Peranan Perempuan Dalam Pengelolaan Tembawang Di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

PERANAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN
TEMBAWANG DI DESA SUNGAI MAWANG, KECAMATAN
PURING KENCANA, KABUPATEN KAPUAS HULU,
KALIMANTAN BARAT

YASRI SYARIFATUL AINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peranan Perempuan
dalam Pengelolaan Tembawang di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring
Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Yasri Syarifatul Aini
NIM E351130201

RINGKASAN
YASRI SYARIFATUL AINI. Peranan Perempuan dalam Pengelolaan Tembawang
di Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat. Dibimbing oleh NYOTO SANTOSO dan RINEKSO
SOEKMADI.
Kalimantan Barat merupakan tempat tinggal masyarakat etnis Dayak Iban.
Suku Dayak Iban memiliki hutan yang dikelola dan diatur berdasarkan hukum adat
yaitu tembawang. Pemanfaatan sumberdaya dari tembawang adalah berburu
satwaliar dan madu; tumbuhan sebagai bahan pangan, bahan bangunan, obat-obatan
tradisional, kerajinan, dan upacara adat. Tembawang diwariskan oleh nenek
moyang secara turun temurun sebagai milik adat atau keluarga seketurunan.

Tembawang dikelola berdasarkan hukum adat dengan akses tidak terbatas bagi
masyarakat adat, sedangkan masyarakat luar memerlukan izin petinggi adat.
Tembawang memiliki fungsi dan nilai yang sangat penting untuk masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi, pemenuhan aktivitas budaya dan sebagai kawasan
konservasi. Pengelolaan dan pemanfaatan tembawang tidak lepas dari peranan
perempuan dalam penanaman, pemanenan, pemanfaatan dan pengolahan hasil
sesuai dengan kearifan tradisional. Tujuan penelitian adalah menerangkan tata nilai;
kondisi sosial ekonomi dan budaya; peran dan harapan perempuan, dan
merumuskan strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan
tembawang.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Mei 2015 di Desa Sungai Mawang,
Puring Kencana, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Data sekunder didapatkan dari
penelaahan pustaka, dokumen dan laporan terkait penelian. Data primer diambil
berdasarkan penyebaran kuisioner kepada 45 orang perempuan (remaja, dewasa
dan tua), dianalisis secara deskriptif kualitatif yang disajikan dalam bentuk
persentase. Hasil wawancara mendalam dan observasi lapang kepada Pemerintah
Daerah (BAPPEDA serta Dinas-dinas terkait), perangkat desa, petinggi adat, dan
perempuan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan SWOT.
Perempuan Iban memiliki peran penting dalam pengelolaan tembawang
khususnya perempuan usia > 50 tahun yaitu memanen buah-buahan pada saat

musim berbuah, mengolah hasil, serta sesekali menjual hasilnya. Perempuan Iban
merupakan pekerja keras, 37,50% - 41,67% waktunya dalam sehari digunakan
untuk melakukan kegiatan produktif/bekerja dan akan bertambah apabila panen
tembawang. Alokasi waktu perempuan dalam mengelola tembawang berkurang
akibat bekerja di kebun sawit untuk memenuhi kesejahteraan keluarga. Pengelolaan
yang kurang intensif menyebabkan produktivitas menurun, kurangnya daya jual
hasil, kurangnya kreativitas dan sulitnya mencari pasar menyebabkan
ketergantungan terhadap hasil tembawang menurun. Harapan perempuan
tembawang dapat dikelola secara intensif sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan
secara lestari untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Peran masyarakat adat Suku Dayak Iban mengelola tembawang dalam
kondisi baik namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan
akan mengalami kesulitan bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Strategi
yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari atau
meminimalkan ancaman yaitu penataan batas dan pembuatan PAL batas permanen;

pendataan dan pengkayaan sumber plasma nutfah dengan jenis unggul lokal,
pengembangan budaya Suku Dayak Iban sebagai salah satu atraksi wisata,
kejelasan dari Pemerintah Daerah mengenai penetapan tembawang sebagai
kawasan strategis daerah untuk meningkatkan fungsi lindung dan konservasi

tembawang, penguatan kerjasama dengan perusahaan sawit melalui penetapan
tembawang sebagai kawasan NKT dan pencegahan kebakaran.
Kata kunci: eksistensi, tembawang, SWOT, peranan perempuan, Suku Dayak Iban

SUMMARY
YASRI SYARIFATUL AINI. Women Role in Tembawang Management at
Mawang Village, Puring Kencana Sub-district, Kapuas Hulu District, West
Kalimantan. Supervised by NYOTO SANTOSO and RINEKSO SOEKMADI.
West Kalimantan is home of Dayak Iban ethnic community. The community
had the forest which managed and utilized based on customary law is tembawang.
Utilization of tembawang resources is wildlife and honey hunted, plants as food,
building materials, traditional medicines, handicrafts and Iban ceremony.
Tembawang inherited by ancestors from generation to generation owned by
customary or family collateral. Management of tembawang based on customary law
with unrequired access for indigenous people, while the outside require permission
to customary officials. Tembawang has a function and very important value for
community in fulfillment of the economy needs, in activity culture, and as a
conservation area. Management and utilization of tembawang can not be separated
from the women roles according to traditional wisdom. Research purposes is clarify
of value; social, economic and culture condition; woman role and expectation; and

formulate to increase the role of woman strategy in tembawang management.
The research was conducted in March - May 2015 at the village of Sungai
Mawang, Puring Kencana, Kapuas Hulu, West Kalimantan. Secondary data
obatained from the review of literature, document and report of related research.
Primary data retrieved by distributing questionnaires to 45 women (teens, adults
and older) with descriptive qualitative analyzed, presented in the form of
precentage. The results of in-depth interviews and field observation to local
governments (BAPPPEDA and relevant agencies), village officials, customary
officials, and women with descriptively qualitative and SWOT analyzed.
Woman play an important role in managemet of tembawang especially midle
age woman (>50th) to harvest fruit during the main harvest, process the results, and
sometimes sell the fruits. Iban womans are hard worker, 37,50% - 41,67% from
they time used to do productive activity and increase during the main harvest. Time
allocation of women in managing tembawang reduced due to working in palm
plantation to fulfill of the economic needs. Less intensive management lead to
productivity decreases, the lack of marketability results, lack of creativity and the
difficulty of finding market led to dependence on the results of tembawang decline.
Women's expectations that tembawang can be managed intensively so the result can
be sustainable utilization to fulfillment of variety needs and community welfare.
The role of indigenous Dayak Iban to manage tembawang in good condition

but faces a number of tough challenges that are expected to experience difficulties
when just resting on the previous strategy. The strategy carried out using force to
avoid or minimize the threat that is mapping and making the permanent boundary;
data collection and enrichment plant species of local superior, cultural development
Dayak Iban ethnic as one of the tourist attraction; clarity of local government about
determination of tembawang as strategic area for increased the function of protected
area and conservation area; and strengthening cooperation with the palm company
through the determination of tembawang as high conservation value area and fire
prevention.
Keyword: Dayak Iban ethnic, existence, SWOT, tembawang, woman’s role

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PERANAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN
TEMBAWANG DI DESA SUNGAI MAWANG, KECAMATAN
PURING KENCANA, KABUPATEN KAPUAS HULU,
KALIMANTAN BARAT

YASRI SYARIFATUL AINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si.


