di sawah (Zug et
al. 1977).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
komposisi makanan yang ada di lambung
kadal (Eutropis multifasciata) di Bogor Jawa
Barat.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai Juni 2009. Kadal diambil di
sekitar Pemandian Air Panas Cibatok (2.211
m dpl) dan Darmaga (70 m dpl). Analisis
dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan
Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut
Pertanian Bogor.
Penangkapan Kadal
Penangkapan kadal dilakukan pada pagi
hari pukul 06.00-17.00 WIB dengan
menggunakan jala, tongkat, kandang kadal,
gunting, botol dan lain-lain. Kadal yang
tertangkap dibius menggunakan kloroform,
ditimbang dengan timbangan digital AND 0,1
gram kemudian dibedah perutnya. Lambung
dipotong dan diawetkan dalam etanol 70%
untuk
menginaktifkan
enzim-enzim
pencernaan.
Pengukuran
Karakter
Tubuh
dan
Identifikasi Spesimen
Pengukuran terhadap karakter tubuh dan
diameter lambung menggunakan kaliper
dengan ketelitian 0.05 mm. Kepastian spesies
kadal
diidentifikasi
mengikuti
kunci
identifikasi Rooij (1915) dan Iskandar (2001).

2

Analisis Isi Lambung
Lambung kadal yang telah diawetkan
dalam etanol 70% dipindahkan ke dalam
cawan. Isi lambung dikeluarkan, kemudian
dipilah-pilah dengan menggunakan kuas dan
jarum. Makanan dari lambung dipisahkan
antara hewan, material tumbuhan dan material
lainnya. Hewan dari kelompok Arthropoda
diidentifikasi sampai tingkat ordo berdasarkan
Borror et al. (2005), sedangkan hewan lain
akan diidentifikasi sampai kelas. Spesimen
kadal dan lambung disimpan di Laboratorium
Zoologi, FMIPA IPB.
Analisis Data
Penghitungan jumlah mangsa kadal
menggunakan indeks Pianka (Krebs 1989)
yaitu:
n

O jk =



i =1
n


i =1

P jk Pik
2

P jk Pik

2

Keterangan
Ojk : Indeks Pianka untuk tumpang tindih
relung jenis j dan k
Pij : Perbandingan mangsa i yang digunakan
jenis j.
Pik : Perbandingan mangsa i yang digunakan
jenis k
N : Jumlah keseluruhan mangsa yang
digunakan oleh jenis j dan k
Indeks Pianka (O) berkisar dari 0.00 (tidak
ada tumpang tindih) sampai 1.00 (tumpang
tindih penuh). Pengolahan data menggunakan
analisis program SPSS 15.
HASIL
Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal
Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah
30 ekor, yang terdiri dari 17 ekor berasal dari
Darmaga (10 ekor berjenis kelamin betina dan
7 ekor berjenis kelamin jantan) dan 13 ekor
berasal dari Cibatok (5 ekor berjenis kelamin
betina dan 8 ekor berjenis kelamin jantan).
Kadal yang ditangkap termasuk jenis Eutropis
multifasciata dengan ciri-ciri sebagai berikut:
garis sutura pada bagian punggung; postnasal
pada bagian kepala; sisik pada bagian ventral
yang berjumlah 30-34; lamela pada selaput
jari. Rata-rata berat badan kadal yang berhasil
ditangkap adalah 33.04 gram (Tabel 1) dengan
kisaran antara 22.1 gram dan 49 gram. Hal ini
menunjukkan
bahwa
semua
kadal

dikategorikan sebagai kadal dewasa. Ciri
kadal dewasa adalah di permukaan bagian
ventral bewarna coklat kekuningan. Beberapa
ukuran bagian-bagian tubuh kadal disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal
yang ditangkap
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Parameter
Berat Badan
Panjang Total
Panjang Badan
Panjang Ekor
Diameter Mata
Diameter Telinga
Lebar Kepala
Tinggi Kepala
Lebar Badan
Tinggi Badan
Lebar Mulut

