Provinsi Kalimantan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau
Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas
38.744,23 Km2.
Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalimantan Selatan dengan surat
keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari
Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah
RIS No. 21 Tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya provinsi Kalimantan, setelah
pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan gubernur Dokter Moerjani. Jumlah
penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan 4.087.776 Jiwa.

Sejarah
Bagi Kalimantan Selatan, tanggal 1 Januari 1957 benar-benar merupakan momentum
penting dalam sejarahnya, mengingat pada tanggal itu Kalimantan Selatan resmi menjadi
Provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, bersama-sama dengan Provinsi
Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Barat. Sebelumnya ketiga Provinsi tersebut
berada dalam satu Provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan.
Sebelum menjadi Provinsi yang berdiri sendiri, sesungguhnya Kalimantan Selatan sudah
merupakan daerah yang paling menonjol di Pulau Kalimantan, khususnya Kota Banjarmasin
yang merupakan pusat kegiatan politik, ekonomi/perdagangan, dan pemerintahan, baik

semasa penjajahan maupun pada awal kemerdekaan.
Perkembangan kehidupan pemerintahan dan kenegaraan di daerah Kalimantan Selatan
sampai dengan permulaan abad 17 masih sangat kabur karena kurangnya data sejarah.
Adanya Hikayat Raja-Raja Banjar dan Hikayat Kotawaringin tidak cukup memberikan
gambaran yang pasti mengenai keberadaan Kerajaan-kerajaan tersebut.
Namun demikian berdasarkan kedua hikayat tersebut dapat diketahui bahwa pada abad 17
salah satu tokoh yaitu Pangeran Samudera (cucu Maharaja Sukarama) dengan dibantu para
Patih bangkit menentang kekuasaan pedalaman Nagara Daha dan menjadikan Bajarmasin di
pinggir Sungai Kwin sebagai pusat pemerintahannya (daerah ini disebut Kampung Kraton).

Pemberontakan Pangeran Samudera tersebut merupakan pembuka jaman baru dalam
sejarah Kalimantan Selatan sekaligus menjadi titik balik dimulainya periode Islam dan
berakhirnya jaman Hindu. Sebab dialah yang menjadi cikal bakal Islam Banjar dan pendiri
Kerajaan Banjar.
Dalam perkembangan sejarah berikutnya pada Tahun 1859 seorang Bangsawan Banjar
yaitu Pangeran Antasari mengerahkan rakyat Kalimantan Selatan untuk melakukan
perlawanan terhadap kaum kolonialisme Belanda meskipun akhirnya pada Tahun 1905
perlawanan-perlawanan berhasil ditumpas oleh Belanda.
Kelancaran hubungan dengan Pulau Jawa turut mempengaruhi perkembangan di
Kalimantan Selatan. Bertumbuhnya pergerakan-pergerakan kebangsaan di Pulau Jawa dengan

cepat menyebar kedaerah Kalimantan Selatan, hal ini tercermin dengan dibentuknya wadahwadah perjuangan pada Tahun 1912 di Banjarmasin seperti berdirinya Cabang-cabang Sarikat
Islam di seluruh Kalimantan Selatan. Seiring
dengan itu para pemuda Kalimantan terdorong membentuk Organisasi Kepemudaan yaitu
Pemuda Marabahan, Barabai dan lain-lain, yang kemudian pada Tahun 1929 terbentuk
Persatuan Pemuda Borneo.
Organisasi-organisasi perjuangan tersebut merupakan wadah untuk menyebarluaskan
kesadaran kebangsaan melawan penjajahan Kolonial Belanda.
Pada periode pasca Proklamasi Kemerdekaan merupakan momentum yang paling heroik
dalam sejarah Kalimantan Selatan, dimana pada tanggal 16 Oktober 1945 dibentuk Badan
Perjuangan yang paling radikal yaitu Badan Pemuda Republik Indonesia Kalimantan
(BPRIK) yang dipimpin oleh Hadhariyah M. dan A. Ruslan, namun dalam perjalanan
selanjutnya gerakan perjuangan ini mengalami hambatan, terutama dengan disepakatinya
perjanjian Linggarjati pada tanggal 15 Nopember 1945. Berdasarkan perjanjian ini ruang
gerak pemerintah Republik Indonesia menjadi terbatas hanya pada kawasan Pulau Jawa,
Madura dan Sumatera sehingga organisasi-organisasi perjuangan di Kalimantan Selatan
kehilangan kontak dengan Jakarta, kendati akhirnya pada tahun 1950 menyusul pembubaran
Negara Indonesia Timur yang dibentuk oleh kaum kolonial Belanda, maka Kalimantan
Selatan kembali menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Indonesia sampai saat
ini.


