Kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove terpadu berkelanjutan di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

KEBIJAKAN PEMANFAATAN EKOSISTEM
MANGROVE TERPADU BERKELANJUTAN DI
KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

AMRAN SARU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa disertasi saya dengan
judul : Kebijakan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Terpadu Berkelanjutan di
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan adalah benar – benar asli karya saya dengan
arahan komisi pembimbing, dan bukan hasil jiplakan atau tiruan dari tulisan
siapapun serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi
manapun.
Bogor,

Maret 2007


Amran Saru
C261040041

ABSTRAK
AMRAN SARU. Kebijakan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Terpadu Berkelanjutan di
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA, CECEP
KUSMANA, dan SETYO BUDI SUSILO.
Pemanfaatan ekosistem mangrove oleh stakeholders di Kabupaten Barru berbasis
pada kepentingan individu atau kelompok tertentu, seperti : areal perburuan beberapa jenis
burung, penebangan hutan mangrove untuk bahan bangunan, konversi hutan mangrove
menjadi areal budidaya tambak dan pemukiman, dan mengeksploitasi mangrove untuk
dijadikan sebagai kayu bakar. Akibat dari kegiatan tersebut diduga menimbulkan konflik
kepentingan dan kerusakan ekosistem yang tidak terkendali. Mengingat fungsi ekologi
ekosistem mangrove dan stabilitas ekosistem pesisir, maka sangat diperlukan suatu
penelitian tentang kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove khususnya di Kabupaten
Barru.
Kajian ilmiah tentang kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove
sudah sering dilakukan jauh sebelum Instruksi Menteri Pertanian nomor 13 tahun 1975,
tentang pembinaan kelestarian hutan mangrove. Namun kebijakan pengelolaan dan

pemanfaatan ekosistem mangrove yang selama ini dilakukan masih bersifat parsial.
Sedangkan kajian ini dirancang dengan mengadopsi dan meramu metode analisis yang
bersifat komprehensif korelasional, seperti : analisis ekologi hutan mangrove, valuasi
ekonomi pemanfaatan ekosistem mangrove, kesesuaian pemanfaatan lahan, analisis
SWOT untuk strategi pemanfaatan, dan analisis prioritas dengan bantuan software MAHP
untuk mendukung analisis tersebut di atas, dilakukan pengumpulan data primer seperti :
aspek ekologi mangrove, parameter biofisik ekosistem mangrove, dan data sosial
ekonomi, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara ekologi daya dukung dan stabilitas ekosistem mangrove masih
cukup baik, ekosistem mangrove di sepanjang pantai dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kegiatan budidaya tambak, penangkapan ikan, eksploitasi kayu, konsevasi dan rehabilitasi,
secara ekonomi manfaat langsung ekosistem mangrove sebesar Rp. 30.512.882.
Selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan pada setiap titik sampling dengan
mangacu pada matriks kesesuian lahan yang baku, maka terdapat delapan bentuk
kesesuaian pemanfaatan ekosistem mangrove, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 6 jenis kegiatan pemanfaatan ekosistem hutan mangrove di Kabupaten Barru,
dengan skala prioritas dan persentase setiap alternatif, yaitu konservasi 23.79%, budidaya
ikin/tambak 20.26%, wisata pantai 18.65%, pelabuhan 13.83%, industri 11.80% dan
pemukiman 11.58%.
Hasil analisis prioritas merekomendasikan pemanfaatan ekosistem mangrove di

Kabupate Barru sebagai berikut : (a) ekosistem mangrove pada setiap kecamatan di
Kabupaten Barru ditetapkan sebagai kawasan konservasi temasuk rehabilitasi dan
ekowisata, (b) pemanfaatan untuk pengembangan wisata pantai dapat dilakukan di
Kecamatan Mallusetasi, Balusu dan Kecamatan Barru, (c) pemanfaatan ekosistem
mangrove untuk budidaya ikan/tambak dapat dilakukan di semua kecamatan di Kabupaten
Barru dengan model pengembangan tambak tumpang sari (silvofishery), (d)
pengembangan dan pembangunan pelabuhan dapat dilakukan disekitar areal mangrove
khususnya di Kecamatan Soppengriaja dan Kecamatan Barru, (e) pengembangan kawasan
industri hatchery dapat dilakukan di belakang mangrove di Kecamatan Mallusetasi dan
Kecamatan Balusu, dan (f) sedangkan untuk pengembangan pemukiman dapat dilakukan
di Kecamatan Balusu dan Barru.
Kata kunci : ekosistem mangrove, kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove,
pembangunan terpadu berkelanjutan.

ABSTRACT
AMRAN SARU. The Policy of Integrated Sustainable Utilization of Mangrove
Ecosystem in Barru Regency, South Sulawesi. Under the supervision of FREDINAN
YULIANDA, CECEP KUSMANA, and SETYO BUDI SUSILO.

The utilization of mangrove ecosystem by stakeholders in Barru Regency is

based on individual or group interests, such as hunting birds, cutting mangrove
trees for house construction, converting mangrove forest for aquaculture ponds and
settlements, and exploiting mangrove for firewood. These activities have created
conflict of interests and uncontrolled ecosystem destruction. Considering the
ecological function of mangrove ecosystem and the stability of coastal ecosystem,
it is highly crucial to conduct a research on policy analysis of integrated
sustainable utilization of mangrove ecosystem, particularly in Barru Regency.
Scientific assessment towards management and utilization policy of
mangrove ecosystem has long been carried out prior to the enactment of the
Agricultural Minister’s Instruction No. 13/1975 on managing sustainable
mangrove forest. However, nowadays the management and utilization policies of
mangrove ecosystem have only been done partially. This study is designed to
adopt an analytical method that is correlative comprehensive, such as mangrove
ecology analysis, economic valuation of mangrove utilization, land utilization
suitability, SWOT analysis for developing a strategy for mangrove utilization, and
priority analysis using MAHP software. In order to support the analysis, the study
carried out a primary data collection on mangrove ecology, biophysical
characteristics of mangrove ecosystem, and social economy, as well as a secondary
data collection that taken from respective institutions.
The study shows that the ecolo gical carrying capacity and stability of

