ADVOKASI PLAN INTERNATIONAL DALAM MALNUTRISI DI SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR

(1)

ADVOKASI PLAN INTERNATIONAL DALAM MALNUTRISI

DI SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR

(The Advocacy of PLAN International on Malnutrition

in Sikka, Nusa Tenggara Timur)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

PUTRANTO CAHYO NUGROHO NIM : 20120510401

PROGAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ADVOKASI PLAN INTERNATIONAL DALAM

MALNUTRISI DI SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR

(The Advocacy of PLAN International on Malnutrition

in Sikka, Nusa Tenggara Timur)

Diajukan Guna Melengkapi Dan Memenuhi Persyaratan Untuk

Meraih Gelar Kesarjanaan Strata-1 (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dengan

Spesialisasi Ilmu Hubungan Internasional

SKRIPSI

PUTRANTO CAHYO NUGROHO

20120510401

PROGAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atas pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 31 Januari 2017


(4)

MOTTO

DON’T AIM FOR SUCCESS IF YOU WANT IT; JUST DO WHAT

YOU LOVE AND BELIEVE IN IT, IT WILL COME NATURALLY

- David Frost -

DO. OR DO NOT. THERE IS NO TRY

- Yoda, Starwars -

ﺎِط

ُﺐ

ِﻟ

ا

ِﻢْﻠِﻌ

ْﻟ

:

ُﺐ

ِﻟ ﺎَط

ﱠﺐ

ﻟا

ِﺔَﻤْﺣ

،

ﺎَط

ِﻟ

ُﺐ

ْا

ِﻢْﻠِﻤ

:

ُر

ُﻦ

ْٮ

ْا

إل

َﻞْﺳ

ِم

ﻰَﻄ

ْﻌ ُﯾَو

َأ

ُهَﺮْﺟ

َﻊَﻣ

ا

َﻦ

ِﯿ ْﯿِﺒﱠﻨﻟ

“Orang yang menuntut ilmu bearti menuntut rahmat ; orang

yang menuntut ilmu bearti menjalankan rukun Islam dan

Pahala yang diberikan kepada sama dengan para Nabi”.


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur saya persembahkan kepada kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan rejeki yang tidak henti – hentinya diberikan kepada saya sampai saat ini telah memberikan waktu bagi saya dalam menyelesaikan Skripsi saya. Skripsi ini saya persembahkan kepada ;

ALLAH SWT.

Karena telah memberikan kesehatan dan umur yang panjang sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

KELUARGA BESAR.

Kedua Orang tua tercinta (Nugroho Tomo dan Nuraini) Kedua kakak saya (Annas Nur Fitria, dan Rizky Nugraheni)

Walaupun saya sudah menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi masih ada masa depan yang harus saya lalui. Saya berterima kasih kepada dukungan materil dan non-materil yang telah di berikan oleh Allah SWT dan Orang tua kepada. Semoga

saya mampu menjadi manusia yang lebih baik lagi. Sekali lagi terima kasih banyak


(6)

Kata Pengantar

Setelah satu tahun memulai penulisan skripsi ini melalui pengumpulan data dan informasi baik buku dan internet bahkan sampai melaui penelitian skripsi di jakarta, saya mampu menyelesaikan skripsi saya. Meskipun skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, puji syukur saya ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat Nya dan hidayah Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ; “ADVOKASI PLAN INTERNATIONAL DALAM MALNUTRISI DI SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR” sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi dan menyandang gelar sarjana di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tidak lupa penulis mengucapkan sholawat dan salam penulis di haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada beberapa pihak, karena tanpa adanya bantuan dari mereka penulis tidak dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, meskipun masih jauh dari kata sempurna. Maka izinkan kepada penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada ;

1. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Sucipto, M.A. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Bapak Ali Muhammad, S. IP, M.A., Ph. D. selaku dekan FISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Ibu Dr. Nur Azizah, M. Si, selaku ketua prodi Ilmu Hubungan Internasional Universita Muhammadiyah Yogyakarta dan penguji Skripsi


(7)

4. Ibu Siti Muslikhati, S. IP, M. Si. selaku sekertaris jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan penguji skripsi 5. Bapak Takdir Ali Mukti, S. Sos., M. Si, selaku pembimbing skripsi 6. Bapak Ajun Khamdani, selaku Ketua HR PLAN Indonesia

7. Ibu Marzalena Zaini, selaku Project Manager PMBA Sikka PLAN Indonesia


(8)

Ucapan Terima Kasih

Alhamdulillah hirabbil alamin, terima kasih kepada Rahmat Allah SWT yang telah mengabulkan permintaan saya, sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ; “ADVOKASI PLAN INTERNATIONAL DALAM MALNUTRISI DI SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR” sesuai dengan keinginan saya.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih pada dosen pembimbing skripsi saya Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos, M.Si yang telah membimbing saya dalam penyelesaian skripsi dari awal sampai akhir.

Terima kasih kepada Bapak Ajun Khamdani selaku Ketua HR PLAN Indonesia dan Ibu Marzalena Zaini selaku Project Manager PMBA Sikka yang telah mengijinkan saya untuk berkesempatan melakukan penelitian skripsi sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Terima kasih kepada Karin Desiana yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada saya sampai saat ini sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Teman seperjuangan, satu kontrakan sejak awal kuliah sampai semester akhir yaitu Bungsu Anugrah Gusti, Bima Katangga, Mochammad Bayu Seto, dan Mochammad Arga. Saya ucapkan terima kasih selama ini telah menerima saya baik saat senang atau duka, dan saya bersyukur memiliki teman seperti kalian.

Kepada teman – teman Ilmu Hubungan Internasional 2012 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah berjuang bersama – sama sampai ini, saya


(9)

ucapkan terima kasih. Semoga kita semua mendapatkan cita – cita dan kesuksesan setelah ini, amin.

Terima kasih untuk rekan kerja saya di Shoes and care dan juga Omah Liquid Familly yang telah mengajarkan saya beberapa hal baru dan pengalaman baru yang tidak dapat saya dapatkan di bangku perkuliahan.

Terima kasih kepada teman – teman cahnom dan Futsal UMY 2012 yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu karena telah berjuang bersama – sama dan berbagi pengalaman serta teman baru.

Terima kasih kepada teman – teman komunitas sneakers dan vapesquad jogja yang telah memberikan saya teman baru dan pengalaman baru yang dapat bermanfaat kedepannya.

Terima kasih kepada Moh. Zuhri, Siti Aulya, S Avianty, Mifteh Farid Darussalam, Meidy Amanda, Ovi Dwi Rahmawati, Ricko Ade Prabowo, Bungsu Anugrah Gusti, Bima Katangga, Bayu Seto, dan Nadya Khoirunnisa sebagai teman di awal perkuliahan sampai sekarang yang telah memberikan pengalaman baru dan nasihat di saat suka dan duka.


(10)

DAFTAR ISI

ADVOKASI PLAN INTERNATIONAL DALAM MALNUTRISI DI SIKKA, NUSA

TENGGARA TIMUR ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terima Kasih ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Kerangka Pemikiran ... 5

1. Transnational Advocacy Network ... 5

D. Hipotesa ... 9

E. Jangkauan Penelitian ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 10

G. Tujuan Penelitian ... 11

F. Sistematika Penelitian ... 11


(11)

A. Sejarah, Visi, dan Misi PLAN Internasional ... 13

B. Strategi PLAN Internasional ... 17

C. Struktur PLAN Internasional ... 18

1. Governance atau Pusat Kerja ... 19

2. Progamme work and support atau Progam kerja dan bantuan ... 20

3. Fundraising & programme support atau Penggalang dana dan progam bantuan 21 4. Children & Young People atau Anak dan remaja ... 22

D. Sumber Dana ... 22

1. Dana sponsor ... 23

2. Dana bantuan ... 23

E. Keberhasilan PLAN ... 24

1. Early Childhood Care and Development ... 24

2. Disaster Risk Management ... 25

3. Education ... 26

4. Child Participation ... 26

5. Economic Security ... 27

6. Water and Sanitation ... 28

7. Child Protection ... 29

BAB III KONDISI KEKURANGAN GIZI ATAU MALNUTRITION di KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR ... 30

A. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Timur ... 30

1. Letak Astronomis dan Geografis ... 31

2. Keadaan Iklim ... 31

3. Topografi ... 32

4. Kemampuan Tanah ... 32

5. Hidrologi ... 33

B. Kondisi Ketahan Pangan di Nusa Tenggara Timur ... 34

C. Kondisi fisik Kabupaten Sikka, Flores, NTT ... 37

BAB IV KASUS MALNUTRISI YANG TERJADI DI SIKKA SERTA CARA ADVOKASI DAN IMPELEMENTASI OLEH PLAN ... 39


(12)

A. Hasil temuan malnutrisi di Sikka oleh PLAN ... 40

B. Kerjasama PLAN dengan Pemerintah dalam Peningkatan Angka Gizi Bayi dan Anak di Sikka ... 41

1. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) ... 41

2. Sexual and Reproduction Health (SRH) ... 50

C. Hasil Pencapaian PLAN dari Kegiatan di Sikka ... 52

1. Praktek pemberian ASI ... 53

2. Praktek pemberian makan untuk anak usia 6 – 23 bulan ... 54

3. Menciptakan Lingkungan yang kondusif dan mendukung PMBA di tingkat masyarakat dan fasilitas kesehatan di wilayah Sikka ... 55

4. Pendekatan Positive Deviance dan Pos Gizi ... 57

D. Serah Terima Kegiatan PLAN kepada Pemerintah Sikka ... 58

BAB V KESIMPULAN ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(13)

(14)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah mencari faktor penyebab dari adanya

malnutrisi yang terjadi di Kabupaten Sikka. Selain ini mendeskripsikan strategi

kegiatan atau advokasi PLAN Internasional terkait masalah malnutrisi yang

menimpa masyarakat Sikka. Masalah malnutrisi sudah menjadi pokok

permasalahan yang selama ini belum terselesaikan, meskipun telah ada program

yang dilakukan oleh pemerintah setempat akan tetapi belum menghasilkan hasil

yang memuaskan. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang advokasi PLAN

Internasional terkait masalah malnutrisi yang terjadi pada masyarakat Sikka, Nusa

Tenggara Timur.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan ini

menggunakan metode kualitatif yaitu berisikan pengambilan data yang bersifat

non-matematif dengan pola pemikiran yang induktif. Pola tersebut digunakan

dalam merumuskan beberapa fakta yang ada, kemudian di rangkum menjadi

kesimpulan yang bersifat umum. Selain itu dengan metode penelitian deskriptif

yang diraih melalui dengan situasi yang ada dalam data dan informasi sehingga

menjawab rumusan masalah yang ada.

