Pengertian Penyelesaian Sengketa Penyelesaian Sengketa

kata Papua berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting . Sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli. Kelompok suku asli Papua terdiri dari 255 Suku, dengan bahasanya masing-masing berbeda. Jumlah keseluruhan bahasa daerah di Papua sebanyak 268 bahasa Krishna P.Panolih 2004: 2.

D. Penyelesaian Sengketa

1. Pengertian Penyelesaian Sengketa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sengketa adalah segala sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertikaian atau pembantahan timbulnya sengketa hukum adalah bermula dari pengaduan sesuatu pihak orangbadan yang berisi keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. htt:gemaisgeri.blogspot Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990: 643 . Konflik atau sengketa terjadi karena adanya perbedaan persepsi yang merupakan gambaran lingkungan yang dilakukan secara sadar yang didasari pengetahuan yang dimiliki seseorang, lingkungan dimaksud adalah lingkungan fisik maupun lingkungan kehidupan sosial Koentjaraningrat,1982: 103. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 24 ayat 2, menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kemudian secara khusus, kekuasaan kehakiman telah di atur pula dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 merupakan Undang-undang organik, sekaligus sebagai induk dan kerangka umum yang meletakkan asas-asas, Indonesia dan pedoman bagi seluruh lingkungan peradilan di Indonesia. Dalam Pasal 18 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Adapun badan peradilan yang berada dibawah Mahkama Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan Bambang Sutiyoso, 2012: 4. a. Peradilan Umum. b. Peradilan Agama. c. Peradilan Militer. d. Peradilan Tata Usaha Negara. Dalam kaitan dengan peradilan yang telah ditetapkan ini maka salah satu tugas dari peradilan umum adalah mengadili sengketa perdata yang juga merupakan sengketa tanah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 18 B ayat 2 bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini lebih lanjut diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Papua. Dalam Pasal 43 ayat 5 bahwa pemerintah provinsi, kabupatenkota memberikan mediasi aktif dalam usaha penyelesaian sengketa tanah ulayat dan bekas hak perorangan secara adil dan bijaksana, sehingga dapat dicapai kesepakatan yang memuaskan para pihak yang bersangkutan.

2. Pola Penyelesaian Sengketa tanah

Dokumen yang terkait

TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA PERSEKUTUAN ADAT (LPA) LAPE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT MASYARAKAT ADAT LAPE UNTUK MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN NAGEKEO-FLORES- PROVINSI NTT (Studi Kasus Sengketa Tanah Kantor DPRD Nagekeo).

0 2 21

TINJAUAN PUSTAKA PENERAPAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) UNTUK MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM.

0 8 20

SKRIPSI TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA PERSEKUTUAN ADAT (LPA) LAPE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT MASYARAKAT ADAT LAPE UNTUK MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN NAGEKEO-FLORES- PROVINSI NTT (Studi Kasus Sengketa Tanah Kantor DPRD Nagekeo).

0 6 17

PENUTUP TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA PERSEKUTUAN ADAT (LPA) LAPE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT MASYARAKAT ADAT LAPE UNTUK MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN NAGEKEO-FLORES- PROVINSI NTT (Studi Kasus Sengketa Tanah Kantor DPRD Nagekeo).

0 6 11

BAB I PENDAHULUAN PERANAN KEPALA ADAT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT SUKU WOMBONDA UNTUK MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN SUPIORI PROVINSI PAPUA.

0 7 23

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

TINJAUAN PUSTAKA PERANAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WILAYAH ANTARA KABUPATEN BIAK NUMFOR DENGAN KABUPATEN SUPIORI.

0 3 11