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah
perempuan, dengan judul Peranan Perempuan dalam Pengelolaan Tembawang di
Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS. dan
Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F Trop. selaku pembimbing, Bapak Dr. Ir.
Tutut Sunarminto, M.Si. selaku penguji serta Bapak Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo,
M.Sc.F Trop. selaku ketua siding yang telah banyak memberi saran. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada masyarakat adat Suku Dayak Iban di
Desa Sungai Mawang, perwakilan dari BAPPEDA dan Dinas-dinas di Kabupaten
Kapuas Hulu, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Drs. Suryana, M.SI. (ayah), Keuis Susilawati, S.Pd.
(ibu), Samrotul Fuadah, S.Sy., Nida Humaida Zahra dan Fadlah Muhammad Insan
(adik), seluruh keluarga, Pak Pajar dan Bu Neng Putussibau, KVT 2013, KSHE 45,
sahabat MM atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Januari 2017
Yasri Syarifatul Aini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Alur Pikir Penelitian

4

2 METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian


6
6

Alat dan Obyek Penelitian

6

Jenis Data

6

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

7

Analisis Data

11

Batasan Oprasional/teknis

14

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa

17
17

Suku Dayak Iban

22

Tembawang

42

Peran Beberapa Pihak yang Mempengaruhi Eksistensi Tembawang

60

Strategi Keberlanjutan Tembawang

64

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

70
70
70
71
89

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Pembagian perempuan Suku Dayak Iban berdasarkan strata umur
(Nasution 2007)
Jenis data, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data
Alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT
Penduduk Desa Sungai Mawang
Data penduduk perempuan Desa Sungai Mawang
Pendidikan terakhir masyarakat Desa Sungai Mawang
Pekerjaan masyarakat Desa Sungai Mawang
Penghasilan perorangan atau keluarga rata-rata per bulan atau per tahun
Gambaran umum Desa Sungai Mawang dalam berbagai unsur
Tradisi/budaya Suku Dayak Iban
Pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki di rumah
Pembagian tugas dalam pengelolaan ladang dan kebun
Efektivitas kegiatan harian perempuan sebagai pekerja sawit
Efektivitas kegiatan harian perempuan sebagai pengelola ladang
Efektivitas kegiatan harian perempuan yang bekerja di sawit serta
mengelola ladang dan kebun
Total alokasi waktu perempuan per kegiatan dalam satu hari penuh
Pengaruh tradisi rotan, karet dan lada, serta kelapa sawit tehadap kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya Suku Dayak Iban
Tembawang Desa Sungai Mawang (nama, luas dan sejarah)
Hukum adat yang menyangkut tembawang
Intensitas aktivitas sosial budaya yang berkaitan dengan tembawang
Sumberdaya tembawang yang memiliki potensi ekonomi
Nilai ekologi tembawang
Responden perempuan untuk mengetahui peran dalam pengelolaan
tembawang
Hasil kuisioner peran perempuan dalam pengelolaan tembawang
Kebutuhan hidup yang dipenuhi dari tembawang, ladang, kebun dan
tempat lainnya selama satu tahun tanpa perlu membeli
Program kerja yang sudah pernah dilaksanakan Dinas-dinas Kabupaten
Kapuas Hulu di Desa Sungai Mawang
Program kerja yang akan dilaksanakan Dinas-dinas Kabupaten Kapuas
Hulu di Desa Sungai Mawang
Program kerja yang sedang dilaksanakan Dinas-dinas Kabupaten Kapuas
Hulu di Desa Sungai Mawang
Penilaian Analisis SWOT: Faktor Internal (Kekuatan – Kelemahan)
Penilaian Analisis SWOT: Faktor Eksternal (Peluang – Ancaman)
Alternatif strategi dalam pengelolaan tembawang berkelanjutan

8
9
14
17
17
18
18
19
20
27
29
30
31
32
32
34
37
42
48
50
50
52
54
55
59
61
62
63
64
65
67

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13

14
15
16
17

18

19
20
21
22

Alur pikir penelitian
Peta lokasi Suku Dayak Iban Desa Sungai Mawang (BAPPEDA
Kabupaten Kapuas Hulu 2015)
Komponen dalam analisis data
Matriks SWOT
Kerangka pikir analisis SWOT
Struktur Organisasi Desa Sungai Mawang
Tradisi dalam pemanfaatan sumberdaya alam: (a) pemanenan lada di
ladang, (b) hasil tangkapan ikan di sungai, (c) tembawang
Bagian dari rumah panjang
Rumah Panjang (a) Dusun Sungai Mawang, (b) Dusun Sungai Biruk, (c)
Dusun Melancau
Tradisi dalam upacara adat dan keagamaan: (a) Bedara’ dan sesajian, (b)
Ngajat dalam acara penyambutan tamu, (c) perayaan Paskah
Anyaman yang dibuat perempuan: (a) tikar terbuat dari bemban, (b)
ligit/tas besar terbuat dari bemban, (c) capan terbuat dari senggang
Hasil tenunan perempuan Suku Dayak Iban Desa Sungai Mawang (a)
bahan tenun dari benang dan rotan sintetis, (b) pembuatan tenun, (c) baju
adat dengan menggunakan kain tenun
Anyaman yang dibuat perempuan: (a) krising/tas kecil terbuat dari
empunu, (b) tebakang terbuat dari gernih/bemban dan lanje terbuat dari
rotan/ui, (c) topi caping/tudung dan hiasan dinding yang terbuat dari buluh
bambu, senggang, atau ririk
Hierarki adat Suku Dayak Iban dan peranannya
Roadmap Suku Dayak Iban
Asal mula pembentukan tembawang
Lokasi penyebaran tembawang di Desa Sungai Mawang: (a) tembawang
sekitar Dusun Sungai Mawang dan Sungai Biruk, (b) tembawang sekitar
Dusun Melancau (Pradityo Pres Comm 2015)
Kondisi tembawang Desa Sungai Mawang (a) lokasi tembawang yang
berbatasan dengan kebun sawit, (b) pentik sebagai pengusir roh jahat dan
menghindari dari musibah, (c) kuburan dan tembikar masyarakat
Durian di tembawang: (a) durian isu (Durio kutejensis), (b) durian rean
laki (Durio graviolens), dan (c) durian (Durio zibethinus)
Cara pemanfaatan tumbuhan pangan yang dihasilkan dari tembawang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu (BAPPEDA
Kabupaten Kapuas Hulu 2016)
Matriks SWOT

