Proses pembentukan kantung mutiara pada tiram Pinctada maxima

PROSES PEMBENTUKAN KANTUNG MUTIARA
PADA TIRAM Pinctada maxima

LA EDDY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Proses
pembentukan kantung mutiara pada tiram Pinctada maxima” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.


Bogor, Agustus 2014

La Eddy
NRP B161090081

RINGKASAN
LA EDDY. Proses pembentukan kantung mutiara pada tiram Pinctada maxima.
Dibimbing oleh WASMEN MANALU, RIDWAN AFFANDI, dan NASTITI
KUSUMORINI
Mutiara yang berkualitas sangat bergantung pada kantung mutiara yang
terbentuk. Untuk mendapatkan kantung mutiara yang baik maka harus melakukan
kajian tentang pemilihan saibo, posisi peletakan inti yang tepat, umur yang tepat
untuk dijadikan saibo, jenis kelamin, dan tempat pemeliharaan selama
perkembangan kantung mutiara.
Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan saibo yang berasal dari tiram jenis lain pada proses
pembentukan kantung mutiara tiram Pinctada maxima, pengaruh posisi peletakan
saibo dan inti yang berbeda pada proses pembentukan kantung mutiara tiram
Pinctada maxima, pengaruh penggunaan saibo yang berasal dari tiram dengan
umur yang berbeda pada proses pembentukan kantung mutiara tiram Pinctada

maxima, pengaruh perbedaan jenis kelamin pada pembentukan kantung mutiara
tiram Pinctada maxima, pengaruh kedalaman pada pembentukan kantung mutiara
tiram Pinctada maxima. Parameter yang diukur dan diamati meliputi jumlah
kumulatif tiram yang mengalami kematian dan penolakan inti, persentasi tiram
yang berhasil membentuk kantung mutiara, kecepatan dan persentasi penutupan
inti mutiara, konsumsi oksigen, kadar glukosa, kadar kalsium dan fosfor hemolimf,
perkembangan histologis struktur kantung mutiara, data pendukung meliputi suhu,
salinitas, dan pH air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implantasi pada tiram Pinctada
maxima dapat menggunakan saibo dari tiram jenis lain, pembentukan kantung
mutiara pada penggunaan saibo tiram Pinctada margaritifera lebih baik bila
dibandingkan dengan saibo tiram Pteria penguin dan saibo tiram Atrina vexillum.
Pembentukan kantung mutiara dapat dilakukan pada bagian usus, anus, dan
ventral gonad. Pembentukan kantung mutiara pada posisi implantasi inti di
ventral gonad lebih baik bila dibandingkan dengan implantasi di bagian usus dan
anus. Pembentukan kantung mutiara dengan menggunakan saibo dari tiram yang
telah berumur 28 bulan lebih baik bila dibandingkan dengan saibo dari tiram
yang berumur 14 dan 21 bulan. Pembentukan kantung mutiara pada tiram berjenis
kelamin betina lebih baik bila dibandingkan dengan jenis kelamin jantan.
Pembentukan kantung mutiara pada kedalaman 3 dan 6 meter lebih baik bila

dibandingkan dengan kedalaman 9 dan 12 meter.
Kata kunci: Implantasi, Kantung Mutiara, Pinctada maxima, Saibo.

SUMMARY
LAEDDY. Pearls Sac Formation in Pinctada maxima Oyster. Supervised by
WASMEN MANALU, RIDWAN AFFANDI, and NASTITI KUSUMORINI
Pearl quality in cultured pearl is determined by the pearl sac formed around
the implanted nucleus. To get a good pearl sac formation, it was conducted a
study on the selection of donor oyster as a source of saibo, position of
implantation in the body of the host oyster, age of donor oyster as a donor of saibo,
sex of the host oyster, and the depth of rearing of host oyster during the
development of the pearl sac.
This study consisted of several steps to determine the effect of different
species and genus of donor oysters, different positions of nucleus implantation,
different ages of donor oyster, different sexes of host oysters, and different depths
of rearing on the pearl sac formation in the Pinctada maxima host osyters.
Parameters observed were the cumulative number of oysters that experience death
and rejection of nucleus, percentage of successful oyster to form the pearl sac,
speed of pearl sac growth and percentage of nucleus coverage by pearl sac,
oxygen consumption, haemolymph glucose, calcium and phosphorus

concentrations, histological structure of pearl sac development, marine water
temperature, salinity, and pH.
The results showed that the Pinctada maxima oyster implantation can use
other species and genuses of oysters as sources of saibo. Pearl sac formation in
the Pinctada maxima host oyster implanted with saibo obtained from Pinctada
margaritifera oyster was better when compared with those implanted with saibo
obtained from Pteria penguin and Atrina vexillum donor oysters. Pearl sac
formation can be done on the the intestine, anus, and ventral gonad. Pearl sac
formation in the Pinctada maxima host oyster was better when nucleus was
implanted in the ventral position of the gonads as compared when implantation
was conducted at the intestine and anus. Pearl sac formation in Pinctada maxima
host oyster was better when using saibo from donor oyster with the age of 28
months when compared with the ages of 14 and 21 months. Pearl sac formation in
the female oyster was better than in the male oyster. Pearl sac formation was
better when the host oyster was reared at a depth of 3 and 6 meters as compared to
when the host oysters were reared at the depth of 9 and 12 meters.
Keywords: Implantation, pearl sac, Pinctada maxima, saibo.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PROSES PEMBENTUKAN KANTUNG MUTIARA
PADA TIRAM Pinctada maxima

LA EDDY

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji pada Ujian Tertutup:
1.

Dr drh. Damiana Rita Ekastuti, MS
Staf Pengajar Departemen AFF, Fakultas Kedokteran Hewan IPB

2.

Dr.Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc
Staf Pengajar Departemen MSP, Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB

Penguji pada Ujian Terbuka :
1.