Dalam mendapat informasi dan data, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan teknik studi dokumen yaitu melalui pengumpulan data

yang diambil melalui referensi buku, jurnal, dan internet. Teknik pengumpulan

data kedua melalui teknik wawancara yang di lakukan oleh penulis yang di

tujukan kepada aktor, saksi mata terkait permasalahan untuk lebih memperdalam


(15)

Untuk menjawab permasalahan yang terjadi, penulis menggunakan teori

Transnational Advocacy Network. Teori tersebut dapat menjelaskan bagaimana

cara dan strategi yang digunakan oleh PLAN Internasional menyangkut

permasalahan malnutrisi yang terjadi di kabupaten Sikka.

Kata kunci : Malnutrition, PLAN Internasional, Kabupaten Sikka,


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari – hari manusia membutuhkan kebutuhan primer sebagai penopang mereka untuk berlangsungnya kehidupan. Apa itu kebutuhan primer ? yaitu kebutuhan yang wajib dimiliki oleh Manusia sebelum terpenuhinya kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer terdiri dari sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal). Salah satunya isu ketahanan pangan telah menjadi agenda sentral oleh pemerintah Indonesia. Menurut Kementrian Luar Negeri Indonesia, masalah ketahanan pangan bagi Indonesia merupakan hal yang sangat krusial, dan pangan merupakan “basic human need” yang tidak ada penggantinya. Oleh karena itu di tengah diplomasi internasional yang semakin menganggap penting isu ketahanan pangan sebagai agenda sentral, Indonesia mengambil peran aktif dalam menggalang upaya bersama mewujudkan ketahanan pangan global dan regional (Kementrian Luar Negeri Indonesia, 2012). Dalam skala domestik, pemerintah Indonesia telah melakukan intervensi yang menyangkut dengan ketahanan pangan dan gizi di Indonesia. Melalui dukungan

WFP (World Food Programme), pada tahun 2003 DKP (Dewan Keamanan

Pangan) yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia dengan seketariat yang berada di Badan Ketahanan Pangan membuat FIA (Food Insecurity Atlas) atau Peta Kerawanan pangan di tingkat nasional. FIA bertujuan sebagai sarana


(17)

pengambilan kebijakan dalam hal penentuan sasaran dan memberikan rekomendasi untuk intervensi kerawanan pangan dan gizi di tingkat kabupaten dan kecamatan. FIA pertama kali di luncurkan pada tahun 2005 mencakup 265 kabupaten di 30 provinsi. Kemudian pada tahun 2010, nama FIA dirubah menjadi FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas) yang mencakup 346 Kabupaten di 32 provinsi. Pada FIA tahun 2006 dan FSVA tahun 2009 belum ada alat yang dapat digunakan untuk menganalisa dan mengklarifikasi ketahanan dan kerawanan pangan di tingkat kecataman. Namun NTT telah mengembangkan alat baru untuk menghitung ketahanan dan kerawanan pangan di tingkat kecamatan (Pemerintah Provinsi NTT, 2011). Akan tetapi tingkat kesuksesan FSVA sendiri di pengaruhi oleh faktor geologis, iklam, dan cuaca tiap daerah. Berdasarkan hasil data yang di keluarkan oleh Bank Indonesia dari working paper tahun 2014 lalu, yang berjudul “Pemetaan Ketahanan Pangan di Indonesia : Pendekatan TFP dan Indeks Ketahanan Pangan” oleh Nurhemi, Shinta R.I Soekro, dan Guruh Suryani R. Menunjukkan bahwa NTT berada di urutan 29 dari 33 provinsi di Indonesia (Lampiran Tabel 1). berdasarkan data tersebut menjadikan bahwa NTT sebagai wilayah yang mengalami tingkat ketahanan pangan rendah dan kesuksesan yang tidak merata dalam FSVA di beberapa wilayah di Indonesia.

Berkaitan dengan ketahanan pangan, pemenuhan gizi harus tercukupi dalam menciptakan ketahanan pangan. Dalam forum global mengenai ketahanan pangan dan nutrisi yang di fasilitasi oleh FAO (Food and Agliculture Organization). Menjelaskan bahwa ;


(18)

“Nutrition insecurity may increase the risk of food insecurity. This can best be explained by recognizing that there is a short- and a long-term feed-back from malnutrition to the capacity of providing food, health and care (through the basic cause level), oleh U. Jonsson (Global Forum on Food Security and Nutrition, 2009).“

Adanya kekurangan gizi sangat rentan berdampak pada anak – anak. Dari hasil riset kesehatan dasar (Rikesda) pada tahun 2010, menunjukkan bahwa NTT adalah provinsi yang mengalami prevalensi bayi gizi kurang dan buruk pada posisi kedua setelah NTB (Lampiran Tabel 1.2). Sehingga isu gizi buruk atau Malnutrition di NTT menarik untuk di kaji lebih dalam.

Melihat hasil data tersebut, maka di butuhkan aktor pembantu pemerintah dalam menyelesaikan isu tersebut. Menurut David Lewis

“NGOs were first discovered and then celebrated by the international donor community as bringing fresh solutions to longstanding development problems characterized by inefficient government to government aid and ineffective development projects” (Lewis, 2009).

Dari pendapat beliau menunjukkan bahwa NGO (Non-Government Organisation) sebagai solusi baru dalam pemecah permasalahan pemerintah ketika proyek pemerintah yang tidak efisien dan tidak efektif, di Indonesia terdapat salah satu NGO Internasional yang bergerak dalam isu malnutrisi yaitu PLAN Internasional. Sebelumya, pengertian NGO Menurut World Bank, adalah


(19)

“private organizations that pursue activities to relieve suffering, promote the interests of the poor, protect the environment, provide basic social services, or undertake community development” (Operations Evaluation Department, 2002).

Istilah NGO pertama kali muncul pada tahun 1945, pada piagam PBB Pasal 71 Bab 10 (United Nations, 1945). Lalu apakah itu PLAN? PLAN adalah organisasi non pemerintah yang berpusat di Woking, Inggris yang bekerja di lebih 50 negara. PLAN perduli dengan isu terkait dengan perlindungan pada anak, sanitasi perairan, dan kekurangan gizi (Plan International). PLAN memfokuskan bantuan mereka kepada anak – anak terlantar dan terkucilkan melalui beberapa bidang seperti yang telah di jelaskan. Hubungan antara anak dengan ketahanan pangan dan gizi karena anak adalah yang memiliki dampak lebih besar daripada orang dewasa, selain itu anak merupakan penerus bangsa di masa depan sehingga perlu adanya pemenuhan gizi dan pangan yang mencukupi. Lalu apakah perlu peran NGO dalam penyelesaian isu – isu lokal ataupun internasional ? berdasarkan fakta yang ada tertulis dalam jurnal Dawid Lewis yang berjudul “Nongovernmental Organizations, Definition and History” pada halaman 6 (enam). Beliau mengatakan bahwa


(20)

“NGOs have now become the focus of criticism from many different political perspectives is both a reflection of the wide diversity of NGO types and roles that exist, and of their increasing power and impor- tance in the twenty-first century.” (Lewis, 2009).

Sehingga di abad 21 sekarang, NGO berperan sebagai aktor terpenting dan terkuat dalam penyelesaikan isu – isu skala nasional maupun internasional. Maka dengan adanya kehadiran PLAN International mampu membantu pemerintah Indonesia dalam penyelesaian isu malnutrsi di wilayah Nusa Tenggara Timur.

B. Rumusan Masalah

Sesuai judul penulis dan cakupan wilayahnya, maka penulis menuliskan rumusan masalah sebagai berikut;

“ Bagaimana cara advokasi PLAN dalam meningkatkan Nutrition dan isu Malnutrition di Sikka, Nusa Tenggara Timur “

C. Kerangka Pemikiran

1. Transnational Advocacy Network

Menurut Keck dan Sinkkink, hubungan internasional pertama kali terbentuk bukan di tahun 1960, akan tetapi pada abad sebelumnya hal tersebut sudah dilakukan oleh individu tertentu atau kelompok yang melewati batas wilayah mereka. Keck dan Sinkkink menganggap kelompok tersebut sebagai suatu


(21)

bentuk kepercayaan agama, solidaritas kaum buruh, dan sisanya sebagai liberalisme internasional. Kegiatan tersebut masuk kedalam awal mula munculnya Transnational Advocacy Networks.

Lalu apa Transnasional Advocacy Network ? sesuatu kelompok yang berkarakteristik secara sukarela, respirokal, dan horizontal dalam pertukaran informasi. kemudian tujuan mereka adalah memberikan pengaruh dalam suatu kebijakan, dengan cara menggunakan kekuatan informasi, ide dan strategi. Jaringan Advokasi lebih memfokuskan dalam perihal perdebatan masalah hak asasi manusia, lingkungan, perempuan, kesehatan anak, dan masyarakat tertindas. Menurut Keck dan Sinkkink, aktor utama dalam Transnational Advocacy Network di bagi, (1) NGO Internasional dan lokal, organisasi advokasi, dan penelitian; (2) Gerakan sosial lokal; (3) foundations; (4) media; (5) gereja – gereja, unit dagang, organisasi consumer, intelektual; (6) bagian organisasi intergovernmental regional dan internasional; (7) bagian eksekutif atau parlemen pemerintah. Akan tetapi pusat peran dari advokasi network adalah NGO internasional dan lokal. Peran NGO dinilai penting karena mereka memperkenalkan gagasan baru, menyediakan informasi, dan melakukan lobby-in dalam perubahan kebijakan. Aktor – aktor tersebut muncul dalam kebanyakan isu tertentu; (1) hubungan antara organisasi lokal dengan pemerintah mengalami kebuntuan, dikarena hubungan yang ada tidak efektif dalam menyelesaikan konflik atau permasalahan; (2) aktivis yakin bahwa dengan adanya jaringan akan memperlancar misi dan kampanye mereka lalu secara aktif mampu mempromosikan mereka; (3) konferensi internasional dan bentuk kontrak


(22)

internasional lain menciptakan suatu wilayah baru dalam membentuk dan memperkuat jaringan. Dalam permasalahan ketahanan pangan di kawasan Nusa Tenggara merupakan salah satu isu dimana NGO berkerja. Berdasarkan penjelasan mengenai posisi Nusa Tenggara Timur yang berada pada urutan 29 dari 33 provinsi di Indonesia, menunjukkan bahwa program yang digunakan oleh pemerintah tidak efektif dalam menyelesai permasalahan yang ada. Maka dengan adanya kehadiran PLAN Internasional diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di Nusa Tenggara Timur. Berbagai cara atau taktik yang di gunakan oleh NGO telah dikembangkan Keck dan sinkkink. Menghasilkan tipologi jaringan advokasi transnasional sebagai berikut ; (a) information politics, kemampuan politik untuk memindahkan informasi secara cepat dan kredibel ke tempat yang memiliki dampak yang besar; (b) symbolics politics, kemampuan untuk menggunakan symbol, aksi atau kejadian dengan situasi yang masuk akal atau klaim kepada pendengar yang jaraknya cukup jauh; (c) leverage politics, kemampuan dalam menggunakan aktor kuat untuk memberikan suatu efek dalam situasi wilayah yang anggotanya lemah dari jaringan yang tidak mungkin memiliki pengaruh; (d) accountability politics, usaha aktor terkuat dalam bertindak sesuai dengan prinsip atas kebijakan yang telah mereka dukung.