5
6
11
13
14
21
25
26
27
28
33

33

33
35
41
42

44

44
46
48
61
66

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Panduan wawancara
Kuisioner
Pemanfaatan Tubuhan yang Berasal dari Tembawang
Data Perempuan di Desa Sungai Mawang yang Diwawancarai

76
80
82
87

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kalimantan merupakan tempat tinggal bagi masyarakat etnis Dayak. Dayak
merupakan istilah awal yang diciptakan oleh orang Eropa mengacu pada penduduk
Kalimantan non-Melayu yang terdiri dari lebih 50 kelompok etnis dengan bahasa
yang berbeda (Ariani et al. 2008). Dayak memiliki keragaman suku yang satu
dengan yang lainnya berbeda dari sudut bahasa, budaya (kesenian dan upacara),
material (sumpit, mandau, tembikar), arsi tektur rumah dan lain-lain. Ciri-ciri
penting dari suku Dayak adalah bertempat tinggal di pedalaman, di tepi dan lembah
sungai, sistem pertanian ladang berpindah (gulir balik), mempraktekan mengayau
di masa lalu dan meyakini agama yang dinamakan kaharingan serta sebagian
mempunyai rumah panjang yang disebut lamin atau betang (Singarimbun 1996).
Salah satu masyarakat adat Dayak di Kalimantan tepatnya di Kalimantan Barat
adalah Suku Dayak Iban. Suku Dayak Iban merupakan suku asli Serawak yang
terpisah menjadi orang Serawak dan Kalimantan Barat Indonesia akibat perebutan
wilayah perbatasan (Ariani et al. 2008). Suku Dayak Iban tersebar di lima
kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan dengan Serawak Malaysia
salah satunya adalah Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana.
Suku Dayak Iban memiliki hutan yang dikelola dan diatur berdasarkan hukum
adat yaitu tembawang. Pengelolaan tembawang dilakukan sesuai dengan kearifan
tradisional yang dimilikinya. Masyarakat Suku Dayak Iban memelihara dan
menjaga kawasan, melakukan pemungutan dan pemanfaatan hasil tembawang.
Tembawang dikenal sebagai bentuk kebun hutan yang berasal dari sistem
perladangan berpindah, sehingga merupakan suatu bagian dari tradisi, kebudayaan
dan kebiasaan masyarakat. Sistem tembawang merupakan perpaduan tengkawang
dan pohon buah/kayu (Harum 2012) baik yang berasal dari bekas kampung yang
telah ditinggalkan maupun lokasi ladang atau kebun yang sengaja ditanam pohon
buah-buahan (Sardana et al. 2011). Tembawang merupakan ekosistem yang mirip
dengan hutan, memiliki stratifikasi lengkap, sistem permudaan dengan regenerasi
alami dan keanekaragaman hayati yang melimpah. Kepemilikan tembawang
berdasarkan sistem pewarisan dimana semua anak/keturunannya dapat
memanfaatkan ladang tersebut tanpa dibagi-bagi apabila pemiliknya meninggal.
Sehingga semakin tua tembawang, maka semakin banyak yang memiliki dan
memanfaatkan.
Tembawang dikelola dan dimanfaatkan masyarakat berdasarkan persetujuan
dari pemimpin adat. Tembawang dimanfaatkan sebagai tempat berburu, sumber
buah-buahan, bahan bangunan, obat tradisional, bahan kerajinan, pengasil madu
dan lain sebagainya. Masyarakat Suku Dayak Iban mempercayai bahwa tembawang
merupakan tempat tinggal arwah nenek moyang, sehingga ada kearifan tradisional
yang tidak menghendaki adanya penanaman dan penebangan pohon terutama
tumbuhan berbuah secara sembarangan serta alihfungsi lahan. Pemanfaatan nonkayu tidak terbatas sedangkan pemanfaatan kayu dilakukan secara terbatas serta
memerlukan izin masyarakat serta petinggi adat. Kepemilikan pohon tertentu dapat
diklaim pemilik pertama dan diwariskan pada generasi selanjutnya, namun dapat
tetap dimanfaatkan oleh semua orang. Warisan budaya dan kearifan tradisional

