istilah Plebicite. Plebicite adalah salah satu bentuk pengalihan wilayah melalui pilihan penduduknya, menyusul dilaksanakannya pemiliha umum, referendum
atau cara cara lainnya yang dipilih oleh penduduk Adolf, 2002: 130.
4. Teori Kedaulatan Negara Atas Wilayah Laut
Kedaulatan suatu negara atas wilayah lautnya adalah sesuatu yang fundamental sebagai salah satu syarat dalam negara. Semua aturan kedaulatan
negara khususnya wilayah laut telah diatur dalam the United Nations Convention on the Law of Sea 1982. Dalam Pasal 2 the United Nations
Convention on the Law of Sea 1982, ditentukan bahwa kedaulatan negara pantai selain di wilayah daratan dan perairan pedalamannya dan dalam hal
sesuatu negara kepulauan, perairan kepulauannya, meliputi juga laut territorial, ruang udara di atasnya dan dasar laut serta lapisan tanah dibawahnya
Starke, 2004: 345-346. The United Nations Convention on the Law of Sea 1982, menetapkan bahwa kedaulatan negara atas wilayah laut terdiri dari
beberapa macam, seperti laut territorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, dan landasan kontinen.
a. Laut Teritorial Territorial Zone
Laut territorial adalah laut yang terletak pada sisi luar garis pangkal yang tidak melebihi lebar 12 mil laut, yang diukur dari garis pangkal.
Aturan luas laut teritori ini telah ditentukan dalam Pasal 3 the United Nations Convention on the Law of Sea 1982 Thontowi dan Iskandar, 2006:
187. Artinya, kedaulatan dari negara pantai menyambung keluar dari wilayah daratan dan perairan pedalamannya atau perairan kepulauannya ke
kawasan laut, termasuk menyambung ke dasar laut dan tanah dibawahnya. Di wilayah teritori ini, negara memiliki hak kedaulatan penuh untuk
menerapkan hukum nasionalnya, tetapi hak ini masih dibatasi dimana kapal asing diberikan hak untuk melintas, sepanjang tidak melanggar dan
menganggu perdamaian, aturan hukum dan keamanan dari negara tersebut Arsana, 2007: 30.
The United Nations Convention on the Law of Sea 1982 ini juga menetapkan batas laut territorial antara negara yang pantainya berhadapan
dan berdampingan. Bagi negara-negara yang berhadapaan atau berdampingan tidak boleh menetapkan batas laut teritorialnya melebihi garis
tengah, yaitu suatu garis yang titiknya sama jarak dari titik terdekat pada garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar laut territorial setiap
negara, sebaliknya penyelesaian diserahkan kepada masing masing negara melalui persetujuan dan lain sebagainya Koers, 1994: 6-7.
b. Zona Tambahan Continguous Zone
Sugeng Istanto 1998: 38 mengatakan bahwa zona tambahan merupakan wilayah permukaan laut disisi luar dan bersambungan dengan
wilayah laut teritori seluas kurang dari 24 mil, terhitung dari garis pangkal sepanjang pantai Negara tersebut. Penjelasan tentang zona tambahan di atas
merupakan ketentuan yang telah diatur Pasal 33 dalam the United Nations
Convention on the Law of Sea 1982. Namun, negara tersebut tidak memiliki kedaulatan dalam wilayah jalur tambahan ini, melainkan hanya dapat
melakukan fungsi kontrol di wilayah tersebut agar hukum di daratan dan laut teritorialnya dipatuhi. Dengan kata lain, Chairul Anwar 1989: 40
menggarisbawahi bahwa pada wilayah itu negara hanya dapat melakukan pengawasan terhadap penegakkan peraturan hukum nasional, khususnya bea
cukai, fiskal, imigrasi. Beberapa ahli hukum juga menambahkan aspek kesehatan sebagai
salah satu hal yang dapat ditegakkan dalam zona tambahan ini. Jika terjadi pelanggaran, maka negara pantai tersebut berhak menjatuhkan hukuman. I
Made Andi Arsana juga menambahkan bahwa negara yang memiliki luas laut sampai dengan zona tambahan harus mengklaim zona tambahan
tersebut karena zona ini tidak diperoleh secara otomatis kepada negara pantai, tidak seperti landasan kontinen Arsana, 2007:31.
c. Zona Ekonomi Eksklusif Economic Exclusive Zone