Dr.drh.Yulvian Sani
Peneliti Madya pada BALITVET Bogor


2. Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si
Dirjen Perikanan Budi Daya, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

Judul Disertasi
Nama
NRP

: Proses pembentukan kantung mutiara pada tiram Pinctada
maxima
: La Eddy
: B161090081

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof. Ir.Wasmen Manalu, Ph.D
Ketua

Dr. dra. Nastiti Kusumorini

Anggota

Prof. Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi/Mayor
Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Drh. Agik Suprayogi, M.Sc, AIF

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.ScAgr

Tanggal ujian : 21 Juli 2014

Tanggal lulus :


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
sejak bulan September 2011 sampai Desember 2012 dengan judul Proses
Pembentukan Kantung Mutiara pada Tiram Pinctada Maxima.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Ir. Wasmen Manalu,
Ph.D, Bapak Prof. Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA dan Ibu Dr. Dra. Nastiti
Kusumorini selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberi saran. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Dr drh. Damiana Rita Ekastuti, MS dan
Dr.Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku penguji luar komisi pada ujian sidang
tertutup, serta Dr. drh.Yulvian Sani dan Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si selaku
penguji luar komisi pada ujian sidang terbuka. Terima kasih penulis sampaikan
kepada Bupati Kabupaten Halmahera Selatan dan Kepala Desa Baru, Kabupaten
Halmahera Selatan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat IPB.
Penghargaan penulis sampaikan juga kepada Pemilik, Manager dan seluruh
karyawan perusahaan CV. Duta Aru Indah Cabang Pulau Obi (Pulau Garaga dan
Teluk Dalam). Ibu Hj. Asmarida, Ibu Sri, dan Pak Wawan dari Laboratorium
Fisiologi dan Farmakologi IPB, Bapak Edy Sukma Ramdani, Ibu Dian Anggraeni
dari Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan IPB, atas bantuan dan kerja
samanya. Terima kasih juga kepada rekan-rekan mahasiswa IFO dan Akuakultur

yang telah banyak membantu penulis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, mertua, istri,
Dirwan, Lukman serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

La Eddy
B 161090081

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Kebaruan Penelitian (Novelty)
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Tiram Mutiara
Anatomi Tubuh Tiram Mutiara
Reproduksi Tiram Mutiara
Faktor-Faktor Ekologi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tiram
Mutiara
Fisiologi Pembentukan Mutiara
3 HISTOLOGI DAN PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA
PEMBENTUKAN KANTUNG MUTIARA PADA TIRAM Pinctada
maxima DENGAN IMPLANTASI SAIBO DARI GENUS DAN
SPESIES TIRAM DONOR YANG BERBEDA
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
4 HISTOLOGI DAN PERUBAHAN FISIOLOGI PEMBENTUKAN
KANTUNG MUTIARA TIRAM Pinctada maxima YANG
DIIMPLANTASI PADA USUS, ANUS, DAN VENTRAL GONAD
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
5 PROSES PEMBENTUKAN KANTUNG MUTIARA PADA TIRAM
Pinctada maxima DENGAN MENGGUNAKAN SAIBO YANG
DIDAPATKAN DARI UMUR TIRAM YANG BERBEDA
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
6 PROSES PEMBENTUKAN KANTUNG MUTIARA PADA TIRAM
Pinctada maxima JANTAN DAN BETINA
Pendahuluan

i
ii
x
xi
1
1
3
3
3
5
5
5
11
11
13

19
21
23
24
38
41

41
43
44
45
57
62

62
64
64
65
77
79
79
81

ii

Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
7 PEMBENTUKAN KANTUNG MUTIARA PADA TIRAM Pinctada
maxima YANG DIPELIHARA PADA KEDALAMAN BERBEDA
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
8 PEMBAHASAN UMUM
9 SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

82
83
91
94
94
96
97
98
111
113
113
116
117
127
133

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5

6

7

Kerangka konseptual pendekatan masalah dan tahapan penelitian
pembentukan kantung mutiara.
Tiram mutiara Pinctada maxima (Winanto 2004).
Anatomi tubuh tiram Pinctada fucata yang terdiri atas otot adductor
(AM), byssus (B), visceral mass (VM), Mantel (M), Mulut (F), proses
pertumbuhan (GP), insang (G) (Acosta-Salmón et al. 2004).
Morfologi cangkang luar dan cangkang dalam tiram Pinctada maxima
(Wilbur dan Saleuddin 1983)
Fotograf zona mantel Pinctada margaritifera yang terdiri atas zona
marginal (Mz), zona sentral (Cz), zona pallial (Pz), dan isthmus (It)
(Acosta-Salmón dan Southgate 2005).
Bagian mantel dan cangkang (Wilbur dan Saleuddin 1983).
Keterangan : lapisan cangkang prismatic (PR), lapisan nacreus
cangkang (NC), pallial line (PL), pallial muscle (PM), inner
epithelium (IM), mucosa cell (MC), pallial nerve (PN), longitudinal
pallial muscle (LPM), inner fold (IF), middle fold (MF), outer fold
(OF), outer epithelium (OE), periostracal groove (PG), periostracum
(P), ekstrapallial space (EPS).
Pola tahapan yang berbeda dalam pembentukan kantung mutiara pada
tiram Pinctada fucata. Keterangan : (1) Inti dimasukkan ke bagian
gonad, (2) Setelah 15 hari, kantung mutiara menyatu dengan jaringan
ikat (inti telah diterima oleh tiram inang = A, inti ditutupi oleh gamet
= B), (3) Setelah 30 hari, sebuah kantung mutiara lengkap dapat
diamati dengan struktur homogen (Cochennec-Laureau et al. 2010).