Geografi
Menurut data statistik 2001 dari seluruh luas wilayah Kota Banjarmasin yang kurang lebih 72 km² ini
dapat dipersentasikan bahwa peruntukan tanah saat sekarang adalah lahan tanah pertanian 3.111,9
ha, perindustrian 278,6 ha, jasa 443,4 ha, pemukiman adalah 3.029,3 ha dan lahan perusahaan
seluas 336,8 ha. Perubahan dan perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan pertambahan
kepadatan penduduk dan kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan
teknologi.

Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114 19" 33" BT - 116 33' 28
BT dan 1 21' 49" LS 1 10" 14" LS, dengan luas wilayah 37.377,53 km² atau hanya 6,98
persen dari luas pulau Kalimantan. Daerah yang paling luas di propinsi Kalsel adalah

Kabupaten Kotabaru dengan luas 13.044,50 km², kemudian Kabupaten Banjar dengan luas
5.039,90 km² dan Kabupaten Tabalong dengan luas 3.039,90 km², sedangkan daerah yang
paling sempit adalah Kota Banjarmasin dengan luas 72,00 km².
Kalimantan Selatan secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan luas
wilayah 37.530,52 km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004 membawahi
kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota
sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan
Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Luas

wilayah propinsi tersebut sudah termasuk wilayah laut propinsi dibandingkan propinsi
Kalimantan Selatan. Luas wilayah masing-masing Kabupaten Tanah Laut 9,94 %; Tanah
Bumbu 13,50%; Kotabaru 25,11%; Banjar 12,45%; Tapin 5,80%; Tabalong 9,59%; Balangan
5,00%; Batola 6,33%; Banjarbaru 0,97% dan Banjarmasin 0,19%.
Daerah aliran sungai yang terdapat di Propinsi Kalimantan Selatan adalah: Barito, Tabanio,
Kintap, Satui, Kusan, Batulicin, Pulau Laut, Pulau Sebuku, Cantung, Sampanahan,
Manunggal dan Cengal. Dan memiliki catchment area sebanyak 10 (sepuluh) lokasi yaitu
Binuang, Tapin, Telaga Langsat, Mangkuang, Haruyan Dayak, Intangan, Kahakan, Jaro,
Batulicin dan Riam Kanan.
Batas wilayah
Batas-batas wilayah Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Utara : Sungai Alalak (seberangnya kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala)
Selatan : Kabupaten Banjar (kecamatan Tatah Makmur)
Barat : Sungai Barito (seberangnya kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala)
Timur : Kabupaten Banjar (kecamatan Sungai Tabuk dan Kertak Hanyar)

Keanekaragaman hayati
Kalimantan Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran rendah dan dataran
tinggi. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga
kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar. Kawasan dataran tinggi sebagian

masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah.
Sumber Daya Alam
Kehutanan: Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung
(139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha)
Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll.

Suku bangsa

Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan merupakan etnis Banjar (74,34%) yang terdiri
atas 3 kelompok, yaitu Banjar Kuala, Banjar Pahuluan dan Banjar Batang Banyu. Etnis
terbesar kedua yaitu etnis Jawa (14,51%) yang memiliki kantong-kantong pemukiman di
kawasan transmigrasi dan Kota Banjarbaru. Di urutan ketiga yaitu etnis Bugis (2,81%) yang
mendiami pesisir Tanah Bumbu dan Kotabaru. Berikutnya yaitu etnis Dayak (2,23%) di
urutan keempat yang menempati kawasan Pegunungan Meratus dan aliran Sungai Barito
menuju Kalimantan Tengah.
Di urutan lima hingga sepuluh berturut-turut yaitu etnis Madura (1,47%), Mandar
(1,10%), Sunda (0,68%), Tionghoa (0,36%), Batak (0,34%), Bali (0,33%) dan suku-suku
lainnya (1,83%).

Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah Bahasa Banjar yang memiliki dua dialek
besar, yakni dialek Banjar Kuala dan dialek Banjar Hulu. Di kawasan Pegunungan Meratus
juga dituturkan Bahasa Bukit

Agama
Islam adalah agama mayoritas yang dianut sekitar 97% masyarakat Kalimantan Selatan.
Selain itu ada juga yang beragama Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha yang dianut
masyarakat pendatang serta Kepercayaan Kaharingan yang dianut masyarakat kawasan
Pegunungan Meratus.