Apabila aktor NGO lokal tidak dapat menekan secara langsung pemerintah untuk melakukan suatu perubahan, akan tetapi mereka tetap mampu untuk melakukan perubahan melalui jaringan advokasi transnasional. NGO dalam memainkan perannya mempunyai posisi penting di kancah politik internasional melalui jaringan advokasi network. Jaringan tersebut mencakup “hal relevan aktor


(23)

internasional menyelesaikan suatu masalah, yang terikat secara bersama – sama oleh nilai kerbersamaan, wacana umum dan pertukaran informasi yang padat, serta Jasa”. Yang bertujuan menciptakan sebuah pola pengambilan kebijakan yang berbentuk boomerang, yang disebut deengan boomerang effect. Dengan adanya boomerang effect dapat memberikan efek terhadap perubahan sikap suatu negara ketika terjadi hambatan antara pemerintah dengan organisasi lokal, melalui cara organiasi lokal tersebut mencari dukungan aliansi internasional untuk melakukan tekanan dari luar. Keck dan Sinkkink menjelaskan beberapa hasil dari adanya jaringan advokasi network ke dalam beberapa level; (1) menciptakan isu dan agenda teratur; (2) berpengaruh dalam posisi yang tidak seimbang antara negara dan organisasi lokal dan internasional; (3) berpengaruh dalam prosedur instruksional; (4) berpengaruh dalam perubahan kebijakan dalam aktor sasaran, yang itu bisa dalam bentuk negara, organisasi internasional atau lokal, dan MNC; (5) berpengaruh dalam tingkah laku suatu negara. (Sinkkink, 1998)

dalam buku “The NGO Challenge for International Relations Theory” oleh William E. DeMars dan Dennis Dijkzeul, menggambarkan bahwa NGO sebagai pelayan bagi orang miskin dalam grassroots development, atau memperjuangkan suara bagi mereka yang lemah dalam menyampaikannya ke pemerintah dan PBB, atau pendatang baru transnasional dalam sebuah bagian emansipasi dari peraturan yang menindas menjadi kelompok yang mengatur diri mereka sendiri tanpa adanya aturan dari luar. (William E. DeMars, 2015)


(24)

D. Hipotesa

Setelah membaca dan memahami dari kerangka pemikiran diatas, penulis kemudian melakukan analisis dan menghasilkan hipotesa berdasarkan teori yang di gunakan oleh penulis, sebagai berikut :

1. Mengumpulkan berbagai macam informasi dan data mengenai bagaimana kondisi malnutrisi yang terjadi di wilayah Sikka yang kemudian di publikasikan kepada masyarakat.

2. Setelah infomasi dan data terkumpul, PLAN melakukan suatu aksi atau kegiatan guna menekan angka malnutrisi yang terjadi dalam masyarakat Sikka.

3. Mengajak aktor lokal/nasional atau internasional yang berpengaruh agar ikut perduli terhadap isu malnutrisi yang terjadi di sikka. Seperti contohnya pemerintah atau publik figur yang di kenal oleh masyarakat. 4. Setelah adanya aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh PLAN, dapat menekan pemerintah untuk membuat suatu kebijakan baru terkait masalah malnutrisi di Sikka.

E. Jangkauan Penelitian

Dalam membatasi jangkauan waktu penelitian, penulis akan menggunakan batasan tahun dari 2013 sampai 2016. Selain itu untuk membatasi wilayah penelitian, penulis akan terfokus pada Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur. Beberapa batasan penelitian tersebut dikarenakan wilayah sikka merupakan daerah yang sangat tertinggal, dan sudah sejak lama


(25)

PLAN ikut membantu peran pemerintah di kabupaten sikka sejak tahun 1999. Penggunaan jangkauan penelitian ini guna membatasi ruang lingkup pembahasan agar tidak terlalu luas

F. Metodologi Penelitian

Penggunaan metode penelitian pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Dalam metode kualitatif berisikan pengambilan data yang bersifat non-matematif dengan pola pemikiran yang induktif. Pola tersebut digunakan dalam merumuskan beberapa fakta yang ada, kemudian di rangkum menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Selain itu dengan metode penelitian deskriptif yang diraih melalui dengan situasi yang ada dalam data dan informasi sehingga menjawab rumusan masalah yang ada.

Dalam metode pengumpulan data dan informasi, penulis menggunakan teknik studi dokumen yang dicapai melalui pencarian referensi – referensi berupa buku, jurnal atau artikel, dan website terkait dengan topik permasalahan yang dicari.

Bila di perlukan untuk memperkuat data dan informasi terkait, penulis juga menggunakan teknik wawancara dengan kelompok atau orang yang terlibat langsung dalam permasalahan ini.


(26)

G. Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penulis dalam skripsi ini, yaitu;

1. Memberikan pemahaman bahwa NGO sebagai peran utama dalam Jaringan advokasi transnasional.

2. Menjelaskan bahwa NGO beserta masyarakat mampu melakukan perubahan mengenai masalah malnutrisi yang terjadi

3. Memberikan penjelasan mengenai advokasi PLAN dalam isu Malnutrition di kabupaten Sikka, Flores, NTT.

4. Adanya pengaruh atau tekanan oleh PLAN terhadap pemerintah dalam menciptakan kebijakan baru

F. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan penelitian terdiri dari 5 (lima) Bab, yaitu ;

Bab I meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, jangkauan penelitian, metodologi penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penelitain.

Bab II akan menjelaskan mengenai profil PLAN Internasional, dalam bab ini menjelaskan bagaimana sejarah terbentuknya PLAN Internasional, visi dan misi beserta strategi PLAN Internasional, keberhasilan PLAN Internasional di berbagai negara, dan asal sumber dana yang mereka dapat.

Bab III akan mengulas mengenai pembahasan kondisi kekurangan gizi atau Malnutrition di kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam bab ini mengulas bagaimana kondisi fisik di kabupaten Sikka, Flores, Nusa


(27)

Tenggara Timur. Selain itu membahas isu Malnutrition yang terjadi di kabupaten Sikka.

Bab IV akan membahas tentang Advokasi PLAN dalam menciptakan pemenuhan gizi di kabupaten Sikka, Flores, dan pembuktian hipotesa berdasar data yang telah di peroleh penulis sesuai dengan teori yang digunakan.


(28)

BAB II

PLAN INTERNATIONAL

PLAN Internasional adalah organisasi non-pemerintah berskala

Internasional yang bergerak di bidang kemanusiaan yang mempunyai visi tentang kebebasan dan hak tiap anak, salah satu caranya dicapai dengan pemenuhan gizi. sebelum membahas pada pokok pembahasan, penulis akan menjelaskan sejarah berdirinya PLAN beserta strategi apa yang mereka gunakan. Selain itu menjabarkan struktur PLAN Internasional bekerja, darimana asal sumber dana yang mereka dapat, dan lain sebagainya.

A. Sejarah, Visi, dan Misi PLAN Internasional

PLAN Internasional sudah berdiri lebih dari 75 tahun yang lalu. Mereka mulai berdiri pada tahun 1937 oleh Jurnalis Inggris John Langdon-Davies dan seorang pekerja dalam perihal pengungsi bernama Eric Muggedridge. Pada saat itu tujuan utamanya adalah menyediakan makanan, tempat tinggal, dan pendidikan bagi anak – anak yang pada saat itu disebabkan oleh Perang Saudara di Spanyol. Pada saat itu PLAN masih bernama “Foster Parents PLAN for Children in Spain” ketika awal di dirikannya. Berlanjut pada perang dunia II berlangsung, PLAN lebih dikenal dengan nama “Foster Parent PLAN for War Children” karena pada saat itu mereka fokus terhadap pemberian bantuan kepada anak – anak terlantar dari seluruh eropa akibat perang dunia II . Awalnya PLAN hanya bekerja di wilayah Inggris saja, akan tetapi ketika Perang Dunia II berakhir


(29)

mereka memperluas bantuan untuk seluruh Eropa, bahkan sampai China. Kemudian saat tahun 1950-an, negara – negara di Eropa sudah mengalami pemulihan pasca Perang Dunia II. PLAN memulai untuk memperluas bantuan mereka terhadap negara – negara berkembang. Dengan adanya adanya tujuan baru dari PLAN, maka nama PLAN berubah menjadi “Foster Parents PLAN Inc.”. Tujuan mereka yang sebelumnya mengenai anak – anak korban perang, berubah menjadi memberikan perubahan dan harapan bagi kebutuhan anak – anak bagaimanapun bentuknya. Pada tahun 1960-an PLAN mulai masuk ke wilayah Asia dan Amerika Latin untuk menciptakan tujuan mereka. Dengan tersebarnya wilayah bantuan PLAN di seluruh dunia, tahun 1970-an mereka mengganti nama mereka menjadi “PLAN International”. Setelah beberapa pencapaian dan tujuan yang di ciptakan oleh PLAN, tahun 1980-an mereka mendapat pengakuan dari oleh ECOSOC (The Economic and Social Council of United Nations). Sampai tahun 2014 lalu, PLAN International bekerja di 51 negara berkembang yang tersebar di wilayah Asia, Afrika, Amerika Latin demi menegakkan hak anak – anak dan menjauhkan anak – anak dari kemiskinan. (Plan International, 2014)

Dalam menjalankan kegiatan atau program mereka, PLAN memiliki suatu visi di dalamnya. Visi yang dimiliki PLAN yaitu suatu dunia dimana setiap anak tanpa kecuali sadar akan potensi penuh mereka dalam suatu masyarakat yang menghargai hak dan martabat tiap orang. PLAN melihat sekarang ini ratusan dari jutaan anak – anak di dunia hidup tanpa hak yang terpenuhi. PLAN mengganggap hal ini adalah sesuatu yang tidak dapat di terima dan harus adanya perubahan. Untuk mencapai visi tersebut PLAN memiliki cara untuk mencapainya yaitu


(30)

merangkul sebanyak – banyaknya anak, khususnya bagi mereka yang terkucilkan dan terancam, dengan kualitas program mumpuni nantinya menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang bagi mereka.