4
5

6
8

9

10

14

iii

8
9
10
11
12
13

14

15

16

17

18

19

Teori pembentukan mutiara secara alami (Strack 2006).
Peletakan inti pada dinding cangkang bagian dalam untuk
menghasilkan mutiara blister (setengah lingkaran).
Peletakan inti pada bagian ventral gonad untuk menghasilkan mutiara
bulat.
Berbagai macam warna mutiara yang dapat dihasilkan melalui budi
daya mutiara.
Berbagai macam ukuran, bentuk, permukaan, dan kilauan mutiara.
Deskripsi jenis saibo yang diambil dari beberapa jenis tiram Atrina
vexillum (A), Pteria penguin (B), Pinctada margaritifera (C), dan
Pinctada maxima (D).
Jumlah kumulatif tiram Pinctada maxima yang mengalami kematian
selama 4 minggu setelah diimplantasi dengan saibo dari jenis tiram
lain. Keterangan : saibo Atrina vexillum (), Pteria penguin (),
Pinctada margaritifera (), Pinctada maxima ().
Jumlah kumulatif tiram Pinctada maxima yang mengalami kematian
selama 4 minggu setelah diimplantasi dengan saibo dari jenis tiram
lain. Keterangan : saibo Atrina vexillum (), Pteria penguin (),
Pinctada margaritifera (), Pinctada maxima ().
Persentase tiram Pinctada maxima yang berhasil membentuk kantung
mutiara setelah 4 minggu diimplantasi dengan saibo dari jenis tiram
lain. Keterangan : saibo tiram Atrina vexillum (), Pteria penguin
(), Pinctada margaritifera (), Pinctada maxima ().
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima setelah diimplatasi dengan saibo yang
berasal dari tiram Atrina vexillum. Anak panah menunjukkan adanya
hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya sel-sel
inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah implantasi
(II) masih terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai menurun.
Minggu ketiga setelah implantasi (III), sudah tidak terlihat sel-sel
inflamasi dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV), tidak
terlihat lagi hemosit dan sel-sel inflamasi. (H&E.x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima setelah diimplatasi dengan saibo yang
berasal dari tiram Pteria penguin. Anak panah menunjukkan adanya
hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya sel-sel
inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah implantasi
(II) masih terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai menurun.
Minggu ketiga setelah implantasi (III), masih terlihat jumlah sel-sel
inflamasi dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV), tidak
terlihat lagi hemosit dan sel-sel inflamasi. (H&E.x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima setelah diimplatasi dengan saibo yang
berasal dari tiram Pinctada margaritifera. Anak panah menunjukkan
adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya
sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah

15
16
16
16
17

24

25

25

26

28

29

iv

20

21

22

23

24

25

implantasi (II) masih terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai
menurun. Minggu ketiga setelah implantasi (III), tidak terlihat jumlah
sel-sel inflamasi dan hemosit (mulai sembuh). Minggu keempat
setelah implantasi (IV), tidak terlihat lagi hemosit dan sel-sel
inflamasi. (H&E.x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima setelah diimplatasi dengan saibo dari
tiram Pinctada maxima. Anak panah menunjukkan adanya hemosit.
Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya sel-sel inflamasi
dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah implantasi (II) masih
terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai menurun. Minggu
ketiga setelah implantasi (III), mulai sembuh ditandai dengan tidak
terlihat lagi sel-sel inflamasi dan hemosit. Minggu keempat setelah
implantasi (IV), tidak terlihat hemosit dan sel-sel inflamasi.
(H&E.x100).
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan dengan perlakuan saibo tiram Atrina vexillum. Minggu
pertama (21A), Minggu kedua (21B), Minggu ketiga (21C), dan
Minggu keempat (21D): (a) Nukleus, (b) Lapisan sel-sel epitel
mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal (c) Basement
membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika muskularis, (f)
Vakuola, (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan dengan perlakuan saibo tiram Pteria penguin.
Keterangan: Minggu pertama (22A), Minggu kedua (22B), Minggu
ketiga (22C), dan Minggu keempat (22D): (a) Nukleus, (b) Lapisan
sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal (c)
Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika muskularis,
(f) Vakuola, (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan dengan perlakuan saibo tiram Pinctada margaritifera.
Keterangan : Minggu pertama (23A), Minggu kedua (23B), Minggu
ketiga (23C) dan Minggu keempat (23D): (a) Nukleus, (b) Lapisan
sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal (c)
Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika muskularis,
(f) Vakuola, dan (g) Pyknosis. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan dengan perlakuan saibo tiram Pinctada maxima.
Keterangan : Minggu pertama (24A), Minggu kedua (24B), Minggu
ketiga (24C), dan Minggu keempat (24D): (a) Nukleus, (b) Lapisan
sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal (c)
Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika muskularis,
(f) Vakuola, (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Jumlah kumulatif tiram Pinctada maxima yang mengalami penolakan
inti selama 4 minggu setelah implantasi pada lokasi yang berbeda.
Keterangan : bagian usus (), anus (), ventral gonad ().

30

31

32

33

34

35

46

v

26

27

28

29

30

31

32

Jumlah kumulatif tiram Pinctada maxima yang mengalami kematian
selama 4 minggu setelah implantasi pada lokasi yang berbeda.
Keterangan : bagian usus (), anus (), ventral gonad ().
Persentase tiram Pinctada maxima yang berhasil membentuk kantung
mutiara setelah 4 minggu implantasi pada lokasi berbeda. Keterangan:
bagian usus (), anus () and ventral gonad ().
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima setelah diimplatasi di bagian usus.
Keterangan : Anak panah menunjukkan adanya hemosit. Minggu
pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya sel-sel inflamasi dan
hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah implantasi (II) masih
terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai menurun. Minggu
ketiga setelah implantasi (III), masih terlihat jumlah sel-sel inflamasi
dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV), tidak terlihat
lagi hemosit dan sel-sel inflamasi yang terbentuk. (H&E.x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima setelah diimplatasi di bagian anus.
Keterangan: anak panah menunjukkan adanya hemosit. Minggu
pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya sel-sel inflamasi dan
hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah implantasi (II) terlihat selsel inflamasi dan hemosit yang mulai menurun. Minggu ketiga setelah
implantasi (III), jumlah sel-sel inflamasi dan hemosit sangat sedikit,
luka mulai sembuh. Minggu keempat setelah implantasi (IV), tidak
terlihat lagi hemosit dan sel-sel inflamasi, luka telah sembuh. (H&E.
x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima setelah diimplantasi di bagian ventral
gonad. Keterangan: Anak panah menunjukkan adanya hemosit.
Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya sel-sel inflamasi
dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah implantasi (II) jumlah
sel-sel inflamasi dan hemosit sangat sedikit dan hampir tidak terlihat.
Minggu ketiga setelah implantasi (III), tidak terlihat lagi sel-sel
inflamasi dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV), tidak
terlihat lagi hemosit dan sel-sel inflamasi, jaringan telah sembuh
(H&E. x100).
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan pada tiram Pinctada maxima yang diimplantasi di bagian
usus. Keterangan: Minggu pertama (31A), Minggu kedua (31B),
Minggu ketiga (31C) dan Minggu keempat (31D): (a) Nukleus, (b)
Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal
(c) Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika
muskularis, (f) Vakuola, dan (g) Pyknosis. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan pada tiram Pinctada maxima yang diimplantasi di bagian
anus. Keterangan: Minggu pertama (32A), Minggu kedua (32B),
Minggu ketiga (32C) dan Minggu keempat (32D): (a) Nukleus, (b)