mangrove ecosystem are moderately good. Mangrove ecosystem along the coast
has been utilized by the community for aquaculture, fishing, firewood,
conservation, and rehabilitation. The economic valuation of direct utilization of
mangrove ecosystem is Rp 30,512,882. The analysis of land suitability was carried
out at each sampling site according to a standardized land suitability matrix, and
resulted in eight types of suitability utilization of mangrove ecosystem. The study
shows that there are six types of mangrove utilization in Barru Regency, in which
each alternative has different priority scale and percentage, namely conservation
23.79%, fishery aquaculture 20.26%, coastal tourism 18.65%, seaport 13.83%,
industry 11.80%, and settlements 11.58%.
The results of the priority analysis recommend that the utilization of
mangrove ecosystem in Barru Regency is as follows: (a) mangrove ecosystem in
each sub-district of Barru Regency is designated for conservation area including
rehabilitation and ecotourism; (b) coastal tourism can be developed in Mallusetasi,
Balusu and Barru Sub-districts; (c) fishery aquaculture can be built in all subdistricts of Barru Regency using a silvofishery model; (d) development of seaport
can be done in Soppengriaja and Barru Sub-districts; (e) development of a
hatchery industrial area can be situated in Mallusetasi and Balusu Sub-districts;
and (f) settlements can be developed in Balusu and Barru Sub-districts.
Keywords : mangrove ecosystem, mangrove ecosystem utilization policy,integrated
sustainable development.


Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

KEBIJAKAN PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE
TERPADU BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BARRU
SULAWESI SELATAN

Amran Saru

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2007

Judul Disertasi : Kebijakan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Terpadu Berkelanjutan
di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.
Nama
: Amran Saru
NIM
: C261040041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.
Anggota

Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc.

Anggota

Diketahui

Ketua Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Sulistiono , M.Sc.
Tanggal Ujian : 21 Maret 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, oleh
karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
disertasi ini sebagai tugas akhir program doktor.
Berbagai kendala dan hambatan yang penulis hadapi dalam upaya

menyelesaikan karya ilmiah ini, mulai dari pencetusan ide yang dituangkan dalam
bentuk sinopsis penelitian, prakolokium, penetapan judul oleh Komisi Akademik,
sidang komisi, kolokium, prelim tertulis dan prelim lisan, pengambilan data
lapangan, analisis data ekologi hutan mangrove, analisis data sosial, valuasi
ekonomi ekosistem mangrove, analisis kesesuaian pemanfaatan lahan khususnya
ekosistem mangrove, analisis penentuan kebijakan melalui analisis SWOT dan
Analytical Hierarchy Process (software MAHP), hingga penulis dapat
menyelesaikan disertasi ini. Kendala dan hambatan tersebut bisa teratasi berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh kanera itu penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih yang setulus – tulusnya dari lubuk hati yang paling dalam kepada :
(1) Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. sebagai pembimbing ketua; Prof. Dr. Ir.
Cecep Kusmana, MS. dan Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. masing – masing
sebagai pembimbing anggota, yang banyak memberikan motivasi, saran,
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat terinspirasi untuk menyelisaikan
karya ilmiah ini sebagaimana mestinya, (2) Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA beserta
staf Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Dr. Ir. Unggul
Aktani, M.Sc (wali akademik), dan Dr. Ir. Sugeng Budiharsono, MS. atas segala
bantuan, upayah, arahan dan saran – sarannya untuk melengkapi tulisan ini, (3)
Gubernur Sulawesi Selatan, bupati kepala daerah tingkat dua Kabupaten Barru dan
bupati kepala daerah tingkat dua Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan

beserta jajarannya, atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan selama
penelitian. Ucapan terima kasih terkhusus kepada isteri tercinta Ny. Ariani
Amran, S.St, anakda tersayang Imam Amriadi AS dan Amaliah Amriani, kedua
orang tua H. Saharuddin dan Hj. Maniara, serta saudara – saudaraku atas doa,
kasih sayang, kesabaran dan pengorbanannya.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT, memberikan balasan yang
setimpal atas segala kebaikan yang mereka berikan dalam proses penyelesaian
disertasi ini, semoga karya ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri,
maupun para pencinta dan pemerhati lingkungan, walaupun penulis menyadari
bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan, itu karena keterbatasan penulis.
Bogor,

Maret 2007

Amran Saru

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pinrang Sulawesi Selatan pada tanggal 24 September
1967 sebagai anak kedua dari pasangan H. Saharuddin dan Hj. Maniara. Tamat
Sekolah Dasar (1981), Tamat Sekolah Menengah Pertama (1984), Tamat Sekolah