2

tersebut membantu dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang berkelanjutan
karena memperhatikan masalah lingkungan dan ekologi (Mulyoutami 2010).
Perusakan dan alihfungsi terhadap tembawang dikenai sanksi adat.
Perempuan suku Dayak Iban memiliki peranan tersendiri di dalam hukum
adat, upacara adat, pengelolaan tembawang, tradisi gotong royong dalam bercocok
tanam, berburu dan lain sebagainya akan baik kehidupan sosial maupun pribadi
(Ratnaningsih et al. 2010). Perempuan sangat dihargai dan dilindungi dalam segala
aktivitas adat, sosial maupun pribadi yang diatur dalam hukum adat. Perempuan
ikut terlibat dalam diskusi dan pembahasan masalah di rumah panjang serta
kegiatan-kegiatan penting di rumah panjang dan desa. Dalam komunitas adat,
perempuan mendapatkan pembagian peran penting dalam pelaksanaan
tradisi/budaya. Menurut Wadley (2000), perempuan Iban memiliki peranan yang
dominan dalam pengelolaan sumberdaya alam selama laki-laki berkerja di
Serawak. Perempuan berperan dalam penanaman, perawatan, pemanenan,
pemanfaatan dan pengolahan sumber daya alam baik itu ladang, kebun maupun
tembawang berdasarkan kearifan tradisional. Hasilnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga seperti pangan, obat-obatan, upacara adat dan lain sebagainya.
Perempuan dibolehkan untuk tetap menempuh pendidikan formal, bebas
berpendapat, bekerja, melakukan kegiatan yang disukainya.
Terdapat berbagai permasalahan yang mengancam keberlanjutan tembawang.
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2014 – 2034 belum menjelaskan secara rinci
mengenai tembawang serta pelaksaanaan di lapangan belum optimal. Hasil
tembawang belum dapat dijadikan mata pencaharian tetap masyarakat, hanya
sebagai penghasilan tambahan. Kepemilikan bersama tembawang, pengelolan yang
tidak intensif menyebabkan kurangnya kesadaran untuk memelihara. Selain itu,
masuknya industri sawit, pengenalan budaya baru diluar Dayak Iban serta
perkembangan teknologi mempengaruhi nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat. Budaya baru tersebut belum dapat diadaptasi dengan baik, tapi mulai
mempengaruhi nilai dan tradisi Suku Dayak Iban termasuk perempuan sehingga
sedikit demi sedikit mulai berubah mengikuti arus perkembangan zaman (Sandin
1990 dalam Masrina 2012). Perubahan tersebut juga berdampak pada peran
perempuan dalam rumah tangga dimana memiliki tanggung jawab semakin berat
dalam hal mendidik anak dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian untuk menjelaskan perubahan tata nilai, peranan dan
harapan perempuan serta rekomendasi dalam pengelolaan tembawang
berkelanjutan.
Perumusan Masalah
Saat ini, terdapat berbagai permasalahan yang mengancam keberlanjutan
tembawang. Pengaruh dari luar berupa progam pembangunan daerah secara besarbesaran pada skala Provinsi dan Kabupaten. Salah satu program pembangunan
daerah yang berpengaruh nyata terhadap keberlanjutan Suku Dayak Iban Desa
Sungai Mawang adalah Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 1 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kapuas Hulu Tahun 2014 – 2034. Pada paragraf 6 Pasal 26
dijelaskan bahwa kawasan lindung lainnya di daerah adalah tembawang serta
kuburan tua (pendam) masyarakat Dayak akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan

3

Bupati. Sampai saat ini, Peraturan Bupati tersebut belum direalisasikan dalam
peraturan tertulis. Selain itu tidak dijelaskan secara rinci mengenai luas dan seluruh
aspek yang berkaitan dengan tembawang. Dapat dikatakan bahwa dukungan
pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan, peraturan daerah dan lain
sebagainya sudah ada, namun dalam pelaksanaannya belum optimal.
Perilaku sosial yang dianggap berubah adalah sifat konsumerisme yang
umum ditemui ditengah komunitas adat yang berada di dalam dan di sekitar
kawasan perusahaan baik tambang, hutan, maupun perkebunan (Disbudpar Kalbar
2011). Pada mulanya masyarakat dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya baik
pangan, sandang, papan, dan obat-obatan hanya mengandalkan pada alam yaitu
hasil tembawang dan ladang. Kultur masyarakat pada saat itu adalah berburu dan
meramu serta becocok tanam dan berkebun. Pemasukan juga hanya didapatkan
setahun sekali dari penjualan hasil ladang/kebun. Masuknya kultur baru yaitu
industri kelapa sawit yang berbeda dengan kultur masyarakat adat menimbulkan
perubahan-perubahan yang signifikan. Masyarakat yang bekerja di perusahaan
sawit merasakan mendapatkan pemasukan tetap setiap bulannya. Masyarakat juga
mendapatkan ganti rugi dari penjualan/pemakaian tanahnya oleh perkebunan
kelapa sawit. Pola hidup masyarakat berubah konsumtif dimana pemenuhan
kebutuhan primer, sekunder dan tersier dari hasil membeli, bukan hanya
mengandalkan hasil dari alam. Pemenuhan kebutuhan tersier dianggap kurang
penting dan dirasa berlebihan.
Masuknya perusahaan kelapa sawit sebagai akibat dari pembangunan daerah
menimbulkan dampak negatif yaitu perusakan terhadap lingkungan dan
menghilangnya hutan akibat perluasan kawasan perkebunan. Hutan yang dianggap
memiliki fungsi konservasi, sebagai penjerap air, penyedia iklim mikro bagi
kawasan disekitarnya menjadi hilang. Dampak yang paling dirasakan adalah
terhadap sungai yang menjadi bagian penting bagi masyarakat adat Suku Dayak
Iban. Sungai dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan berbagai aktivitas
seperti mandi, mencuci, mencari ikan, bermain anak-anak, dan pembangkit listrik
tenaga air (PLTA). Pada musim kemarau, air sungai menjadi kering sehingga tidak
ada penerangan. Air sungai menjadi keruh sehingga ikan-ikan sungai mati
akibatnya sumber pangan masyarakat hilang. Dampak lingkungan akibat sawit
sudah terasa, namun masyarakat tidak dapat melakukan apa-apa terkait kepentingan
pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Perempuan yang dihadapkan pada dua masalah yaitu beban dalam mendidik
anak-anaknya akibat perubahan nilai-nilai yang ada yang mengarah kepada
pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga (Ratnaningsih et al. 2010). Beban
mendidik anak sangat berat ditengah perubahan zaman dan perkembangan
teknologi yang semakin maju. Perempuan banyak yang menjadi tulang punggung
keluarga atau membantu suami dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Hasil tembawang hanya memenuhi kebutuhan buah-buahan,
ladang dan kebun untuk pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. Beban kerja
untuk pemenuhan hidup keluarga semakin tinggi untuk membayar biaya
pendidikan, kesehatan, pangan, sandang dan lain sebagainya. Adanya
ketergantungan terhadap uang mengubah pandangan dan kemandirian perempuan
sebagai penyedia pangan, penyembuh, seniman, dan spiritualis serta peran dalam
produksi, ekonomi dan kehidupan komunitas. Perubahan sosekbud yang terjadi saat
ini merubah akses terhadap sumberdaya alam serta merubah aturan-aturan, nilai dan