BB
PT
PB
PE
DM
DT
LK
TK
LB
TB
LM

Ukuran
33.04
224.34
63.67
111.69
3.21
2.57
12.47
10.69
19.62
14.76
19.76

gram
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm

Jenis makanan yang ada di lambung kadal
dibedakan menjadi dua,yaitu: material hancur
dan material utuh atau semi utuh. Kadal yang
ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00
WIB memiliki lambung yang berisi serangga
(5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida
(8.82%), cacing (2.94%), material tumbuhan
(14.7%) dan seterusnya (Tabel 2). Sedangkan
kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul
09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang
berisi serangga (37.5%), Moluska (12.5) dan
seterusnya (Tabel 3).
Cibatok memiliki ketinggian 2.211 m dpl
dengan lokasi yang berbatu dan sedikit
tumbuhan. Sedangkan Darmaga memiliki
ketinggian 70 m dpl dengan vegetasi
tumbuhan yang lebat. Kadal yang ditangkap di
Darmaga memiliki isi lambung yang terdiri
dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%),
Malacostraka (2.94%), Arachnida (26.47%),
Cacing (5.88%), dan material tumbuhan
(29.41%). Sedangkan kadal yang ditangkap
di Cibatok memiliki isi lambung yang terdiri
dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%).
Jenis makanan yang paling banyak dimakan
kadal di Darmaga adalah Arachnida (26.47%)
dan jenis makanan yang paling banyak
dimakan kadal di Cibatok adalah ordo
Orthoptera (62.5%).
Nilai Indeks Pianka jenis-jenis makanan
yang ada di lambung kadal antara Darmaga
dan Cibatok adalah Ojk= 0.0177. Nilai indeks
Pianka memperlihatkan tidak adanya tumpang
tindih mangsa antara Darmaga dan Cibatok.
Kadal yang ditangkap di Darmaga di habitat

2

Analisis Isi Lambung
Lambung kadal yang telah diawetkan
dalam etanol 70% dipindahkan ke dalam
cawan. Isi lambung dikeluarkan, kemudian
dipilah-pilah dengan menggunakan kuas dan
jarum. Makanan dari lambung dipisahkan
antara hewan, material tumbuhan dan material
lainnya. Hewan dari kelompok Arthropoda
diidentifikasi sampai tingkat ordo berdasarkan
Borror et al. (2005), sedangkan hewan lain
akan diidentifikasi sampai kelas. Spesimen
kadal dan lambung disimpan di Laboratorium
Zoologi, FMIPA IPB.
Analisis Data
Penghitungan jumlah mangsa kadal
menggunakan indeks Pianka (Krebs 1989)
yaitu:
n

O jk =



i =1
n


i =1

P jk Pik
2

P jk Pik

2

Keterangan
Ojk : Indeks Pianka untuk tumpang tindih
relung jenis j dan k
Pij : Perbandingan mangsa i yang digunakan
jenis j.
Pik : Perbandingan mangsa i yang digunakan
jenis k
N : Jumlah keseluruhan mangsa yang
digunakan oleh jenis j dan k
Indeks Pianka (O) berkisar dari 0.00 (tidak
ada tumpang tindih) sampai 1.00 (tumpang
tindih penuh). Pengolahan data menggunakan
analisis program SPSS 15.
HASIL
Jumlah Individu dan Ukuran Tubuh Kadal
Kadal yang berhasil ditangkap berjumlah
30 ekor, yang terdiri dari 17 ekor berasal dari
Darmaga (10 ekor berjenis kelamin betina dan
7 ekor berjenis kelamin jantan) dan 13 ekor
berasal dari Cibatok (5 ekor berjenis kelamin
betina dan 8 ekor berjenis kelamin jantan).
Kadal yang ditangkap termasuk jenis Eutropis
multifasciata dengan ciri-ciri sebagai berikut:
garis sutura pada bagian punggung; postnasal
pada bagian kepala; sisik pada bagian ventral
yang berjumlah 30-34; lamela pada selaput
jari. Rata-rata berat badan kadal yang berhasil
ditangkap adalah 33.04 gram (Tabel 1) dengan
kisaran antara 22.1 gram dan 49 gram. Hal ini
menunjukkan
bahwa
semua
kadal

dikategorikan sebagai kadal dewasa. Ciri
kadal dewasa adalah di permukaan bagian
ventral bewarna coklat kekuningan. Beberapa
ukuran bagian-bagian tubuh kadal disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1 Ukuran rata-rata karakter tubuh kadal
yang ditangkap
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Parameter
Berat Badan
Panjang Total
Panjang Badan
Panjang Ekor
Diameter Mata
Diameter Telinga
Lebar Kepala
Tinggi Kepala
Lebar Badan
Tinggi Badan
Lebar Mulut

