Keefektifan tindakan konservasi tanah dan air dengan metode vegetatif dalam menekan aliran permukaan dan erosi tanah pada pertanaman kakao

KEEFEKTIFAN TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DENGAN METODE VEGETATIF DALAM MENEKAN
ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI TANAH PADA
PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

OLEH:
NURMI
A261030041

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan

Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

dalam


Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah pada Pertanaman Kakao
(Theobroma cacao L.)” adalah benar karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2009
Yang menyatakan
Nurmi
A261030041

ABSTRACT
NURMI. Effectiveness of Soil and Water Conservation Measures to
Reduce Runoff and Soil Erosion on Cacao Plantation. Under the direction of
OTENG HARIDJAJA, SITANALA ARSYAD, and SUDIRMAN YAHYA
Cacao plant is one of the major commodity of plantation in South East
Sulawesi, especially in Konawe regency. Land management practices which is
implemented by the local farmers on cultivating cacao, in many cases are not
according to soil and water conservation principles. The research was aimed to

study the effectiveness of several soil and water conservation practices on
reducing runoff and soil erosion on cacao plantation with different land slopes and
canopy coverages. The research was conducted in Amosilu village, Besulutu
district, Konawe regency, the province of South East Sulawesi, from December
2006 to September 2007. The Experimental method in the field study was split
plot design consisting three factors. The first factor was slope consisting two
levels (10 – 15% and 40 – 45%) and the second factor was age of the cacao plant
consisting two levels (5 to 7 month and 25 to 27 month) were used as main plots
(P1 = 5 to 7 month and 10 – 15%; P2 = 25 to 27 month and 10 – 15%; P3 = 5 to 7
month and 40 – 45%; and P4 = 25 to 27 month and 40 – 45%), while the third
factor, the vegetative conservation treatment was used as sub plots consisting
three levels, i.e T1 = cacao with ground cover, T2 = upland rice and soybean
rotation within cacao plant, T3 = upland rice and soybean rotation within cacao
plant + Arachis pintoi as strip cropping. There was not interaction effect both
cacao plant and slope treatment with vegetative conservation treatment on runoff
and soil erosion with soil properties, exception on aggregate stability index. The
result showed that vegetative conservation treatment (T3) with upland rice and
soybean rotation within cacao plant with A. pintoi as strip cropping was best
alternatif because it has been produced the lower rate of erosion (21,76 ton ha-1
year-1) compared tolerable soil loss value (22,44 ton ha-1 year-1) and improved of

soil properties and has given a good benefit to famers from both upland rice and
soybean.
Key words: Arachis pintoi, cacao, erosion, runoff, strip cropping

RINGKASAN
Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor
perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi
berlereng, sehingga berpotensi meningkatkan erosi tanah khususnya pada
pertanaman kakao muda (sebelum kanopi kakao saling menutup). Diduga hal ini
menyebabkan rendahnya produktivitas kakao yang diperoleh di Sulawesi
Tenggara. Penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao muda banyak
dilakukan petani guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini semakin
meningkatkan kehilangan tanah akibat erosi terutama pada saat persiapan lahan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya yang dapat mensinkronkan antara
kepentingan ekonomi dan kepentingan ekologi. Dengan upaya ini diharapkan
penanaman tanaman semusim sebagai sumber pendapatan petani sebelum kakao
berproduksi tetap dilakukan dan erosi yang terjadi juga dapat ditekan sampai sama
dengan atau di bawah nilai erosi yang diperbolehkan atau Tolerable Soil Loss
(TSL). Upaya yang dapat dilakukan yakni melakukan pengelolaan tanaman dan
tindakan konservasi yang dapat memberikan nilai faktor C yang rendah

Dalam penelitian ini, pengelolaan tanaman kakao dilakukan dengan tiga
perlakuan tindakan konservasi, yaitu T1 (kakao + gulma dengan penyiangan hanya
pada piringan kakao), T2 (tanaman kakao dengan padi gogo ditanam berurutan
dengan kedelai di antara tanaman kakao), T3 (tanaman kakao dengan padi gogo
ditanam berurutan dengan kedelai di antara tanaman kakao + strip A. pintoi).
Penanaman tanaman padi gogo dan kedelai dilakukan dengan sistem pengelolaan
tanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi, di antaranya jarak tanam
yang lebih rapat pada barisan searah kontur dan pengembalian sisa panen dan
hasil pangkasan tanaman sebagai mulsa dan bahan organik. Sistem ini diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di satu sisi dan di sisi
lain aliran permukaan (AP) dan erosi tetap dapat ditekan sampai di bawah nilai TSL,
serta dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Perlakuan tindakan konservasi

T3 dengan penanaman tanaman padi gogo dan kedelai secara berurutan di antara
tanaman kakao yang disertai dengan strip tanaman A. pintoi sebagai penghambat AP
merupakan alternatif terbaik yang dapat diterapkan oleh petani, karena selain dapat
menekan erosi sampai di bawah TSL dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah,

juga dapat memberikan tambahan pendapatan kepada petani yang bersumber dari
tanaman padi gogo dan kedelai sebelum tanaman kakao berproduksi.


@ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya boleh untuk kepentingan pendidikan
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah,
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB

KEEFEKTIFAN TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DENGAN METODE VEGETATIF DALAM MENEKAN
ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI TANAH PADA
PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

NURMI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji luar komisi pada Ujian Tertutup, Kamis 18 Desember 2008
1. Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.Sc.
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB, Bogor

Penguji luar komisi pada Ujian Terbuka, Kamis 22 Januari 2009
1. Dr. Ir. Undang Kurnia, M.Sc., APU
Balai Penelitian Tanah,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor
2. Dr. Ir. Suwarno, M.Sc.
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB, Bogor


Judul Disertasi: Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode
Vegetatif dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah
pada Pertanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Nama

: Nurmi

Nomor Pokok : A261030041
Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H. Oteng Haridjaja, M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Ir. H. Sitanala Arsyad, M.Sc.
Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Yahya, M.Sc.

Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Tanah

Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si

Tanggal Ujian: 22 Januari 2009

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan ramat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan.


Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak

Desember 2006 sampai September 2007 (lapangan) yang dilanjutkan dengan
analisis tanah di laboratorium adalah tindakan konservasi dengan judul
“Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif dalam
Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah pada Pertanaman Kakao
(Theobroma cacao L.)” di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mempelajari efektifitas padi gogo,
kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai tindakan konservasi vegetatif dalam
mengendalikan AP dan erosi tanah pada pertanaman kakao, serta pengaruhnya
terhadap nilai C tanaman kakao dan sifat-sifat tanah. Pengusahaan kakao yang
banyak dilakukan pada topografi berlereng di Sulawesi Tenggara, khususnya di
Kabupaten Konawe menjadi dasar penelitian ini dilakukan. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa penanaman tanaman padi gogo dan kedelai di antara
tanaman kakao yang disertai strip tanaman A. pintoi dengan sistem pengelolaan
tanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi, dapat menekan erosi
sampai di bawah nilai erosi yang diperbolehkan sehingga menurunkan nilai C
tanaman kakao serta memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Di samping itu,
sistem pengelolaan tersebut memberikan tambahan pendapatan kepada petani

yang bersumber dari tanaman padi gogo dan kedelai.
Penelitian ini terlaksana atas dukungan dari berbagai pihak, terutama
komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sejak
perencanaan penelitian sampai penulisan disertasi. Untuk itu, penghargaan dan
ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Bapak
Dr. Ir. H. Oteng Haridjaja, M.Sc. (Ketua komisi pembimbing), Bapak Prof. Dr. Ir.
H. Sitanala Arsyad, M.Sc. (anggota), dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Yahya,
M.Sc. (anggota) atas segala bimbingan, pengarahan, dan saran yang telah
diberikan kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana untuk mengikuti Program Doktor

di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB).

Demikian pula

ucapan terima kasih disampaikan kepada SPs-IPB dengan segala fasilitasnya
selama penulis mengikuti Program Doktor pada Program Studi Ilmu Tanah.
Ucapan yang sama disampaikan kepada Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lakidende Unaaha-Kendari atas segala bantuan dan dukungannya.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada Ayahanda H. Abd. Hafid dan ibunda Hj. Hasnah atas segala
pengorbanan, motivasi, dan do’a yang senantiasa teriring untuk penulis. Kepada
Kakak Hj. Hanisa Hafid, adik Suryani Hafid, ST., Yaya Hafid S.Km., dan adik
cantik Wahyuni Hafid, terima kasih atas segala bantuan, motivasi, dan do’a yang
telah diberikan.

Kepada Bapak Mansyur yang telah membantu pelaksanaan

penelitian di lapangan, Bapak Darwis dan rekan-rekan yang telah mengizinkan
penulis melaksanakan penelitian pada lahan unsahataninya, diucapkan terima
kasih. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak sempat
penulis sebut satu persatu, diucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada
berbagai pihak, khususnya untuk tujuan konservasi tanah dan air.
Bogor,

Januari 2009
Nurmi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pinrang Sulawesi Selatan 10 April 1971 sebagai anak
kedua dari pasangan H. Abd. Hafid dan Hj. Hasnah. Pendidikan sarjana ditempuh
di Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, lulus pada
tahun 1996. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Sistem-Sistem
Pertanian pada Program Pascasarjan Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar
dan menamatkannya pada tahun 2001.

Kesempatan untuk melanjutkan ke

Program Doktor pada Program Studi Ilmu Tanah pada Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB) diperoleh pada tahun 2003.

Beasiswa

pendidikan pascasarjana (S3) diperoleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap Yayasan Universitas Lakidende pada
Fakultas Pertanian sejak tahun 2001 sampai sekarang.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Rumusan Masalah dan Kerangka Pikir Penelitian .......................................... 4
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 7
Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 7

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 8
Pengertian, Proses, serta Dampak yang Ditimbulkan oleh Erosi .................... 8
Penutupan Permukaan Tanah oleh Vegetasi dan Mulsa ............................... 10
Topografi ...................................................................................................... 11
Strip Rumput ................................................................................................. 12
Keuntungan Tumpangsari Kakao dengan Tanaman Semusim ..................... 13
Budidaya Kakao ............................................................................................ 15

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 17
Tempat dan Waktu ........................................................................................ 17
Bahan dan Alat .............................................................................................. 18
Metode Penelitian ......................................................................................... 19
Tahapan Penelitian ........................................................................................ 20
Penentuan lokasi penelitian ................................................................. 20
Pembuatan petak erosi ......................................................................... 22
Pemberian perlakuan ........................................................................... 22
Pemeliharaan ....................................................................................... 23
Pengamatan ......................................................................................... 24
Analisis Data ................................................................................................. 36
Analsis Usahatani ......................................................................................... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 38
Aliran permukaan dan erosi .......................................................................... 38
Nilai faktor C ................................................................................................ 46
Bulk density dan ruang pori total .................................................................. 47
Indeks stabilitas agregat ................................................................................ 48
Kemampuan tanah mengikat air ................................................................... 50
Distribusi ukuran pori ................................................................................... 52
Infiltrasi ......................................................................................................... 53
Tekstur .......................................................................................................... 56
Korelasi antara sifat fisik tanah dengan erosi ............................................... 58
Nitrogen yang terbawa erosi dan aliran permukaan ..................................... 59