46

47

49

50

51

52

vi

33

34

35

36

37

38

39

Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal
(c) Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika
muskularis, (f) Vakuola, dan (g) Pyknosis. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan pada tiram Pinctada maxima yang diimplantasi di bagian
ventral gonad. Keterangan : Minggu pertama (33A), Minggu kedua
(33B), Minggu ketiga (33C) dan Minggu keempat (33D): (a) Nukleus,
(b) Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel
kuboidal (c) Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika
muskularis, (f) Vakuola, dan (g) Pyknosis. (H&E. x400).
Jumlah kumulatif tiram mutiara yang mengalami kematian setelah
diimplantasi dengan menggunakan saibo yang berasal dari tiram
dengan umur berbeda selama 4 minggu pengamatan. Keterangan : 14
bulan (), 21 bulan (), 28 bulan ().
Jumlah kumulatif tiram yang mengalami penolakan inti setelah
diimplantasi dengan menggunakan saibo yang berasal dari tiram
dengan umur berbeda selama 4 minggu pengamatan. Keterangan: 14
bulan (), 21 bulan (), 28 bulan ().
Persentase tiram yang berhasil membentuk kantung mutiara pada
tiram Pinctada maxima setelah diimplantasi dengan menggunakan
saibo yang berasal dari tiram dengan umur berbeda selama sebulan
pengamatan. Keterangan : 14 bulan (), 21 bulan () dan 28 bulan
bulan ().
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan mutiara pada tiram
Pinctada maxima setelah diimplatasi dengan saibo yang berasal dari
tiram yang berumur 14 bulan. Keterangan: Anak panah menunjukkan
adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya
sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah
implantasi (II) masih terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai
menurun. Minggu ketiga setelah implantasi (III), masih terlihat jumlah
sel-sel inflamasi dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi
(IV), tidak terlihat lagi hemosit dan sel-sel inflamasi. (H&E. x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan mutiara pada tiram
Pinctada maxima setelah diimplatasi dengan saibo yang berasal dari
tiram yang berumur 21 bulan. Keterangan: Anak panah menunjukkan
adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya
sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah
implantasi (II) terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai
menurun. Minggu ketiga setelah implantasi (III), jumlah sel-sel
inflamasi dan hemosit sangat sedikit, luka mulai sembuh. Minggu
keempat setelah implantasi (IV), tidak terlihat lagi hemosit dan sel-sel
inflamasi, luka telah sembuh. (H&E. x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan mutiara pada tiram
Pinctada maxima setelah diimplatasi dengan saibo yang berasal dari
tiram yang berumur 28 bulan. Keterangan: Anak panah menunjukkan
adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya

53

54

66

66

67

69

70

vii

40

41

42

43

44

45

46

sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah
implantasi (II) jumlah sel-sel inflamasi dan hemosit yang mulai
menurun. Minggu ketiga setelah implantasi (III), tidak terlihat lagi selsel inflamasi dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV),
tidak terlihat lagi hemosit dan sel-sel inflamasi, jaringan telah sembuh
(H&E. x100).
Histologis perkembangan kantung mutiara dengan menggunakan
saibo tiram Pinctada maxima yang telah berumur 14 bulan.
Keterangan : Minggu pertama (40A), Minggu kedua (40B), Minggu
ketiga (40C) dan Minggu keempat (40D): (a) Nukleus, (b) Lapisan
sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal (c)
Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika muskularis,
(f) Vakuola (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara dengan menggunakan saibo
tiram Pinctada maxima yang telah berumur 21 bulan. Keterangan:
Minggu pertama (41A), Minggu kedua (41B), Minggu ketiga (41C)
dan Minggu keempat (41D): (a) Nukleus, (b) Lapisan sel-sel epitel
mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal, (c) Basement
membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika muskularis, (f)
Vakuola (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara dengan menggunakan saibo
tiram Pinctada maxima yang telah berumur 28 bulan. Keterangan:
Minggu pertama (42A), Minggu kedua (42B), Minggu ketiga (42C)
dan Minggu keempat (42D): (a) Nukleus, (b) Lapisan sel-sel epitel
mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel kuboidal (c) Basement
membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika muskularis, (f)
Vakuola, (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Jumlah kumulatif tiram Pinctada maxima yang mengalami kematian
selama 4 minggu implantasi pada jenis kelamin berbeda. Keterangan :
tiram jantan (--), dan betina (∙∙∙∙).
Jumlah kumulatif tiram Pinctada maxima yang mengalami penolakan
inti selama 4 minggu implantasi pada jenis kelamin berbeda.
Keterangan : tiram jantan (--), dan betina (∙∙∙∙).
Persentase tiram Pinctada maxima yang berhasil membentuk kantung
mutiara selama 4 minggu implantasi dengan jenis kelamin berbeda.
Keterangan : tiram jantan () dan betina ().
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima jantan. Keterangan: Anak panah
menunjukkan adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I)
terlihat adanya sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu
kedua setelah implantasi (II) masih terlihat sel-sel inflamasi dan
hemosit yang mulai menurun. Minggu ketiga setelah implantasi (III),
tidak terlihat lagi sel-sel inflamasi dan hemosit. Minggu keempat
setelah implantasi (IV), luka akibat telah sembuh dan tidak terlihat
lagi hemosit dan sel-sel inflamasi. (H&E.x100).