Kemudian Misi yang dimiliki oleh PLAN yaitu “Children are at the hearth of what we do and how we do”. PLAN menempatkan anak – anak sebagai inti atau fokus pada tujuan yang ingin mereka capai. Melihat dari kacamata PLAN, tiap anak laki – laki dan perempuan seharusnya memiliki suatu kesempatan untuk sepenuhnya terlibat sebagai prioritas yang teratur, perkembangan strategi, menilai perkembangan dalam komunitas mereka, bersiap – siap ketika bencana, dan ambil bagian dalam pemberian keputusan yang memiliki efek bagi komunitas mereka. Dengan begitu nantinya menimbulkan rasa percaya diri dan membantu mereka menjadi warga negara yang aktif. Tidak hanya dengan cara pandang tersebut saja, tetapi dibutuhkan suatu partisipasi untuk berkontribusi dalam perkembangan analisis anak, berorganisasi, dan kemampuan berpolitik. Hal tersebut bertujuan untuk membantu anak – anak agar lebih efektif dalam pengakuan atas hak mereka. Terdapat 4 (empat) misi yang dimiliki oleh PLAN yang slogan “ONE GOAL” untuk menciptakan hal tersebut, yaitu ; (1) Tackling Exclusion – Improving Lives on Margins, perlakuan dan pengucilan sampai saat ini masih terjadi, baik di sebabkan oleh perbedaan bahasa, etnik, disabilitas, dan gender. Walaupun alasan – alasan tersebut dan siapa pun mereka, PLAN akan mengatasi hal tersebut demi merendam efek tersebut yang berpengaruh pada hak anak – anak; (2) Programme Quality, untuk mendapatkan efek positif dan berkepanjangan pada kehidupan anak – anak di perlukan adanya


(31)

suatu progam yang berkualitas, berdasar bukti yang ada, sesuai dengan standar dan kebijakan global, menjadi subjek pengukuran yang teliti. Melalui misi ini,

PLAN menciptakan program yang bernama PLAN Academy sebagai pusat

spesialis yang berhubungan program yang berhubungan dengan anak baik untuk perkembangan dan saat situasi darurat; (3) Scale – Expanding Succesful Progammes, keberhasilan dari suatu program seharusnya tidak perlu di rayakan, akan tetapi kita harus melihat sisi pengadaptasian dan penarapan ulang yang berdampak pada keuntungan yang diraih untuk anak – anak. Maksud arti dari kata tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan dari suatu program dari skala lokal, regional dan global, membagikan pelatihan yang baik, dan menyemangati agensi dan institusi lain untuk belajar dari PLAN International. Hal tersebut disebut

dengan “Investment in people”, sehingga dengan teknik dan kepemimpinan guna

menerapkan progam yang sangat berhasil ini dimanapun di seluruh dunia; (4) Extending Our Influence, hampir 70 tahun PLAN sudah melakukan beberapa aksi sosial yang di tujukan pada perkembangan anak – anak di dunia. Akan lebih baik bila dengan adanya bantuan dari anggota masyarakat dan mereka yang perduli dengan yang membutuhkan juga bertanggung jawab menjaga hak asasi anak – anak. Hal tersebut memanggil kita sebagai suatu organisasi yang berpengalaman dan berkeahlian sebagai organisasi yang terpercaya bagi mereka, dan suara global – khususnya dalam hal perlindungan dan pendidikan – yang dapat mempengaruhi mereka dalam bertindak. Khususnya PLAN berkomitmen pada 3 (tiga) hal, yaitu : (a) merubah kebijakan serta penerapannya dalam suatu pemerintah lokal dan nasional dan organisasi global; (b) mengajak orang tua dan suatu kelompk untuk


(32)

mengambil tindakan dan merubah perilaku; (c) mengajak para pendonor untuk berdonasi lebih. Fokus tersebut akan di bantu dengan pelatihan para staf dan mengundang adanya komunikasi dan advokasi ahli. (Plan International, 2015)

B. Strategi PLAN Internasional

Setelah adanya visi dan misi yang berslogan “ONE GOAL” , pada bagian ini akan mejelaskan tentang strategi yang di gunakan oleh PLAN untuk mencapai visi dan misi mereka yang mereka namai dengan “ONE PLAN”. Strategi ini lebih efektif dan efisien melalui kerjasama dengan organisasi terkait yang nantinya mampu memenuhi permintaan yang berkembang cepat pada suatu wilayah. Strategi ONE PLAN dijabarkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : (1) Increasing Resources, ditujukan untuk mencapai lebih banyak anak – anak terutama mereka yang terlantar dan terkucilkan atau dalam arti lain mereka yang lebih membutuhkan bantuan baik dalam bentuk materi atau non-materill. Strategi ini terfokus pada 3 (tiga) hal yaitu : (a) Donasi tiap individu; (b) pemenuhan dalam makna dapat mencukupi dana dalam suatu progam PLAN; (c) bisnis berkembang dalam arti mencari pendukung baru untuk proses keberhasilan progam PLAN. (2) A Global Organisation United by a Common Goal, dengan bersatunya organisasi mampu meraih hasil yang lebih memuaskan daripada bekerja sendiri secara independen. Teradapat 4 (empat) bagian spesifik dalam strategi ini, yaitu : (a) Identitas Global, bermaksud untuk meningkatkan pengaruh global dengan mengemukakan pendapat dan bertindak melalui satu suara; (b) Sistem operasi yang bertanggung jawab dan akuntabel dari berbagai aspek kerja


(33)

yang berbeda, dimana donasi yang bertambah serta bagaimana mereka mengaturnya; (c) Meningkatkan kinerja kelompok, setiap bagian dari PLAN harus bekerja bersama – sama tanpa adanya batasan; (d) Konsitensi, PLAN akan mengadopsi standar normal global untuk meningkatkan efesiensi dan meminimalisir resiko, khususnya dalam fokus area perlindungan anak. (3) Working Collaboratively, untuk mencapai tujuan melalui berbagai tantangan yang komplek, PLAN akan bekerja sama dengan organisasi NGO lain, kelompok masyarakat, pemerintah, dan sektor privat. Nantinya mereka dapat berkolaborasi dari berbagai macam keahlian dan pembelajaran di tiap kelompok. Dalam strategi ini, untuk mencapainya melalui 2 aspek, yaitu : (a) Persekutuan, membangun suatu persekutuan dan kerjasama, nantinya PLAN dapat masuk melalui posisi strategi yang lebih tepat dengan pemerintah lokal dan nasional, NGO, organisasi massa, dan perusahan global; (b) Kolaborasi, dengan peran PLAN di seluruh dunia dan program intensif PLAN yang terfokus pada anak, PLAN akan berperan lebih dalam suatu forum dan jaringan non-formal demi kelangsungan perlawanan akan hak asasi tiap anak. (Plan International, 2015)

C. Struktur PLAN Internasional

Dalam menjalankan visi, dan misi agar mencapai hasil yang sesuai secara cepat dibutuhkan suatu struktur yang tersusun di dalamnya, melihat PLAN adalah organisasi internasional yang bergerak secara global di lebih dari 70 negara. Sehingga tidak mungkin bila mereka bekerja tanpa adanya struktur yang mengatur


(34)

jalannya visi dan misi mereka. Berikut struktur yang dimiliki oleh PLAN Internasional :

terdapat 4 (empat) bagian dalam struktur yang dimiliki oleh PLAN Internasional, yaitu ;

1. Governance atau Pusat Kerja

Bagian ini berguna sebagai pusat kerja mereka dalam menentukan program dan cara kerja mereka. Dalam bagian ini tersusun dari 2 bagian, yaitu ; (1) Member’s Assembly, berguna sebagai penentuan keputusan tertinggi dan anggotanya terdiri dari seluruh perwakilan PLAN di tiap negara. Salah satu anggotanya memiliki tugas utama untuk melakukan pemilihan direktur utama PLAN Internasional. bagian ini juga berfungsi sebagai level tertinggi dalam strategi dan arahan untuk cakupan PLAN cakupan global, menyetujui standar


(35)

global, dana finansial, dan dana audit; (2) International Board of Directors, adalah kepala atau pimpinan dari PLAN Internasional yang disetujui oleh member’s assembly. Bertugas untuk menyetujui segala kebijakan dan prosedur yang sejalan dengan strategi dan kebijakan global yang disetujui oleh member’s assembly. Selain itu berguna sebagai pengawas dari PLAN internasional termasuk para staf agar sesuai dengan standar global yang ditentukan.

2. Progamme work and support atau Progam kerja dan bantuan

Pada bagian ini sebagai tempat kerja mereka dalam memberikan bantuan berdasar cakupan internasional, regional, dan nasional ataupun lokal. Maka di bagi menjadi 5 (lima) bagian, yaitu ; (1) International Headquarters, adalah kantor utama PLAN internasional yang terletak di Woking, Inggris berfungsi sebagai pusat strategi PLAN. Selain itu menyediakan kepemimpinan, perintah atau arahan, dan jasa pada operasi lapangan serta mendukung organisasi tingkat nasional; (2) Advocacy Offices, PLAN mempunyai kantor advokat yang berfungsi untuk memperkuat kerjasama dengan hal internasional, bernegosiasi dengan salah satu kunci pembuat kebijakan dan mempromosikan atas hak asasi anak di seluruh dunia. Kantor ini terletak di Geneva, New York, Addis Abbaba, dan Brussels; (3) Regional Offices, berperan untuk melakukan koordinasi dan mendukung kerja di tiap negara yang mnejadi wilayah PLAN bekerja di regionalnya masing – masing, selain ini berperan sebagai pusat memerintah di tingkat regional dan penyedia keahlian teknis. Wilayah kerja mereka terdapat di empat regional yaitu Afrika bagian barat, Afrika bagian utara dan selatan, Asia, dan Amerika latin. Setiap regional di pimpin oleh Direksi regional yang bertugas untuk bertanggung jawab


(36)

pada PLAN International Headquarter; (4) Country Offices, bagian ini bertanggung jawab pada semua program yang beroperasi di dalam wilayah mereka (negara) dan unit – unit program. Bagian ini diatur dan diawasi oleh direksi tingkat regional; (5) Programme Unit, sebagai unit yang bekerja untuk mengatur dan mengimplementasikan suatu program di lapangan. Mereka yang bekerja langsung dengan anak – anak dan komunitas, dan juga bekerja secara langsung dengan rekan organisasi lain. Bagian ini kerap terletak di tengah – tengah komunitas dimana progam PLAN tertuju, dan mereka seluruhnya adalah bagian dari struktur country offices. Bagian ini dikepalai oleh seorang manager unit program yang akuntabilitasnya diakui oleh direksi PLAN tingkat negara atau country director.

3. Fundraising & programme support atau Penggalang dana dan progam bantuan

Berisikan hanya satu bagian saja, yaitu National Organisations. Bagian ini berguna untuk meningkatkan dana bantuan bagi PLAN Internasional dan bertugas sebagai peran vital dalam mengembangkan edukasi dengan menarik sponsor dan pemerintah di wilayah mereka. Tujuan dan objek mereka ditentukan oleh PLAN Internasional dan mereka telah setuju untuk memenuhi sesuai standar spesifik operasi yang ditentukan oleh member’s assembly. National organisations berisikan oleh anggota PLAN Internasional, dipilih melalui sistem voting yang berasal dari member’s assembly. Kantor ini terletak di Colombia dan India, dan sisanya sedang dalam masa transisi yang nantinya terletak di Thailand dan Brazil.