Fosfor yang terbawa erosi dan aliran permukaan ......................................... 64
Kalium yang terbawa erosi dan aliran permukaan ........................................ 68
C-organik yang terbawa erosi dan aliran permukaan ................................... 71
Korelasi antara kehilangan N, P, K, C-organik dengan erosi dan AP... ........ 74
Kadar N, P, K, dan C-organik tanah, sedimen, dan AP ................................. 75
Enrichment ratio (ER) .................................................................................. 78
Kapasitas tukar kation dan pH tanah ............................................................ 81
Pertambahan diameter batang, tajuk, dan tinggi tanaman kakao .................. 83
Pertumbuhan dan hasil padi gogo dan kedelai .............................................. 85
Analisis neraca air untuk penentuan pola tanam .......................................... 87
Analisis usahatani ......................................................................................... 91
Pembahasan Umum ...................................................................................... 93

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 101
Kesimpulan ................................................................................................. 101
Saran ........................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 103
LAMPIRAN ............................................................................................................ 110

DAFTAR TABEL
No.

Teks

Halaman

1. Pengamatan dan pengukuran di lapangan ..................................................... 35
2. Pengamatan dan pengukuran di laboratorium ............................................... 35
3. Volume aliran permukaan dan erosi tanah pada berbagai perlakuan
umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi .................... 38
4. Rasio erosi/hasil tanaman pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemirngan
dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 42
5.

Erosi tanah pada setiap pengamatan ............................................................. 43

6. Nilai faktor C tanaman kakao pada berbagai perlakuan umur tanaman
dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 47
7. Bulk density dan ruang pori total pada berbagai perlakuan umur tanaman/
kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi ............................................ 48
8. Indeks stabilitas agregat pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan
dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 49
9. Persentase pasir, debu, dan liat, pada berbagai perlakuan umur tanaman/
kemirngan dan perlakuan tindakan konservasi ............................................. 57
10. Matrik korelasi antara peubah sifat fisik tanah dengan erosi pada berbagai
perlakuan umur tanaman/kemirngan dan perlakuan tindakan konservasi .... 59
11. N total yang terbawa erosi pada berbgai perlakuan umur tanaman/
kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi ........................................... 60
12. Nitrogen yang terbawa AP pada berbagai interaksi perlakuan
umur tanaman/kemiringan dengan tindakan konservasi ............................... 63
13. Fosfor yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan
umur tanaman tanaman/kemirngan dan tindakan konservasi ........................ 65
14. Kalium yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan
umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ..................................... 68
15. C-organik yang terbawa erosi dan AP pada berbagai
perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi .................... 71
16. Matrik korelasi antara kehilangan N, P, K, dan C-organik dengan erosi dan
AP berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi 75
17. Kadar N total, P, K, dan C-organik tanah dan sedimen+AP pada
berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ..... 76
18. Enrichment ratio pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan
perlakuan tindakan konservasi ...................................................................... 79

19. Kapasitas tukar kation dan pH tanah pada berbagai perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi .............................. 81
20. Pertambahan diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman kakao pada
berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ..... 83
21. Anakan produktif padi gogo, hasil kedelai dan hasil padi gogo pada berbagai
perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ................... 86
22. Hasil analisis usahatani kedelai dan padi gogo sebagai tanaman sela diantara
tanaman kakao pada lahan berlereng ............................................................ 92

Lampiran
1. Data sifat fisik dan kimia profil tanah pada awal penelitian ....................... 110
2. Data curah hujan stasiun Kendari (1998 – 2007) ........................................ 110
3. Deskripsi profil pewakil (profil 1) pada kemiringan 15 % dengan umur
tanaman kakao 25 – 27 bulan ...................................................................... 111
4. Deskripsi profil pewakil (profil 2) pada kemiringan 40 – 45 % dengan umur
tanaman kakao 5 – 7 bulan .......................................................................... 112
5. Deskripsi varietas padi gogo (situ bagendit) ............................................... 113
6. Deskripsi varietas kedelai (wilis) ................................................................ 114
7. Nilai koefisien tanaman (Kc) padi gogo dan kedelai pada setiap fase
pertumbuhannya .......................................................................................... 114
8. Klasifikasi indeks stabilitas agregat ............................................................ 114
9. Data curah hujan lokasi penelitian selama penelitian berlangsung ............. 115
10. Nilai EI30 lokasi penelitian pada saat penelitian ......................................... 115
11. Rata-rata curah hujan harian stasiun Kendari sepuluh tahun terakhir
(1998 – 2007) .............................................................................................. 116
12. Nilai EI30 bulanan ........................................................................................ 116
13. Perhitungan nilai tolerable soil loss (TSL) ................................................ 117
14. Nilai faktor kedalaman tanah 30 sub order tanah ........................................ 118
15. Erosi tanah pada setiap pengamatan ............................................................ 119
16. Data persentase penutupan tajuk kakao dan penutupan mulsa jerami ........ 120
17. Data biomas segar pangkasan Arachis pintoi, jerami padi gogo,
sisa tanaman kedelai dan gulma .................................................................. 121
18. Data aliran permukaan (AP), persentase hujan yang mengalir sebagai AP,
erosi, nilai C, bulk density, porositas total, indeks stabilitas agregat,
dan kadar air pF pada akhir penelitian ........................................................ 122