71

72

73

74

83

84

84

86

viii

47

48

49

50

51

52

53

54

Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima betina. Keterangan: Anak panah
menunjukkan adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I)
terlihat adanya sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu
kedua setelah implantasi (II) terlihat sel-sel inflamasi dan hemosit
yang mulai menurun. Minggu ketiga setelah implantasi (III), jumlah
sel-sel inflamasi dan hemosit sudah tidak terlihat, luka mulai sembuh.
Minggu keempat setelah implantasi (IV), tidak terlihat lagi hemosit
dan sel-sel inflamasi, luka telah sembuh. (H&E.x100).
87
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan pada tiram betina. Keterangan: Minggu pertama (48A),
Minggu kedua (48B), Minggu ketiga (48C) dan Minggu keempat
(48D): (a) Nukleus, (b) Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas
sel-sel epitel kuboidal
(c) Basement membrane, (d) Lapisan
submukosa, (e) Tunika muskularis, (f) Vakuola, (g) Pyknosis, dan (h)
Hemosit (H&E. x400).
88
Histologi perkembangan kantung mutiara selama 4 minggu
pengamatan pada tiram jantan. Keterangan: Minggu pertama (49A),
Minggu kedua (49B), Minggu ketiga (49C) dan Minggu keempat
(49D): (a) Nukleus, (b) Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas
sel-sel epitel kuboidal
(c) Basement membrane, (d) Lapisan
submukosa, (e) Tunika muskularis, (f) Vakuola, (g) Pyknosis dan (h)
hemosit (H&E. x400).
89
Jumlah kumulatif tiram mutiara yang mengalami kematian setiap
minggu selama sebulan pengamatan yang dipelihara pada kedalaman
berbeda. Keterangan: 3 meter (), 6 meter (), 9 meter (), 12
meter ().
98
Jumlah kumulatif tiram mutiara yang mengalami penolakan inti setiap
minggu selama sebulan pengamatan yang dipelihara pada kedalaman
berbeda. Keterangan : 3 meter (), 6 meter (), 9 meter (), 12
meter ().
99
Persentase tiram yang berhasil membentuk kantung mutiara tiram
Pinctada maxima selama sebulan yang dipelihara pada kedalaman
berbeda. Keterangan: 3 meter (), 6 meter (), 9 meter (), 12 meter
().
99
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima yang dipelihara pada kedalaman 3 meter
selama 4 minggu pengamatan. Keterangan: Anak panah menunjukkan
adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya
sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah
implantasi (II) masih terlihat sel-sel inflamasi namun mulai menurun.
Minggu ketiga setelah implantasi (III), tidak terlihat lagi inflamasi dan
hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV), luka sayatan saat
operasi inti telah sembuh. (H&E.x100).
101
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima yang dipelihara pada kedalaman 6 meter

ix

55

56

57

58

59

selama 4 minggu pengamatan. Keterangan: Anak panah menunjukkan
adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya
sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah
implantasi (II) masih terlihat sel-sel inflamasi namun mulai menurun.
Minggu ketiga setelah implantasi (III), tidak terlihat lagi inflamasi dan
hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV), luka sayatan saat
operasi inti telah sembuh. (H&E.x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima yang dipelihara pada kedalaman 9 meter
selama 4 minggu pengamatan. Keterangan: Anak panah menunjukkan
adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I) terlihat adanya
sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu kedua setelah
implantasi (II) masih terlihat sel-sel inflamasi namun mulai menurun.
Minggu ketiga setelah implantasi (III), masih ada terlihat inflamasi
dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi (IV), luka sayatan
saat operasi inti telah sembuh. (H&E.x100).
Histologi infiltrasi hemosit selama perkembangan kantung mutiara
pada tiram Pinctada maxima yang dipelihara pada kedalaman 12
meter selama 4 minggu pengamatan. Keterangan: Anak panah
menunjukkan adanya hemosit. Minggu pertama setelah implantasi (I)
terlihat adanya sel-sel inflamasi dan hemosit yang tinggi. Minggu
kedua setelah implantasi (II) jumlah sel-sel inflamasi dan hemosit
yang mulai menurun. Minggu ketiga setelah implantasi (III), masih
ada sel-sel inflamasi dan hemosit. Minggu keempat setelah implantasi
(IV), tidak terlihat lagi hemosit dan sel-sel inflamasi dan jaringan
telah sembuh (H&E.x100).
Histologi perkembangan kantung mutiara pada tiram Pinctada
maxima yang dipelihara pada kedalaman 3 meter selama 4 minggu
pengamatan. Keterangan: Minggu pertama (57A), minggu kedua
(57B), minggu ketiga (57C) dan minggu keempat (57D): (a) Nukleus,
(b) Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel
kuboidal (c) Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika
muskularis, (f) Vakuola, (g) Pyknosis dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara pada tiram Pinctada
maxima yang dipelihara pada kedalaman 6 meter selama 4 minggu
pengamatan. Keterangan: Minggu pertama (58A), minggu kedua
(58B), minggu ketiga (58C) dan minggu keempat (58D): (a) Nukleus,
(b) Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel
kuboidal (c) Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika
muskularis, (f) Vakuola, (g) Pyknosis dan (h) Hemosit. (H&E. x400).
Histologi perkembangan kantung mutiara pada tiram Pinctada
maxima yang dipelihara pada kedalaman 9 meter selama 4 minggu
pengamatan. Keterangan: Minggu pertama (59A), minggu kedua
(59B), minggu ketiga (59C) dan minggu keempat (59D): (a) Nukleus,
(b) Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel

102

103

104

105

106

x

60

kuboidal (c) Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika
muskularis, (f) Vakuola, (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400). 107
Histologi perkembangan kantung mutiara pada tiram Pinctada
maxima yang dipelihara pada kedalaman 12 meter selama 4 minggu
pengamatan. Keterangan: Minggu pertama (60A), minggu kedua
(60B), minggu ketiga (60C) dan minggu keempat (60D): (a) Nukleus,
(b) Lapisan sel-sel epitel mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel
kuboidal (c) Basement membrane, (d) Lapisan submukosa, (e) Tunika
muskularis, (f) Vakuola, (g) Pyknosis, dan (h) Hemosit. (H&E. x400). 108