Menengah Atas (1987) masing – masing di Kabupaten Pinrang. Sarjana Kelautan
diraih dari Universitas Hasanuddin (1993), dan pendidikan Magister Ilmu
Lingkungan Bidang Laut Dangkal dan Pantai diperoleh dari Pascasarjana
Universitas Hasanuddin (2001). Diterima untuk melanjutkan Pendidikan Doktor
Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan pada Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor dengan biaya BPPS – DIKTI tahun 2004, penulis berhasil
menyelesaikan pendidikan doktor tahun 2007.
Penulis bekerja sebagai dosen di Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin sejak tahun 1995 sampai
sekarang, tugas tambahan yang pernah dipercayakan kepada penulis antara lain :
kepala unit kapal penelitian Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin (1999 – 2003), pembina kemahasiswaan Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (2001 – 2004), dan
anggota komisi disiplin Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (2002 – 2004).
Penulis aktif sebagai peserta maupun pemateri dalam berbagai seminar
lokal, nasional, dan internasional. Aktif menulis beberapa karya ilmiah yang
dipublikasikan pada jurnal terakreditasi nasional, khususnya dalam bidang Ekologi
dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Selama mengikuti program
doktor, penulis telah menyelesaikan karya ilmiah berjudul ”Analisis Ekosistem
Mangrove dengan Pendekatan Model Ekologi di Kabupaten Barru Provinsi
Sulawesi Selatan” yang telah disampaikan pada seminar nasional hasil – hasil
penelitian di bidang perikanan dan kelautan di Universitas Brawijaya Malang pada
tanggal 20 – 21 Pebruari 2006. Sebuah artikel dengan judul ”Stabilitas Ekosistem
pada Berbagai Bentuk Pemanfaatan Mangrove dengan Indikator Makrozoobentos
di Kabupaten Barru” akan diterbitkan pada Jurnal Torani edisi Desember 2006.
Karya ilmiah tersebut di atas merupakan bagian dari data dalam disertasi ini yang
ditulis secara terpisah. Penghargaan Indeks Prestasi Akademik 4.0 pada semester
awal 2004/2005 dari Direktur Pascasarjana Institut Pertanian Bogor mencerminkan
keseriusan penulis dalam mengikuti jenjang pendidikan doktor.
Organisasi yang pernah dinahkodai, yaitu : wakil ketua Himpunan
Mahasiswa dan Masyarakat Perintis Kemerdekaan IX Makassar (1991 – 1993),
ketua I Ikatan Sarjana Kelautan Universitas Hasanuddin (1999 – 2001), ketua
umum Ikatan Sarjana Kelautan Universitas Hasanuddin (2002 -2004), sejak
terdaftar sebagai mahasiswa program doktor penulis menjadi Ketua II Forum
Komunikasi Mahasiswa Asal Sulawesi Selatan (2005 – 2006).

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................

i

ABSTRACT....................................................................................................

ii

HAK CIPTA ...................................................................................................

iii

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

v

PRAKATA......................................................................................................

vi

RIWAYAT HIDUP.........................................................................................

vii

DAFTAR ISI...................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL...........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xv

I. PENDAHULUAN ......................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................

4

1.3 Tujuan dan Manfaat ...........................................................................

7

1.4 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................

8

1.5 Hipotesis .............................................................................................

9

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................

11

2.1 Pengertian Ekosistem Mangrove ........................................................

11

2.2 Komposisi Jenis Mangrove .................................................................

11

2.3 Zonasi Mangrove ................................................................................

12

2.4 Fungsi dan Manfaat Mangrove ...........................................................

13

2.5 Pengelolaan dan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove .........................

15

2.6 Penyebab Kerusakan Mangrove ..........................................................

15

2.7 Faktor – Faktor Lingkungan ...............................................................

16

2.8 Hubungan Sumberdaya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi ................

16

2.9 Konsep pengukuran Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove .................

17

2.10 Perencanaan dan Pemanfaatan Wilayah Pesisir Secara Terpadu......

19

2.11 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu
Berkelanjutan ....................................................................................

20

2.12 Kebijakan Pemanfaatan Mangrove ...................................................

22

2.13 Analisis SWOT .................................................................................

26

2.14 Proses Hirarki Analisis (PHA) ..........................................................

26

2.15 Kerangka Pemikiran..........................................................................

30

III. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................

33

3.1 Waktu dan Tempat ..............................................................................

33

3.2 Penentuan Stasiun ...............................................................................

34

3.3 Pengambilan Data ...............................................................................

34

3.3.1 Pengambilan Data Mangrove ...........................................................

34

3.3.2 Pengambilan Data Biofisik ..............................................................

35

3.3.3 Pengambilan Data Sosial Ekonomi Masyarakat ..............................

35

3.4 Analisis Sampel ..................................................................................

37

3.5 Analisis Data .......................................................................................

37

3.5.1 Analisis Vegetasi Mangrove ............................................................

39

3.5.2 Analisis Organisme .........................................................................

40

3.5.3 Analisis Ekonomi ............................................................................

40

3.5.4 Kuantifikasi Seluruh Manfaat dan Fungsi ke dalam Rupiah ..........

41

3.5.5 Kriteria Kesesuaian Pemanfaatan Ekosistem Mangove ..................

42

3.5.6 Analisis Spasial ...............................................................................

46

3.5.7 Analisis Penentuan Kebijakan Pemanfaatan Mangrove ..................

49

3.5.7.1 Analisis SWOT .............................................................................

49

3.5.7.2 Proses Hirarki Analisis (PHA/AHP ).............................................

50

3.5.7.3 Analisis A’WOT ...........................................................................

54

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

56

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian......................................................

56

4.1.1 Batasan Wilayah Penelitian ............................................................

57

4.1.2 Geologi dan Geomorfologi Pantai ..................................................

58

4.1.3 Dinamika Pantai..............................................................................

59

4.1.4 Parameter Lingkungan ....................................................................

61

4.2 Ekosistem Mangrove .........................................................................

63

4.2.1 Komposisi Jenis dan Kerapaten Mangrove .....................................

63

4.2.2 Organisme yang Berasosiasi ...........................................................

76

4.2.2.1 Makrozoobentos...........................................................................

76

4.2.2.2 Ikan dan Crustacea .......................................................................

78

4.2.2.3 Burung dan Mamalia....................................................................

79

4.3 Kondisi Sosial Budaya .......................................................................

80

4.3.1 Penduduk .........................................................................................

80

4.4 Kondisi Ekonomi ...............................................................................

82

4.4.1 Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove ..........................................

