BAB II TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan teoritis 2.1.1 Pengertian belajar

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan teoritis 2.1.1 Pengertian belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tesembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan phisikis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan komperhensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat difahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar (Sagala, 2003).

Menurut Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah tingkah lakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan menurut Hanry E. Garret berpendanpat bahwa belajar merupaka proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang memebawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaaan, pengetahuan dan sikap- sikap (Sagala, 2003).

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan tingkah laku yang terdapat pada diri individu sebagai hasil pengalaman atau hasil interaksinya dengan lingkungan. 2.1.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yamg mempengaruhi hasil belajar (Slameto, 2010) yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal).

Faktor internal meliputi, (1) Faktor jasmaniah. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatnnya terganggu, selain itu ia akan cepat


(2)

lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah; dan (2) Faktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, kecerdasan, bakat, motif dan kematangan.

Faktor eksternal meliputi, (1) Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, dan keadaan ekonomi rumah tangga; (2) Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah; dan (3) Faktor Masyarakt. Masyarakt merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

2.1.1.2 Hasil belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil elajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar (Hamalik, 2001).

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan implikasi dari bentuk hubungan guru dengan siswa didalam kelas. Kadar hasil belajar yang dapat diramalkan sebagai akibat hubungan guru dan siswa adalah sebagai berikut : (1) Pengembangan diri secara bebas sebagai hasil belajar. Kebebasan anak sebagai hasil belajar merupakan realisasi usaha yang dilakukan oleh guru yang bersikap member kebebasan penuh kepada siswanya dalam belajar; (2) Pembentukan memori sebagai hasil belajar. Memori atau ingatan sebagai hasil belajar bersifat mentalistik, artinya merupakan proses verbal dari fakta ataupun proses tingkah laku secara fisik. Pengukuran hasil belajar dilakukan melalui tes. Bentuk tes yang sesuai untuk mengukur ingatan-ingatan yang masih tinggal dalam pikiran siswa adalah tes essay dan tes objektif; (3) Pembentukan pengalaman sebagai hasil


(3)

belajar. Pemahaman diartikan sebagai penggunaan sesuatu secara produktif. Ada dua jenis pemahaman yang terbentuk pada siswa sebagai hasil belajar yaitu explanatory understanding dan exploratory understanding. Pemahaman disebut explanatory understanding terjadi dika guru menjelaskan kepada siswa suatu hokum, suatu relasi atau suatu generalisasi. Jika pengajaran berhasil, maka siswa akan mendapat pengetahuan tentang sejumlah fakta beserta prinsip-prinsip yang berhubungan dengan fakta-fakta tersebut. Pada exploratory understanding, siswa dihadapkan kepada hal yang problematik setelah mereka diberi sejumlah data dan prinsip. Kemudian siswa meneliti data dan prinsip untuk memecahkan masalah. Disini siswa akan aktif, kretif dan berpikir kritis karena ditantang untuk memenuhi keingintahuannya tentang pemecahan masalah tersebut (Hamalik, 2001).

Jadi, hasil belajar merupakan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila siswa tersebut sudah mampu menerapkannya. Bukti seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut yang sebelumnya tingkah laku tersebut masih lemah atau kurang. Penerapan hasil belajar tersebut dapat diamati melalui kemampuan siswa dalam menerapkan hasil belajarnya melalui kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Hamalik, 2001).

2.1.2 Karakter

Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika (Effendy 2013). Pengertian lain tentang karakter disbutkan oleh Ibrahim (2013) bahwa karakter secara estimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Charrassein, berarti to engrave atau mengukir. Sementara itu menurut kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sumber lain mengatakan bahwa karakter bahwa karakter adalah moral excellent atau akhlak yang dibangun atas kebijakan (Virtues). Berdasarkan Kemendiknas, secara psikologis dan sosial


(4)

kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan kemampuan sosial masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat (Zuhara & Azizah, 2014).

Dengan demikian bisa diambil kesimpulan bahwa pengertian karakter secara luas adalah nilai-nilai akhlak yang mendasari perilaku manusia yang berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum, adat istiadat dan estetika yang membedakan seseorang dari orang lain. Oleh karena itu pembangunan karakter sangatlah diperlukan untuk membentuk akhlak dan tingkah laku yang baik, karena tingkah laku kita merupakan cerminan akhlak bangsa (Zuhara & Azizah, 2014).

Pembentukan karakter yang dilakukan dalam proses pembelajaran secara garis besar dapat dimasukkan kedalam nilai-nilai karakter sebagai pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Nilai dan deskripsi pendidikan karakter (Wardoyo, 2013)

Nilai Deskripsi

Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebgaai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tinfakan dan pekerjaan.

Toleransi/saling menghargai

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib danpatuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelasaikan tugas sebaik-baiknya.

Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.


(5)

Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantungpada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yangmenilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengethaui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan di dengar.

Semangat kebangsaan Cara birfikir, bertindak dan berwawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Teliti

Cermat, berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, tidak tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan tugas. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi mayarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

Kerjasama/komunikati f

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yangmenyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca, berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.

Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang yang melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun nilai karakter yang dibahas pada penelitian ini yaitu karakter tanggung jawab, kerjasama dan rasa ingin tahu.


(6)

2.1.2.1 Tanggungjawab

Tanggung jawab merupakan sikap yang harus dilakukan seseorang terhadap segala susuatu yang telah dibebankan/ diamanahkan kepadanya baik itu terhadap Tuhan Yang Maha Esa, negara, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya). Menurut Adiwiyanto seseorang dikatakan bertanggungjawab jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: (1) Melakukan tugas rutin tanpa harus diberitahu; (2) Tidak menyalahkan orang lain secara berlebih; (3) Mampu menentukan pilihan dari beberapa alternative; (4) Dapat menjelaskan apa yang telah dilakukan; (5) Biasa bekerja sendiri dengan senang hati; (6) Memliki beberapa minat yang ditekuni; (7) Biasa membuat keputusan berbeda dari keputusan orang lain dalam kelompoknya; (8) Menghormati dan menghargai aturan; (9) Dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas yang rumit; (10) Megakui kesalahan tanpa mengajukan alasan yang dibuat-buat; dan (11) Melakukan apa yang dikatakannya akan dilakukakan(Hasanah, 2015).

2.1.2.2 Kerjasama

Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Sedangkan kerjasama siswa dapat diartikan sebagai sebuah interaksi atau hubungan antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dinamis yaitu hubungan saling menghargai, saling peduli, saling membantu dan saling memberikan dorongan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut meliputi perubahan tingkah laku, penambahan pemahaman dan penyerapan ilmu pengetahauan (Hasanah, 2015).

2.1.2.3 Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajirinya, dilihatnya dan didengarnya. Rasa ingin tahu manusia adalah proses yang terdapat dari input dan outputnya. Input (masukkan) dari proses ingin tahu adalah keterbatasan manusia, kebutuhan, adanya kesulitan hidup yang dihadapi manusia


(7)

serta kekaguman manusia terhadap alam raya. Sedangkan output (hasil) dari rasa ingin tahu berupa pengetahuan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rasa ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif. Tidak ada hal yang lebih bermanfaat sebagai modal belajar selain pikiran yang aktif. Siswa yang pikirannya aktif akan belajar dengan baik, sebagaimana yang dijelaskan dalam teori konstruksivisme, siswa dalam belajar harus secara aktif membangun pengetahuannya. Rasa ingin tahu membuat siswa menjadi pengamat yang aktif. Salah satu cara belajar yang terbaik adalah dengan mengamati. Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang kerena berawal dari sebuah pengamatan, bahkan pengamatan yang sederhana sekalipun. Rasa ingin tahu membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai fenomena atau kejadian disekitarnya.

Rasa ingin tahu membawa kejutan-kejutan kepuasaan dalam diri siswa dan meniadakan rasa bosan dalam belajar. Jika siswa sudah dipenuhi dengan rasa ingin tahu akan sesuatu, maka mereka dengan segala keinginan dan kesukarelaan akan mempelajarinya. Setelah memuaskan rasa ingin tahunya, mereka akan merasakan betapa menyenangkan hal tersebut. Kejutan-kejuatan kepuasan ini akan meniadakan rasa bosan dalam belajar (Napitupulu, 2015).

2.1.3 Model pembelajaran kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu alternatif bagi guru untuk menjadikan pembelajaran dikelas berlangsung efektif dan optimal. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sistem siswa bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari mata pelajaran (Fitriana dkk., 2016). pembelajaran kooperatif terdiri dari lima elemen dasar yaitu saling ketergantungan positif, interaksi promotif, akuntabilitas individu, pengajaran keterampilan interpersonal dan sosial, dan kualitas pengolahan kelompok (Tran, 2014).

Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6 orang siswa sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk


(8)

dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntusan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelomponya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja secara baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, tugas anggota kelompok mencapai ketuntasan materi yang disajikanoleh guru dan saling membantu di anatar teman sekolompok untuk mencapai ketuntasan materi (Trianto, 2011).

Manfaat penggunaan model pembelajaran kooperatif (Suyanto & Jihad, 2013) adalah sebagai berikut: (1) mengajarkan siswa untuk mengurangi ketergantungannya pada guru dan lebih percaya pada kemampuan diri mereka; (2) mendorong siswa untuk mengungkapkan ide-ide secara verbal; (3) membantu siswa untuk belajar bertanggung jawab dan belajar menerima perbedaan; dan (4) membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik, meningkatkan hubungan sosial.

2.1.3.1 Model pembelajaran kooperatif tipe TAI

Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. TAI merupakan model pembelajaran secara kelompok dimana ada salah satu anggota kelompok yang menjadi assisten yang bertugas membantu teman dalam kelompoknya yang kurang mampu. TAI memiliki berbagai dinamika motivasi karena para siswa saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras karena mereka semua menginginkan tim mereka berhasil. Tanggung jawab individu bisa dipastikan hadir karena satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor akhir dan siswa melakukan tes akhir tanpa bantuan teman satu timnya (Untari dkk., 2015).