Tenaga kerja
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada bulan
Februari 2012 tercatat sebanyak 38,20 persen tenaga kerja diserap sektor pertanian. Sektor
perdagangan adalah sektor kedua terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 20,59
persen. Status pekerja di Kalimantan Selatan masih didominasi oleh pekerja yang bekerja di
sektor informal. Pada Februari 2012 sebanyak 63,20 persen adalah pekerja di sektor informal.
Sebagian besar dari pekerja tersebut berstatus berusaha sendiri (19,66 persen), berusaha
dibantu buruh tidak tetap (18,92 persen) serta pekerja bebas dan pekerja tak dibayar (24,61
persen). Pekerja di sektor formal tercatat sebanyak 36,80 persen yaitu terdiri dari pekerja
dengan status buruh/karyawan (33,35 persen) dan status berusaha dibantu dengan buruh tetap

(3,45 persen).

Pertanian & Perkebunan

Hasil utama pertanian adalah padi, di samping jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan
buah-buahan terdiri dari jeruk, pepaya, pisang, durian, rambutan, kasturi dan langsat. Untuk
perkebunan adalah kelapa sawit.

Industri
Industri di Kalimantan Selatan didominasi oleh industri manufaktur mikro dan kecil,
disusul oleh industri manufaktur besar dan sedang. Sampai pada tahun 2010, jumlah unit
usaha berjumlah 60.432 unit, meningkat 10,92% dibandingkan pada tahun 2009.

Keuangan & Perbankan
Ditinjau kinerjanya pada tahun 2009, perbankan di Kalimantan Selatan mencatat
pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebagai imbas krisis
finansial global. Namun beberapa indikator masih mencatat pertumbuhan yang positif.
Volume usaha perbankan (asset) Kalsel tumbuh 13,3% dari akhir tahun 2008 sehingga
mencapai Rp21,24 triliun. Pertumbuhan asset ini terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit
dan DPK.

Dana masyarakat yang dihimpun perbankan Kalsel pada akhir tahun 2009 mencapai
Rp18,33 triliun atau tumbuh 13% (y-o-y). seluruh jenis rekening dalam bentuk giro,
tabungan, maupun deposito menunjukkan pertumbuhan yang positif yakni masing-masing
sebesar 10,51% (y-o-y), 17% (y-o-y), dan 5,86% (y-o-y).
Sementara itu dari sisi penyaluran kredit, pada akhir Desember 2009 jumlah kredit yang
disalurkan mencapai Rp13,95 triliun atau tumbuh 16% (y-o-y). pertumbuhan kredit ini
terutama ditopang oleh kredit konsumsi dan kredit investasi yang tumbuh cukup tinggi yakni
sebesar 24,81% (y-o-y) dan 30,42% (y-o-y).
Dengan perkembangan tersebut, fungsi intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh
rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan yaitu dari
74% pada tahun 2008 menjadi 75,7%. Sementara itu, berkat kerja keras semua pihak yang
berwenang, resiko kredit pada tahun 2009 terjaga pada level yang aman yakni dengan rasio
NPL sebesar 2,14% lebih rendah dari rasio NPL pada akhir tahun 2008 yang mencapai
4,76%.
Jumlah lembaga perbankan di Kalimantan Selatan terdiri dari 15 bank umum
konvensional, 6 bank umum syariah, 24 bank perkreditan rakyat (BPR) serta 1 BPR Syariah,
dengan jaringan sebanyak 196 kantor, dan dukungan 123 ATM.

Pariwisata


Sektor pariwisata merupakan peluang usaha yang potensial di Kalimantan Selatan karena
banyak objek-objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan, baik dari dalam negeri
mau pun dari mancanegara.
Kalimantan Selatan memiliki hampir semua jenis objek wisata alam seperti laut, pantai,
danau, dan gunung. Selain itu pariwisata Kalimantan Selatan juga banyak menjual budayanya
yang khas, seperti Festival Pasar Terapung, Festival Tanglong, dan lain-lain. Disamping
wisata alam dan budaya, Kalimantan Selatan juga terkenal dengan wisata kulinernya.
Tarian tradisional

Secara garis besar seni tari dari Kalimantan Selatan adalah dari adat budaya etnis Banjar dan
etnis Dayak. Tari Banjar berkembang sejak masa Kesultanan Banjar dan dipengaruhi oleh
budaya Jawa dan Melayu, misalnya Tari Japin dan Tari Baksa Kembang
Rumah Adat

Rumah Bubungan Tinggi yang dibangun selalu memiliki dua anjung.
Rumat adat Kalimantan Selatan adalah Rumah Banjar dengan ikon utamanya adalah
Bubungan Tinggi.
Makanan dan Minuman
Soto Banjar


Ayam yang digunakan untuk soto banjar adalah jenis ayam kampung. Selain ayam, bihun,
dan telur, soto banjar juga disajikan bersama perkedel kentang. Jika selama ini soto lebih
sering dihidangkan bersama nasi putih, beda halnya dengan cara penyajian soto banjar yang
dilakukan bersama lontong atau ketupat. Agar bisa menikmati semangkuk soto banjar, para
penjualnya hanya mematok harga yang berkisar antara Rp20.000 – Rp30.000 saja.