85

4.4.1.1 Manfaat Langsung........................................................................

86

4.5 Kesesuaian Pemanfaatan Ekosistem Mangrove .................................

94

4.5.1 Kecamatan Mallusetasi ...................................................................

97

4.5.2 Kecamatan Soppengriaja.................................................................

99

4.5.3 Kecamatan Balusu...........................................................................

101

4.5.4 Kecamatan Barru.............................................................................

103

4.6 Konsep keterpaduan pemanfaatan ekosistem mangrove ...................

105

4.7 Strategi Kebijakan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove .....................

109

4.7 Kebijakan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove ..................................

116

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

133

5.1 Kesimpulan ........................................................................................

133

5.2 Saran...................................................................................................

134

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

135

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................

141

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tahapan dalam proses pembuatan kebijakan.............................................

24

2. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman penduduk ..............

43

3. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan konservasi ................................

43

4. Matriks kesesuaian lahan unt uk kawasan pariwisata pantai ......................

44

5. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan industri .....................................

44

6. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya ikan/tambak ..............

45

7. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pelabuhan umum......................

45

8. Standar matriks kombinasi SWOT ............................................................

50

9. Skala banding berpasangan oleh Saaty ......................................................

52

10. Standarisasi nilai (Random Indeks)..........................................................

54

11. Kondisi topografi dan kemiringan lereng Kabupaten Barru.....................

56

12. Stasiun pengamatan dan luas wilayah penelitian dirinci berdasarkan
kecamatan dan desa/kelurahan ................................................................

57

13. Penyebaran geologi Kabupaten Barru ......................................................

59

14. Kondisi parameter oseanogafi di sekitar ekosistem mangrove di beberapa
kecamatan dan desa/kelurahan di Kabupaten Barru .................................

60

15. Data hasil pengamatan kualitas air di sekitar ekosistem mangrove
pada lokasi penelitian ...............................................................................

62

16. Kondisi parameter sedimen/substrat ekosistem mangrove di beberapa
kecamatan dan desa/kelurahan di Kabupaten Barru .................................

62

17. Rekapitulasi areal ekosistem mangrove di setiap kecamatan dan
desa/kelurahan di Kabupaten Barru .........................................................

64

18. Kerapatan jenis mangrove di Kecamatan Mallusetasi ..............................

65

19. Indeks nilai penting jenis mangrove di Kecamatan Mallusetasi...............

66

20. Kerapatan jenis mangrove di Kecamatan Soppengriaja ...........................

68

21. Indeks nilai penting jenis mangrove di kecamatan Soppengriaja .............

70

22. Kerapatan jenis mangrove di Kecamatan Balusu .....................................

72

23. Indeks nilai penting jenis mangrove di Kecamatan Balusu ......................

72

24. Kerapatan jenis mangrove di Kecamatan Barru .......................................

74

25. Indeks nilai penting jenis mangrove di Kecamatan Barru ........................

74

26. Jumlah penduduk di Kab. Barru dirinci menurut Kec. dan jenis kelamin

80

27. Jumlah rumah tangga nelayan dan petani tambak disetiap kecamatan.....

83

28. Estimasi responden berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan........

84

29. Rekapitulasi analisis valuasi ekonomi pemanfaatan ekosistem mangrove

87

30. Parameter lingkungan ekosistem mangrove di Kec. Mallusetasi .............

97

31. Parameter lingkungan ekosistem mangrove di Kec. Soppengriaja...........

99

32. Parameter lingkungan ekosistem mangrove di Kec. Balusu....................

101

33. Parameter lingkungan ekosistem mangrove di Kec. Barru......................

103

34. Analisis konsep keterpaduan kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove
di Kabupaten Barru .................................................................................

107

35. Hasil analisis dari akumulasi pendapat responden untuk komponen
internal SWOT ..........................................................................................

110

36. Hasil analisis dari akumulasi pendapat responden untuk komponen
eksternal SWOT ........................................................................................

111

37. Matriks SWOT untuk menentukan strategi pemanfaatan ekosistem
mangrove ..................................................................................................

113

38. Strategi dan kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove di Kabupaten
Barru Sulawesi Selatan .............................................................................

123

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram permasalahan pemanfaatan ekosistem mangrove .....................

7

2. Tahapan analisis penelitian kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove

9

3. Salah satu tipe zonasi hutan ma ngrove yang umum ditemukan di
Indonesia ..................................................................................................

13

4. Nilai total ekonomi mangrove .................................................................

18

5. Kedekatan prosedur analisis kebijakan dengan proses pembuatan
kebijakan ..................................................................................................

25

6. Skema kerangka pemikiran penelitian .....................................................

32

7. Peta lokasi penelitian di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan...................

33

8. Bagan transek cuplikan vegetasi mangrove di lapangan .........................

35

9. Skema rincian pengambilan sampel dari jumlah populasi.......................

36

10. Alur analisis data untuk menentukan kebijakan pemanfaatan mangrove
di Kabupaten Barru ..................................................................................

38

11. Diagram alur penyusunan basis data .......................................................

47

12. Diagram alur metode analisis spasial ......................................................

48

13. Rangkaian kerja analisis SWOT ..............................................................

49

14. Proses Hirarki A’WOT untuk penentuan prioritas kebijakan..................

55

15. Peta sebaran mangrove Kecamatan Mallusetasi Kab. Barru ...................

67

16. Peta sebaran mangrove Kecamatan Soppengriaja Kab. Barru.................

69

17. Peta sebaran mangrove Kecamatan Balusu Kab. Barru...........................

71

18. Peta sebaran mangrove Kecamatan Barru Kab. Barru.............................

75

19. Grafik analisis kelimpahan makrozoobentos di empat kecamatan di
Kab. Barru................................................................................................