Model TAI efektif diterapkan pada pembelajaran yang berhubungan dengan kinerja matematika dimana peserta didik memiliki kesempatan untuk bekerja


(9)

sama dalam tim, berbagi pandangan dan pendapat, dan terlibat dalam pemikiran untuk menyelesaikan masalah (Hamdi & Hasan, 2016). Keunggulan model pembelajaran tipe TAI yaitu siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya (Yunindar dkk., 2014).

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah : (1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual; (2) Guru memberikan materi secara singkat (Teaching Group); (3) Guru membentuk beberapa kelompok dan masing-masing kelompok terdapat seorang asisten. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah (teams); (4) Setiap anggota kelompok mengerjakan tugas dari guru secara individu. Setelah itu, hasil belajar secara individu didiskusikan secara kelompok (Team Study); (5) Masing-masing kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempersentasikan hasil kerjanya; (6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; (7) Guru memberikan postest kepada siswa secara individual; (8) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai anggota kelompok (Team Score and Team Recognition); dan (9) Guru memberikan tes sesuai dengan kompetensi yang ditentukan (Utami dkk., 2015). 2.1.3.2 Model pembelajaran kooperatif tipe LT

Di antara strategi pembelajaran paling populer koperasi yang telah ditemukan telah dipromosikan prestasi yang lebih besar di kalangan siswa Belajar Bersama (LT) (Adetero, 2015). Model pembelajaran Learning Together (LT) merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dimana dengan menggunakan model pembelajaran ini ditonjolkan pemikiran dari masing-masing siswa dalam satu kelompok untuk kemudian dipadukan menjadi satu hingga mencapai tujuan kelompok (Rahmasari dkk., 2014). Dalam model kooperatif Learning Together siswa belajar dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok belajar mendiskusikan bahan belajar secara kolaboratif,


(10)

mempresentasikan hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas (Rahmawati dkk., 2015).

Learning Together (LT) mengutamakan empat unsur bagian di dalam pembelajaran yang berlangsung, yaitu 1) interaksi tatap muka para siswa sehingga bekerja dalam kelompok–kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang, 2) interdependensi positif yaitu para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok, 3) tanggung jawab individual sehingga para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya, 4) kemampuan interpersonal dan kelompok kecil dimana para siswa diajari mengenai sasaran yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka (Syanas, 2015).

Langkah-langkah model pembelajaran LT yaitu : 1) Langkah pertama : siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang, 2) Langkah kedua : tiap kelompok akan menerima sehelai lembaran kerja, kemudian semua anggota kelompok bekerjasama menjawab soal dalam lembaran kerja tersebut. Para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok, 3) Langkah ketiga : mengerjakan secara berkelompok dengan masing-masing anggota kelompok memberikan jawaban latihan tersebut lalu mendiskusikan jawaban yang benar. Dan setiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan kemampuannya untuk memecahkan persoalan yang dihadapkan pada kelompok tersebut. Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya, 4) Langkah keempat : masing-masing kelompok saling berdiskusi dan bekerjasama memecahkan persoalan yang diberikan pada kelompok tersebut. Para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka, 5) Langkah kelima : salah satu kelompok mempresentasikan jawaban mereka dengan mewakilkan salah satu anggota kelompoknya dan memberikan penilaian langsung tentang kegiatan kelompok. Memberikan jawaban benar atau salah berkenaan dengan jawaban latihan soal yang dikerjakan salah satu kelompok. Guru bersama siswa


(11)

menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan (Cahyaningtyas, 2010).

2.1.3.3 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif (Suyanto & Jihad, 2013)

Fase Ke Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru mengkomunikasikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar dengan baik

2 Menyajikan Informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tugas belajar secara efisien.

4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu

maupun kelompok secara

proporsional. 2.1.3.4 Kelebihan model pemebelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif mempunyai bebrapa kelebihan (Ibrahim, 2000) yaitu (1) Suasana belajar yang terbuka dan demokratis, siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun bias juga berperan sebagai tutor teman sebaya sehingga siswa tidak terlalu tergantung pada guru; (2) Dapat membantu anak


(12)

untuk respect kepada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya sehingga dapat menerima perbedaan; (3) Dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas; (4) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain; (5) Dapat meningkatkan motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung teman sebaya dan memberikan rangsangan untuk berpikir; (6) Dapat membantu setiap siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar; (7) Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok; dan (8) Dapat meningkatkan hubungan antar pertemanan.