4

peranan yang memperkuat struktur masyarakat Suku Dayak Iban. Perubahan sosial,
budaya, dan politik telah mengubah aturan-aturan dan kode perilaku yang sejak
lama memperkuat struktur kepekaan gender (Ratnaningsih et al. 2010).
Pertanyaan penelitian:
1. Bagaimana sejarah, kepemilikan, pewarisan dan pengelolaan di tembawang?
2. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan budaya Suku Dayak Iban?
3. Bagaimana pengaruh dan kontribusi adat dalam pengelolaan tembawang?
4. Bagaimana tata nilai, peranan dan harapan perempuan pada level keluarga,
dusun/rumah panjang, adat dan Desa yang berkaitan dengan pengelolaan
tembawang?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menerangkan tata nilai sosial masyarakat Suku Dayak Iban dalam pengelolaan
tembawang (pewarisan, kepemilikan, dan pemanfaatan)
2. Menerangkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya dalam pengelolaan
tembawang
3. Menganalisis peranan dan harapan perempuan dalam pengelolaan tembawang
4. Merumuskan strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan
tembawang

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Data dasar dan informasi ilmiah tentang kondisi sosial, ekonomi dan budaya
Dayak Iban khususnya peranan perempuan dalam pengelolaan tembawang
2. Masukan kepada masyarakat Dayak Iban dan Pemerintah Daerah yang
berkaitan dengan strategi peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan
tembawang

Alur Pikir Penelitian
Penelitian tembawang dimulai dari mengumpulkan data dan informasi
sebanyak-banyaknya mengenai kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Suku Dayak
Iban, pengelolaan tembawang, serta program dan kebijakan Pemerintah Daerah.
Data dan informasi didapatkan dari hasil penelaahan pustaka, dokumen dan
laporan, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait (Dinas-dinas di Kabupaten
Kapuas Hulu). Kajian untuk mengetahui tata nilai (kondisi sosial, ekonomi dan
budaya) serta kondisi pengelolaan tembawang Suku Dayak Iban di tiga Dusun,
Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu,
Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dengan observasi lapang dan wawancara
mendalam.
Kajian kondisi pengelolaan tembawang dilakukan dengan memperhatikan
aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Kajian biofisik dilakukan untuk mengetahui
asal tanaman, jenis dan jumlah tanaman dan satwaliar dengan berbagai fungsi dan
manfaatnya, serta pemanfaatan. Kajian sosial dilakukan untuk menerangkan tata

5

nilai sosial Suku Dayak Iban dalam pengelolaan tembawang berupa sejarah,
pewarisan, dan kepemilikan. Kajian ekonomi dilakukan untuk menerangkan
manfaat ekonomi yang didapatkan oleh masyarakat Suku Dayak Iban dari
tembawang.
Dikaji apakah adanya perkembangan zaman, kebijakan pemerintah,
pergeseran tata nilai Suku Dayak Iban mempengaruhi tata nilai dan peran
perempuan dalam pengelolaan tembawang. Kajian-kajian tersebut dirangkum dan
dirumuskan menjadi sebuah strategi peningkatan peran perempuan dalam
pengelolaan tembawang. Selain itu disusun rekomendasi bagi perempuan serta
pemerintah daerah maupun petinggi adat Suku Dayak Iban untuk mendukung
keberlanjutan tembawang kedepannya.
KONDISI PENGELOLAAN
TEMBAWANG

SOSIAL

EKONOMI

PERMASALAHAN/PERGESERAN
PERAN PEREMPUAN

TATA NILAI

PERAN

HARAPAN

STRATEGI PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN
DALAM PENGELOLAAN TEMBAWANG

Gambar 1 Alur pikir penelitian

KEBIJAKAN

TATA NILAI

BIOFISIK

6

2 METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret - Mei 2015.
Lokasi penelitian merupakan tempat tinggal suku Dayak Iban yang berada di Desa
Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat.

Desa Sungai Mawang

Gambar 2 Peta lokasi Suku Dayak Iban Desa Sungai Mawang (BAPPEDA
Kabupaten Kapuas Hulu 2015)
Alat dan Obyek Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital,
perekam suara, kuisioner, panduan wawancara, Microsoft Office Excel dan Word,
dan literatur/pustaka terkait penelitian. Obyek penelitian adalah tembawang Suku
Dayak Iban dan masyarakat adat Suku Dayak Iban khususnya perempuan.

Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini antara lain berupa data lapangan
atau data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dan informasi yang
diperoleh langsung dari responden. Data sekunder merupakan data yang didapatkan
sebelum dilakukan penelitian berdasarkan pustaka terkait data penelitian atau
dokumen dan laporan terkait dengan penelitian yang dimiliki oleh pihak-pihak.

7

Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Menurut (Sugiyono 2014), teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ada dua yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah fenomenologis (observasi partisipatif),
etnografi (studi budaya melalui observasi partisipatif dan wawacara mendalam) dan
gabungan ketiganya yaitu trianggulasi (oservasi partisipatif, wawacara mendalam
dan dokumentasi) untuk menghasilkan informasi yang mendalam.
Studi Literatur
Referensi/literatur didapatkan dari buku, artikel ilmiah, tesis, disertasi,
internet, majalah, dokumen, laporan dan lain sebagainya mengenai hal yang
berhubungan dengan data yang akan diambil di lapangan. Data yang dikumpulkan
berupa kondisi umum lokasi Suku Dayak Iban di Desa Sungai Mawang; sejarah,
tradisi/budaya Suku Dayak Iban; kondisi sosial, ekonomi dan budaya Suku Dayak
Iban; dan hubungan antar Suku Dayak Iban di berbagai daerah, Suku lainnya serta
pihak-pihak lainnya; nilai dan peranan perempuan dalam pengelolaan tembawang.
Observasi Partisipan/partisipatif
Pengamatan fenomologis atau observasi partisipatif merupakan kegiatan
pengumpulan data dengan cara peneliti terlibat dalam prilaku sosial budaya yang
dilakukan oleh masyarakat terutama perempuan Suku Dayak Iban yang terkait
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam khususnya tembawang.
Tujuan dilakukan observasi partisipatif adalah untuk menghasilkan data
berdasarkan kondisi yang sebenarnya yang terjadi di lapangan serta sebagai
pembenaran dari hasil wawancara mendalam. Observasi partisipatif ini
dimaksudkan agar tidak terdapat jarak antara peneliti dengan subjek penelitian
sehingga data yang dihasilkan valid. Bukan hanya observasi secara visual atau
melihat langsung, melainkan juga interaksi verbal antara peneliti dan berbagai
individu yang diamati. Informasi verbal berupa wawancara yang dilakukan secara
informal atau tanpa membuat panduan wawancara yang sistematis. Wawancara ini
penting dilakukan karena dapat menghasilkan data/informasi penting yang tidak
didapatkan pada wawancara mendalam. Peneliti harus selalu siap mendengarkan,
mencatat dan merekam semua kegiatan dan informasi yang ada. Semua hasil
observasi ini dicatat dalam membentuk suatu kerangka informasi yang dapat
melengkapi data yang ada (walaupun informasi didapat secara fleksibel).
Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner ditentukan dengan menggunakan purposive sampling
dengan jumlah responden 45 orang. Penyebaran kuisioner ini dilakukan kepada
perempuan Suku Dayak Iban yang didasarkan pada keterwakilan strata umur.
Pengambilan sampel tersebut diasumsikan dapat memenuhi informasi yang
diinginkan. Tujuan dari penyebaran kuisioner ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar peranan perempuan dalam pengelolaan tembawang. Data dan informasi
bedasarkan hasil kuisioner dianalisis dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan
melalui presentase dan diagram pie.