77

20. Grafik analisis keanekaragaman makrozoobentos di empat kecamatan
di Kabupaten Barru ..................................................................................

78

21. Rekapitulasi penduduk pada setiap kecamatan di lokasi penelitian ........

81

22. Rekapitulasi penduduk berdasarkan jenis kelamin pada setiap
kecamatan di lokasi penelitian .................................................................

81

23. Persentase tingkat pendidikan responden diwawancarai di lokasi
penelitian..................................................................................................

82

24. Jumlah rumah tangga penduduk yang berpropesi sebagai nelayan pada
setiap kecamatan di lokasi penelitian.......................................................

84

25. Jumlah alat tangkap yang digunakan oleh nelayan pada setiap kecamatan
di lokasi penelitian ...................................................................................

85

26. Peta kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ekosistem hutan mangrove
di Kecamatan Mallusetasi .......................................................................

98

27. Peta kesesuaian la han untuk pemanfaatan ekosistem hutan mangrove
di Kecamatan Soppengriaja ....................................................................

100

28. Peta kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ekosistem hutan mangrove
di Kecamatan Balusu ..............................................................................

102

29. Peta kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ekosistem hutan mangrove
di Kecamatan Barru ................................................................................

104

30. Keterpaduan konsep dan alternatif pemanfaatan ekosistem mangrove ..

108

31. Hasil analisis matriks SWOT dengan kombinasi faktor internal dengan
faktor eksternal.........................................................................................

112

32. Kebijakan pemanfaatan ekosistem hutan mangrove dengan komponen
prioritas SWOT........................................................................................

116

33. Prioritas dan persentasi komponen strength ............................................

118

34. Prioritas dan persentasi komponen weakneses ........................................

119

35. Prioritas dan persentasi komponen opportunity.......................................

120

36. Prioritas dan persentasi komponen treaths ..............................................

121

37. Prioritas kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove ...........................

122

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Posisi stasiun pengamatan pada masing- masing kecamatan dan desa/
kelurahan ...................................................................................................

142

2. Data komposisi jenis mangrove di Kecamatan Mallusetasi ......................

143

3. Data komposisi jenis mangrove di Kecamatan Soppengriaja ..................

150

4. Data komposisi jenis mangrove di Kecamatan Balusu ............................

158

5. Data komposisi jenis mangrove di Kecamatan Barru ..............................

163

6. Analisis komposisi jenis, kelimpahan dan keanekaragaman jenis Makrozoobentos yang ditemukan pada ekosistem mangrove Kabupaten Barru
selama penelitian........................................................................................

170

7. Jenis ikan yang ditemukan di setiap stasiun pengamatan di Kab. Barru ..

175

8. Jenis burung yang ditemukan pada setiap stasiun di lokasi penelitian ......

177

9. Analisis manfaat langsung produk kayu dari ekosistem mangrove ...........

179

10. Analisis manfaat langsung produk arang dari ekosistem mangrove ........

180

11. Analisis manfaat langsung bibit mangrove dari ekosistem mangrove .....

180

12. Analisis manfaat langsung penangkapan burung dari ekosistem mangrove 181
13. Analisis manfaat langsung penangkapan kelelawar ...............................

181

14. Analisis manfaat langsung penangkapan ikan dari ekosistem mangrove

182

15. Analisis manfaat langsung penangkapan udang dari ekosistem mangrove 183
16. Analisis manfaat langsung penangkapan kepiting dari mangrove ...........

184

17. Analisis manfaat langsung pengambilan kerang dari mangrove .............

185

18. Analisis valuasi ekonomi manfaat tambak polikultur ikan dan bandeng

186

19. Analisis valuasi ekonomi manfaat tambak monokultur ..........................

187

20. Hasil survei dan Analisis dengan menggunakan SWOT dan AHP
(A’WOT) terhadap responden selama penelitian ....................................

189

21. Foto- foto kegiatan selama penelitian di Kebupaten Barru .....................

200

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir Indonesia memiliki luasan dan potensi ekosistem mangrove
yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di
dunia, sekitar 27 % atau sekitar 4.293 juta ha berada di Indonesia (Kusmana
1995). Namun demikian luas hutan mangrove di Indonesia terus menyusut, hal
ini sesuai dengan hasil penapsiran potret udara dan survei lapangan, yang
menyatakan bahwa luas hutan mangrove di Indonesia tahun 1982 sekitar
4.251.011 ha (Direktorat Bina Program 1982). Hasil penapsiran 1991 dari Citra
Landsat MSS liputan tahun 1986 – 1991 (luas areal liputan hutan 150 juta ha) dan
data referensi lainnya seperti peta RePProt, data SPOT dan potret udara yang
dilakukan

(Intag 1993), luas hutan mangrove di seluruh wilayah Indonesia

diperkirakan seluas 3.735.250 ha, artinya bahwa luas mangrove di Indonesia telah
mengalami degradasi sekitar 13 % atau sekitar 515.761 ha dalam waktu kurang
lebih 11 tahun.
Luas ekosistem mangrove yang terdapat di Sulawesi Selatan pada tahun
1982 sekitar 66.000 ha, kemudian pada tahun 1993 mengalami penambahan
sekitar 57.6 % (sekitar 104.030 ha). Sedangkan hasil pemantauan terakhir (Ditjen
Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1994), bahwa eksploitasi hutan mangrove di
Sulawesi Selatan sekitar 75 % atau sekitar 78.022 ha, umumnya
memperhatikan

tidak

kelestarian lingkungan dan kondisi ekologis hutan mangrove.