2.1.4 Media pembelajaran

Kata media merupakan kata jamak dari medium. Medium dapat didefenisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media pembelajaran merupakan alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar. Suatu media dapat dikatakan baik apabila bersifat efisien dan efektif serta komunikatif. Efisien artinya memiliki daya guna ditinjau dari segi cara penggunaanya, waktu dan tempat. Suatu media dikatakan efektif apabila penggunaanya mudah dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas (Sadirman, 2011). 2.1.4.1 Macromedia flash

Macromedia flash merupakan standard professional untuk pembuatan animasi web, memiliki kemampuan pengolahan grafis, audio, video dan mampu mengakomodasi semuanya dalam suatu animasi yang disebut movie. Media komunikasi interaktif yang saat ini dikembangkan dengan menggunakan program macromedia flash salah satunya adalah media pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru. Macromedia flash dapat digunakan untuk menjelaskan


(13)

konsep-konsep dalam materi ajar yang tidak dapat diajarkan secara efektif melalui media cetak (Untari dkk., 2015). Macromedia flash adalah sistem belajar menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras yang berfungsi untuk mempermudah proses data dalam bentuk, gambar, video, fotografi, grafis, dan animasi, bekerja sama dengan data suara, teks, dan suara interaktif yang dikendalikan oleh komputer (Lisda dkk., 2016).

Keunggulan dari media pembelajaran macromedia flash ini yaitu (1) Hasil akhir file flash memiliki ukuran yang lebih kecil (setelah di publish); (2) Flash mampu mengimpor hamper semua file gambar dan file-file audio sehingga presentasi dengan dapat lebih hidup; (3) Animasi dapat dibentuk, dijalankan dan dikontrol; (4) Flash mampu membuat file executable sehingga dapat dijalankan pada Portable Computer (PC) maupun tanpa harus menginstall terlebih dahulu program flash; (5) Font presentasi tidak akan berubah meskipun PC yang digunakan tidak memiliki font tersebut; (6) Gambar flash merupakan gambar vector sehingga tidak akan pernah pecah meskipun di-zoom; (7) Flash mampu dijalankan pada system operasi windows maupun macintosh; (8) Hasil akhir dapat disimpan dalam berbagai macam bentuk, seperti *.avi, *.gif, *.mov, ataupun file dengan format lain (Pramono, 2004).

2.1.5 Materi hidrolis garam

2.1.5.1 Pengertian hidrolisis garam

Jika suatu garam dilarutkan kedalam air, kemudian diukur pH-nya, akan memberikan harga pH yang bervariasi seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.3 berikut.


(14)

Tabel 2.3 Hasil pengukuran pH larutan beberapa garam (Rahardjo, 2008)

No Garam Asal Garam pH

Basa Asam

NaCl Kuat (NaOH) Kuat (HCl) 7

KNO3 Kuat (KOH) Kuat (HNO3) 7

CH3COONa Kuat (NaOH) Lemah (CH3COOH) >7

KCN Kuat (KOH) Lemah (HCN) >7

NaHCO3 Kuat (NaOH) Lemah (H2CO3) >7

NH4Cl Lemah (NH4OH) Kuat (HCl) <7

NH4NO3 Lemah (NH4OH) Kuat (HNO3) <7

Pada saat garam yang dilarutkan kedalam air, garam tersebut akan terionisasi menghasilkan kation (basa) dan anion (asam). Kation atau anion tersebut dapat bereaksi dengan air. Peristiwa ini disebut dengan hidrolisis (Rahardjo, 2008).

Berdasarkan kelarutannya, garam dapat dibagi dua, yaitu mudah larut dan sukar larut seperti yang terlihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4. Senyawa ion yang larut dan sukar larut dalam air (Syukri, 1999) Anion dengan KationMudah Larut Kecuali (yang sukarlarut) dengan kation Nitrat ( NO−¿

3

¿ Semua

-Nitrit ( NO−¿ 2

¿ Semua +¿

Ag¿

Asetat −¿

CH3COO

¿ ¿

Semua

3+¿ 2+¿, Bi¿

+¿, Ag2¿ Ag¿

Sulfat 2−

¿

SO4¿ ¿

Semua

2+¿

2+¿, Ca¿

2+¿, Sr¿

2+¿, Ba¿

Pb¿

Klorida −Cl¿¿

¿ Semua

2+¿ 2+¿, Pb¿

+¿, Hg2¿ Ag¿


(15)

Bromida −Br¿¿

¿ Semua

2+¿

2+¿, Pb¿

+¿, Hg2¿

Ag¿

Iodida −I¿¿

¿ Semua

3+¿ 2+¿, Bi¿ 2+¿, Pb¿

+¿, Hg2¿

Ag¿

Sulfit 2−¿

SO3¿ ¿

+¿

+¿, NH4¿

+¿, Na¿

K¿

Sisanya

Fosfat 2−PO¿3¿ ¿

+¿

+¿, NH4¿

+¿, Na¿

K¿

Sisanya

Karbonat 2−CO¿3¿ ¿

+¿

+¿, NH4¿

+¿, Na¿

K¿

Sisanya

Sulfida 2−S¿¿ ¿

2+¿

2+¿, Ca¿

2+¿, Sr¿

+¿, Ba¿

+¿, NH¿4

+¿, Na¿

K¿

Sisanya

Hidroksida OH−¿¿ ¿

2+¿ 2+¿, Ba¿

+¿, Sr¿

+¿, NH4¿

+¿, Na¿

K¿


(16)

2.1.5.2 Jenis garam (Sudarmo, 2013)

Apabila garam merupakan hasil reaksi dari suatu asam dengan basa, maka ditinjau dari kekuatan sama dan basa pembentukannya ada empat jenis garam yaitu :

1. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat

Ion-ion yang dihasilkan dari ionisasi garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak ada yang bereaksi dengan air, sebab jika dianggap bereaksi maka akan segera terionisasi kembali secara sempurna membentuk ion-ion semula.

