156
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan gaya komunikasi kepemimpinan
antara laki-laki
dengan perempuan.
Perbedaan gaya
komunikasi kepemimpinan yang dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan organisasi. Selain itu, gaya komunikasi kepemimpinan yang dimiliki juga dipengaruhi oleh modal sosial dan budaya
yang yang dimiliki oleh individu. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kekuatan untuk memimpin suatu organisasi. Anggapan
tentang perempuan, misalnya bahwa perempuan memiliki keragu-raguan tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta yang ada. Perempuan justru dapat
memiliki ketegasan dan ketangguhan, bahkan pada masa-masa sulit yang dihadapi oleh organisasi.
Perempuan dalam konteks penelitian ini memiliki gaya komunikasi kepemimpinan dengan pendekatan formal, tetapi tetap membangun
komunikasi dua arah. Sedangkan laki-laki memiliki gaya komunikasi kepemimpinan dengan pendekatan informal dan komunikasi dua arah. Laki-
laki dan perempuan bisa membangun komunikasi private speaking, yakni terbuka tentang informasi yang bersifat privat. Selain itu, perempuan justru
memberikan pertanyaan yang lebih bersifat washy-washy dibandingkan dengan laki-laki. Hanya saja laki-laki akan lebih banyak menggunakan jokes
157
dalam berbicara,
sedangkan perempuan
akan lebih
menunjukkan perhatiannya pada saat mendengarkan orang lain berbicara. Namun
perempuan akan cenderung menghindari antisipasi terhadap konflik, sedangkan laki-laki leih responsif terhadap konflik.
Gaya komunikasi kepemimpinan antara laki-laki dengan perempuan ini terlihat jelas perbandingannya pada saat menghadapi masa sulit dan di
luar masa sulit. Pada tataran komunikasi interpersonal laki-laki akan cenderung satu arah, sama halnya dengan perempuan. Kedua nya
menerapkan kepemimpinan yang otokratik dan transaksional. Namun laki- laki akan menerapkan kepemimpinan yang demokratik dalam tataran
organisasional, sedangkan perempuan menerapkan kepemimpinan yang cenderung otokratik dan transaksional. Di luar situasi sulit perempuan akan
menerapkan kepemimpinan
demokratik, membuka
partisipasi dan
komunikasi berlangsung
dua arah.
Sedangkan laki-laki
cenderung menerapkan kepemimpinan yang demokratik sekaligus transformasional.
Gaya komunikasi kepemimpinan yang muncul dilatarbelakangi oleh nilai budaya dan sosial yang dimiliki. Rektor UMB Yogyakarta yang adalah
seorang perempuan memiliki sikap yang tegas, berani menghadapi tantangan, dan mengedepankan komunikasi formal merupakan wujud nyata
dari spirit perempuan Madura. Di lain sisi, sikap njawani juga muncul dalam interaksi dengan pihak yang memiliki kekuasaan lebih tinggi.
Sedangkan Rektor UAJY yang merupakan seorang laki-laki memilki sikap yang lebih luwes, tegas, dan mengedepankan komunikasi informal. Bahkan
158
lebih melibatkan anggota organisasinya, termasuk kaum perempuan sehingga terbuka ruang partisipasi. Rektor UMB Yogyakarta dan Rektor
UAJY menjalankan strategi komunikasi dalam rangka mempertahankan interaksi sosial di organisasinya masing-masing.
Dominasi dapat terjadi tergantung pada situasi, sumber daya kapital, dan strategi pelaku. Laki-laki maupun perempuan akan menggunakan
pengetahuan yang terdiri dari pemahaman dan pengalamannya untuk menentukan sikap sebagai strategi sebagai pelaku dalam arena organisasi.
Strategi pelaku yang muncul dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, baik disadari maupun tidak disadari akan muncul ke permukaan. Nilai-nilai
tersebut sebagai hasil konstruksi dari masyarakat tempat asal dan tempat tinggalnya. Pendidikan
menjadi faktor penguat bagi pelaku untuk mempertahankan statusnya. Sehingga apabila seorang perempuan menjadi
pemimpin dalam lingkungan yang berbeda, secara tidak sadar ia akan membawa
nilai-nilai kebudayaan
asalnya yang
berimplikasi pada
terbentuknya gaya komunikasi kepemimpinan.
B. Saran