(37)

4. Children & Young People atau Anak dan remaja

Menarik para remaja di tiap level pengambilan keputusan adalah kunci menuju cara kerja PLAN Internasional dan terfokus pada pendekatan child-centered community development (CCCD). PLAN tidak hanya fokus terhadap kelangsungan hidup anak dan remaja saja. Tetapi PLAN medengarkan tiap masukan dan merespon segala halangan yang dialami oleh remaja dan anak – anak. Remaja adalah bagian kritis dari struktur governance PLAN. PLAN mengajak tiap remaja dan anak untuk ikut ambil dalam pengambilan keputusan internal kami dan governance melalui Youth Advisory Panels – sekarang ini baru 26 dari 51 negara yang memiliki youth advisory panels. Di level global PLAN memiliknya juga yang bernama GYAP (Global Youth Advisory Panels) yang secara sering bertemu melalui telekonveren dan bertemu secara langsung setahun sekali. Bahkan 2 (dua) anggota GYAP diundang untuk mendatangi member’s assembly sebagai youth observers. Salah satu contoh anggota GYAP dari Indonesia adalah Ridwan yang menyuarakan akan pentingnya sertifikat kelahiran bagi setiap anak. (Plan International, 2015)

Stuktur yang jelas menyebabkan tiap bagian struktur memiliki fokus wilayah dan cakupan masing – masing. Sehingga dengan adanya struktur ini membantu mereka dalam mewujudkan visi dan misi yang mereka impikan, yaitu untuk kelangsungan hidup remaja dan anak – anak. (Plan International, 2016)

D. Sumber Dana

PLAN adalah organisasi non-pemerintah yang berdiri sendiri tanpa adanya pengaruh dari suatu negara. Maka untuk menjaga visi dan misi mereka, mereka


(38)

mencari sumber dana berasal dari dana sponsor dan dana bantuan (Plan International, 2015). Berikut penjelasan secara lengkapnya ;

1. Dana sponsor

Berdasarkan sejarah dana sponsor adalah sumber dana utama PLAN Internasional selama beberapa lama. Sesuai dengan visi PLAN Interasional, isu mengenai perlindungan anak menjadi fokus utama sehingga dana sponsor digunakan untuk hal tersebut. PLAN secara giat membangun suatu hubungan antara pihak sponsor dengan anak – anak dan keluarga mereka yang menerima dana sponsor tersebut. Selain itu secara berkala pihak sponsor akan mendapatkan laporan terbaru mengenai penggunaan dana tersebut. Sehingga dengan hal tersebut meningkatkan suatu kepercayaan pihak sponsor terhadap penggunaan dana sponsor mereka yang telah PLAN Internasional kerjakan. (Plan International, 2015)

2. Dana bantuan

Sumber bantuan kedua ini adalah dana pemasukan kedua PLAN disamping dana dari sponsor. Berbagai bentuk bantuan ini berbagai macam, bisa berupa suatu kerjasama ataupun bantuan materiil. Dana bantuan ini berasal dari suatu negara, institusi, dan perusahaan. Salah satu contohnya yaitu pemerintah belanda bekerja sama dengan PLAN Internasional untuk memimpin suatu progam yang

terdiri dari 6 (enam) NGO. Progam tersebut bernama “Girl Power Progamme” ,

yang bertujuan melawan ketidakadilan terhadap wanita dan perempuan yang menimpa 10 negara. Terdiri dari Ethiopia, Ghana, Liberia, Sierra Leone, Zambia, Bangladesh, Nepal, Pakistan, Bolivia, dan Nicaragua. Selain itu, dalam program


(39)

lainnya PLAN Internasional ditunjuk untuk memimpin program Building Resilience and Adaptation to Climate Extremes and Disasters (BRACED) di Myanmar. Program ini bertujuan untuk mengatasi bencana dan menimalisir dampak dari adanya perubahan iklim. Progam ini di danai oleh institusi Inggris yang bernama UK Department for International Development (DFID) (Plan International, 2015). selain itu masih banyak perusahaan yang ikut membatu PLAN dalam mencapai visi misi mereka, misalnya Prudence Foundation, Nickelodeon, Nokia, Barclays, dan lain sebagainya. (Plan International, 2015)

E. Keberhasilan PLAN

Terdapat banyak sekali pencapai yang telah diraih oleh PLAN Internasional di belahan dunia ini, baik melalui suatu kampanye ataupun suatu kegiatan. Pada bagian ini akan memaparkan beberapa hasil pencapaian tersebut, yaitu ;

1. Early Childhood Care and Development

Bertujuan untuk meningkatkan keperdulian orang tua dan masyarakat terhadap anak – anak. Salah satu pencapaiannya di Sri Lanka, yaitu memberikan perhatian lebih terhadap nutrisi anak mereka. Beberapa cara yang di lakukan oleh PLAN pada program ini melalui simulasi dan saran pada komunitas, khususnya perempuan. Hal tersebut termasuk memberi makan yang bergizi, kamar bagi anak, dan kalender dan buku harian yang menyenangkan bagi anak. Sehingga dengan melalui cara tersebut membatu setiap keluarga dalam meningkatkan nutrisi yang


(40)

hasil yang memuaskan meluas menjadi 721 desa. Karena keberhasilan PLAN meningkatkan berat badan anak yang sebelumnya 45 % berada di bawah standar menjadi 25 % saja. Selain itu peran aktif setiap ayah meningkatkan hampir 1,000 orang dalam membantu meningkatkan nutrisi anak mereka. (Plan International, 2015)

2. Disaster Risk Management

Sampai tahun 2014 lalu, sudah 44 negara yang mengalami bencana mendapat bantuan dari PLAN Internasional, dan 40 negara mendapat bantuan perlindungan bagi anak – anak yang terkena bencana. Salah satu respon PLAN terhadap bencana alam terdapat di Sudan Selatan. Telah terjadi krisis kelaparan dan kekurangan gizi yang menimpa anak – anak sudan selatan tahun 2013 yang disebabkan oleh adanya kondisi politik yang tidak stabil. Kemudian PLAN masuk ke Sudan Selatan untuk memberikan bantuan mereka melalui mengirimkan unit FANU (Food and Nutrition Unit) yang bekerja sama dengan WFP (World Food

Programme) dan FAO (Food and Agriculture Organisation) dalam

menyelesaikan permasalahan ini. Dalam program ini fokuskan pada penderita gizi buruk yang berumur di bawah 5 (lima) tahun, ibu hamil dan menyusui. Pencapaian yang dicapai PLAN yaitu meningkatkan nutrisi melalui respon terhadap penyakit kolera, memberikan 21,300 tablet untuk memurnikan air dan melatih 90 promotor tentang pentingnya kebersihan. Selain itu PLAN juga membagikan benih tanaman dan beberapa alat pada pemilik lahan yang dimana tempat tinggalnya telah hancur karena konflik, dan melatih komunitas untuk bercocok tanam, berkebun, dan menangkap ikan. (Plan International, 2015)


(41)

3. Education

Salah satu contoh dalam bidang edukasi yaitu pada program edukasi di wilayah Bangladesh. Progam ini tujukan bahwa setiap anak baik laki – laki maupun perempuan khususnya bagi mereka yang berumur 3 (tiga) sampai 10 (sepuluh) tahun memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat hak pendidikan. Menggunakan berbagai macam pendekatan termasuk berbasis masyarakat dalam pembelajaran awal, mentoring dan keikutsertaan masyarakat dan menjadikan sekolah lebih atraktif atau menarik melalui dekorasi kelas yang berwarna, dan kegiatan olahraga serta permainan. Sehingga dapat meningkatkan keberhasilan tiap anak agar mampu selesai dalam jenjang sekolah dasar selama 5 (lima) tahun. Selama progam tersebut PLAN berhasil menjangkau 70.000 anak di 275 sekolah di Bangladesh. Dalam progam ini PLAN bekerjasama dengan departemen pendidikan Bangladesh, UNICEF, CBM-Nossal dan organisasi global yang berfokus pada anak – anak difabel. Salah seorang anak yang bernama Sanjay Lal (7 tahun), sekarang bersekolah di distrik Dinajpur sebagai hasil dari progam PLAN. Dia berkata “saya ingin bersekolah dan dihargai. Dia berasal dari masyarakat Harijan yang terpinggir, secara tradisional akses pendidikan mereka ditolak dan dipekerjakan sebagai tukang bersih – bersih. Aktivitas yang terorganisir oleh PLAN telah merubah sikap anak sehingga mereka dapat bersekolah dan diterima oleh sekolah. (Plan International, 2015)

4. Child Participation

Mengenai permasalahan ini, partisipasi anak dalam kasus ini terjadi di Uganda, disebabkan oleh 20 persen sampai 30 persen guru di Uganda tidak


(42)

mengajar tanpa alasan yang jelas di hampir tiap sekolah. Sehingga menjadikan anak tidak mendapat pendidikan ketika guru tidak datang atau mengajar. Lalu muncul suatu solusi oleh PLAN Uganda beserta bantuan dari PLAN Finland dan penyedia dana dari Nokia yang perusahaan global berasis teknologi untuk memonitor angka kehadiran melalui mengajak tiap murid melaporkan guru yang tidak hadir melalui SMS ke tiap otoritas pendidikan setempat. Tiap sekolah di berikan 2 handphone dan suatu website mendukung kumpulan tanggapan yang dimana dibiayai oleh PLAN melalui kode toll-free. Terbukti dengan skema in, berhasil merendam angka ketidak hadiran guru dan murid. Sebaliknya hal tersebut meningkatkan kemampuan murid dalam menyerap pembelajaran. (Plan International, 2015)

5. Economic Security

Progam ini berlangsung di Afika Barat yang bertujuan untuk memperkenalkan pemuda dalam layanan finansial di Niger, Sinegal, dan Sierra Leone. Dimana wilayah tersebut memiliki akses terbatas atas finansial, dan ifrastruktur yang buruk. Progam ini dibiayai oleh Mastercard foundation dan didukung oleh PLAN Kanada. Progam ini menampilkan bahwa bagaimana menabung dapat membantu pemuda menjadi mandiri, termasuk tantangan finansial dan menganggur. Hal tersebut dilalukan dengan cara melakukan pertemuan sebulan sekali yang dibagi menjadi beberapa grup yang terdiri dari umur 15 sampai dengan 25 tahun. Lebih dari 4000 kelompok telah terbentuk 3 (tiga) negara di Afrika Barat. Masing – masing kelompok telah menabung secara berkala, dan memimjam uang untuk bisnis domestic atau kecil yang digunakan