19. Data distribusi ukuran pori, infiltrasi, dan tekstur tanah
pada akhir penelitian ................................................................................... 123
20. Data kehilangan N, P, K, dan C-organik melalui erosi dan
aliran permukaan ......................................................................................... 124
21. Data kadar N, P, K, dan C-organik tanah, sedimen, dan aliran permukaan
pada akhir penelitian ................................................................................... 125
22. Data enrichment ratio, kapasitas tukar kation, pH tanah, pertumbuhan
tanaman kakao, data pertumbuhan dan hasil padi gogo dan kedelai ........... 126
23. Suhu harian stasiun Kendari ........................................................................ 127
24. Curah hujan efektif stasiun Kendari 10 tahun terakhir (1998 – 2007) ........ 128
25. Neraca air tanaman padi gogo (CH > ETc) ................................................. 129
26. Neraca air tanaman kedelai (CH > ETc) ..................................................... 130
27. Hasil analisis ragam terhadap variabel pengamatan ................................... 131
28. Hasil analisis ragam terhadap variabel pengamatan ................................... 132
29. Hasil analisis usahatani untuk menentukan kelayakan usahatani
berdasarkan standar kebutuhan hidup layak minimum .............................. 132
30. Hasil analisis usahatani untuk menentukan kelayakan usahatani
berdasarkan B/C ratio ................................................................................. 135
31. Perhitungan nilai erodibilitas tanah (nilai K) ............................................... 136

DAFTAR GAMBAR
No.

Teks

Halaman

1. Bagan alir kerangka pikir penelitian ............................................................... 6
2. Skema pelaksanaan penelitian ....................................................................... 17
3. Bagan alir kegiatan penelitian ....................................................................... 21
4. Erosi tanah pada setiap pengamatan pada berbagai
perlakuan umur tanaman/kemiringan ............................................................ 44
5. Erosi tanah pada setiap pengamatan pada berbagai
perlakuan tindakan konservasi ...................................................................... 44
6. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan erosi tanah (Y) pada
perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ................................................ 45
7. Kurva kadar air pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan ......... 51
8. Kurva kadar air pada berbagai perlakuan tindakan konservasi ..................... 51
9. Distribusi ukuran pori pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan
dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 53
10. Kapasitas infiltrasi konstan pada berbagai
perlakuan umur tanaman/ kemiringan dan tindakan konservasi ................... 54
11. Kapasitas infiltrasi tanah pada setiap waktu pengukuran .............................. 55
12. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan N total (Y) pada
berbagai perlakuan tindakan konservasi
.............................................................. ................................................................. 61
13. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan P (Y) pada
perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ............................................... 66
14. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan P (Y)
pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ....................................... 67
15. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan K (Y) pada
perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ................................................ 69
16. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan K (Y)
pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ....................................... 70
17. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan C-organik (Y) pada
perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ................................................ 73
18. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan C-organik (Y)
pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ............................................................ 74
19. Surplus dan defisit untuk tanaman padi gogo ................................................ 88
20. Surplus dan defisit untuk tanaman kedelai .................................................... 89

21. Ketersediaan air untuk padi gogo dan kedelai ............................................... 90
22. Pola tanam alternatif pada lokasi penelitian .................................................. 90

Lampiran
1. Diagram segitiga tekstur USDA dengan 12 nama kelas tekstur ................... 137

PENDAHULLUAN

Latar Belakang
Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor
perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi
berlereng. Hal ini sulit dihindari karena wilayah Sulawesi Tenggara dengan luas
daratan 3.814.000 ha sebagian besar atau sekitar 72% berada pada kemiringan di
atas 15% (Anonim, 1996).

Luas pertanaman kakao di Sulawesi Tenggara

berdasarkan data tahun 2000 seluas 113.276 ha dan terus berkembang sampai
sekarang, yang mana sekitar 95% pertanaman kakao tersebut merupakan
perkebunan rakyat (Anonim, 2001). Perkebunan rakyat pada umumnya dikelola
tanpa tindakan konservasi yang baik sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya
degradasi tanah dan kerusakan lingkungan akibat erosi serta berdampak terhadap
penurunan produktivitas.

Produktivitas kakao yang diperoleh di Sulawesi

Tenggara masih tergolong rendah (224,99 kg ha-1) jika dibandingkan dengan
produksi yang didapat pada demplot yang dikembangkan ASKINDO di Sumatera
Selatan dan Sulawesi Selatan dengan produktivitas masing-masing 1 – 1,5 ton ha-1 th-1

dan 1 – 1,7 ton ha-1 th-1 (Wahab et al. 2002; Abdul Razak, 2006). Rendahnya
produktivitas disebabkan oleh rendahnya kesuburan tanah karena lapisan atas
tanah yang memiliki sifat fisik yang baik serta kaya akan hara dan bahan organik
telah terangkut melalui aliran permukaan (AP) dan erosi ke tempat lain. Hasil
penelitian Sutono et al. (2005) menunjukkan bahwa walaupun petakan cukup
datar (± 3%), bahan organik, P, dan K yang terbawa AP dan erosi lebih besar
dibandingkan dengan residunya yang tertinggal di dalam tanah.
Penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao muda (sebelum
kanopi kakao saling menutup) banyak dilakukan petani guna memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini semakin meningkatkan kehilangan tanah
akibat erosi terutama pada saat persiapan lahan. Hasil penelitian Abdurachman et
al. (1985) menunjukkan bahwa laju erosi mencapai 14 – 15 mm th-1 pada Alfisol
berlereng 9 – 10% yang ditanami tanaman pangan semusim, dan pada ultisol
berlereng 14%, laju erosi mencapai 4,6 mm th-1 walaupun sisa tanaman berupa
jerami padi dan jagung dikembalikan sebagai mulsa. Oleh karena itu, diperlukan

