Latar Belakang Penelitian S PKN 14006015 Chapter1

1 Sarah Regina Virgiani, 2014 Penggunaan Metode Enam Topi BerpikirSix Thinking Hats dalam Pembelajaran PKN untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk mendidik siswanya menjadi warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan sedianya harus mampu membentuk siswa agar memiliki karakter-karakter baik yang sesuai dengan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu membentuk siswa untuk dapat lebih berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran di kelas dan membentuk siswa agar mampu berpikir cerdas dalam memecahkan masalah. Pembelajaran PKn harus mampu mendorong tumbuhnya keaktifan atau partisipasi dan kreativitas optimal serta kecerdasan berpikir dari setiap siswa. Fungsi mata pelajaran PKn itu sendiri adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945. Salah satu tujuannya adalah untuk memberikan kompetensi berpikir cerdas, yaitu berpikir secara kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Mengingat bahwa dalam mata pelajaran PKn tidak hanya sebatas pemahaman konsep-konsep saja, tetapi juga menuntut penguasaan keterampilan- keterampilan tertentu seperti berbicara atau mengeluarkan pendapat secara baik dan benar, berpartisipasi aktif di dalam kelas dan berpikir kritis. Oleh karena itu, diperlukan upaya agar siswa terlibat langsung dan merasa terkesan dalam belajar PKn. Kehadiran secara fisik siswa di dalam kelas belum tentu akan membawa hasil belajar yang optimal bila tidak disertai dengan keterlibatan pikiran, mental, dan emosionalnya secara maksimal. Upaya pelibatan siswa dalam pembelajaran PKn bertujuan agar esensi atau makna materi dalam proses pembelajaran dipahami secara mendalam oleh siswa. Siswa tidak hanya mendapatkan hafalan teori yang mudah dilupakan, akan tetapi lebih dari itu mereka mampu memahami 2 Sarah Regina Virgiani, 2014 Penggunaan Metode Enam Topi BerpikirSix Thinking Hats dalam Pembelajaran PKN untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu maknanya dan memperoleh keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya, terutama dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Untuk membangun masyarakat terdidik, maka harus dilakukan suatu perubahan terhadap paradigma serta sistem pendidikan dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PKn. Dengan paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang bertumpu pada teori kognitif dan konstruktif. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan paradigma pendidikan, menuntut guru untuk lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya guru harus melakukan reformasi kelas dalam menyusun maupun melaksanakan pembelajaran. Proses pembelajaran inovatif ini dibutuhkan agar siswa dapat lebih berpartisipasi aktif di dalam kelas. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di dalam kelas, terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pembelajaran PKn. Seorang guru dapat dikatakan kompeten apabila ia memiliki kemampuan berinovasi dalam menyampaikan materi pelajaran, memiliki pula kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilih cara-cara yang tepat dalam menyajikan pengalaman belajar mengajar sesuai materi yang akan disampaikan. Tugas guru di dalam kelas, khususnya guru PKn, tidak hanya menyampaikan informasi demi pencapaian tujuan pembelajaran, tetapi juga menciptakan pengalaman belajar siswa. Selain itu, guru harus berupaya agar kegiatan di dalam kelas dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Namun, pada kenyataanya selama ini guru kurang kreatif menerapkan inovasi pembelajaran. Hal ini terjadi karena pola pikir belajar diartikan sebagai perolehan pengetahuan saja dan mengajar adalah proses memindahkan pengetahuan kepada siswa. Di samping itu, pembelajaran ditekankan pada hasil, bukan pada proses. Akibatnya, proses belajar mengajar sering dilakukan secara konvensional dengan penggunaan metode 3 Sarah Regina Virgiani, 2014 Penggunaan Metode Enam Topi BerpikirSix Thinking Hats dalam Pembelajaran PKN untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ceramah serta cara siswa belajar lebih dominan dengan menghafal, sehingga siswa kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis selama pembelajaran PKn di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Margahayu, diperoleh hasil temuan sebagai berikut: 1. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran PKn. 2. Dari 38 siswa yang dapat mengerti dan menyerap pelajaran hanya sebagian kecil saja. 3. Sebagian besar siswa kurang aktif di kelas dan kurang fokus dalam mengikuti pelajaran PKn. 4. Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir Six Thinking Hats. Beberapa penelitian yang menggunakan metode Enam Topi Berpikir Six Thinking Hats pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Eva Dewi Nur Kholifah dengan judul penelitiannya “Peningkatan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa dengan Metode Topi Pemikiran Six Thinking Hats De Bono Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas X SMAN 3 Bandung Tahun Ajaran 20082009 ”. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir Six Thinking Hats ternyata mampu meningkatkan pembelajaran menulis argumentasi siswa, karena siswa dapat berpikir kreatif dalam menuangkan gagasan mereka terhadap suatu masalah ke dalam bentuk tulisan argumentasi. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Ratna Rizky Wulandari dengan judul “Penerapan Metode Six Thinking Hats Edward De Bono dalam Pembelajaran Berdiskusi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 20092010 ”. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa metode Six Thinking Hats efektif menanggulangi kesulitan siswa dalam mengemukakan pendapat saat berdiskusi. Melihat bahwa belum adanya penelitian metode Six 4 Sarah Regina Virgiani, 2014 Penggunaan Metode Enam Topi BerpikirSix Thinking Hats dalam Pembelajaran PKN untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Thinking Hats yang diterapkan dalam pembelajaran PKn, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti penerapan metode Six Thinking Hats dalam pembelajaran PKn. Penulis merasa metode ini cocok diterapkan pada pembelajaran PKn, karena metode ini berkaitan dengan alur berpikir pada saat memecahkan suatu masalah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih judul “Penggunaan Metode Enam Topi Berpikir Six Thinking Hats dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Studi kasus di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Margahayu”.

B. Identifikasi Masalah