BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar Kasus
a. Pengertian
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru
(Price, 1995. Padila, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, 2013).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang
mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, 2000. Asuhan
Keperawatan Penyakit Dalam, 2013).
Kanker adalah istilah untuk kelompok besar penyakit yang
dapat mempengaruhi setiap bagian generik tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma.
Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah penciptaan
cepat sel-sel abnormal yang tumbuh melampaui batas-batas yang
biasa mereka, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut sebagai
metastasis. Metastasis adalah penyebab utama kematian akibat kanker
(WHO, 2015).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel yang abnormal,

yang takterkendalikan di dalam jaringan paru-paru, menghasilkan

tumor. Tumor di dalam paru-paru dapat berupa tumor utama yang
berkembang di jaringan paru-paru. Mungkin saja sekunder akibat
metastasis dari kanker dibagian tubuh lain, seperi hatai, otak, atau
ginjal (Mary DiGiuli, Donna Jackson, dan Jim Keogh, 2007).
Neoplasma tebagi menjadi dua : banigna (jinak) atau
maligna (ganas). Neoplasma benigna biasanya tidaklah berbahaya dan
tidak menyebar atau menginvasi jaringan lain. Neoplasma malignan
adalah suatu massa yang berbahaya, dapat menginvasi jaringan lain
dan bermatastase (menyebar) keorgan lain yang letaknya berjauhan.
Neoplasma benigna dibagi dibagi atas 3 :
1) Fibroma
Dapat muncul di area mana pun di dalam tubuh. Namun, fibromas
paling sering ditemukan pada uterus.

Fibruma pada umunya

berukuran kecil, namun terkadang dapat tumbuh besar.
2) Limpoma

Limpoma muncul pada jaringan lemak (adiposa). Limpoma
jarang meninbulkan manifestasi apapun.
3) Leiomiomas
Leiomiomas adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot halus,
dan merupakan tumor jinak yang umum muncul pada wanita.
Leiomioma dapat tumbuh diseluruh tubuh manusia, paling sering

ditemukan tumbuh di uterus (Joyce M. Balck dan Jane Hokanson
Hawks, Keperawatan Medikal Bedah, Hal. 328, 2014)
Ada dua kategori utama kanker paru-paru : small cell dan
non-small cell (Mary DiGiuli, Donna Jackson, dan Jim Keogh, 2007).
1) Small cell :
a) Oat cell : tubuh cepat, metastasis awal
2) Non-small cell :
a) Adenocarsinoma, tingkat pertumbuhan moderat, metastasis
awal.
b) Squamous cell, pertumbuhan lamabat, metastasis akhir.
c) Large cell, pertumbuhan cepat, metastasis awal.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan
Paru-paru (1977) :

1) Karsinoma epidermologi
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan
epiter termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.terletak sentral
dari hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung kekelenjar getah baning hilus, dinding dada dan
mediastinum.

2) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.
Tumor ini timbul dari sel-sel Kulchitsky, komponen normal dari
epitel bronkus. Terbentuk dari sel-sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini
kemediastinum dan kelenjar limfe hilus., demikian juga dengan
penyebaran hematogen ke organ-organ distal.
3) Adenokarsinona (termasuk karsinoma sel alveolar)
Memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar bronkus dan
dapat mengandung mukus. Kebanhykan timbung dibagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan

jaringan parut lokal pada paru-paru dan fibrosa interstisial kronik.
Lesi sering kali meluas melalui pembukuh darah dan limfe pada
stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukan gejalagejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
4) Karsinoma sel besar
Merupakan sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacammacam. Sel-sel ini untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer,
tubuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ketempattempat yang jauh.
5) Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid

6) Lain-lain
Tumor karsinoid (adeno bronkus), tumor kelenjar bronkial, tumor
paralisis

dari

epitel

permukaan,

tumor


campuran

dan

karsinosarkoma, sarkoma, mesotelioma, dan melanoma (price,
1995. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, 2013)

b. Patofisiologi
1) Etiologi
Beragam faktor telah dikaitkan dengan terjadinya kanker
paru : asap tembakau, perokok kedua, polusi udara, pemajanan
okpasi, radon, dan masukan vitamin A yang tidak adekuat.
a) Asap tembakau
Pengunaan tembakau menyebabkan lebih dari satu
stiap 6 kematian diamerika serikat adalah penyakit
kanker

paru


dan

kardiovaskuler.