Contohnya :

−¿

+¿+Cl(¿aq)

NaCl(aq)→ Na(¿aq) .

Ion Na+¿¿ dan −Cl¿¿ di dalam larutan tidak mengalami reaksi dengan air,

sebab jika dinggap bereaksi dengan air, maka ion Na+¿¿ akan menghasilkan

NaOH yang akan segera terionisasi kembali menjadi ion Na+¿¿ . Hal ini

disebabkan NaOH merupakan basa kuat yang terionisasi sempurna. Demikian pula jika ion −Cl¿¿ dianggap bereaksi dengan air, maka HCl yang terbentuk akan

segera terionisasi sempurna menjadi ion −Cl¿¿ kembali. Hal ini disebabkan HCl

merupakan asam kuat yang akan terionisasi sempurna. Kesimpulannya, garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis. Oleh karena itu, konsentrasi ion +H¿¿ dan OH−¿¿ dalam air tidak terganggu, sehingga larutan

bersifat netral.

2. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan didalam air akan menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah. Kation tersebut bereaksi dengan air dan menghasilkan ion +H¿¿ yang menyebabkan larutan


(17)

−¿

+¿+Cl(aq)

¿

NH4Cl(aq)→ NH4(aq)

¿

Ion NH+¿ 4

¿ bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan :

+¿

+¿+H2O(l)⇌NH3(

aq)+H3O(aq)

¿

NH4(¿aq)

Adanya ion +H¿¿ yang dihasilkan dari reaksi tersebut mengakibatkan

konsentrasi ion +H¿¿ di dalam air lebih banyak daripada konsentrasi ion OH−¿¿

sehingga larutan bersifat asam. Dari kedua ion yang dihasilakn oleh garam tersebut hanya ion NH+¿

4

¿ yang mengalami hidrolisis, sedangkan ion −¿

Cl¿

tidak bereaksi dengan air. Jika dianggap bereaksi, maka HCl yang terbentuk akan segera terionisasi mengahsilkan ion −Cl¿¿ kembali. Hidrolisis ini juga disebeut

hidrolisis sebagian (hidrolisis parsial) sebab hanya sebgaian ion yang mengalami reaksi hidrolisis. Jadi, garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat asam.

3. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan anion yang berasal dari asam lemah. Anion tersebut bereaksi dengan air menghasilkan ion OH−¿¿ yang menyebabkan larutan bersifat basa.

Contohnya : +¿

−¿+Na(¿aq)

CH3COONa(aq)→CH3COO(¿aq)

Ion CH−¿ 3COO

¿ bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan :

−¿

−¿+H2O(l)⇌CH3COONa(aq)+OH(¿aq)


(18)

Adanya ion OH−¿¿ yang dihasilkan dari reaksi tersebu mengakibatkan

konsentrasi ion +H¿¿ di dalam air lebih sedikit daripada konsentrasi ion OH−¿¿

sehingga larutan bersifat basa. Dari dua ion yang dihasilkan oleh garam tersebut, hanya ion CH−¿

3COO

¿ yang mengalami hidrolisis, sedangkan ion +¿

Na¿ tidak

bereaksi dengan air. Jika dianggap bereaksi, maka NaOH yang terbentuk akan segera terionisasi menghasilkan ion Na+¿¿ kembali. Hidrolisis ini disebut

hidrolisis sebagian (hidrolisis parsial) sebab hanya ion (ion CH−¿ 3COO

¿ ) yang

mengalami reaksi hidrolisis. Jadi, garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan terhidrolisis sebgaian (parsial) dan bersifat basa.

4. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air akan terionisasi dan kedua ion garam akan bereaksi dengan air.Contohnya :

−¿

+¿+CN(¿aq)

NH4CN(aq)→ NH4(aq )

¿

Ion NH+¿ 4

¿ bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan :

+¿

+¿+H2O(l)⇌NH4OH(aq)+H(aq)

¿

NH4( aq)

¿

Ion CN−¿¿ bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan :

−¿

−¿+H2O(l)⇌HCN(aq)+OH(¿aq)

CN(¿aq)

Oleh karena dari kedua ion garam tersebut masing-masing menghasilkan ion +¿

H¿ dan ion −¿

OH¿ , maka sifat larutan garam ini ditentukan oleh nilai tetapan

kesetimbangan dari kedua reaksi tersebut. Hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah merupakan hidrolisis total, sebab kedua ion garam


(19)

mengalami reaksi hidrolisis dengan air. Sifat larutan ditentukan oleh nilai tetapan kesetimbangan asam ( Ka ) dan nilai tetapan kesetimbangan basa ( Kb ) penyusun garam. Jika Ka>Kb , maka larutan akan bersifat asam dan jika

Ka<Kb , maka larutan akan bersifat basa.