suatu upaya yang dapat mensinkronkan antara kepentingan ekonomi dan
kepentingan ekologi. Dengan upaya ini diharapkan penanaman tanaman semusim
sebagai sumber pendapatan petani sebelum kakao berproduksi tetap dilakukan dan
erosi yang terjadi juga dapat ditekan sampai sama dengan atau di bawah nilai erosi
yang diperbolehkan atau Tolerable Soil Loss (TSL). Upaya yang dapat dilakukan
yakni melakukan pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang dapat
memberikan nilai faktor C yang rendah. Nilai faktor C merupakan salah satu
komponen dari enam komponen dalam Persamaan Umum Pelepasan Tanah atau
Universal Soil Loss Equation (USLE) yang turut menentukan besarnya erosi dari
sebidang tanah, dimana faktor C mengukur pengaruh bersama tanaman dan
pengelolaannya.
Dalam penelitian ini, pengelolaan tanaman kakao dilakukan dengan
penanaman tanaman padi gogo dan kedelai secara berurutan di antara tanaman
kakao yang disertai dengan strip tanaman sebagai penghambat AP (strip tanaman
Arachis pintoi). Penanaman padi gogo dan kedelai dilakukan dengan sistem
pengelolaan tanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi, di antaranya
jarak tanam yang lebih rapat pada barisan searah kontur dan pengembalian sisa
panen dan hasil pangkasan tanaman sebagai mulsa dan bahan organik. Sistem ini
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di satu
sisi dan di sisi lain AP dan erosi tetap dapat ditekan sampai di bawah nilai TSL.
Tanaman padi gogo dan kedelai memberi penghasilan yang cepat kepada petani
sebelum tanaman kakao menghasilkan. Sahardi (2000) mengemukakan bahwa
penanaman padi gogo sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan dapat
memberikan beberapa manfaat, yaitu (i) pemanfaatan lahan lebih efisien,
(ii) kebun atau tanaman utama lebih terpelihara dengan baik, (iii) tersedianya
pangan atau beras bagi petani, dan (iv) sebagai sumber pendapatan petani sebelum
tanaman utama menghasilkan. Hasil penelitian Wibawa (1994) menunjukkan
bahwa tanaman padi gogo toleran naungan yang ditanam di bawah tanaman karet
umur 3 tahun dengan naungan 60 – 80% masih memberi produksi 2 ton ha-1 dan
di bawah tanaman karet umur 1 tahun produksi padi gogo mencapai 3 ton ha-1.
Selain peningkatan produktivitas dan pendapatan petani sebelum tanaman
kakao berproduksi, sistem yang memasukkan tanaman semusim sebagai tanaman

2

sela dan A. pintoi sebagai tanaman strip juga dapat mempengaruhi produktivitas
tanaman kakao jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh perbaikan sifat-sifat
tanah dengan penutupan tajuk dan sumbangan bahan organik yang tinggi yang
bersumber dari pemangkasan tanaman kakao dan A. pintoi serta sisa panen
tanaman semusim. Haridjaja (1996) mengemukakan bahwa bahan organik yang
dibenamkan ke dalam tanah akan membentuk struktur tanah dan selanjutnya akan
meningkatkan stabilitas struktur tanah serta akan mempengaruhi pori ketersediaan
air dan aerasi tanah. Hasil penelitian Yahya dan Indrasuara (2000) menunjukkan
bahwa penggunaan bahan organik berupa pupuk hijau/legum penutup tanah
maupun seresah kakao secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Perbaikan pertumbuhan tanaman kakao disebabkan pemeliharaan tanaman kakao
secara tidak langsung telah dilakukan dengan pemeliharaan tanaman semusim
melalui penyiangan dan pemupukan. Sejalan dengan hasil penelitian Subagyo dan
Mangoensoekarjo (1993) pada pertanaman karet dan kelapa hibrida, bahwa
tanaman karet dan kelapa hibrida tumbuh lebih baik dengan tanaman pangan
sebagai tanaman sela dibandingkan dengan pakan ternak dan legume penutup
tanah sebagai tanaman sela. Hal ini disebabkan residu pupuk tanaman pangan
dapat dimanfaatkan oleh karet maupun kelapa hibrida.
Perbaikan sifat-sifat tanah selain berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman secara langsung juga berpengaruh terhadap AP dan erosi melalui
perbaikan stabilitas agregat yang dapat menjamin porositas tanah semula tetap
tidak terganggu dan kapasitas infiltrasi dapat terjaga selama waktu terjadi hujan.
Dengan demikian, secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai faktor C.
Penelitian untuk penetapan nilai faktor C tanaman kakao, khususnya untuk
karakteristik lahan di Indonesia belum banyak dilakukan. Hal ini penting karena
tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan dan komoditi ekspor yang
banyak memberikan devisa ke negara akan semakin banyak diusahakan oleh
petani.

Nilai faktor C yang diperoleh akan membantu dalam perencanaan

pengelolaan sumberdaya lahan yakni dalam memprediksi besarnya erosi yang
akan terjadi berdasarkan USLE jika tanaman tersebut diusahakan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Arsyad (2000) bahwa USLE memungkinkan perencana
menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng

3

dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman dan tindakan
pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau yang
sedang dipergunakan.