Dari 78.022 ha luas hutan mangrove yang telah dieksploitasi,

sekitar 40.000 ha

atau sekitar 38 % dikonversi jadi tambak, sedangkan sekitar 38.022 ha atau
sekitar 37 % dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti : kayu bakar, bahan
industri, dan kebutuhan lainya. Hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi
lahan tambak

berdasarkan estimasi hanya 30 % yang berfungsi produktif

sedangkan sisanya terlantar dan selalu mengalami pengikisan oleh ombak karena
tidak adanya reboisasi atau penanaman kembali pada areal tambak hasil konversi
yang tidak produktif. Oleh karena itu, kondisi hutan mangrove di Sulawesi
Selatan sangat memprihatinkan termasuk di Kabupaten Barru.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pantai disamping
terumbu karang dan lamun. Secara ekologis hutan mangrove dapat berfungsi
sebagai

stabilitas atau keseimbangan ekosistem, sumber unsur hara, sebagai

2

daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), dan
daerah pemijahan (spawning ground). Secara ekonomis ekosistem mangrove
dapat dijadikan sebagai areal budidaya, penangkapan, obyek wisata, dan sumber
kayu bagi masyarakat. Selain hal tersebut di atas, mangrove merupakan salah satu
hutan alamiah yang unik dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang cukup
tinggi, dapat menghasilkan bahan dasar untuk keperluan rumah tangga dan
industri seperti : kayu bakar, arang, kertas, dan rayon yang dalam konteks
ekonomi mengandung nilai komersial tinggi. Mengacu pada realitas tersebut di
atas, maka akan dicari suatu solusi atau strategi kebijakan pemanfaatan ekosistem
mangrove secara terpadu dan berkelanjutan, yang diharapkan menghasilkan suatu
konsep baru untuk menjadi acuan pemanfaatan ekosistem mangrove khususnya
di Kabupaten Barru.
Kabupaten Barru secara administratif terdiri dari lima kecamatan yang
berada di wilayah pantai, empat diantaranya memiliki atau ditumbuhi hutan
mangrove dengan luas sekitar 113.02 ha yaitu : Kecamatan Mallusetasi dengan
luas mangrove sekitar 3.57 ha; Kecamatan Soppengriaja dengan luas sekitar 6.85
ha; Kecamatan Balusu dengan luas sekitar 96.37 ha;

dan Kecamatan Barru

dengan luas sekitar 6.23 ha. Dari luas tersebut di atas, untuk memenuhi penetapan
jalur hijau sesuai standar nasional yaitu 130 meter dikalikan dengan tinggi ratarata muka air pada saat pasang, masih diperlukan sekitar 202.11 ha. (Badan Pusat
Statistik 2003). Berdarkan data kondisi ekosistem mangrove tersebut, pemerintah
Kabupaten Barru telah mengadopsi kebijakan – kebijakan nasional pengelolaan
dan pemanfaatan ekosistem mangrove yang berpedoman kepada landasan strategi
dan dasar hukum sebagai berikut : Undang-undang (UU) nomor 5 tahun 1990,
tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan hutannya; UU no. 9 tahun 1990,
tentang pariwisata; UU no. 24 tahun 1992 tentang, penataan ruang; UU no. 41
tahun 1999, tentang kehutanan; UU no. 7 tahun 2004, tentang sumberdaya air;
Peraturan Pemerintah (PP) no. 28 tahun 1985, tentang perlindungan hutan; PP no.
18 tahun 1994, tentang penguasaan pariwisata alam; PP no. 47 tahun 1997,
tentang rencana tata ruang kawasan nasional; PP no. 32 tahun 2002, tentang tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; UU no. 31 tahun 2004, tentang
perikanan.

Berdasarkan undang – undang nomor 22 tahun 1999, tentang

pemerintah daerah

dan undang – undang nomor 25 tahun 2000, tentang

3

kewenangan pemerintah daerah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom,
maka selain undang – undang dan peraturan pemerintah tersebut di atas,
pemerintah daerah juga telah melakukan

langkah – langkah antisipasi guna

mempertahankan hutan mangrove tersebut melalui : Perda Nomor 23 tahun 2001,
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Pantai dan Penetapan Jalur Hijau Hutan
Mangrove dan Kawasan Lindung.

Laporan Akhir Zonasi dan Manajemen

Pengelolaan Wilayah Laut Kabupaten Barru 2003, menyarankan hutan bakau
(hutan mangrove) sebagai zona lindung dan kawasan konservasi.

Namun

demikian hingga saat ini masyarakat masih tetap melakukan aktifitasnya yang
cenderung merusak dan berdampak negatif terhadap ekosistem mangrove
tersebut,
daerah

hal ini diduga terjadi karena peraturan yang ditetapkan pemerintah
belum

mengakomodir

berbagai

kepentingan stakeholders dalam

optimalisasi pemanfaatan ekosistem mangrove dan menentukan secara jelas
zonasi pemanfatan yang spesifik berdasarkan zonasi potensi dan sumberdaya
ekosistem mangrove.
Pola pemanfaatan ekosistem mangrove yang selama ini dilakukan
masyarakat di Kabupaten Barru berbasis pada kepentingan individu atau
kelompok tertentu, baik dari pihak swasta maupun pemerintah dalam pemanfaatan
ekosistem mangrove di Kabupaten Barru, seperti : areal perburuan beberapa jenis
burung, penebangan hutan mangrove untuk baha n bangunan, konversi hutan
mangrove menjadi areal budidaya tambak dan pemukiman, dan mengeksploitasi
hutan

mangrove untuk dijadikan sebagai kayu bakar. Akibat dari kegiatan

tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan di wilayah pesisir dan lautan
khususnya di Kabupaten Barru.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan

masyarakat tersebut yang cenderung melakukan pengrusakan, yaitu timbulnya
kerusakan ekosistem yang tidak terkendali. Mengingat fungsi ekologi ekosistem
mangrove dan stabilitas ekosistem pesisir Kabupaten Barru, maka sangat
diperlukan suatu penelitian tentang pemanfaatan ekosistem mangrove secara
terpadu dan berkelanjutan untuk menentukan pendekatan kebijakan pemanfaatan
ekosistem mangrove khususnya di Kabupaten Barru.
Penelitian atau kajian

ilmiah

tentang

kebijakan

pengelolaan

dan

pemanfaatan ekosistem mangrove sudah sering dilakukan jauh sebelum Instruksi
Menteri Pertanian nomor 13 tahun 1975, tentang pembinaan kelestarian hutan

4

mangrove.