2.1.5.3 Penentuan tetapan hidrolisis dan pH larutan garam

Reaksi hidrolisis merupakan reaksi kesetimbangan. Meskipun hanya sebagian kecil dari garam yang mengalami hidrolisis, tetapi cukup untuk mengubah pH larutan. Tetapan kesetimbangan dari reaksi hidrolisis disebut dengan tetapan kesetimbangan dan dinyatakan dengan lambang Kh.

1. Garam asam kuat-basa kuat (Syukri, 1999)

Dalam larutan garam asam kuat-basa kuat, terdapat dua jenis ionisasi yaitu garam dan air. Contohnya NaCl

NaCl(s) Na+ + −¿ Cl¿

−¿

+¿+OH¿

H2O⇄H

¿

Jumlah ion +H¿¿ atau −¿

OH¿ tidak berubah dengan adanya NaCl. Jadi

larutam garam asam kuat dan basa kuat mempunyai pH = 7. 2. Garam asam kuat-basa lemah

Nilai tetapan hidrolisis : Kh= 1

Kbx Kw +¿

H¿ ¿

+¿

B¿ ¿

Kw Kb¿

¿

Dengan :

Kw = tetapan ionisasi air ( 10−14 )


(20)

+¿

B¿ ¿ ¿

Konsentrasi ion garam yang terhidrolisi

3. Garam asam lemah-basa kuat Nilai tetapan hidrolisis

Kh= Kw Ka −¿

OH¿ ¿

−¿

A¿ ¿

Kw Ka¿

¿

Dengan :

Kw = tetapan ionisasi air ( 10−14 )

Ka = tetapan ionisasi asam HA

−¿

A¿ ¿ ¿

Konsentrasi ion garam yang terhidrolisis

4. Garam asam lemah-basa lemah

Nilai pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak tergantung pada konsentrasi ion-ion garam dalam larutan tetapi tergantung pada nilai Ka dan Kb dari asam dan basa pembentukannya.

Jika Ka = Kb maka larutan akan bersifat netral (pH = 7) Jika Ka> Kb maka larutan akan bersifat asam (pH < 7) Jika Ka< Kb maka larutan akan bersifat asam (pH > 7) untuk menetukan konsentrasi ion +H¿¿ dalam larutan :

+¿

H¿ ¿ ¿


(21)

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disusun kerangka pemikiran yang berguna untuk memperoleh jawaban sementara dari permasalahan yang timbul. Rendahnya karakter belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan dengan memperbaiki model ataupun strategi dalam pembelajaran dan media yang digunakan.

Untuk mewujudkan amanah dari undang-undang No 20 tahun 2003, maka seorang pendidik harus berusaha mengembangkan kegiatan pembelajaran yang tidak hanya mencerdaskan peserta didik secara intelektual namun juga dapat mengembangkan karakter yang dituntut dalam undang-undang tersebut (Suryani & Agung, 2012). Dalam kegiatan pembelajaran, karakter merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, karena karakter dapat mempengaruhi proses belajar mengajar yang meliputi tanggungjawab, kerjasama dan rasa ingin tahu dari siswa. Salah satu alternatif yang ditawarkan peneliti dengan mengamati karakter siswa saat proses belajar mengajar menggunakan model kooperatif berbantuan media, yang diharapkan memberikan hasil yang baik (meningkat) terhadap hasil belajar kimia siswa.

Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu tipe TAI dan LT. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI di gunakan untuk melatih cara berfikir siswa, meningkatkan keaktifan dari siswa dan dapat pula memunculkan rasa ingin tahu siswa(Untari dkk., 2015). Learning Together (LT) merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dimana dengan menggunakan model pembelajaran ini ditonjolkan pemikiran dari masing-masing siswa dalam satu kelompok untuk kemudian dipadukan menjadi satu hingga mencapai tujuan kelompok (Rahmasari dkk., 2014).

Utami dkk., (2015) berpendapat salah satu materi kimia khususnya materi hidrolisis garam memiliki karakteristik yang menuntut siswa tidak hanya memahami konsep saja tetapi juga perhitungan. Materi hidrolisis garam mengenalkan kepada siswa tentang reaksi asam dengan basa yang membentuk garam beserta sifat-sifatnya.


(22)

Jika dihubungkan dengan materi hidrolisis garam, bantuan media pembelajaran akan dapat mengefektifkan interaksi anatara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk tujuan tersebut media pembelajaran macromedia flash merupakan salah satu alternatif yang digunakan dalam pembelajaran kimia. Macromedia flash dapat menghilangkan rasa bosan pada siswa karena macromedia flash mengajak siswa untuk tidak hanya membayangkan saja tetapi benar-benar mengamati dan melakukan percobaan meskipun tidak melakukan percobaan secara langsung (Untari dkk., 2015).