(43)

sesuai dengan persetujuan. Sejauh ini, progam PLAN telah mencapai 90.000 pemuda. Kelompok ini juga menyampaikan mengenai finansial dan edukasi mengenai kemampuan sehari – hari. (Plan International, 2015)

6. Water and Sanitation

Indonesia, terdiri dari 190 juta orang yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi. Lebih dari 150.000 anak diatas 5 tahun mengalami kasus diare tiap tahun, disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak sehat dan sanitasi tempat tinggal mereka. Progam PLAN Community-led total sanitation (CLTS) secara bersama dengan departemen kesehatan Indonesia dan didukung oleh AusAID dan PLAN Australia, merekrut aktivis lokal untuk mengajak masyarakat untuk bertindak dalam meningkatkan higienitas masing – masing, mempromosikan 5 (lima) pilar dari CLTS – yang dimana terdiri dari bagaimana buang air besar yang baik, mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan limba dengan baik – secara terus – menerus mengubah higienitas di tiap desa. Pada 11 wilayah distrik PLAN bekerja, PLAN telah menekan angka diare rata – rata di bawah 35 persen. Hampir 195.000 kakus dan fasilitas untuk mencuci tangan telah dibangun melalui masyarakat sendiri. Sebagai bagian dari cara berbasis pendekatan masyarakat, anak – anak memantau fasilitas di tiap rumah didesa mereka dan menempelkan stiker pada pintu tempat tinggal mereka yang mengikuti 5 (lima) pilar CLTS. Pada desa Laob contohnya, terdapat 20 anak yang bertindak sebagai yang mengawasi sanitasi. Salah seorang anak yang menjadi ketua pengawas tersebut bernama Yura mengatakan bahwa dengan hal ini menjadikan masyarakat di desa mereka merubah kebiasaan mereka atas menjaga sanitasi dan kebersihan, selain itu Yura


(44)

mengatakan bahwa bila ada suatu rumah yang tidak terdapat stiker di pintu mereka maka rumah mereka termasuk kotor. (Plan International, 2015)

7. Child Protection

Anak – anak di Bangladesh, Nepal, dan India memungkikan akan terancamnya adanya perdagangan manusia, khususnya bagi mereka yang terpinggirkan, dan kelompok etnis yaitu Dalits atau yang tak terjamah. Disini PLAN bergerak untuk menyelamatkan mereka, melalui pembentukan suatu web

yang berbasis pada Missing Child Alert (MCA) untuk membantu dalam

melaporkan, menelusuri, menyelamatkan, dan mengembalikan mereka yang telah menjadi korban perdagangan manusia. Secara luas progam MCA termasuk untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bahaya perdagangan manusia, dan pembentukan serta pelatihan akan kelompok perlindungan terhadap anak. Selain itu untuk mendukung rehabilitasi dan reintegrasi dari korban perdagangan manusia melalui penyediaan sarana, konseling, dan pemberian kemampuan untuk kehidupan sehari – hari. Salah satu penuturan dari korban yang selamat yaitu Julekha Khtoon berterima kasih bahwa ia telah di selamatkan dari kasus perdagangan manusia, sekarang ini dia telah kembali ke Nepal dan diberi kemampuan dalam menjahit dan menjadikan ia mandiri secara finansial. (Plan International, 2015)


(45)

BAB III

KONDISI KEKURANGAN GIZI ATAU

MALNUTRITION

di

KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR

Luasnya bangsa Indonesia yang membentang dari sabang sampai merauke,

menyebabkan kendala dalam pemerataan dan pendistribusian di berbagai aspek.

Salah satunya, pemenuhan gizi dalam menciptakan ketahanan pangan merupakan

kendala yang di hadapi oleh pemerintah. . Terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pemenuhan gizi dalam suatu wilayah, baik berdasar letak

geografis, pendidikan, keadaan ekonomi, dan kebiasaan penduduk setempat.

Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan bagaimana kondisi wilayah Flores, dan

kondisi Sikka. Selain itu membahas mengenai isu isu Malnutrition di kabupaten

Sikka.

A. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak berada di timur Indonesia yang

terdiri dari gugusan pulau besar dan kecil. Total keseluruhan pulau yang terdapat

di NTT berjumlah 566 pulau, akan tetapi hanya 42 pulau yang dihuni dan sisanya

belum dihuni. Selain itu 246 pulau sudah memiliki nama dan sisanya 320 pulau

belum memiliki nama. Maka dengan kondisi fisik yang dimilikinya Nusa

Tenggara Timur luas perairan yang lebar kurang lebih 200.000 km2 dan luas


(46)

gugusan kepulauan menjadikan suatu tantantangan perihal aksestabilitas antar

pulau baik dalam hal pendistribusian pangan salah satunya.

1. Letak Astronomis dan Geografis

Nusa Tenggara Timur terdiri dari gugusan pulau terbesar yang dikenal

dengan “FLOBAMORA” yaitu Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, dan

Pulau Alor. Pulau terbesar adalah pulau Pulau Timor dengan luas 14.394,90 km2

atau 30,40 % dari total luas Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Pulau Flores

sebag ai pulau terbesar kedua dengan luas 14.231 km2 (Pemprov Nusa Tenggara

Timur, 2010) (Lampiran tabel 2). Berdasar letak astronomis Nusa Tenggara

Timur terletak pada 8o – 12o LS dan 118o – 125o BT. Secara Geografis letak Nusa

Tenggara Timur berbatasan dengan Laut Flores di bagian utara, di selatan

berbatasan dengan Samudra Hindia dan Australia, di baratnya berbatasan dengan

Selat Sape, dan di bagian timur berbatasan dengan Republik Demokratik Timor

Leste. (Pemprov Nusa Tenggara Timur, 2010)

2. Keadaan Iklim

Mengenai keadaan iklim Nusa Tenggara Timur memiliki 2 iklim yaitu

Musim Hujan dan Musim Kemarau. Musim Kemarau sebagai musim terpanjang

antara 8 – 9 bulan pada bulan Juni - September, dan Musim Hujan hanya terjadi

selama 3 – 4 bulan pada bulan Desember - Maret. Setiap tahun peralihan musim


(47)

bukan menjadi suatu hal yang langka di Nusa Tenggara Timur. (Pemprov Nusa

Tenggara Timur, 2010)

3. Topografi

Berdasarkan topografi Nusa Tenggara Timur di dominasi dengan struktur

berbukit dan bergunung di semua pulau. Dataran – dataran yang sempit

memanjang sepanjang pantai atau diapit oleh dataran tinggi. Dilihat dari

ketinggian lahan, 48,78 % dari luas wilayah NTT rentan pada ketinggian 100 –

500 meter diatas permukaan laut, dan diatas ketinggian 1000 meter hanya sebesar

3,65 % saja. Berdasarkan kondisi kemiringan lahan sebesar 15 – 40 % mencapai

38,07% dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% mencapai 35,46%. Dengan

kondisi demikian, menyebabkan pertanian pada dataran rendah sangat terbatas

baik pertanian lahan basah dan lahan keirng. Pertanian lahan kering banyak

diterapkan pada lahan dengan kemiringan yang curam sehingga produktivitas

menjadi rendah. (Pemprov Nusa Tenggara Timur, 2010)

4. Kemampuan Tanah

Stuktur tanah yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur berbeda – beda.

Pada Pulau Flores dan beberapa pulau disekitarnya terdiri dari tanah mediteran

dengan wilayah pegunungan kompleks, latosol dengan bentuk vulkan, andosol

dengan bentuk vulkan, dan aluvial dengan bentuk wilayah dataran. Walaupun


(48)

kompleks, mediteran dengan bentuk daratan, lotasol dalam bentuk wilayah

plato/volkan. Jenis tanah yang penyebarannya paling luas adalah tanah – tanah

komplek dengan bentuk wilayah pegunungan. Lalu Pulau Sumba, terdiri dari

tanah mediteran dengan bentuk pegunungan lipatan dan dataran, selain itu

terdapat volkan dan alosol yang dengan bentuk wilayah aluvial/volkan, dan jenis

glumosol dengan bentuk wilayah pelembaban. Jenis pegunungan lipatan adalah

yang paling luas penyebarannya di pulau sumba. Terakhir pulau Alor dan Pantar,

berjenis tanah mediteran kambisol dengan bentuk tanah vulakanis.

Keadaan tanah pada ekosistem lahan yang kering menyebabkan

terbatasnya usaha pertanian di wilayah Nusa Tenggara Timur. Hal tersebut

diindikasi oleh; (1) semua orde tanah mempunyai tingkat kelembaban yang

rendah; (2) reaksi tanah netral sampai alkalin, ketersediaan unsur hara mikro

rendah; (3) tingkat kesuburan tanah yang rendah; (4) dan topografi yang berbukit,

mengakibatkan tanah rentan terhadap erosi. (Pemprov Nusa Tenggara Timur,

2010)

5. Hidrologi

Keadaan Hidrologi di Nusa Tenggara Timur, khususnya pada air

permukaan sangat terbatas ketersediaannya. Hal tersebut sudah di jelaskan pada

bagian sebelumnya mengenai kondisi iklim karena musim kemarau yang cukup

panjang. Maka dengan begitu akses sumber mata air bagi penduduk untuk


(49)

Berdasar Daerah Aliran Sungai (DAS) hanya terdapat 27 dengan luas keseluruhan

1.527.900 Ha. (Pemprov Nusa Tenggara Timur, 2010)

Setelah melihat data dan penjelasan dalam pembahasan mengenai kondisi

fisik di Nusa Tenggara Timur. Kita dapat memahami bahwa kondisi struktur

tanah, kemiringan tanah, hidrologi, cuaca dan iklim menjadi kendala untuk

bercocok tanam. Sehingga tingkat kerentanan terhadap ketersediaan pangan

sangatlah tinggi.

B. Kondisi Ketahan Pangan di Nusa Tenggara Timur

Berdasarkan yang dijelaskan dalam Food and Agliculture Organizations

(FAO), pemahaman tentang ketahanan pangan terdiri dari 5 (lima) karakteristik

sebagai syarat dari ketahanan pangan masyarakat. Yaitu : (1) persoalan kapasitas,

tentang ketersediaan pangan yang cukup; (2) persoalan pemerataan, untuk seluruh

anggota keluarga; (3) persoalan kemandirian, (4) keandalan, di produksi dari

lahan pertanian sendiri; (5) persoalan keberlanjutan, kecukupan untuk musim

panen selanjutnya. Tetapi kelima karakteris tersebut di pengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu struktur tanah, alam, iklim, sumberdaya manusia, bibit, dan

intervensi (kebijakan atau program) dari luar yang mendukung terciptanya

ketahanan pangan masyarakat (Ofong, 2007)

Berdasar kutipan dari media elektronik pos kupang pada tanggal 22 Juli

2015 yang berjudul “Ketahanan Pangan NTT” . berdasar laporan mengai


(50)

provinsi dan kabupaten di NTT sejak tahun 60-an sampai 2000-an. Terdapat 3

(tigas) faktor yang menjadi penyebab kegagalan dalam bidang tersebut. Pertama,

sumber daya manusia petani yang memiliki pendidikan rendah yang disebabkan

karena putus sekolah, bahkan tidak berpendidikan. Kedua, teknologi yang

digunakan dalam bertani sangat out-of-date atau sederhana. Ketiga, curuh hujan

yang sangat pendek berkisar tiga sampai empat bulan, dan selebihnya adalah

kekeringan (Pos Kupang, 2015). Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan

bahwa kondisi serta struktur tanah NTT yang tidak memadai, curah hujan yang

minim, dan sanitasi irigasi pengarian yang terbatas juga menjadi alasan logis bila

ketahanan pangan sulit untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat NTT.