Kajian ilmiah tentang kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan

ekosistem mangrove yang telah dilakukan selama ini, meliputi : (1) kebijakan
pengelolaan

ekosistem

mangrove

secara

nasional

dengan

pendekatan

komprehe nsif kuantitatif, (2) kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove dengan
pendekatan ekologi- ekonomi secara kualitatif/statistik ekologi, (3) kebijakan
pengelolaan ekosistem mangrove dengan pendekatan zonasi dan potensi dengan
alat bantu GIS (geography information system) dan Inderaja (peninderaan jarak
jauh), (4)

analisis kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove dengan

pendekatan Analytical Hierarchy Process, (5) kebijakan pengelolaan ekosistem
mangrove dengan pendekatan SWOT dan AHP.

Sedangkan pada kajian ini,

akan dilakukan dengan mengadopsi dan meramu beberapa metode tersebut di atas
menjadi suatu bentuk metode analisis yang bersifat komprehensif korelasional,
untuk menentukan suatu bentuk kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove
secara spesifik di Kabupaten Barru dan diharapkan dapat diadopsi di daerah lain
yang mempunyai kondisi dan kemiripan ekosistem mangrove yang relatif sama.
1.2 Perumusan Masalah
Kabupaten Barru masih memiliki ekosistem mangrove yang cukup stabil,
walaupun telah banyak mengalami degradasi yang cukup berat akibat
pemanfaatan lahan yang tidak terencana dan

terkendali. Pada bagian daratan

dijumpai perkampungan penduduk, perkebunan dan pertambakan, sedangkan
pada bagian pantai dan laut dijumpai adanya ekosistem mangrove, ekosistem
padang lamun, dan ekosistem terumbu karang.

Kondisi inilah

yang sangat

membutuhkan perhatian dari seluruh stakeholders agar kelestarian dan kestabilan
ketiga ekosistem dapat dipertahankan, karena kerusakan salah satu ekosistem di
daerah pantai akan mempengaruhi ekosistem lainnya, misalnya terjadi
pengrusakan pada ekosistem mangrove maka jelas akan ikut mempengaruh
kestabilan ekosistem padang lamun dan terumbu karang, sehingga ekosistem
mangrove memegang peranan yang sangat penting khususnya di wilayah pesisir
dan laut.
Dewasa ini masyarakat sudah mulai melakukan pemanfaatan ekosistem
mangrove melalui konversi hutan mangrove menjadi tambak dan eksploitasi hutan
mangrove untuk kayu bakar, arang, alat tangkap, media budidaya, dan bahan
bangunan.

Hal ini disebabkan oleh kondisi sosial dan desakan ekonomi

5

masyarakat yang cenderung ingin mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya tanpa
menghiraukan kelestarian ekosistem.

Oleh karena itu sebelum ekosistem

mangrove mengalami kerusakan yang cukup parah, maka sejak dini perlu
dilakukan pendekatan kepada masyarakat, pemerintah, maupun kelompok lainnya
yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove tersebut,
agar ekosistem tetap terjaga dan terpelihara pada suatu tatanan ekologis
(Gambar 1).

Apabila tidak ada upaya antisifasi dan alternatif kebijakan

pemanfaatan ekosistem mangrove di Kabupaten Barru atau sebaliknya, maka
ancaman yang akan terjadi yaitu : (1) ancaman yang ditemukan terhadap
ekosistem mangrove di lokasi penelitian yaitu : peningkatan konversi hutan
mangrove menjadi tambak, peningkatan konversi mangrove menjadi pemukiman,
penebangan liar untuk bahan bangunan, kayu bakar, sarana budidaya dan
penangkapan meningkat, kerusakan ekosistem mangrove dan ancaman terhadap
hilangnya habitat berbagai jenis organisme, (2) ancaman terhadap garis pantai
yaitu : terjadinya peningkatan abrasi di pesisir barat Kabupaten Barru, semakin
luas daratan utama akan mengalami degradasi dan berkurang, sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai, mengakibatkan kerusakan pada
ekosistem padang lamun dan terumbu karang, terjadinya intrusi (perembesan) air
laut ke daratan utama dan berkurangnya persedian air tanah, (3) ancaman terhadap
organisme (fauna) yang berasosiasi, hilangnya spesies organisme seperti : ikan
glodok (Periopthalmus spp), ikan baronang (Siganus sp), hilangnya spesies
burung yang seperti : burung bangau (Ciconiidae), hilangnya spesies mamalia
seperti : kelelawar (Pteropus spp), kelimpahan, keanekaragaman, distribusi
organisme menurun.
Sedangkan keuntungan yang diperoleh dalam pemanfaatan ekosistem
mangrove oleh stakeholders selama ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : (1)
keuntungan pemanfaatan ekosistem mangrove yaitu : tercapainya kawasan
pendidikan untuk laboratorium alam, kawasan konservasi, kawasan pemukiman
tertata rapih, kawasan wisata bahari untuk rekreasi, pemanc ingan, menikmati
kicauan burung, naik perahu, dan berjalan diantara pohon mangrove, kawasan
budidaya untuk budidaya tambak ramah lingkungan (silvofishery), empan parit,
dan keramba apung di luar kawasan ekosistem mangrove, penebangan liar dapat