Ketika nilai faktor C yang diperoleh dapat memberikan

nilai erosi aktual sama dengan atau di bawah nilai TSL, maka kekhawatiran akan
terjadinya degradasi tanah dan kerusakan lingkungan lainnya oleh erosi akibat
ektensifikasi pertanaman kakao (di Sulawesi Tenggara) menjadi berkurang.
Rumusan Masalah dan Kerangka Pikir Penelitiaan
Degradasi tanah yang terjadi di Indonesia umumnya disebabkan oleh erosi
air hujan akibat tingginya jumlah dan intensitas hujan. Indonesia Bagian Timur
yang tergolong daerah beriklim kering banyak terjadi proses erosi yang cukup
tinggi meskipun curah hujan (CH) tahunan relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh
penutupan vegetasi yang rendah dan sering terjadi hujan dengan intensitas yang
tinggi. Penutupan vegetasi yang rendah pada pertanaman kakao muda dengan
topografi berlereng memicu terjadinya erosi yang tinggi. Penanaman tanaman
semusim di antara tanaman kakao yang tidak disertai dengan tindakan
pengelolaan konservasi semakin meningkatkan erosi tanah terutama pada saat
persiapan lahan dan pada fase awal pertumbuhan tanaman semusim. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya degradasi tanah akibat terangkutnya lapisan atas tanah
yang memiliki sifat fisik yang bagus serta kaya akan hara dan bahan organik.
Degradasi tanah berimplikasi terhadap penurunan produktivitas tanah yang akan
berdampak terhadap penurunan pendapatan petani. Arsyad (2000)
mengemukakan bahwa kandungan unsur hara dan bahan organik pada sedimen
hasil erosi lebih tinggi dari kandungan unsur hara dan bahan organik pada tanah
yang tertinggal. Hal ini sebagian disebabkan oleh peristiwa selektivitas erosi dan
sebagian lagi disebabkan oleh karena lapisan atas tanah mengandung unsur hara
lebih tinggi dari pada tanah lapisan bawah.
Kecepatan pemiskinan tanah akibat erosi menyebabkan perlunya
penerapan metode konservasi yang dapat menurunkan erosi tanah sampai sama
dengan atau di bawah TSL. Metode vegetatif yang memasukkan tanaman padi
gogo dan kedelai yang ditanam berurutan di antara tanaman kakao dengan strip
tanaman A. Pintoi diharapkan dapat memberikan AP dan erosi yang rendah.
Struktur tanaman A. Pintoi yang memiliki batang yang tumbuh menjalar dengan
susunan batang dan daun yang cukup padat di atas permukaan tanah,
menyebabkan tanaman tersebut berpotensi besar dalam menghambat AP dan
mencegah penghanyutan tanah. Pertumbuhan yang cepat dari tanaman padi gogo
dan kedelai dapat menutup permukaan tanah secara cepat dan pengembalian
jerami sebagai mulsa dapat melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung

4

air hujan sehingga agregat tanah tetap terpelihara. Demikian pula penambahan
bahan organik ke dalam tanah yang bersumber dari sisa panen tanaman kedelai
dan hasil pangkasan A. Pintoi dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti stabilitas
agregat. Stabilitas agregat yang tinggi dapat menjamin porositas tanah semula
tetap tidak terganggu dan kapasitas infiltrasi dapat terjaga selama waktu terjadi
hujan. Box et al. (1996) mengemukakan bahwa penghancuran agregat tanah
berkurang dengan adanya residu tanaman, batu, dan vegetasi di atas permukaan
tanah.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa dekomposisi residu tanaman yang

diberikan ke permukaan tanah sebagai bahan organik mempengaruhi sifat tanah
permukaan, yakni mengurangi AP dan erosi sebagai dampak dari perbaikan sifat
fisik tanah yang tahan terhadap energi kinetik hujan dan kekuatan gerus AP.
Rendahnya AP dan erosi sebagai respon dari sistem pengelolaan yang
diterapkan akan memberikan nilai faktor C yang rendah. Pengusahaan tanaman
yang memiliki nilai faktor C yang rendah akan memberikan kedalaman tanah
yang cukup dengan sifat fisik dan kimia yang bagus sehingga mampu mendukung
pertumbuhan tanaman untuk tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari.
Dengan demikian, fungsi ganda dari ekosistem (fungsi pelestarian dan fungsi
pendapatan) dapat tercapai.

Adapun bagan alir kerangka berpikir penelitian

ditunjukkan pada Gambar 1.

Erosivitas hujan

Topografi berlereng

Nilai faktor C

Pertanaman tanpa
teknik konservasi
AP dan erosi

5

Produktivitas tanah
Pendapatan petani
Perlu pengelolaan yang baik
Teknik konservasi vegetatif
Tumpangsari + strip A. pintoi
+mulsa + bahan organik
Pendapatan
petani

Sifat fisik

Sifat kimia

Distribusi pori
dan s.agregat
serta BD
AP dan erosi

Kadar hara
NPK, C-org. &
KTK
Nilai faktor C

Kesuburan tanah

Produktivitas tinggi
secara lestari

Gambar 1. Bagan alir kerangka pikir penelitian

Tujuan Penelitian
1. Mempelajari efektifitas padi gogo, kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai
tindakan konservasi vegetatif dalam mengendalikan AP dan erosi tanah pada
pertanaman kakao, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kakao, hasil
kedelai dan padi gogo