BB
PT
PB
PE
DM
DT
LK
TK
LB
TB
LM

Ukuran
33.04
224.34
63.67
111.69
3.21
2.57
12.47
10.69
19.62
14.76
19.76

gram
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
mm

Jenis makanan yang ada di lambung kadal
dibedakan menjadi dua,yaitu: material hancur
dan material utuh atau semi utuh. Kadal yang
ditangkap di Darmaga pada pukul 06.00-09.00
WIB memiliki lambung yang berisi serangga
(5.88%), Malacostraka (2.94%), Arachnida
(8.82%), cacing (2.94%), material tumbuhan
(14.7%) dan seterusnya (Tabel 2). Sedangkan
kadal yang ditangkap di Cibatok pada pukul
09.00-11.00 WIB memiliki lambung yang
berisi serangga (37.5%), Moluska (12.5) dan
seterusnya (Tabel 3).
Cibatok memiliki ketinggian 2.211 m dpl
dengan lokasi yang berbatu dan sedikit
tumbuhan. Sedangkan Darmaga memiliki
ketinggian 70 m dpl dengan vegetasi
tumbuhan yang lebat. Kadal yang ditangkap di
Darmaga memiliki isi lambung yang terdiri
dari serangga (29.41%), Moluska (5.88%),
Malacostraka (2.94%), Arachnida (26.47%),
Cacing (5.88%), dan material tumbuhan
(29.41%). Sedangkan kadal yang ditangkap
di Cibatok memiliki isi lambung yang terdiri
dari serangga (87.5%) dan Moluska (12.5%).
Jenis makanan yang paling banyak dimakan
kadal di Darmaga adalah Arachnida (26.47%)
dan jenis makanan yang paling banyak
dimakan kadal di Cibatok adalah ordo
Orthoptera (62.5%).
Nilai Indeks Pianka jenis-jenis makanan
yang ada di lambung kadal antara Darmaga
dan Cibatok adalah Ojk= 0.0177. Nilai indeks
Pianka memperlihatkan tidak adanya tumpang
tindih mangsa antara Darmaga dan Cibatok.
Kadal yang ditangkap di Darmaga di habitat

3

serasah, pada lambungnya terdapat makanan
berupa serangga (Orthoptera, Hymenoptera,
Blattaria), Arachnida, Cacing, Moluska dan
material tumbuhan (daun, batang, biji), di
habitat bebatuan, pada lambungnya terdapat
makanan berupa serangga (Hymenoptera) dan
Arachnida, sedangkan di habitat tanah, pada

lambungnya terdapat makanan berupa
Arachnida, Malacostraca, Cacing, dan
material tumbuhan (daun dan batang). Kadal
yang ditangkap di Cibatok di habitat serasah
dan tanah, pada lambungnya ditemukan
makanan berupa serangga (Orthoptera dan
Hymenoptera).

Tabel 2 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Darmaga
Waktu Penangkapan
06.00-09.00 WIB
09.00-11.00 WIB
11.00-13.00 WIB
13.00-15.00 WIB
15.00-17.00 WIB

Hym
5.88
8.82
2.94

Orth
5.88
2.94

Hewan (%)
Blatt Mol Mala
2.94
2.94 2.94
2.94

Ara
8.82
14.71
2.94

Ccng
2.94
2.94

Material Tumbuhan (%)
Daun
Btng
Biji
5.88
5.88
2.94
5.88
5.88
2.94

Tabel 3 Jenis makanan yang terdapat dalam lambung kadal di Cibatok
Waktu penangkapan
06.00-09.00 WIB
09.00-11.00 WIB
11.00-13.00 WIB
13.00-15.00 WIB
15.00-17.00 WIB

Hym

Orth

Hewan (%)
Blatt Mol Mala

12.5
12.5

25

12.5

12.5

25

Keterangan tabel :
Hym
: Ordo Hymenoptera
Orth
: Ordo Orthoptera
Blatt
: Ordo Blattaria
Mol
: Moluska
Ara
: Arachnida