6

ditekan dan dihindari, dan pemanfaatan ekosistem mangrove tetap dalam
pengawasan dan kontrol pemerintah, sehingga tidak terjadi over eksploitasi.
Berdasakan data yang tersedia baik survei di lapangan maupun hasil dari
beberapa penelitian, menunjukkan bahwa Kabupaten Barru masih memiliki
kondisi perairan yang baik dan ekosistem mangrove yang cukup stabil. Untuk
dapat mempertahankan hal tersebut di atas, perlu dilakukan suatu analisis secara
integral yang berbasis pada kondisi ekosistem mangrove dan sosial ekonomi
masyarakat, sehingga dapat menentukan

kebijakan pemanfaatan ekosistem

mangrove. Kondisi ini dapat dicapai dengan melakukan pendekatan kepada
masyarakat, pengusaha, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah agar
menggunakan suatu strategi kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove berbasis
pada parameter ekologi mangrove, biofisik lingkungan dan sosial ekonomi. Oleh
karena itu ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan dalam rangka
pencapaian dan aktualisasi kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove sebaga i
berikut :
a. Apakah sumberdaya ekosistem mangrove yang telah dieksploitasi oleh
stakeholders masih dalam kondisi yang stabil, bila ditinjau dari aspek ekologi
dan sosial ekonomi ?
b. Bagaimana tingkat degradasi dan eksploitasi ekosistem mangrove yang
dilakukan oleh stakeholders terutama masyarakat ditinjau dari aspek ekologi
dan biofisik lingkungan ?
c. Sejauhmana pendekatan kelayakan kawasan seraca spesifik dilakukan dalam
rangka pemanfaatan ekosistem mangrove ?
d. Apakah implementasi kebijakan pengelolaan dan zonasi pemanfaatan
ekosistem mangrove tidak optimal, sehingga diperlukan strategi dan prioritas
pemanfaatan untuk menyusun kebijakan yang sesuai dengan kondisi ekologis
mangrove dan sosial ekonomi masyarakat ?

7

Kebijakan Pemanfaatan
Ekosistem Mangrove

Budaya / perilaku dan
persepsi masyarakat

• Proses pengumpula dan
analisis data secara parsial
• Tidak mencermnkan
keterpaduan pemanfaatan
• Zonasi pemanfaatan tidak
jelas
• Kebijakan ini sifatnya
Top-down dan tidak
partisivatif

Tingkat
kesejahteraan

Lama

• Proses pengumpulan data secara
partisivatif dengan analisis data
secara terpadu dan komprehensif
• Metodologi digunakan secara
komprehensif korelasional
(akumulasi beberapa metode)
• Zonasi pemanfaatan secara terpadu
antara sektor
• Kebijakan sifatnya Top-down dan
Butom-Up

Baru/Solusi

Pola pemanfaatan yang
salah (tidak optimal)

Pemanfaatan yang benar
(optimal dan terpadu)

Potensi Sumberdaya
Mangrove yang tersedia

Degradasi ekosistem
mangrove

Pemanfaatan potensi
sumberdaya ekosistem
mangrove berkelanjutan

Gambar 1. Diagram permasalahan pemanfaatan ekosistem mangrove.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
a. Mengetahui kondisi ekosistem, perilaku dan interaksi masyarakat terhadap
ekosistem mangrove di Kabupaten Barru.
b. Untuk mengetahui tingkat degradasi dan eksploitasi ekosistem mangrove
berdasarkan kondisi ekologis dan sosial ekonomi.
c. Untuk membuat zonasi pemanfaatan secara spesifik ekosistem mangrove
berdasarkan klasifikasi potensi dan sumberdaya mangrove.
d. Merekomendasikan konsep kebijakan pemanfaatan ekosistem mangrove
secara terpadu dan berkelanjutan (sustainable) di Kabupaten Barru.

8

1.3.2 Manfaat
a. Memberikan informasi dan pengetahuan bagi stakeholders dalam
pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove secara terpadu dan
berkelajutan.
b. Untuk mengembangkan strategi kebijakan pemanfaatan ekosistem
mangrove ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Dapat memformulasikan suatu bentuk kebijakan pemanfaatan ekosistem
mangrove di Kabupaten Barru.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian difokuskan pada strategi pemanfaatan ekosistem
mangrove secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga parameter ekosistem
mangrove yang akan di ukur dibatasi pada :
a. Parameter sumberdaya mangrove yaitu : Kerapatan jenis dan kerapatan
relatif jenis mangrove, penutupan jenis dan penutupan relatif jenis,
frekuensi jenis dan frekuensi relatif jenis, dan indeks nilai penting.
b. Parameter biofisik yaitu : Biodivesrsity organisme yang berasosiasi,
geomorpologi pantai, iklim, curah hujan, angin, pasang surut, gelombang
dan arus, suhu, salinitas, oksigen terlarut, nutrien (N dan P), pH, Eh, dan
substrat.
c. Parameter sosial ekonomi yaitu : Data demografi, aksesibilitas, sarana dan
prasaran, kependudukan, pekerjaan, dan tingkat kesejahteraan) yang
dikumpulkan melalui data primer dan data sekunder.

9

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan analisis yaitu : (1)
analisis ekosistem mangrove dan analisis sosial ekonomi, (2) analisis
kesesuaian lahan, dan (3) analisis SWOT dan AHP seperti yang disajikan pada
Gambar 2.

I

Analisis SDA Ekosistem Mangrove
Analisis Sosial Masyarakat
Analisis Valuasi Ekonomi

IV
KEBIJAKAN PEMANFAATAN
EKOSISTEM HUTAN MANGROVE
TERPADU BERKELANJUTAN
II
Analisis Kesesuian Lahan
utk Pemanfaatan Mangrove
(Softw