6

2. Menentukan nilai faktor C tanaman kakao berbagai umur dengan tindakan
pengelolaan yang diterapkan
3. Mempelajari sifat fisik dan kimia tanah sebagai respon terhadap tindakan
konservasi vegetatif pada pertanaman kakao dengan topografi berlereng
Hipotesis Penelitian
1. Penggunaan padi gogo, kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai metode
konservasi vegetatif memegang peran yang nyata dalam mengendalikan AP
dan erosi tanah pada pertanaman kakao muda dengan topografi berlereng,
serta memberikan tambahan pendapatan kepada petani
2. Penerapan tindakan pengelolaan konservasi pada umur tanaman kakao yang
berbeda akan memberikan nilai faktor C yang berbeda pula
3. Tindakan konservasi vegetatif memegang peran yang nyata dalam perbaikan
sifat fisik dan kimia tanah
Kegunaan Penelitian
1. Menjadi salah satu acuan dalam strategi pengelolaan lahan untuk
meningkatkan produktivitas lahan kering dan perbaikan fungsi ekosistem,
baik sebagai fungsi pelestarian maupun fungsi pendapatan
2. Memberikan tambahan pendapatan kepada petani dengan metode konservasi
dan mengurangi AP da erosi tanah
3. Nilai faktor C yang diperoleh membantu dalam prediksi erosi dengan USLE
untuk menentukan pilihan tindakan pengelolaan, khususnya pada pertanaman
kakao

7

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian, Proses, serta Dampak yang Ditimbulkan Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain
(Arsyad, 2000).

Menurut Kartasapoetro et al. (1989), erosi merupakan

penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia.
Selanjutnya Foth (1990) mengemukanan bahwa erosi adalah suatu proses
terlepasnya bagian permukaan tanah sebagai akibat pukulan air hujan dan angin
secara terus menerus.
Daerah beriklim basah seperti Indonesia, air merupakan penyebab utama
erosi tanah, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Erosi oleh
air dimulai ketika hempasan tetesan air jatuh pada permukaan tanah yang terbuka.
Tetesan air memecahkan agregat tanah pada permukaan pedon dan pada
kemiringan rendah menyebabkan perpindahan tanah sebagai percikan. Partikel
tanah yang terlepas mungkin diangkut oleh aliran air pada permukaan tanah
(Singer dan Donald, 1987). Perpindahan dan pengangkutan partikel tanah pada
lahan yang memiliki kemiringan > 3% kebanyakan melalui AP, sedangkan pada
kemiringan < 3%, perpindahan dan transpor partikel kebanyakan disebabkan oleh
percikan air hujan (Craswel et al., 1984).
Menurut Arsyad (2000), proses erosi merupakan kombinasi dua sub proses
yaitu (1) penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi
tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan perendaman oleh air yang
tergenang (proses dispersi), dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah
oleh percikan hujan (Th), dan (2) penghancuran struktur tanah (DI) diikuti
pengangkutan butir-butir tanah tersebut (TI) oleh air yang mengalir di permukaan
tanah. Erosi terjadi jika kapasitas angkut (Th dan TI) > butir-butir tanah yang
terlepas (Dh dan DI) dan sebaliknya. Greenland dan Lal (1977) mengemukakan
bahwa kepekaan tanah terhadap penghancuran dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah,
antara lain: distribusi ukuran partikel, kandungan bahan organik, permeabilitas,
struktur, dan kekuatan tanah.

8

Kerusakan lahan akibat erosi yang paling nyata adalah terangkutnya
lapisan olah tanah yang sangat penting artinya dalam budidaya tanaman. Jika
terjadi penghanyutan terus menerus, yang tertinggal adalah tanah lapisan bawah
yang kurang subur dengan sifat fisik yang kurang bagus, sehingga mempengaruhi
produksi tanaman (Hakim et al., 1986). Menurut Arsyad (2000), tanah yang
terangkut dalam proses erosi akan diendapkan di tempat lain; di dalam sungai,
waduk, danau, saluran irigasi, di atas tanah pertanian, dan sebagainya. Dengan
demikian maka kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi pada dua
tempat yaitu (1) pada tanah tempat erosi terjadi dan (2) pada tempat tujuan akhir
tanah tersebut diendapkan. Sejalan yang dikemukakan Donahue et al. (1983)
bahwa erosi tanah mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan kerusakan tempattempat penyimpanan air (reservoir).
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa
kemunduran sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah.

Hal ini menyebabkan

terjadinya penurunan produktivitas lahan pertanian. Hasil penelitian Weesies et
al. (1994) menunjukkan bahwa penurunan kandungan fosfor, air tersedia, dan
bahan organik akibat erosi masing-masing 38 kg ha-1, 51%, dan 16%
menyebabkan penurunan hasil jagung dan kedelai masing-masing 14% dan 24%.
Lebih lanjut hasil penelitian Gachene et al. (1998) menunjukkan bahwa pada plot
yang tererosi berat (273,85 ton ha-1) memberikan produksi biji jagung lebih
rendah (147,20 kg ha-1) dibandingkan dengan plot yang tererosi ringan (0,22 ton
ha-1) dengan produksi biji jagung 854,30 kg ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa
erosi tanah sangat berpengaruh terhadap penurunan produktivitas lahan pertanian.
Kemunduran sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada tanah tempat
terjadinya erosi terutama disebabkan karena kandungan bahan organik yang
sangat rendah akibat terbawa AP dan erosi, dimana bahan organik sangat berperan
dalam perbaikan sifat fisik, kmia, maupun biologi tanah. Sesuai dengan hasil
penelitian Indrawati (1998), bahwa pembenaman kompos/bahan organik pada
tanah regosol Mojosari terbukti mengurangi bobot isi tanah rata-rata 30% di
lapisan permukaan dan 16% di lapisan 20-45cm. Lebih lanjut hasil penelitian
Nursyamsi et al. (1995) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 10
ton.ha-1 dan pupuk hijau setaria sp. 5 ton.ha-1 meningkatkan kandungan
C-organik, N-organik, dan KTK tanah.