Walaupun begitu para petani di NTT tidak menyerah dengan kondisi yang

ada, terdapat beberapa strategi agar tersedianya pasokan pangan bagi mereka

melalui strategi adaptasi; upaya dalam menata dan menjaga ketahanan pangan

keluarga dalam jangka panjang dan mekanisme coping; untuk bertahanan

menghadapi kelaparan luar biasa dalam jangka pendek. Kedua strategi tersebut

masing – masing di bagi menjadi beberapa bagian. Pada strategi adaptasi terdapat

3 (tiga) hal agar terciptanya ketahanan pangan untuk jangka panjang yaitu ; (1)

direct entitlement atau produksi sendiri, dimana tanah dan keadaan alam menjadi

faktor penentu. Contohnya versifikasi tanaman dengan cara menanam lebih dari

satu jenis tanaman pangan, selain itu agar terhindar dari kegagalan panen maka

petani menanam satu jenis tanaman yang sama di lebih dari 2 (dua) kebun atau

lebih; (2) exchange entitlement atau pertukaran, adanya perubahan dari sistem


(51)

pertanian mereka dapat di jual untuk membeli pangan; (3) social entitlement atau

menfaatkan hubungan kekerabatan atau sosial. Untuk bertahan dari krisis pangan,

mereka menyimpan jagung sebagai alternatif pangan, selain itu dalam kehidupan

masyarakat NTT meminjam bahan pangan dari tentangga atau sanak saudara

sudah menjadi hal yang biasa. Apabila setelah upaya dan strategi telah dilakukan

tetapi krisis pangan yang tak kunjung selesai, terdapat salah satu upaya yang

dilakukan oleh masyarakat petani NTT melalui pemanfaatan hasil hutan.

Contohnya seperti putak di Timor, ondo di Flores, dan iwi di Sumba. Hal tersebut

menunjukkan bahwa walau sesulit apapun kondisi mereka. Mereka selalu

mempunyai strategi lain untuk mengatasi permasalahan krisis pangan yang

terjadi.

Tanaman jagung yang memiliki kandungan yang sama seperti beras

perkilogramnya, bahkan jagung memiliki kandungan protein yang lebih tinggi

sebanyak 82,8 gram daripada beras yang hanya 68 gram. Tidak seperti beras,

jagung dapat di konsumsi dalam berbagai macam, yaitu sebagai jagung basah

dengan kulit, jagung kering dengan kulit, dan jagung pipilan.

Dalam kehidupan masyarakat NTT, jagung menjadi pilihan utama atau

kedua sebagai sumber pangan mereka. Terutama masyarakat pedesaan dan

berpendapatan rendah menggunakan jagung sebagai kebutuhan utama pangan

mereka. Tetapi penggunaan beras masih di gunakan sebagai campuran dalam

memasak dari hasil pengolahan jagung. Contohnya pengolahan jagung menjadi;


(52)

C. Kondisi fisik Kabupaten Sikka, Flores, NTT

Kabupaten sikka masuk kedalam provinsi Nusa Tenggara Timur yang

dimana NTT berserta NTB dan Bali adalah Daerah Tingkat I. Sebelum nama

Sikka digunakan, wilayah sikka bernama Swapraja Sikka yang artinya provinsi

sunda kecil. Pada tanggal 1 Maret 1958 berdasarkan undang – undang nomor 69

tahun 1958 (lembaran negara RI tahun 1958 nomor 122), wilayah Swapraja

masuk kedalam pembentukan daerah tingkat II. Lalu nama Kabupaten Sikka

mulai di gunakan pada tahun 1967, dan dibagi menjadi 5 kecamatan berdasarkan

surat keputusan gubernur kepala daerah tingkat I. Hingga sekarang kabupaten

Sikka terdiri dari 21 kecamatan, 13 kelurahan, dan 147 desa yang beribu kota di

Maumere. Wilayah kabupaten Sikka berbatasan dengan Laut Flores di sebelah

utara, Laut Sawu di sebelah selatan, Kabupaten Ende di sebelah Barat, dan

Kabupaten Flores Timur di sebelah Timur. (Kementrian Dalam Negeri Republik

Indonesia, 2011) Sikka memiiliki aset potensial seperti dalam bidang aglikultur,

pertanian, dan perikanan yang mampu untuk di kembangkan oleh masyarakat.

Kemudian dari segi pelayanan kesehatan sudah terdapat 1 (satu) rumah sakit

negeri dan 2 (dua) rumah sakit swasta, dan juga adanya puskesmas, posyandu, dan

polindes mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. (Plan Indonesia, 2012)

Akan tetapi dengan aset dan adanya infrastuktur yang terus membaik, nyata angka

gizi bayi dan anak di sikka berbanding terbalik dengan temuan data yang ada.

Berdasarkan hasil laporan dari profil kesehatan kabupaten/kota di NTT

menunjukkan bahwa kabupaten sikka tercatat memiliki presentase tertinggi 7,8 %


(53)

karena Ibu dari BBBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu memiliki gizi

buruk, anemia, malaria, penyakit menular seksual sebelum konsepsi atau pada

saat hamil. Kemudian mengenai status gizi balita di kabupaten Sikka

menunjukkan persentase sebesar 9% pada riskesdas tahun 2007. Persentase

tersebut ditentukan berdasar pada Berat Badan beradasarkan Umur (BB/U) (Dinas

Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2011). Dalam hasil survey yang

dilakukan oleh PLAN Indonesia, permasalahan angka gizi bayi dan anak di sikka

disebabkan oleh faktor kurangnya edukasi orang tua dalam cara memberikan

makanan yang higenis dan bergizi kepada anak, dan kurangnya pemanfaatan

kekayaan aglikultur, pertanian, dan perikanan untuk memberikan gizi yang

seimbang untuk anak mereka (Plan Indonesia, 2012). Sehingga diperlukan untuk

menaikkan status gizi bayi dan anak karena hal tersebut menunjukkan tingkat


(54)

BAB IV

KASUS MALNUTRISI YANG TERJADI DI SIKKA SERTA

CARA ADVOKASI DAN IMPELEMENTASI OLEH PLAN

Meskipun telah berjalannya program pemerintah dalam mengurangi angka

kekurangan gizi di seluruh wilayah indonesia, tetapi masih mengalami kendala di

beberapa daerah. Salah satunya Nusa Tenggara Timur tercatat sebagai wilayah

yang memiliki angka bayi kurang gizi beradasar pada riskesdas tahun 2010.

PLAN Indonesia sebagai salah NGO Internasional yang ikut membantu program

pemerintah di wilayah Sikka sejak tahun 1999, dengan fokus utama mereka dalam

melindungi dan menjaga hak tiap anak sesuai dengan visi mereka. Terlebih sejak

tahun 2011 lalu, PLAN Internasional membentuk suatu kampanye global bernama

Because I am A Girl (BIAAG) yang dimana program peningkatan angka gizi bayi

dan anak merupakan salah satu upaya yang selaras dengan tujuan kampanye

BIAAG. Salah satu motto PLAN Indonesia di wilayah Nusa Tenggara Timur dan

Nusa Tenggara Barat adalah “Children are at the heart of everything we do and

PLAN is a global community united around the rights of children” sehingga

motto tersebut di salurkan dengan mengurangi angka kekurangan gizi yang terjadi


(55)

A. Hasil temuan malnutrisi di Sikka oleh PLAN

Sebelum menentukan cara yang tepat, PLAN mengawalinya dengan

mencari data dan informasi secara efektif dan efisien terkait kondisi bayi dan anak

yang mengalami kekurangan gizi di kabupaten Sikka sejak Mei 2012 melalui

baseline survey mereka. Ditemukan bahwa faktor yang menyebabkan malnutrisi

terjadi dikarenakan oleh cara orang tua dalam memberikan asupan gizi anak

mereka. Mereka beralasan karena beban jam kerja yang berlebihan menjadikan

mereka lebih memilih untuk menitipkan anak mereka kepada saudara yang berada

di rumah daripada mengasuh anak. Hal tersebut berdasarkan penuturan salah satu

ibu ; “ketika ibu sedang menyusui anaknya, mereka biasanya tidak akan pergi ke

ladang. karena para ibu percaya bahwa ASI mereka tidak boleh berlama – lama terkena sinar matahari. Tetapi ketika anak mereka berhenti menyusui, para ibu akan membawa anak mereka atau menitipkannya kepada saudara atau anak mereka yang paling tua”.

Kemudian tentang ketersediaan sumber makanan di wilayah Sikka, PLAN

menemukan bahwa masyarakat tidak mempunyai sumber makanan yang

mencukupi, khususnya ketika mengalami kegagalan panen. Pahadal dari observasi

yang di temukan, masyarakat memiliki potensi sumber makanan untuk memenuhi

gizi anak mereka tetapi tidak memanfaatkannya. Selain itu cara pengolahan menu

yang tidak eksklusif menjadi salah satu penyebabnya. Seperti contohnya ibu

memasak menu kepiting masak untuk anggota keluarga, tanpa adanya menu

tersendiri bagi bayi atau anak mereka yang semestinya berbeda seusai kebutuhan


(56)

Maka tidak heran bahwa kondisi bayi dan anak mengalami penurunan

berat badan dan pelemahan sistem immune mereka. Dari penuturan salah satu

kader posyandu sikka; “biasanya, anak menderia diare, malaria dan influenza,

khususnya saat musim hujan tiba”.

Meskipun terdapat kendala mengenai pemberian makanan pendamping

ASI, para ibu menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) kepada anak mereka.

Akan tetapi para ibu tidak mengerti mengenai manfaat atau pentingnya ASI bagi

anak, melainkan praktek IMD di lakukan karena kebiasaan dari nenek moyang

yang telah turun – temurun di lakukan. (Plan Indonesia, 2012).

Selain faktor tersebut, faktor letak di beberapa desa yang susah di jangkau

menyulitkan arus transportasi masyarakat. Faktor kemiskinan juga menjadikan

satu penyebab dari adanya malnutrisi yang menimpa bayi dan anak. Dari beberapa

temuan yang dilakukan oleh PLAN, kemudian ditujukan kepada pemerintah

setempat bahwa harus adanya perubahan kondisi manutrisi yang terjadi di Sikka.