Merokok

ini

merupakan penyebab kematian dan penyakit tunggal
yang paling dapat dicegah di negara ini (Healthy
People 2000, 1990). Kanker paru adalah sepuluh kali
lebih umum terjadi pada perokok dibandingkan dengan
bukan perokok. Resiko ditentukan dengan riwayat
jumlah rokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok
yeng digunakan setiap hari dikali jumlah tahun

merokok). Selain itu, makin muda individu mulai
merokok, makin besar resiko terjadinya kanker paru.
Faktor lain yang jiga dipertimbangkan termasuk jenis
rokok yang dihisap (kandungan tar, filter vs tidak

berfilter).
b) Perokok kedua
Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab
yang mungkin dari kanker parupada bukan perokok.
Dengan kata lain, individu yang secara involunter
terpajan terhadap asap tembakau dalam lingkungan
yang dekat (mobil, gedung) beresiko terhadapa
terjadinya kanker paru. Opini publik telah mengarah
pada berbagai kampanye untuk merarang merokok
pada tempat-tempat umum seperti restauran, kantor,
dan pesawat udara.
c) Polusi udara
Berbagai

karsinogen

telah

diindentifikasi


dalam

atmosfer, termsuk sulfur, emisi kendaraan bermotor,
dan palutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti
menunjukan bahwa insindenkanker paru lebih besar
terjadi

didaerah

perkotaan

segabai

akibat

dari

penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

d) Pemajanan Okupasi

Pemajanan kronik terhadap karsinogen indrustial,
seperti arsenik, asbestos, gas mstrad, krom, asap oven
untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah
dikaitkan dengan terjadinya kanker paru.
e) Radon
Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang
ditemukan dalam tanah dan batuan. Selama bertahutahun gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan
uranium tetapi sekarang tetapi sekarang diketahui gas
tersebut dapat menyusup ke dalam kerumah-rmah
melalui bebatuan di dasar tanah. Sekarang kadar radon
yang tinggi (lebih dai 4 pikocuri/L) telah dikaitkan
denagn terjadinya kanker paru.
f) Vitamin A
Riset menunjukan bahwa terdapat hubungan antara diet
rendah vitamin A dengan terjadinya kanker paru. Telah
menjadi postulat bahwa vitamin A berkaitan dengan
pengaturan diferensiasi sel.
2) Proses terjadinya
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker paru-paru antara lain : merokok, perokok


pasif, polusi udara, paparan zat karsonogen (radiasi ion,
radon), dan genetik.
Dari faktor tersebut menyerang percabangan segmen
atau sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi
sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,
hyperplasia, dan displasia menembus ruang pleura, bisa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pasa kosta dan
korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral yang letaknya dadi salah
satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan
obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti supurasi dibagian
distal.

Gejala-gejala

yang

timbul


dapat

berupa

batu,

hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unlateral
dapat terdengar pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker
paru dapat bermetastase ke struktur-sturktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, dan tulang
rangka (Padila, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, Hal. 57,
2013).
3) Manifetasi klinis

a) Batuk karena iritasi dari massa. Lendir atau eksudat
tidak ada sampai skit bertambah parah
b) Batuk darah (hemoptysis)
c) Lelah
d) Berat badan turun karena kalori diserap oleh tumor,
tubuh tidak mendapat kalori.
e) Anoreksia
f) Kesulutan

bernapas

(dyspnea)

disebabkan

oleh

kerusakan jaringan paru-paru. Pasien mulai mengalami
msalah pernafasan.
g) Rasa sakit didada ketika massa menekan sekeliling
jaringan; mungkin tidak ada sampai sakit parah.
h) Produksi dahak
i) Efusi pleura (Mary DiGiuli, Donna Jackson, dan Jim
Keogh, 2007).
4) Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan.
Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal nafas, trauma ketika
sistem jantung paru sebelum pembedahan dilakukan. Terapi
radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.
c. Pemeriksaan Diagnostik