Setiap kawasan di Kalimantan Selatan, memiliki makanan sebagai ciri-ciri khas daerah,
seperti daerah Hulu Sungai Selatan dengan dodol dan ketupat khas kandangan-nya, Barabai
dengan apam dan kacang jaruk, Amuntai dengan kuliner dari daging itik, Martapura dengan
kelepon buntut, dan Binuang dengan olahan pisang sale yang disebut rimpi, Soto Banjar, Sate
Itik, Nasi Kuning, dan lain-lain.

Seni dan Budaya

Gedung Sultan Suriansyah tempat pementasan budaya Kal-Sel.
Seni Karawitan


Sensapi (kecapi Dayak Deah)




Gamelan Banjar



Musik Panting (suku Banjar)



Musik Kangkurung/Kukurung/kengkulung (suku Dayak Bukit)



Musik Bumbung



Musik Kintung



Musik Kangkanong



Musik Salung



Musik Suling



Musik Bamban



Musik Masukkiri (suku Bugis)

Teater tradisional dan wayang



Mamanda (teater tradisional suku Banjar)



Lamut (suku Banjar)



Madihin (suku Banjar)



Wayang Kulit Banjar (suku Banjar)



Wayang Gung (wayang orang suku Banjar)



Balian(suku Dayak Bukit)

Tarian
Tarian suku Banjar


Baksa Kambang



Radap Rahayu



Kuda Gepang



Tarian suku Banjar lainnya

Tarian suku Dayak Bukit



Tari Tandik Balian



Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita)



Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria)

Lagu

Lagu Daerah suku Banjar antara lain:


Ampar-ampar Pisang



Sapu Tangan Babuncu Ampat



Paris Barantai



Lagu daerah Banjar lainnya

Rumah Adat


Rumah Adat Suku Banjar disebut Rumah Bubungan Tinggi



Rumah Adat Suku Dayak Bukit disebut Balai

Pakaian Adat
Lihat pula: Busana Pengantin Banjar

Busana Pengantin Suku Banjar di Kalimantan Selatan.
Pakaian Pengantin Suku Banjar


Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut



Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari



Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan



Pangantin Babaju Kubaya Panjang

Pakaian Pemuda-pemudi


Pakaian Nanang



Galuh Banjar

SUMBERDAYA ALAM KALIMANTAN SELATAN

Sumber Daya Alam di Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan adalah salah satu tempat yang memiliki area yang luas
untuk melakukan aktivitas pertanian dan perkebunan. Total luas area Kalimantan
Selatan adalah 397,998 ha. Selain itu Kal-Sel memiliki luas hutan tetap 139,315 ha
lalu luas hutan produksi sekitar 1,325,024 ha dan luas hutan konvensi adalah
348,919 ha. Produksi hutan Kal-Sel ada dua jenis yaitu kayu dan non kayu. Produksi
non kayu adalah 719,980,01 ton dan kayu adalah 1,568,715,38 ton tiap tahunnya.
Pemerintah menyatakan bahawa ada sekitar 3,545,100 jiwa pada tahun 2010
dan setiap tahunnya penduduk bertambah. Sebagian penduduk menolongi
pemerintah dengan kelola pertanian dan perkebunan. Pemerintah, perusahaan
besar dan masyarakat kelola dan mengembangkan komoditi utama. Salah satunya
adalah kelapa sawit. Total produksi kelapa sawit mencapai 303.085,59 ton.

Selain itu juga ada mengembangkan bidang perikanan dan peternakan. Untuk
perikanan pemerintah telah memilih 5 tempat khusus untuk produksi ikan yaitu
Batola, Banjar, Tala, Tanah Bumbu, dan Kota Baru. Total penangkapan ikan bisa
mencapai 116,375 ton sementara mengembangkan perikanan darat mencapai
11,706 ton. Dan untuk peternakan dikembangkan dalam 3 jenis ternak yaitu ternak

besar, ternak kecil, dan unggas. Total produksi ternak besar (sapi, kerbau, kuda)
adalah 18.699.466 kg sementara untuk ternak kecil (domba, kambing, babi) adalah
602.925 kg dan produksi unggas adalah 217,980 kg.

Sektor pertambangan di Provinsi Kalimantan Selatan di dominasi oleh migas
dan batu bara namun migas cenderung mengalami penurunan sementara batu bara
mengalami peningkatan. Produksi batu bara pada tahun 2O04 mencapai 45.032.100
m3 ton dengan peningkatan mencapai 7% dari tahun 2003 yang hanya mencapai
41.344.695 ton sedangkan produksi minyak mentah 394.976.000 ton dan produksi
gas alam sebanyak 23.240,50 ton.