DAFTAR TABEL
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Rataan kecepatan saibo mengelilingi inti mutiara dan persentase
penutupan inti pada tiram Pinctada maxima dengan menggunakan
saibo yang diambil dari tiram Atrina vexillum, Pteria penguin,
Pinctada margaritifera, dan Pinctada maxima
Rataan kuantitatif infiltrasi hemosit, jumlah lapisan sel-sel epitel,
jumlah sel-sel epitel yang mengalami pyknosis dan vakuola pada tiram
Pinctada maxima dengan menggunakan saibo yang diambil dari tiram
Atrina vexillum, Pteria penguin, Pinctada margaritifera dan Pinctada
maxima 36
Rataan konsumsi oksigen, kadar glukosa, kalsium, dan fosfor
hemolimf pada tiram Pinctada maxima dengan menggunakan saibo
yang diambil dari tiram Atrina vexillum, Pteria penguin, Pinctada
margaritifera, dan Pinctada maxima
Rataan kecepatan saibo mengelilingi inti mutiara dan persentase
penutupan inti pada tiram Pinctada maxima dengan posisi peletakan
inti yang berbeda
Rataan kuantitatif infiltrasi hemosit, jumlah lapisan sel-sel epitel,
jumlah sel-sel epitel yang mengalami pyknosis dan vakuola pada tiram
Pinctada maxima dengan posisi implantasi yang berbeda
Rataan konsumsi oksigen, kadar glukosa, kadar kalsium, dan kadar
fosfor hemolimf pada tiram Pinctada maxima dengan
posisi
peletakan inti yang berbeda.
Rataan kecepatan saibo mengelilingi inti mutiara dan persentase
penutupan inti pada tiram Pinctada maxima dengan perlakuan umur
saibo yang berbeda selama 4 minggu pengamatan.
Rataan kuantitatif infiltrasi hemosit, jumlah lapisan sel-sel epitel,
jumlah sel-sel epitel yang mengalami pyknosis dan vakuola pada tiram
Pinctada maxima dengan dengan perlakuan umur saibo yang berbeda
selama 4 minggu pengamatan.
Rataan konsumsi oksigen, kadar glukosa, kadar kalsium, dan kadar
fosfor hemolimf pada tiram Pinctada maxima dengan perlakuan umur
saibo yang berbeda selama 4 minggu pengamatan.

27

37

48

55

56

68

75

76

xi

10

11

12

13

14

15
16

Rataan kecepatan saibo mengelilingi inti mutiara dan rataan
persentase penutupan inti mutiara pada tiram Pinctada maxima jantan
dan betina selama 4 minggu pengamatan.
Rataan kuantitatif infiltrasi hemosit, jumlah lapisan sel-sel epitel,
jumlah sel-sel epitel yang mengalami pyknosis dan vakuola pada tiram
Pinctada maxima jantan dan betina
Rataan konsumsi oksigen, kadar glukosa, kadar kalsium dan fosfor
hemolimf pada tiram Pinctada maxima jantan dan betina selama 4
minggu pengamatan.
Rataan kecepatan saibo mengelilingi inti mutiara dan persentase
penutupan inti pada tiram Pinctada maxima yang dipelihara pada
kedalaman berbeda selama 4 minggu pengamatan.
Rataan kuantitatif infiltrasi hemosit, jumlah lapisan sel-sel epitel,
jumlah sel-sel epitel yang mengalami pyknosis dan vakuola pada tiram
Pinctada maxima yang dipelihara pada kedalaman berbeda selama 4
minggu pengamatan.
Kelimpahan plankton di lokasi pemeliharaan tiram Pinctada maxima.
Rataan konsumsi oksigen, rataan kadar glukosa, kadar kalsium, dan
kadar fosfor hemolimf pada tiram Pinctada maxima yang dipelihara
pada kedalaman berbeda selama 4 minggu pengamatan.

85

90

91

100

109
110

111

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Prosedur kerja penelitian
Prosedur penentuan parameter pengamatan
Prosedur pembuatan preparat histologi kantung mutiara

127
128
131

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tiram merupakan salah satu moluska yang dapat menghasilkan mutiara,
tetapi tidak semua tiram dapat menghasilkan mutiara yang bagus dan memiliki
nilai jual yang tinggi. Tiram penghasil mutiara umumnya berasal dari famili
Pteriidae, beberapa jenis famili ini dapat ditemukan di perairan laut Indonesia
seperti Pinctada maxima, Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pinctada
chimnitzii, dan Pteria penguin (Winanto 2009).
Mutiara dapat dihasilkan secara alami dan budi daya. Teori pembentukan
mutiara alami terjadi akibat adanya partikel padat yang terjebak dalam tubuh
tiram, terutama di antara bagian mantel dan cangkang bagian dalam. Mantel
kemudian menyelubungi partikel padat tersebut dan bagian mantel inilah yang
disebut sebagai kantung mutiara. Namun, belum ada bukti ilmiah yang
mendukung teori ini karena dari beberapa mutiara alami yang dibedah
menunjukkan bahwa bagian inti mutiara bukanlah partikel padat (Strack 2006).
Mutiara hasil budi daya akan melewati serangkaian proses dengan campur
tangan manusia. Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah implantation atau
implantasi, yaitu menyisipkan inti mutiara bersama saibo (irisan mantel tiram
mutiara lain) ke dinding gonad tiram mutiara. Mantel yang dijadikan saibo
diambil dari zona pallial mantel karena zona ini berisi banyak jaringan saraf dan
arteri pallial. Saibo yang disisipkan akan berkembang mengelilingi inti
menyerupai kantung sehingga disebut kantung mutiara (Acosta-Salmón dan
Southgate 2005). Selain saibo, pembentukan mutiara melibatkan peran nacre pada
cangkang. Nacre merupakan bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau
bagian yang berkilau dari dalam cangkang. Komposisi nacre pada cangkang
adalah 95-99% kalsium karbonat dan 1-5% matriks organik (Duplat et al. 2006).
Nacre pada cangkang diistilahkan sebagai mother of pearl (ibu dari mutiara)
sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara (Mamangkey dan Southgate
2009).
Saibo dapat berasal dari jenis tiram yang sama maupun jenis tiram yang lain
(Taylor 2002). Peneliti tersebut melakukan percobaan dengan mengimplantasi 2
jenis saibo yang berasal dari tiram yang sama, yakni Pinctada maxima tetapi asal
saibo dengan latar belakang nacre berwarna perak dan emas, kemudian
diimplantasi pada Pinctada maxima yang berwarna perak, ternyata mendapatkan
hasil yang signifikan. Tiram dengan saibo perak menghasilkan 98,2% mutiara
putih perak dan tidak menghasilkan mutiara warna emas dan sangat sedikit warna
krem atau kuning, sedangkan saibo emas menghasilkan 12,7% mutiara berwarna
putih perak dan 8,4% warna emas serta 78,8% warna krem atau kuning. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa saibo dari jenis tiram yang sama dapat
membentuk kantung mutiara dan menghasilkan mutiara yang berbeda. Untuk itu
perlu kajian yang lebih jauh lagi agar dapat menentukan saibo yang terbaik untuk
pembentukan kantung mutiara. Penelitian lain juga telah dilakukan dengan cara
xenografts antara tiram Pinctada maxima dan Pinctada margaritifera, tetapi
hasilnya tidak mempengaruhi pembentukan kantung mutiara, namun