1) Radiologi
a) Foto thotax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi
dada.
Merupakan

pemeriksaan

awal

sederhana

yang

dapat

mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk,
ukuran, dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, seffuse pleura, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b) Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2) Laboratorium
a) Sitologi (sputum, pleura, atau nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya atau tahap karsinoma
b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
3) Histopatologi

a) Bronkoskopi
Memungkinkan

visualisasi,

pencucian

bagian,

dan

pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letakny perifer
dengan ukran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90-95 %.
c) Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih
baik dengan cara torakoskopi.
d) Mediastinopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat.
e) Torakotomi
Torakotomi untuk diagnistic kanker paru dikerjakan bila
bermacam-macam

prosedur

non

invasif

dan

invasif

sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4) Pencitraan
a) CT-Scaning, untuk mengevaluasi jaringan parenkrim paru dan
pleura.
b) MRI, untuk menunjukan keadaan mediastinum.

d. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan kanker dapar berupa :
1) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
2) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis amaupun psikologis kanker baik pada
pasen maupun keluarga.
4) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, obat anti
nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan, 2000)
Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien dengan kanker
paru sebagai berikut :
1) Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti oenyakit paru
lain, untuk mengangkat semu jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak
terkena kanker.
a) Torakotomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
thorax kususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
b) Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak
semua lesi bisa diangkat.
c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa ; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulosis.
d) Resisi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru

e) Resisi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit

peradangan

yang

terlokalisir.

Merupakan

pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji
(potongan es).
f) Dekortikasi
Merupaka pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura
(viscelaris)
2) Radiasi.
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan juga bisa terapi adjuvant/paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap
pembuluh darah/bronkus.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi digunakan mengganggu pola pertumbuhan tumor.
Untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil ata dengan
metastasis luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kasus
a. Pengkajian
1) Identitas

Nama klien, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa,
dam alamat klien.
2) Riawayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau
batuk darah, malaise, anorexia, badan makin kurus, sesak
nafas pada penyakit lanjut dengan kerusakan paru makin
luas, nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Terpapas asap rokok, indrustri asbes, uranium, kroman
arsen (insektisida), besi dan oksida besi.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penderita kanker
3) Kebuthan dasar
a) Aktivitas/istirahat:

Kelemahan,

ketidakmampuan,

mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas
, sering terbangun dikarenakan dispnue, kelesuan biasanya
tahap lanjut.
b) Sirkulasi Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung:
gesekan perikordial (menunjukkan efusi ), takikardia,
disritmia.

c) Integritas Ego: Ansietas, takut akan kematian, menolak
kondisi yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang
diulang-ulang
d) Eliminasi: Diare yang hilang timbul (ketidakseimbangan
hormonal), peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan
buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan,
haus/peningkatan masukan cairan Kurus, kerempeng, atau
penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, edema wajah,
periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa
dalam urine .
f) Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/tangan,
nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap
peningkatan

hormon

pertumbuhan.

Nyeri

abdomen

hilang/timbul.
g) Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek,
pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita
suara, dan riwayat merokok. Dsipnoe, meni gkat dengan
kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada
inspirasi

atau

ekspirasi

(gangguan

aliran

udara).

Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area
yang mengalami lesi) Hemoptisis.
h) Keamanan : Demam,

mungkin ada/tidak, kemerahan,

kulit pucat.
i) Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j) Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga :
adanya riwayat kanker paru, TBC.

Kegagalan untuk

membaik.
4) Pengkajian fisik
a) Integumen
Pucat atau sianosis sectral atau perifer, yang dapat dilihat
dari bibir atau ujung jari/dasar kuku menandakan
penurunan perfusi jaringan perifer.
b) Kepala dan leher
Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea
c) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan
d) Mata
Pucat pada konjungtiva akibat anemia atau gangguan
nutrisi
e) Muka, hidung, dan rongga mulut
Pucat atau sianosis bibir atau mukosa menandakan
penurunan perfusi, ketidakmampuan menelan, suara serak.

f) Thoraks dan paru-paru
Penapasan takipnea (50/menit atau lebih saat istirahat),
napas dangkal, penggunaan otot aksesoris pernapasan,
batuk kering/nyaring/non produktif atau mungkin terus
menerus dengan atau tanpa sputum
g) Sistem CV
Frekuensi

jantung

mungkin

meningkat/takikardi

(150/menit atau lebih pada saat istirahat).
h) Abdomen
Bising usus meningkat atau menurun
i) Sistem urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urin
j) Sistem reproduksi
Ginekomastia, amenorhea, impotensi
k) Sistem limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak
(metastase)
l) Sistem muskuloskleletal
Penurunan kekuatan otot, jari-jari tabuh (clubbing fingers)

Diagnosa keperawatan :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas brhubungan dengan
obstruksi jalan nafas.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai
O2 dikarenakan perubahan struktur alveoli.
3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder akibat dispnea.