Dengan adanya model pembelajaran kooperatif berbantuan macromedia flash diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik dan dapat mempercepat hubungan antara peserta didik dengan peserta didik ataupun hubungan peserta didik dengan guru. Bukan hanya itu, tanggung jawab dan kerjasama peserta didik akanterlihat, sehingga diharapkan peserta didik dapat memanfaatkan kelompok belajarnya untuk memperdalam materi agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Hipotesis 1

Ha : Terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan LT berbantuan macromedia flash

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan LT berbantuan macromedia flash

Hipotesis 2

Ha : Terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang memiliki karakter tinggi dan rendah yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif berbantuan media tersebut

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang memiliki karakter tinggi dan rendah yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif berbantuan media tersebut Hipotesis 3

Ha : Terdapat interaksi antara kedua model tersebutdengan karakter terhadap hasil belajar siswa


(23)

karakter terhadap hasil belajar siswa Hipotesis 4

Ha : Terdapat hubungan antara karakter dengan hasil belajar Ho : Tidak terdapat hubungan antara karakter dengan hasil belajar

Adapun hipotesis statistik yang perlu diuji dalam penelitian, antara lain: 1. Ho : μA1 = μA2

Ha : μA1 ≠ μA2 2. Ho : μB1 = μB2 Ha : μB1 ≠ μB2 3. Ho : A><B = 0 Ha : A><B ≠ 0 4. Ho : μB ρ μA = 0


(1)

Adanya ion OH−¿¿ yang dihasilkan dari reaksi tersebu mengakibatkan konsentrasi ion +¿H¿ di dalam air lebih sedikit daripada konsentrasi ion OH−¿¿ sehingga larutan bersifat basa. Dari dua ion yang dihasilkan oleh garam tersebut, hanya ion CH−¿

3COO

¿ yang mengalami hidrolisis, sedangkan ion +¿

Na¿ tidak bereaksi dengan air. Jika dianggap bereaksi, maka NaOH yang terbentuk akan segera terionisasi menghasilkan ion Na+¿¿ kembali. Hidrolisis ini disebut hidrolisis sebagian (hidrolisis parsial) sebab hanya ion (ion CH−¿

3COO

¿ ) yang mengalami reaksi hidrolisis. Jadi, garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan terhidrolisis sebgaian (parsial) dan bersifat basa.

4. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air akan terionisasi dan kedua ion garam akan bereaksi dengan air.Contohnya :

−¿ +¿+CN(aq)¿

NH4CN(aq)→ NH4(aq

)

¿

Ion NH+¿

4

¿ bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan : +¿

+¿+H2O(l)⇌NH4OH(aq)+H(aq)

¿

NH4( aq)

¿

Ion CN−¿¿ bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan : −¿

−¿+H2O(l)⇌HCN(aq)+OH(aq)¿

CN(aq)¿

Oleh karena dari kedua ion garam tersebut masing-masing menghasilkan ion +¿

H¿ dan ion −¿

OH¿ , maka sifat larutan garam ini ditentukan oleh nilai tetapan kesetimbangan dari kedua reaksi tersebut. Hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah merupakan hidrolisis total, sebab kedua ion garam


(2)

mengalami reaksi hidrolisis dengan air. Sifat larutan ditentukan oleh nilai tetapan kesetimbangan asam ( Ka ) dan nilai tetapan kesetimbangan basa ( Kb ) penyusun garam. Jika Ka>Kb , maka larutan akan bersifat asam dan jika

Ka<Kb , maka larutan akan bersifat basa.

2.1.5.3 Penentuan tetapan hidrolisis dan pH larutan garam

Reaksi hidrolisis merupakan reaksi kesetimbangan. Meskipun hanya sebagian kecil dari garam yang mengalami hidrolisis, tetapi cukup untuk mengubah pH larutan. Tetapan kesetimbangan dari reaksi hidrolisis disebut dengan tetapan kesetimbangan dan dinyatakan dengan lambang Kh.

1. Garam asam kuat-basa kuat (Syukri, 1999)

Dalam larutan garam asam kuat-basa kuat, terdapat dua jenis ionisasi yaitu garam dan air. Contohnya NaCl

NaCl(s) Na+ + −¿Cl¿ −¿

+¿+OH¿

H2O⇄H

¿

Jumlah ion +¿H¿ atau −¿

OH¿ tidak berubah dengan adanya NaCl. Jadi larutam garam asam kuat dan basa kuat mempunyai pH = 7.