8

Tabel 1 Pembagian perempuan Suku Dayak Iban berdasarkan strata umur (Nasution
2007)
No
1
2
3

Kategori Responden
Anak-anak/Remaja
Dewasa
Tua
Jumlah Total

Strata Umur
14 - 19 tahun
19 - 50 tahun
>50 tahun

Jumlah Responden
15
15
15
45

Wawancara Mendalam
Pengamatan etnografi atau wawancara mendalam (in-depth interview)
dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang disusun secara
terstruktur. Penentuan narasumber dan responden lainnya ditentukan dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability sampling yaitu purposive
sampling. Wawancara mendalam dilakukan dengan menunjuk informan kunci (key
informant) dan subyek penelitian pada umumnya. Informan kunci adalah orangorang yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam mengenai komunitasnya
serta dapat memberikan data yang berharga yang dibutuhkan untuk memenuhi
tujuan yang ingin dicapai (Sugiyono 2014). Informasi yang digali dari hasil
wawancara mendalam adalah tata nilai Suku Dayak Iban, tembawang, tata nilai dan
peranan perempuan, serta peran dan kebijakan Pemerintah Daerah yang berkaitan
dengan tembawang dan masyarakat Suku Dayak Iban. Informan kunci dalam
wawancara mendalam ini adalah:
1. Pemerintah Daerah: Kepala Bidang Penelitian dan Statistik BAPPEDA
Kabupaten Kapuas Hulu; Kepala Seksi Bina Usaha dan Koperasi dan UKM
Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Kabupaten Kapuas Hulu;
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi
Kabupaten Kapuas Hulu; Kepala Bidang Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Kapuas Hulu; Kasi Pembinaan dan Pengawasan Peninggalan Sejarah
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu; Kepala Kantor
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kapuas Hulu
2. Petinggi Adat, yaitu Patih, Kepala Dusun/Tuai Rumah, dan Panglima
3. Pegawai Desa Sungai Mawang, yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, BPD,
LKMD, KAUR, dan RT
4. Perempuan Suku Dayak Iban

Tabel 2 Jenis data, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data
Jenis
Data
Data
Sekunder
dan
Primer

Data
Sekunder
Data
Primer

Data
Sekunder
dan
Primer

Data yang
Data yang Dibutuhkan
Dikumpulkan
(Variabel Penelitian)
Gambaran
1. Lembaga Formal (Desa):
umum
Desa
a. Struktur organisasi Desa
dan Tupoksi
b. Otonomi desa dan tupoksi Desa
Desa
yang
c. Foto desa (gambaran umum Desa dan Dusun)
berkaitan
2. Upaya untuk mengembangkan sosekbud yang
dengan Adat
berkelanjutan
Tembawang
1. Kondisi (pengertian)
2. Pewarisan dan kepemilikan tembawang
3. Tanaman di tembawang
a. Asal mula tanaman
b. Cara menanam
c. Jenis dan jumlah tanaman
d. Pemanfaatan
e. Pengelola
4. Nilai dan fungsi sosial, budaya, ekonomi, ekologi
5. Peran Adat dalam Pengelolaan tembawang
(kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang)
Kebijakan dan 1. Kebijakan mengenai RTRW Kabupaten dan
Peraturan
Provinsi
Daerah;
2. Peraturan Daerah mengenai kebudayaan Dayak
Iban
3. Program pemerintah mengenai Dayak Iban dan
Pengelolaan Tembawang

Teknik Pengumpulan
Data
1. Wawancara
mendalam
2. Penelaahan terhadap
dokumen dan laporan

Studi Literatur

1. Wawancara
mendalam
2. Observasi partisipatif
3. Dokumentasi

1. Wawancara
mendalam terhadap
informan kunci
2. Penelaahan terhadap
dokumen dan laporan

Sumber Data
Aparatur Desa dan Kepala Desa Sungai
Mawang, Kecamatan Puring Kencana,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat serta kajian terhadap dokumen
dan laporan yang dimiliki oleh desa
Sungai Mawang
Referensi dari berbagai sumber (buku,
artikel ilmiah, tesis, disertasi, dan
lainnya)
Petinggi
Suku
Dayak
Iban
(Tumenggung, Pateh, Panglima Adat,
Tuai Rumah) di Desa Sungai Mawang,
Kecamatan
Puring
Kencana,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat yang dianggap memiliki
pengetahuan mengenai informasi yang
dibutuhkan
BAPPEDA; Dinas Sosial; Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata; Badan
Pemberdayaan Desa, Perempuan dan
Keluarga
Berencana,
Kecamatan
Puring Kencana di Kabupaten Kapuas

9

Jenis
Data
Data
Primer

Data
Sekunder

Data
Sekunder
Data
Primer

Data yang
Data yang Dibutuhkan
Dikumpulkan
Suku Dayak 1. Seluk beluk/sejarah
Iban
2. Hierarki Adat dan peranannya
3. Tradisi
4. Pengaruh zaman rotan, karet dan sawit
5. Kondisi sosial ekonomi budaya (perubahan yang
terjadi)
6. Hubungan antar Suku Dayak Iban, Suku Dayak
lainnya dan diluar Suku Dayak

Perempuan
1.
Suku Dayak
Iban

2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Teknik Pengumpulan
Data
Etnografi (wawancara
mendalam
kepada
informan kunci dengan
teknik
pengambilan
sampel
snowball
sampling dan observasi
lapang
1. Penelaahan dokumen
dan laporan
2. Studi literatur