2

mempengaruhi hasil akhir mutiara, seperti warna, kulit, bentuk, deposisi nacre,
dan bobot mutiara. Deposisi nacre ditemukan lebih tinggi di xenografts yang
terdiri atas Pinctada maxima sebagai donor dan Pinctada margaritifera sebagai
tiram inang (host) dari pada xenograft timbal balik dan allografts. Warna dan
permukaan mutiara juga sangat dipengaruhi oleh jenis tiram donor yang
digunakan sebagai xenografts, misalnya tiram Pinctada maxima sebagai tiram
inang (host) yang diimplantasi dengan saibo dari Pinctada margaritifera hasilnya
akan memproduksi lebih banyak mutiara berwarna hitam dan bila sebaliknya
maka akan memproduksi mutiara berwarna perak (McGinty et al. 2010). Kajian
tentang umur tiram yang akan dijadikan saibo sampai saat ini masih terus
dilakukan. Sayatan histologis mantel tiram Pinctada fucata yang telah berumur 1
tahun dan 7 tahun memperlihatkan adanya conchiolin secretion atau protein yang
terlibat dalam pelapisan mutiara sehingga dapat disimpulkan bahwa secara in
vivo tiram Pinctada fucata yang telah berumur 7 tahun memiliki kemampuan
regenerasi mantel yang lebih baik sehingga dapat dijadikan sebagai tiram donor.
Namun, penelitian ini masih perlu dibuktikan karena harus dilanjutkan ke proses
implantasi saibo sehingga dapat diketahui pembentukan kantung mutiara (Rao et
al. 2010).
Saibo yang telah terimplantasi akan berkembang menyerupai kantung yang
mengelilingi inti kemudian mensekresikan bahan-bahan yang diperlukan pada
pelapisan mutiara. Secara histologi, pada tiram Pinctada margaritifera Polynesia
Prancis terlihat bahwa bagian dalam mantel (innermantel) mengalami degradasi
dan hanya tersisa bagian luar mantel (outer mantel). Bagian luar mantel inilah
yang akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan kemudian membentuk
kantung mutiara yang membutuhkan waktu rata-rata sekitar 30 hari. Waktu yang
dibutuhkan untuk pembentukan kantung mutiara sering kali berbeda-beda pada
setiap tiram, bila terlalu lama maka akan mempengaruhi kualitas mutiara karena
mengurangi waktu proses pelapisan inti (Cochennec-Laureau et al. 2010).
Bagian gonad merupakan organ yang disayat untuk peletakan saibo dan inti,
oleh karena itu saat implantasi dilakukan maka perlu mengetahui tingkat
kematangan gonad. Selain itu, posisi peletakan saibo dan inti juga berpengaruh
pada hasil mutiara karena menurut laporan Chellam et al. (1991) pada Pinctada
fucata, warna mutiara yang dihasilkan mungkin akan berwarna kuning emas,
pink, putih atau krem, bergantung pada perbedaan tempat peletakan saibo dan inti.
Mutiara yang dihasilkan di daerah ventral gonad berwarna putih atau emas,
sedangkan yang diproduksi di daerah dorsal gonad yang dekat dengan hepatopankreas biasanya berwarna abu-abu atau putih. Mutiara yang bentuknya
sempurna biasanya sering kontak dengan organ-organ internal, seperti hati, dan
usus. Mutiara yang dihasilkan dekat dengan otot reftraktor cenderung tidak bagus
dengan permukaan yang tidak rata, bentuknya seperti tonjolan yang tidak
beraturan. Namun laporan ini juga tidak menerangkan tentang proses
pembentukan kantung mutiara tetapi hanya melihat mutiara yang dihasilkan.
Setelah implantasi maka tiram tersebut harus mengalami proses yang namanya
tento atau pemeliharaan di laut dengan posisi umbo di bawah dengan tujuan untuk
perbaikan luka akibat sayatan dan pembentukan kantung mutiara. Pemeliharaan
dilakukan di laut dengan kedalaman tertentu, namun sampai sekarang kajian ini
masih belum jelas sehingga perlu dilakukan penelitian yang mengungkapkan
kedalaman optimal untuk menghasilkan kantung mutiara yang baik.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses fisiologis pembentukan
kantung mutiara pada tiram Pinctada maxima dengan beberapa faktor penentu
pada saibo dan faktor kedalaman. Penelitian ini dilakukan dengan lima tahap yang
terdiri atas :
a. Penelitian tahap I bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan saibo
yang berasal dari tiram jenis lain pada proses pembentukan kantung
mutiara tiram Pinctada maxima.
b. Penelitian tahap II bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi peletakan
saibo dan inti yang berbeda pada proses pembentukan kantung mutiara
tiram Pinctada maxima.
c. Penelitian tahap III bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
saibo yang berasal dari tiram dengan umur yang berbeda pada proses
pembentukan kantung mutiara tiram Pinctada maxima.
d. Penelitian tahap IV bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis
kelamin tiram inang pada pembentukan kantung mutiara tiram Pinctada
maxima.
e. Penelitian tahap V bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman pada
pembentukan kantung mutiara tiram Pinctada maxima.

Manfaat Penelitian
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini akan melengkapi data biologis
dan fisiologi pada budi daya mutiara. Selain itu, temuan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai dasar teknik implantasi mutiara agar mendapatkan mutiara
secara efektif dan efisien dengan kualitas maksimal.

Kebaruan Penelitian (Novelty)
Belum pernah dilaporkan penelitian tentang fisiologis pembentukan kantung
mutiara dengan menggunakan saibo dari jenis tiram lain, lokasi implantasi inti
yang berbeda, perbedaan jenis kelamin dan kedalaman dengan profil kadar
glukosa, kadar kalsium, dan fosfor hemolimf pada tiram inang Pinctada maxima.

4

Gambar 1 Kerangka konseptual pendekatan masalah dan tahapan penelitian pembentukan kantung mutiara.