B. Kerjasama PLAN dengan Pemerintah dalam Peningkatan Angka Gizi

Bayi dan Anak di Sikka

1. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

Nama kegiatan yang digunakan oleh PLAN adalah Pemberian Makan Bayi

dan Anak atau di singkat dengan PMBA. kegiatan ini bertujuan untuk

meningkatkan angka gizi bayi dan anak 5 (lima) tahun ke bawah, khususnya bagi


(57)

Kemudian setelah adanya temuan yang di dapat, pengimplementasian

kegiatan PLAN mulai berjalan tahun 2013 sampai Juni 2016. PLAN Indonesia

bekerja sama dengan posyandu, puskesmas, dan Dinas kesehatan Kabupaten

terkait, dan juga dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana (BPPKB) dari departemen non-pemerintah BKKN atau Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Progam ini mengadopsi dari proyek

yang digunakan oleh United Nations Children’s Fund (UNICEF), kemudian

bekerjasama dengan Kemenkes Republik Indonesia dan PLAN bertugas untuk

membantu peran pemerintah dalam pemberantasan angka gizi buruk bayi dan

anak. Dana operasional yang di gunakan oleh PLAN Indonesia dalam melakukan

kegiatan ini berasal dari pengumpulan dana bantuan masyarakat Amerika Serikat

oleh United States National Office (USNO) yang di berikan kepada PLAN

Internasional US melalui kampanye Because I am a Girl (BIAAG) yang

dilaksanakan sejak tahun 2012 lalu. Berdasar pada hasil survey maka sasaran

pendekatan yang digunakan oleh PLAN yaitu ditujukan pada; (1) pendekatan

berdasar pada kondisi geologis wilayah Sikka; (2) Capacity Building bagi kader

posyandu; (3) edukasi tentang tata cara menyusui yang bagi; (4) Sosialisasi

kesehatan bagi semua anggota keluarga; (5) Edukasi cara pemberian makan

berkala dan bergizi seimbang; (6) Memanfaatkan makanan lokal; (7) mengindari

pemberian bantuan dalam bentuk materil agar masyarakat mandiri. Untuk wilayah

kegiatan kerja PLAN di sikka terdapat 15 desa dari 3 kecamatan (Lampiran

Tabel 3). Hal tersebut dianggap sangat efektif oleh PLAN untuk meningkatkan


(58)

Tujuan khusus dari kegiatan PMBA yaitu ; (1) meningkatkan praktek pemberian

makan bayi dan anak; (2) menciptakan lingkungan yang kondusif dan mendukung

praktek PMBA di tingkat masyarakat dan fasilitas kesehatan di wilayah proyek;

(3) memperkuat komitmen pemerintah lokal untuk menghasilkan 3 (tiga)

outcome; (a) meningkatkan kemampuan 100 pasangan muda di bawah 25 tahun

dan 100 remaja putus sekolah di bawah usia 19 tahun tentang kesehatan pribadi,

financial status, komunikasi dan menentukan tujuan hidup, (b) meningkatkan

akses 100 pasangan muda dan 100 remaja putus sekolah terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas dan ramah anak/remaja (perempuan), (c)

meningkatkan komitmen pemerintah lokal untuk mendukung pelayanan yang

ramah anak dan remaja (Plan Indonesia, 2016).

Dalam meningkatkan strategi advokasi yang komprehensif, PLAN

mengajak para stakeholder seperti pemerintah kabupaten sikka, dinas kesehatan

dari tingkat kabupaten sampai desa di sikka, Pokjanal (Kelompok Kerja

Operasional) Posyandu dari tingkat desa sampai kabupaten untuk terlibat dalam

keberhasilan kegiatan PMBA dan kesehatan remaja. Selain itu, beberapa

organisasi profesi seperti Persagi dan IBI juga terlibat dalam kegiatan ini.

Pertama – tama kegiatan ini dimulai dengan pemantauan bersama kader

posyandu saat hari posyandu yang berlangsung selama sebulan sekali. Kegiatan

tersebut menghasilkan bukti bahwa memang terdapat bayi dan anak yang

memiliki berat badan dan tinggi badan yang tidak sesuai atau Berat Badan di

bawah Garis Merah (BGM) yang sesuai dengan hasil survey PLAN, sehingga


(59)

Para motivator PMBA terdiri dari unsur kader posyandu, ibu – ibu hamil

dan menyusui, masyarakat yang bersedia serta para remaja. Mengapa remaja ?

karena mereka memiliki hak untuk mendapat edukasi mengenai pemenuhan gizi

terhadap balita dan anak, dan nantinya mereka akan menjadi calon ibu di masa

yang akan datang. Remaja sebagai salah satu sasaran dalam kegiatan kesehatan

reproduksi dan seksual yang dimiliki oleh PLAN. Tugas Motivator PMBA adalah

sebagai supporter bagi para ibu hamil dan menyusui dan keluar agar mampu

meningkatkan keperdulian mereka terhadap pemenuhan gizi bayi dan anak

mereka. Tetapi sebelumnya para Motivator PMBA di berikan pelatihan oleh

Mentor PMBA yang terdiri dari Tenaga Kesehatan dan anggota PKK agar

nantinya mampu memberikan penyuluhan pada pertemuan Kelompok Pendukung

Ibu (KPI), melalukan home visit untuk memastikan pemberian ASI dan makanan

pendamping ASI, melakukan pengenalan edukasi dan konseling tentang ASI dan

pemberian makan kepada anak usia 6 – 23 bulan kepada ibu hamil dan ibu baduta

(Plan Indonesia, 2016). Kemudian untuk mengevaluasi kegiatan PMBA, setiap 3

(tiga) bulan sekali diadakan diskusi rutin yang di hadiri oleh Motivator PMBA,

Pembina PMBA, dan dinas tertait yang di dampingi oleh PLAN Indonesia. Diluar

diskusi rutin, PLAN melakukan diskusi secara informal setiap sebulan sekali

untuk memantau proses ataupun kendala yang di hadapi dalam upaya

meningkatkan angka gizi bayi dan anak (Zaini, 2016).

PMBA sebagai bagian dari kampanye BIAAG, PLAN indonesia memilih

Girl Ambassador di wilayah sikka untuk memperoleh masukan dan pendapat


(1)

PLAN International. (n.d.). Structure. Retrieved April 26, 2016, from PLAN International: https://PLAN-international.org/organisation/structure

PLAN International. (2014). Our History. Retrieved April 26, 2016, from PLAN International: https://PLAN-international.org/organisation/history

PLAN International. (2016). Our Structure. Retrieved April 30, 2016, from PLAN International: https://PLAN-international.org/organisation/structure

PLAN International. (2015). How We Raise Funds. Retrieved Mei 4, 2016, from PLAN International: https://PLAN-international.org/finance/how-we-raise-funds

PLAN International. (2015). Child Sponsorship. Retrieved Mei 4, 2016, from PLAN International: https://PLAN-international.org/child-sponsorship PLAN International. (2015). Our Grant Partners. Retrieved Mei 4, 2016, from

PLAN International: https://PLAN-international.org/finance/our-grant-partners

PLAN International. (2015). Global Corporate Partnerships. Retrieved Mei 4, 2016, from PLAN International: https://PLAN-international.org/global-corporate-partnerships

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. (2011). Kabupaten Sikka. Retrieved Agustus 28, 2016, from Kementrian Dalam Negeri Republik

Indonesia:


(2)

2016, from Duta News: http://www.duta-news.com/2016/06/17/plan- international-sikka-minta-pemerintah-lanjutkan-aski-pemberian-makan-ibu-dan-bayi/


(3)

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Sumber: Pemetaan Ketahanan Pangan di Indonesia : Pendekatan TFP dan Indeks Ketahanan Pangan oleh Nurhemi, Shinta R.I Soekro, dan Guruh Suryani R, hal 61 s.d 62, 2014

Peringkat

Indeks Total Availability Affordability Quality and Safety

1 Jatim Jatim Jabar DKI 2 Jateng

Jateng DKI

Kepri

3 Jabar Jabar Kaltim Bali 4 DKI Sulsel Jatim

DIY 5 Sulsel Sumut Jateng Kaltim

6 Sumut

Lampung Bali Sulteng 7 Kaltim

Sumsel Kepri Kalteng 8 Bali Papua Banten Babel

9 Sumsel Sumbar Babel Sultra 10 Sultra Malut Sulsel Riau 11 Kalteng Maluku Kalteng Sulut 12 Kepri Sulteng Sumut Sulbar


(4)

15 Sumbar Gorontalo Sumsel Sumut 16 DIY Jambi Sumbar

Kalsel

17 Sulteng Sultra Kalsel

Jambi 18 Kalsel NTT Bengkulu Sulsel

19 Banten Sulbar Riau Gorontalo

20 Malut Bengkulu Kalbar Kalbar 21 Lampung DIY Malut NTT 22 Kalbar Kalsel Sulut Papua Barat 23 Jambi Kalteng Aceh Sumbar 24 Bengkulu NTB Jambi Malut 25 Aceh DKI DIY Bengkulu 26 Gorontalo Bali Gorontalo Aceh 27 Sulut Sulut NTT Jateng 28 Riau Babel Lampung Maluku 29 NTT

Papua Barat Sulteng Lampung 30 Maluku Kaltim NTB Jabar 31 Papua Banten Papua Jatim

32 NTB


(5)

33 Papua Barat Riau Papua Barat Papua

Lampiran 2

No. Pulau Luas Daerah (Km2) Persentase (%)

01. Sumba 11.040,00 23,30

02. Sabu 421,70 0,90

03. Rote 1.214,30 2,60

04. Semau 261,00 0,60

05. Timor*) 14.394,90 30,40

06. Alor 2.073,40 3,40

07. Pantar 711,80 1,50

08. Lomblen 1.266,00 2,70

09. Adonara 518.80 1,10

10. Solor 226,20 0,50

11. Flores 14.231,00 30,00

12. Rinca 212,50 0,40

13. Komodo 332,40 0,70

14. Lain – lainnya 445,90 0,90

NTT 47.349,90 100,00


(6)

Lampiran 3

Sumber : Project Design Document : Community Action to Improve Maternal and Child Nutrition (CAIMCN) in Dompu-NTB and Sikka-NTT oleh PLAN International Indonesia 2014

Provinsi Kabupaten Kecamatan No Desa Anak di bawah 5 tahun

NTT Sikka

Magepanda

1 Done 157 2 Kolisia 269 3 Kolisia B 113 4 Magepanda 343 5 Reroroja 318

Mego

6 Gera 159 7 Liakutu 115 8 Parabubu 96 9 Wolodhesa 110

Tanawawo

10 Bu Selatan 121 11 Bu Utara 125 12 Detubinga 106 13 Loke 62 14 Poma 113 15 Tuwa 110