Sumber Data

Petinggi
suku
Dayak
Iban
(Tumenggung, Pateh, Panglima Adat,
Tuai Rumah) di Desa Sungai Mawang,
Kecamatan
Puring
Kencana,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat yang dianggap memiliki
informasi yang dibutuhkan
Dokumen atau laporan Dinas di
Kabupaten Kapuas Hulu dan Suku
Dayak Iban serta referensi dari berbagai
sumber (buku, jurnal, tesis dan lainnya)
Kedudukan/peranan perempuan pada level Studi literatur
Referensi dari berbagai sumber (buku,
keluarga, rumah panjang, Adat, dan Desa dalam:
jurnal, tesis dan lainnya)
a. Pembagian peran
Penyebaran kuisioner Perempuan Suku Dayak Iban di Desa
b. Pengambilan keputusan
dan
Trianggulasi Sungai Mawang, Kecamatan Puring
c. Dampak positif dan negatif
(wawancara
Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu,
Kedudukan dan peranan dalam pengelolaan mendalam, observasi Kalimantan Barat
tembawang berdasarkan perbandingan kelas partisipatif
dan
umur (remaja, dewasa dan tua)
dokumentasi)
Kegiatan selama menunggu dan setelah panen
Peranan dalam aktivitas lainnya (berladang padi
dan bekerja di sawit) beserta pergeserannya
Perubahan nilai dan sikap perempuan
Efektivitas dan produktivitas kegiatan harian
Kebutuhan hidup selama setahun dari hasil
tembawang, berladang, buruh kebun
Harapan kedepannya

10

Tabel 2 Jenis data, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data (Lanjutan)

11

Analisis Data
Analisis Data Sebelum dan Selama di Lapangan
Sebelum memulai penelitian di lapang, dilakukan analisis data sekunder hasil
studi literatur, penelaahan dokumen, laporan dan lainnya untuk menentukan fokus
penelitian. Analisis data ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti memulai penelitian. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data di
lapangan, maka digunakan model analisis data Miles&Huberman (1984) dalam
Sugiyono (2014) dengan tahapan sebagai berikut:
1. Koleksi data (data collection)  pengumpulan data berdasarkan teknik
pengumpulan data yaitu etnografi (wawancara mendalam dan observasi lapang)
dan trianggulasi (wawancara mendalam, observasi partisipatif, dokumentasi)
2. Reduksi data (data reduction)  merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
3. Penyajian data (data display)  menyajikan data dalam bentuk uraian singkat
dengan teks yang naratif, bagan, grafik, matrik, network, chart, dan hubungan
antar kategori.
4. Kesimpulan/verifikasi (conclusion: drawing/verification)  kesimpulan dari
hasil penelitian berupa temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada berupa
deksripsi atau gambaran tentang suatu obyek hasil penelitian.
Koleksi Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan/verifikas
i

Gambar 3 Komponen dalam analisis data
Analisis Peran Perempuan
Faktor atau variabel yang diteliti yaitu peranan perempuan terhadap
pengelolaan tembawang. Hasil dari data yang dikaji diolah menjadi data dalam
bentuk persentase kemudian dijelaskan atau dideskripsikan secara jelas dari setiap
poin yang dikaji. Data yang dikaji meliputi:
 Peran dalam pengelolaan tembawang dengan indikator hasil baik/tidak,
pengelolaan baik/buruk, kondisi tembawang baik/buruk
 Pengaruh kebutuhan hidup sehari- hari terhadap mental merempuan dalam
mengelola tembawang
 Pengaruh kepemilikan tembawang terhadap peranan dan kinerja perempuan
dalam pengelolaannya  kepemilikian tembawang mempengaruhi rasa
memiliki untuk mengelola tembawang dengan sebaik-baiknya sehingga
didapatkan hasil panen yang baik
 Nilai hukum adat terhadap peran perempuan dalam pengelolaan tembawang
 Pengaruh kebutuhan hidup yang mempengaruhi waktu berladang perempuan
 Tingkat pengetahuan perempuan dalam pengelolaan tembawang  pengaruh
cara mengelola tembawang dengan tingkat pendidikan masyarakat,
ketergantungan pada alam, pertambahan penduduk

12








Kondisi pengelolaan tembawang oleh perempuan dari persiapan sampai
pemanenan dan pemanfaatan
Produktivitas tembawang berdasarkan hasil pengelolan oleh perempuan 
seberapa baik kualitas dan kuantitas hasil panen tembawang setiap tahunnya
Kontribusi perempuan pada saat panen raya terhadap pengelolaan dan eksistensi
tembawang  pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan selama panen raya
Pengaruh pekerjaan di sector lainnya terhadap fokus pengelolaan tembawang
 adakah perubahan kinerja yang terjadi apabila masyarakat mengelola
tembawang sekaligus bekerja di tempat lainnya
Perubahan sikap/nilai perempuan Dayak Iban dalam pengelolaan tembawang
akibat perkembangan zaman
Pengaruh perubahan sikap perempuan terhadap kondisi tembawang saat ini

Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)
Analisis SWOT merupakan kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang digunakan sebagai dasar dalam merancang strategi. Dalam penerapan analisis
SWOT terdapat dua komponen besar yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal SWOT adalah faktor yang berasal dari dalam Suku Dayak
Iban yang berpengaruh terhadap seluruh aspek yang ada di dalamnya. Faktor
internal merupakan lingkungan internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses). Faktor internal pada analisis SWOT ditentukan dari
kondisi atau situasi lingkungan Suku Dayak Iban itu sendiri. Faktor internal ini
penting dalam menentukan SWOT dengan tujuan untuk menentukan peran Suku
Dayak Iban dalam pengelolaan tembawang. Faktor internal dapat dipandang
sebagai kekuatan atau kelemahan, tergantung pada dampaknya terhadap kedudukan
dan peranan pemimpin adat, masyarakat dan perempuan terhadap pengelolaan
tembawang. Faktor internal yang diidentifikasi mencakup variabel dan dimensi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan lingkungan eksternal atau lingkungan luar yang
terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threaths). Faktor eksternal pada
analisis SWOT ditentukan dari kondisi atau situasi lingkungan di luar suku Dayak
Iban. Faktor eksternal ini sangat penting dalam menentukan SWOT karena untuk
memberikan masukan dalam pengelolaan tembawang perlu melihat kondisi
lingkungan di luar Suku Dayak Iban. Faktor eksternal terdiri dari analisis
lingkungan makro dan mikro. Analisis lingkungan makro bertujuan
mengidentifiksasi peluang dan ancaman makro yang berdampak terhadap nilai yang
masih dilaksanakan oleh Suku Dayak Iban. Obyek pengamatan dalam analisis ini
adalah kekuatan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan sosial. Analisis eksternal
mikro diterapkan pada lingkungan yang lebih dekat. Faktor eksternal yang
diidentifikasi mencakup variabel dan dimensi.
Penentuan Bobot dan Rating dari Analisis SWOT
Bobot adalah pemberian nilai secara subjektif (pengalaman) maupun objektif
(didasarkan pada data). Bobot memberikan nilai seberapa penting pengaruh suatu
faktor terhadap pencapaian tujuan. Pembobotan dilakukan secara objektif
berdasarkan hasil observasi lapang dan melalui Focus Group Discussion (FGD)
kepada perwakilan perempuan, masyarakat, petinggi adat dan pemerintah Desa
Sungai Mawang. Pemberian bobot dan rating dilakukan dengan mengumpulkan

