Produktivitas dan Pemanfaatan Tumbuhan Rawa Di Kalimantan Selatan sebagai Hijauan Pakan Berkelanjutan

PRODUKTIVITAS DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN RAWA
DI KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI HIJAUAN PAKAN
BERKELANJUTAN

TINTIN ROSTINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul ā€¯Produktivitas dan
Pemanfaatan Tumbuhan Rawa Di Kalimantan Selatan sebagai Hijauan
Pakan berkelanjutanā€¯ adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar Pustaka di bagian akhir topik disertasi ini.
Bogor, Juni 2014


Tintin Rostini
NRP. D162110021

RINGKASAN
TINTIN ROSTINI. Produktivitas
dan Pemanfaatan Tumbuhan Rawa di
Kalimantan Selatan sebagai Hijauan Pakan Berkelanjutan. Dibimbing oleh LUKI
ABDULLAH, KOMANG G WIRYAWAN dan PANCA DEWI MANU HARA
KARTI.
Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang mutlak diperlukan baik
secara kuantitatif atau kualitatif sepanjang tahun dalam sistem produksi ternak
ruminansia. Kandungan nutrisi pada hijauan sangat penting untuk
dipertimbangkan sebagai sumber pakan. Hijauan rawa merupakan hijauan pakan
yang tumbuh di daerah rawa yang berpotensi sebagai pakan ternak ruminansia
seperti kerbau rawa (Kerbau Kalang), sapi, dan kambing. Hijauan rawa yang
tumbuh di rawa terdiri dari rumput dan leguminosae. Hijauan ini memiliki
produktivitas dan kandungan protein yang cukup tinggi, namun ketersediannya
fluktuatif.
Ketersediaan hijauan

pakan menjadi faktor utama dalam
pengembangan ternak dan teknologi preservasi merupakan salah satu usaha
untuk menjamin ketersedian hijauan pakan sepanjang musim.
Penelitian ini terdiri dari tiga kajian yang dilakukan secara bertahap.
Kajian pertama untuk mengevaluasi potensi jenis spesies, produktivitas, kapasitas
tampung dan kualitas nutrisi hijauan rawa Kalimantan Selatan, menggunakan
metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan rawa di
Kalimantan Selatan memiliki 18 jenis, dengan 4 jenis spesies dominan
berdasarkan skoring yang memiliki produksi cukup tinggi dan kualitas nutrisi
yang baik pada musim pasang.
Keempat jenis rumput tersebut adalah
Hymeneche amplexicaulis Haes, produksinya sebesar 1032.60 kg BK ha-1panen-1
kandungan PK 10.88%, SK 16.37% dengan kapasitas tampung 2.98 ST.
Ischaemum polystachyum. J. Presl produksinya 989.16 kg BK ha-1panen-1
kandungan PK 14.3%,SK 17.35%, kapasitas tampung sebanyak 2.85 ST.
Ludwigia hyssopifolia produksinya sebesar 851.67 kg BK ha-1panen-1, kandungan
PK 15.96%, SK 25.23%, kapasitas tampung 2.56. ST dan Polygonum barbatum L
produksinya sebesar 889.71 kg BK ha-1panen-1, kandungan PK 16.45% dan SK
16.27%, dengan kapasitas tampung 2.45 ST.
Kajian kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh preservasi hijauan

rawa dengan metode (silase, hay, dan haylage) terhadap kualitas nutrisi dan
kecernaan in vitro. Metode yang digunakan untuk pembuatan silase dan haylage
adalah ensilase hijauan rawa dengan bakteri L. Plantarum 1BL-2 selama 21 hari.
Hasil yang diperoleh dari silase hijauan rawa adalah penurunan kandungan serat
kasar dan peningkatan kadar protein. Komposisi kimia silase hijauan rawa adalah
PK 14.02% dan SK 13.89%, kecernaan bahan kering (KBK) 59.23 - 63.21% dan
kecernaan bahan organik sebesar (KBO) 56.25 - 62.32%. Kandungan nutrisi
haylage adalah PK 14.25% dan SK 14.52%, KBK 54.25- 57.25% dan KBO
53.21-56.48%. Pengawetan hijauan rawa menjadi hay adalah PK 13.52% dan SK
16.11%, dengan KBK 52.91-55.86% dan KBO 46.24-50.12%.
Kajian ketiga bertujuan untuk mengevaluasi potensi penggunaan hijauan
rawa sebagai pakan ternak ditinjau dari kecernaan dan performa ternak kambing.
Ternak yang digunakan adalah 24 ekor kambing kacang jantan umur 10-12 bulan
yang dialokasikan ke dalam 4 kelompok dengan 6 perlakuan. Perlakuan
penelitian terdiri dari : 60% rumput dan 40% leguminosa (HL), 60% hijauan rawa

dan 40% konsentrat (HRD), 100% hijauan rawa segar (HRS), 100% hay hijauan
rawa (HRK), 100% silase hijauan rawa (HRL), 100% haylage hijauan rawa
(HRH). Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan nyata (P