Arachnida

Malacostraka

Ara

Mala
Ccng
Daun
Btng
Biji

Orthoptera

Hymenoptera

Ccng

Material Tumbuhan (%)
Daun
Btng
Biji

: Malacostraka
: Cacing
: Daun
: Batang
: Biji

Daun

Biji

Moluska

Blattaria

Gambar 1 Jenis-jenis makanan dalam
lambung kadal

Material hancur

Batang

4

PEMBAHASAN
Kadal yang ditangkap di Darmaga pada
pukul 06.00-09.00 WIB memiliki lambung
yang berisi material semi utuh yang terdiri
dari
Hymenoptera,
Malacostraka,
Arachnida, cacing, dan material tumbuhan.
Kadal yang ditangkap pada pukul 09.0011.00 WIB memiliki isi lambung yang
terdiri
dari serangga (Hymenoptera,
Orthoptera, dan Blattaria), Moluska,
Arachnida, dan material tumbuhan. Ordo
Orthoptera
merupakan serangga yang
melakukan aktivitas pada malam hari
(Borror et al. 2005). Selain itu, Ordo
Orthoptera merupakan serangga pemakan
tumbuhan. Ordo Hymenoptera merupakan
serangga yang melakukan aktivitas pada
pagi hari (Borror et al. 2005). Arachnida
merupakan kelompok Arthropoda yang
memiliki empat pasang kaki dan beraktivitas
sepanjang hari (Powell et al. 1990).
Aktivitas kitinase dalam proses pencernaan
berlangsung selama dua jam (Zug et
al.1977). Kadal yang ditangkap pada pukul
15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung
berupa
material
hancur.
Hal
ini
menunjukkan bahwa kemungkinan aktivitas
makan kadal dilakukan pada pukul 14.00
WIB atau sebelumnya. Hal ini didukung
oleh Rocha et al.(2002) yang menemukan
adanya material hancur pada penangkapan
kadal pukul 16.00-17.00 WIB.
Kadal yang ditangkap di Cibatok pada
pukul 09.00-11.00 WIB memiliki lambung
yang berisi material semi utuh yang terdiri
dari serangga (Ordo Hymenoptera dan
Orthoptera) dan Moluska. Kadal yang
ditangkap pukul 11.00-13.00 WIB memiliki
isi lambung berupa Ordo Hymenoptera,
sedangkan kadal yang ditangkap pukul
15.00-17.00 WIB memiliki isi lambung yang
masih bisa diidentifikasi berupa serangga
(Ordo Hymenoptera dan Orthoptera). Dapat
disimpulkan bahwa kadal dalam melakukan
aktivitas makan tidak bergantung pada pola
waktu.
Kadal yang ditangkap di Cibatok tidak
ditemukan makanan berupa Ordo Blattaria.
Hal ini dikarenakan kebutuhan energi kadal
sudah terpenuhi dan kemungkinan di
Cibatok tidak ada Ordo Blattaria. Adanya
perbedaan biomassa antara Darmaga dengan
Cibatok
juga
menyebabkan
tidak
ditemukannya Malacostraka dan material
tumbuhan. Kadal akan berhenti makan jika
kebutuhan energinya sudah terpenuhi. Oleh
karena itu, zat-zat gizi seperti protein,

vitamin, dan mineral harus tersedia dalam
perbandingan yang tepat sehingga kadal
mendapatkan zat gizi yang cukup pada saat
kebutuhan energinya terpenuhi (Scott et al.
1982).
Makanan yang dimakan kadal di
Darmaga adalah material hewan dan
tumbuhan. Kadal yang ditangkap di
Darmaga merupakan pemangsa oportunis.
Sedangkan makanan yang dimakan kadal di
Cibatok adalah material hewan yaitu
serangga. Kadal bisa digolongkan sebagai
pemangsa
oportunis
karena
selain
memangsa hewan, mereka juga memangsa
tumbuhan. Ketersediaan makanan pada
lokasi, waktu, dan kondisi lingkungan dapat
mempengaruhi seekor hewan menjadi
pemangsa oportunis (Powell et al. 1990).
Nilai indeks Pianka Darmaga dengan
Cibatok adalah Ojk= 0,0177 yang berarti
tidak ada tumpang tindih mangsa antara
kedua daerah tersebut. Berdasarkan Uji-T
hubungan antara makanan di lambung
dengan parameter ukuran tubuh seperti BB,
PT, PB, PE, DM, DT, LK, TK, LB, TB dan
LM secara berturut-turut
adalah 0.531
gram, 0.975 mm, 0.113 mm, 0.849 mm,
0.234 mm, 0.488 mm. 0.199 mm, 0.929 mm,
0.738 mm, 0.263 mm, 0.535 mm (Lampiran
2). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan,
panjang total kadal, panjang ekor, tinggi
kepala, lebar badan dan lebar mulut tidak
berpengaruh pada volume atau biomassa
makanan yang ada di lambung. Berdasarkan
data penelitian, kadal dengan berat badan 44
gram memiliki volume makanan di lambung
yang lebih sedikit daripada kadal yang
memiliki berat badan 35 gram. Demikian
juga kadal yang memiliki panjang total
256.7 mm memiliki volume makanan di
lambung yang lebih sedikit daripada kadal
y