13

variable-variabel yang masuk kedalam kategori SWOT dan ditentukan sendiri oleh
narasumber bobot dan rating tertinggi dari variable yang dibuat.
Langkah lain untuk menentukan nilai-nilai rating dari variabel kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman adalah sebagai berikut (Rangkuti 2006):
a. Pemberian nilai untuk variabel kekuatan dan peluang. Kedua variabel memiliki
pola pengaruh yang bersifat positif terhadap dalam mengelola tembawang,
dimana pengaruh tersebut diberi nilai sebagai berikut:
Memiliki pengaruh positif sangat kecil
1
Memiliki pengaruh positif kecil
2
Memiliki pengaruh positif besar
3
Memiliki pengaruh positif sangat besar
4
b. Pemberian nilai untuk variabel kelemahan dan ancaman. Kedua variabel
memilki pola pengaruh yang bersifat negatif dalam mengelola tembawang,
dimana tingkat pengaruh tersebut diberi nilai sebagai berikut:
Memiliki pengaruh negatif sangat besar
4
Memiliki pengaruh negatif besar
3
Memiliki pengaruh negatif kecil
2
Memiliki pengaruh negatif sangat kecil
1
Bobot adalah jumlah nilai dari faktor strategis lembaga Adat dengan skala
nilai 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Bobot dan rating dirumuskan
sebagai berikut:
�� �� �
�1

�=
� � � � �� �
Rating adalah nilai dari faktor strategis perusahaan dengan skala 1 (poor)
sampai dengan 4 (outstanding). Fungsi pemberian rating adalah untuk mengetahui
apakah faktor strategis dalam mengelola tembawang dapat memberikan dampak
positif (+) yaitu kekuatan dan peluang, sedangkan faktor negatif (–) dapat menjadi
faktor ancaman dan kelemahan (Gambar 4).

Gambar 4 Matriks SWOT
Dalam matriks SWOT alternatif formula strategi dilakukan dengan
melakukan perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan adalah suatu
teknik membandingkan suatu komponen dengan komponen lain dalam suatu
kategori yang sama. Matriks SWOT membantu dalam melakukan perbandingan
berpasangan, antara kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman. Selanjutnya
David (2006) mengatakan berdasarkan matriks SWOT, dapat dikembangkan
beberapa alternatif strategi.

14

Tabel 3 Alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT
Faktor
Internal

Faktor
Eksternal
Opportunities (O)

Threats (T)

Strenght (S)

Weaknesses (W)

Strategi S – O Strategi
menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi S – T Strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman

Strategi W – O Strategi yang
meminimalkan
kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi W – T Strategi yang
meminimalkan
kelemahan
dan menghindari ancaman

Berdasarkan pemisahan antara kedua komponen besar dalam analisis SWOT
tersebut, maka disusun kerangka pikir sebagai berikut:
Analisis Faktor sebagai Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang
Faktor Internal
(Kekuatan dan Kelemahan)

Faktor Eksternal
(Peluang dan Ancaman)

Analisis SWOT
Penentuan bobot, rating dan skor Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang

Matrix SWOT
Penentuan Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang

Alternatif Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang

Rekomendasi Strategi Suku Dayak Iban dalam Pengelolaan Tembawang

Gambar 5 Kerangka pikir analisis SWOT
Batasan Oprasional/teknis
1. Suku adalah suatu kelompok masyarakat yang terkait kesatuan budaya, bahasa
dan tempat tinggal, yaitu Dayak
2. Kebudayaan merupakan keseluruhan prilaku dan hasil cipta, rasa dan karsa
manusia
3. Sistem kebudayaan merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat unsur
keagamaan, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian dan ekonomi
4. Dayak atau Daya adalah kumpulan berbagai sub etnis Austronesia yang
dianggap sebagai penduduk asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat
lagi adalah yang memiliki budaya sungai. Hampir semua nama sebutan orang
Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan “perhuluan”
atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

15

5. Suku Dayak Iban merupakan masyarakat suku Dayak yang tinggal di
pedalaman Desa Sungai Mawang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang masih bergantung kepada alam dalam
pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan melaksanakan kearifan tradisional
yang masih memegang teguh hukum adat
6. Tata nilai pada hakikatnya merupakan konsep abstrak mengarah kepada prilaku
dan pertimbangan seseorang atau sekelompok masyarakat dan tidak
menghakimi bahwa nilai tersebut baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau
tidak pantas, indah atau tidak indah melalui proses pertimbangan yang
dipengaruhi oleh kebudayaan yang dimiliki oleh suatu kelompok tertentu dalam
hal ini Suku Dayak Iban.
7. Hukum adat merupakan hukum tidak tertulis yang berasal dari sesuatu yang
terus menerus diulang kembali dan akhirnya menjadi kebiasaan yang
kebenarannya diyakini oleh masyarakat serta merupakan pencerminan dari
kepribadian suatu masyarakat/bangsa.
8. Kearifan lokal merupakan kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang
berakar dalam kebudayaan suatu kelompok manusia, yang merupakan hasil
pengamatan selama kurun waktu yang lama. Kearifan lokal juga mencakup
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara
lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Bentuk-bentuk
kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma,
kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Kearifan lokal juga memiliki fungsi
antara lain konservasi dan pelestarian sumberdaya alam, pengembangan sumber
daya manusia, pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, sebagai
petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
9. Perladangan gulir balik atau perladangan berpindah dimana masyarakat
melakukan rotasi lahan pada waktu tertentu untuk memulihkan ladang yang
sebelumnya telah terpaka