2. Garam asam kuat-basa lemah Nilai tetapan hidrolisis :

Kh= 1

Kbx Kw

+¿

H¿ ¿ +¿

B¿ ¿

Kw

Kb¿

¿

Dengan :

Kw = tetapan ionisasi air ( 10−14 ) Kb = tetapan ionisasi basa B


(3)

+¿

B¿ ¿ ¿

Konsentrasi ion garam yang terhidrolisi

3. Garam asam lemah-basa kuat Nilai tetapan hidrolisis

Kh= Kw

Ka

−¿

OH¿ ¿ −¿

A¿ ¿

Kw Ka¿

¿

Dengan :

Kw = tetapan ionisasi air ( 10−14 ) Ka = tetapan ionisasi asam HA

−¿

A¿ ¿ ¿

Konsentrasi ion garam yang terhidrolisis

4. Garam asam lemah-basa lemah

Nilai pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak tergantung pada konsentrasi ion-ion garam dalam larutan tetapi tergantung pada nilai Ka dan Kb dari asam dan basa pembentukannya.

Jika Ka = Kb maka larutan akan bersifat netral (pH = 7)

Jika Ka> Kb maka larutan akan bersifat asam (pH < 7)

Jika Ka< Kb maka larutan akan bersifat asam (pH > 7)

untuk menetukan konsentrasi ion +¿H¿ dalam larutan : +¿

H¿ ¿ ¿


(4)

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disusun kerangka pemikiran yang berguna untuk memperoleh jawaban sementara dari permasalahan yang timbul. Rendahnya karakter belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan dengan memperbaiki model ataupun strategi dalam pembelajaran dan media yang digunakan.

Untuk mewujudkan amanah dari undang-undang No 20 tahun 2003, maka seorang pendidik harus berusaha mengembangkan kegiatan pembelajaran yang tidak hanya mencerdaskan peserta didik secara intelektual namun juga dapat mengembangkan karakter yang dituntut dalam undang-undang tersebut (Suryani & Agung, 2012). Dalam kegiatan pembelajaran, karakter merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, karena karakter dapat mempengaruhi proses belajar mengajar yang meliputi tanggungjawab, kerjasama dan rasa ingin tahu dari siswa. Salah satu alternatif yang ditawarkan peneliti dengan mengamati karakter siswa saat proses belajar mengajar menggunakan model kooperatif berbantuan media, yang diharapkan memberikan hasil yang baik (meningkat) terhadap hasil belajar kimia siswa.

Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu tipe TAI dan LT. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI di gunakan untuk melatih cara berfikir siswa, meningkatkan keaktifan dari siswa dan dapat pula memunculkan rasa ingin tahu siswa(Untari dkk., 2015). Learning Together (LT) merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual dimana dengan menggunakan model pembelajaran ini ditonjolkan pemikiran dari masing-masing siswa dalam satu kelompok untuk kemudian dipadukan menjadi satu hingga mencapai tujuan kelompok (Rahmasari dkk., 2014).

Utami dkk., (2015) berpendapat salah satu materi kimia khususnya materi hidrolisis garam memiliki karakteristik yang menuntut siswa tidak hanya memahami konsep saja tetapi juga perhitungan. Materi hidrolisis garam mengenalkan kepada siswa tentang reaksi asam dengan basa yang membentuk garam beserta sifat-sifatnya.


(5)

Jika dihubungkan dengan materi hidrolisis garam, bantuan media pembelajaran akan dapat mengefektifkan interaksi anatara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk tujuan tersebut media pembelajaran macromedia flash merupakan salah satu alternatif yang digunakan dalam pembelajaran kimia.

Macromedia flash dapat menghilangkan rasa bosan pada siswa karena

macromedia flash mengajak siswa untuk tidak hanya membayangkan saja tetapi benar-benar mengamati dan melakukan percobaan meskipun tidak melakukan percobaan secara langsung (Untari dkk., 2015).

Dengan adanya model pembelajaran kooperatif berbantuan macromedia flash diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik dan dapat mempercepat hubungan antara peserta didik dengan peserta didik ataupun hubungan peserta didik dengan guru. Bukan hanya itu, tanggung jawab dan kerjasama peserta didik akanterlihat, sehingga diharapkan peserta didik dapat memanfaatkan kelompok belajarnya untuk memperdalam materi agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Hipotesis 1

Ha : Terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan LT berbantuan macromedia flash

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe TAI dengan LT berbantuan macromedia flash

Hipotesis 2

Ha : Terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang memiliki karakter tinggi dan rendah yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif berbantuan media tersebut

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa yang memiliki karakter tinggi dan rendah yang dibelajarkan menggunakan model kooperatif berbantuan media tersebut Hipotesis 3

Ha : Terdapat interaksi antara kedua model tersebutdengan karakter terhadap hasil belajar siswa


(6)

karakter terhadap hasil belajar siswa Hipotesis 4

Ha : Terdapat hubungan antara karakter dengan hasil belajar Ho : Tidak terdapat hubungan antara karakter dengan hasil belajar

Adapun hipotesis statistik yang perlu diuji dalam penelitian, antara lain: 1. Ho : μA1 = μA2

Ha : μA1 ≠ μA2

2. Ho : μB1 = μB2

Ha : μB1 ≠ μB2

3. Ho : A><B = 0

Ha : A><B ≠ 0

4. Ho : μB ρ μA = 0