b. Perencanaan
1) Ketidakefrktifan bersihan jalan nafas
Kriteria hasil :
a) Menyatakan atau menunjukan hialangnya dispnea.
b) Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
c) Mengeluarkan sekret tampa kesulitan
d) Menunjukan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan
bersihan jalan nafas.
Intervensi :
a) Observasi perubahan upaya dan pola nafas

Rasional :

Penggunaan

otot

interkostal/abdominal

dan

pelebaran nasal menunjukan peningkatan upaya
bernafas.
b) Observasi penurunan ekspansi dinding dada
Rasional : Ekspansi data sama atau tidak sama sehubungan
dengan akumulasi cairan , edema, dan sekret dalam
seksi lobus.
c) Catat karaktaristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak
efektif), juga produksi dan karakteristik spitum.
Rsaional : Karakteristik batuk dapat berubah bergantung pada
penyebab atau etiologi gagal pernafasan. Sputum
biala ada mungkin banyak, kental, berdarah,
purulen.
d) Pertahankan posisi tubuh atau kepala tepat dan gunakan alat
nafas sesuai kebutuhan.
Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas pasien
bila jalan nafas pasien dipengaruhi.

e) Beri HE mengenai batuk efektif
Rasional : Upaya mengeluarkan sputum pada jalan nafas
dengan batuk.

f) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin,
albuterol dll.
Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme
bronkus,
memperbaiki

menurunkan
ventilasi,

viskositas
dan

sekret,

memudahkan

pengeluaran sekret.

2) Gangguan pertukaran gas
Kriteria hasil :
a) Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
b) Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan
atau situasi.
Intervensi :
a) Observasi status pernafsan dengan sering, catat peningkatan
frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi
adanya tahanan jalan nafas.
b) Catat ada atau tidaknya bunyi tambahan, misalnya krekels,
mengi.

Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tidak
ada pada area yang sakit. Krekels adalah bukti
peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai
akibat

peningkatan

permeabilitas

membran

alveolarkapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan
atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan
mukus atau edema serta tumor.
c) Kaji adanya sianosis
Rasional : Penurunan oksigen bermakna terjadi sebelum
sianosis.

Sianosis

sentral

dari

“organ”

hangat,contoh, lidah, bibi, dan daun telingan adalah
paling indikatif.
d) Awasi atau gambarkan seri GDA
Rasional : menunjukan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan
sebagai dasar evaluasi kefektifan terapi atau
indikator kebutuhan perubahan terapi.
e) Kolaborasi dalam pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.

3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria hasil :

a) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
c) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Intervensi :
a) Obaservasi adanya penurunan berat badan
Rasional : Mengetahui danya penurunan berat badan
b) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuh kan.
Rasonal : penurunan nafsu makan dapat mengganggu
pemenuhan nutrisi per oral pasien.
c) Berikan pasien makan porsi kecil dan sering.
Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan peroral
meskipun napsu makan lambat untuk kembali.
d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Rasional : Mengetahui diet yang tepat untuk pasien sehingga
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

4) Intoleransi aktivitas
Kriteria hasil :

a) Mampu melakukan aktivias sehari-hari (ADLs) secara mandiri
b) Tanda-tanda vital normal
c) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
Intervensi :
a) Obaservasi tanda-tanda vital pasien
Rasional : Aktivitas yang berat akan mempengaruhi tandatanda vital
b) Kaji kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan pasien
Rasional : mengetahui kemampuan aktivitas fisik yang dapat
dilakukan pasien
c) Bantu pasien atau minta keluarga pasien membantu ADLs
pasien.
Rasional : Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
ADLs pasien.
5) Gangguan pola tidur
Kriteria hasil :
a) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari.
b) Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
c) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat.
Intervensi :

a) Observasi frekuensi, kualitas tidur pasien.
Rasional : mengetahui frekuensi dan kualitas tidur pasien.
b) Kaji faktor penyebab gangguan pola tidur pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi penyebab aktual dari
gangguan tidur.
c) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Rasional : untuk membantu relaksasi saat tidur.
d) Anjurkan mengurangi asupan cairan saat sore hari.
Rasional : berkemih dimalam hari dapat mengganggu tidur
pasien.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan

merupakan

tindakan

keperawatan

yang

dilakukan pada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat sebelumnya.

d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan
dan merupakan hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
apakah tercai atau tidak.