4

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Tiram Mutiara
Tiram Pinctada maxima (Gambar 2) termasuk dalam filum mollusca dan
famili Pteriidae dengan klasifikasi sebagai berikut (Tëmkin 2006)
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

:
:
:
:
:
:

Mollusca
Pelecypoda
Anycomyria
Pteriidae
Pinctada
Pinctada maxima

Gambar 2 Tiram mutiara Pinctada maxima (Winanto 2004).

Famili ini umumnya dapat menghasilkan mutiara. Ciri morfologi tiram Pinctada
maxima adalah tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras.
Selain jenis ini, ada beberapa jenis tiram mutiara yang dapat ditemukan di
perairan Indonesia, yakni Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pinctada
chimnitzii, dan Pteria penguin. Semua anggota famili ini hidup di laut. Moluska
lain penghasil mutiara yang sejauh ini dikenal berasal dari kelompok abalone dan
beberapa gastropoda lain serta beberapa jenis bivalvia air tawar (Winanto 2004).
Pada prinsipnya, semua molluska bercangkang dapat menghasilkan mutiara,
akan tetapi tidak semua dapat menghasilkan mutiara yang baik dan memiliki
kualitas tinggi. Mutiara yang dihasilkan dari jenis bivalvia air tawar memiliki nilai
jual yang rendah dibandingkan mutiara yang dihasilkan tiram air laut.

Anatomi Tubuh Tiram Mutiara
Tubuh tiram mutiara terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian ekternal (cangkang)
dan internal mencakup kaki, mantel, dan kumpulan organ visceral. Kaki
merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastis, terdiri atas susunan
jaringan otot, yang dapat meregang. Tiram mutiara termasuk monomary atau

6

hewan yang memiliki otot tunggal dengan fungsi untuk membuka dan menutup
cangkang. Secara keseluruhan tubuh internal tiram mutiara tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3 Anatomi tubuh tiram Pinctada fucata yang terdiri atas otot adductor
(AM), byssus (B), visceral mass (VM), Mantel (M), Mulut (F), proses
pertumbuhan cangkang (GP), insang (G) (Acosta-Salmón et al. 2004).
Tiram mutiara memiliki serabut otot adduktor posterior, terletak melintang
di setiap katup, berbentuk seperti baji dan berakhir sempit tepat di belakang
ventrikel jantung. Bagian terminal rektum menjulur sepanjang garis tengah
permukaan posterior, dengan dua daerah yang berbeda, yaitu satu strip tendonous
sempit yang terbuat dari serat putih berkilau membentuk batas posterior dan yang
lain terdiri atas serat semitranslucent (Saucedo et al. 2008), sedangkan kaki
memiliki berkas otot retraktor yang simetris sepanjang horizontal tubuh. Otot-otot
yang berbentuk V dan berasal dari kelenjar byssal melekat pada kanan dan kiri
katup cangkang bagian dalam. Kaki memiliki empat levators, dua anterior dan
dua posterior. Kontraksi levator anterior menyebabkan kaki dapat ditarik kembali
dan mengangkat bagian punggung, sedangkan levator posterior berada setingkat
dengan mulut dan tidak terlalu penting. Otot-otot branchial menyebabkan
pemendekan insang dan penarikan kaki posterior.
Tiram mutiara bersifat filter feeder atau mengambil makanan dengan jalan
menyaring pakan yang ada di dalam air laut. Getaran silia pada insang
menimbulkan arus air yang masuk ke dalam rongga mantel. Gerakan silia akan
memindahkan fitoplankton yang berada di sekeliling insang. Labial palp atau
simpul bibir akan membawa masuk makanan ke dalam mulut (Saucedo et al.
2008).
Mulut terletak pada bagian ujung depan saluran pencernaan atau di sebelah
atas kaki. Makanan yang ditelan masuk ke dalam mulut kemudian melalui
kerongkongan yang pendek langsung masuk ke perut, atau saluran kantong tipis
pada perut dengan kulit luar (cuticle) kasar yang berfungsi untuk memisahmisahkan makanan. Dari perut sisa makanan (kotoran) akan dibuang melalui
saluran usus yang relatif pendek dan bentuknya seperti huruf S kemudian keluar
lewat anus (Saucedo et al. 2008).
Tiram mutiara bernapas dengan insang yang terdiri atas empat lembaran
berbentuk bulan sabit, masing-masing terletak pada setiap sisi rongga mantel.
Sistem peredaran darah terdiri atas serangkaian arteri dari jantung dan hati.

7

Jantung terdiri atas ventrikel tunggal dan sepasang kontraktil auricles berdinding
tipis. Jantung menerima darah dari tubuh (insang dan mantel) masuk ke ventrikel
jantung, aliran darah balik dicegah oleh semacam katup, kemudian darah dialirkan
lewat aorta anterior dan posterior dan, akhirnya darah dialirkan ke otot adduktor,
rektum, dan anus. Darah dialirkan ke seluruh tubuh dengan aorta anterior melalui
serangkaian arteri kecil dan bersirkulasi perlahan-lahan, sedangkan darah
deoksigenasi dikumpulkan dalam vena kemudian dibawa ke dalam insang atau
organ ekskretoris. Darah dari ginjal dialirkan ke mantel dan hati. Selanjutnya
darah kembali ke jantung melalui vena branchial eferen. Darah dari tiram mutiara
tidak berwarna (Saucedo et al. 2008). Sistem ekskresi tiram mutiara terdiri atas
sepasang kelenjar nephridia dan banyak perikardial kecil dari proyeksi dinding
auricles. Setiap nephridium terhubung ke perikardium dengan saluran lebar.
Pericardial merupakan kelenjar aksesori di dinding auricles yang memiliki fungsi
sekretoris. Sistem saraf tiram mutiara berbentuk lateral simetris dan memiliki tiga
pasang ganglia yang terdiri atas ganglia otak pada sisi kerongkongan, pedal
bergabung untuk membentuk ganglion tunggal di dasar kaki dan ganglia parietosplanknik pada permukaan anterior otot adduktor.
Bagian Cangkang
Tiram mutiara memiliki sepasang cangkang yang berfungsi melindungi
organ bagian dalam, terbentuk sejak masih larva yang mengalami tiga tahap
metamorfosis, yakni tahap prodissconch I, prodissconch II, dan tahap dissconch.
Tah