9

Penutupan Permukaan Tanah oleh Vegetasi dan
Mulsa
Penutupan tanah oleh vegetasi memiliki peranan penting dalam melindungi
permukaan tanah dari tumbukan langsung air hujan. Suatu vegetasi penutup tanah
yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan
pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Dalam usaha pertanian, jenis
tanaman yang diusahakan memainkan peranan penting dalam pencegahan erosi.
Arsyad (2000) mengemukakan bahwa pengaruh vegetasi terhadap AP dan erosi
dapat dibagi dalam empat bagian, yakni (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman;
(b) mengurangi kecepatan AP dan kekuatan perusak air;
(c) pengaruh akar dan
kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan
pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah; dan (d) transfirasi
yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang.
Penelitian mengenai kondisi penutupan kanopi terhadap AP, erosi dan
nilai C dari Universal Soil Loss Equation (USLE) telah dilakukan oleh Truman
dan Willian (2001). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penutupan kanopi
yang lebih tinggi (78%) pada pertanaman kacang tanah 4 baris bedengan-1
memiliki rata-rata AP, erosi dan nilai C masing-masing 1,3; 1,4; dan 1,4 kali lebih
rendah dibandingkan dengan penutupan kanopi yang lebih rendah (62%) pada
pertanaman kacang tanah 2 baris bedengan-1. Demikian pula hasil penelitian Hafif
et al. (1992) pada tanah Typic Kandiudox lereng 8-15% di Jambi, bahwa
permukaan tanah yang dipertahankan tertutup mucuna dan mulsa sisa panen
memiliki erosi 3,8 kali lebih rendah dan AP 1,2 kali lebih rendah dibandingkan
dengan tanpa penutup tanah dan mulsa. Mulsa merupakan penutup tanah yang
berasal dari pangkasan rumput, sisa panen atau bahan-bahan lain yang disebarkan
di permukaan tanah.
Sebagaimana halnya dengan penutupan vegetasi, mulsa dapat berperan
dalam melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung air hujan sehingga
dapat mengurangi erosi tanah. Santoso et al. (2004) mengemukakan bahwa mulsa
berguna untuk: (1) mengurangi erosi dan AP, (2) menekan gulma dan mengurangi
biaya penyiangan, (3) mengatur suhu tanah, (4) meningkatkan kandungan bahan
orgaik tanah, dan (5) mengurangi penguapan air tanah sehingga meningkatkan
kelembaban tanah.

Salah satu hasil penelitian yang menunjukkan peranan

penutupan permukaan tanah oleh mulsa jerami dalam mengurangi AP dan erosi
tanah telah dilakukan oleh Zuzel dan Pikul (1993) pada tanah lempung berdebu di

10

Pendleton Amerika dengan kemiringan lahan 16%.

Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa penutupan permukaan tanah dengan mulsa jerami 100%
menghasilkan AP 33 mm dan erosi 3 toh.ha-1, sedangkan tanpa mulsa
menghasilkan AP 39 mm dan erosi 46 ton ha-1.
Topografi
Panjang dan kemiringan lereng adalah dua unsur topografi yang paling
berpengaruh terhadap tingkat erosi tanah oleh air (Wischmeier dan Smith 1978;
Arsyad, 2000). Hal yang sama dikemukakan Schwab et al. (1993) bahwa faktor
topografi (LS) mempengaruhi laju erosi dengan laju erosi yang lebih besar pada
kemiringan lereng yang lebih curam. Selanjutnya Kartasapoetro et al. (1989)
mengemukakan bahwa panjang lereng, kemiringan lereng, dan bentuk lereng
termasuk dalam faktor topografi yang mempengaruhi erosi.

Menurut Utomo

(1989) dan Buckman dan Brady (1982), semakin panjang lereng, volume
kelebihan air yang berakumulasi di atasnya menjadi lebih besar, dan semakin
besar derajat kemiringan lereng, kecepatan aliran air meningkat sehingga erosi
meningkat dengan meningkatnya kecepatan aliran air.
Faktor panjang dan kemiringan lereng merupakan faktor penting di dalam
memilih teknik konservasi tanah dan air, karena semakin besar kemiringan lereng,
maka laju AP semakin cepat. Oleh karena itu, strategi konservasi tanah dan air
pada lahan berlereng adalah memperlambat laju AP dan memperpendek panjang
lereng untuk memberi kesempatan lebih lama pada air meresap ke dalam tanah
(Subagyono et al. 2004). Dengan demikian, hanya sebagian kecil air hujan yang
jatuh di atas permukaan tanah mengalir sebagai AP dengan daya angkut yang
lebih rendah terhadap partikel tanah.
Hasil penelitian Suganda et al. (1997) pada pertanaman kubis dan buncis
dengan kemiringan 9 – 22% menunjukkan bahwa jumlah erosi pada bedengan
searah lereng dengan panjang 10 m adalah 2,5 kali lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah erosi pada bedengan searah lereng dengan panjang 4,5