BAB I BAyu Setelah sidang profosal
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik kini telah menjadi masalah kesehatan serius di
dunia. Menurut WHO (2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan
saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke
12 tertinggi angka kematian.
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Center Of Disease (CDC) di
Amerika Serikat pada tahun 2011 berdasarkan diagnosa dokter ditemukan
bahwa 10% dari orang dewasa menderita penyakit gagal ginjak kronis.
Sedangkan di dunia WHO memperkirakan jumlah penderita penyakit gagal
ginjal kronis sekitar 20 juta orang (WHO, 2014).
Di Indonesia, dari data di beberapa bagian Nefrologi, diperkirakan
insiden gagal ginjal kronis berkisar 100-150 per satu juta penduduk dan
prevalensi mencapai 200-250 kasus per juta penduduk (Bakrie, 2005). Pada
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terjadi fluktuasi
status volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit plasma yang sangat
tergantung pada jumlah cairan yang diminum dan fungsi ginjal sisa (Lubis,
2009)
Sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2013 penyakit gagal ginjal
kronis merupakan pringkat kesepuluh penyaki tidak menular dengan angka
kejadian yang cukup tinggi yaitu 0.2 %. Angka prevalensi penyakit gagal
1
2
ginjal kronis tertinggi di Aceh, Gorontalo dan sulawesi utara sebesar 0.4%.
Sedangkan berdasarkan Rekam Medik (RM) di Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumo (RSCM) tahun 2012 penyakit gagal ginjal kronis mencapai 535
penderita (Dewi, 2013).
Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang
timbul akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan,
penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. Kelainan tersebut dapat
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang
berbeda-beda. Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih,
dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama
sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak
menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk
menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah (Riskesdas, 2013). Di
Rumah Sakit Abdul Muluk Provinsi Lampung rata-rata kunjungan pasien
gagal ginjal kronis tahap akhir yang melakukan terapi hemodialisa rata-rata
57 pasien per hari. sedangkan kunjungan perbulannya mencapai 1500 pasien
(Maksum, 2015).
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan terdapat penurunan fungsi
ginjal karena adanya kerusakan dari parenkim ginjal yang bersifat kronik dan
irreversibel. Gagal ginjal kronik terjadi apabila laju filtrasi glomeruler (LFG)
kurang dari 60 ml/menit/ 1,73 m2 selama tiga bulan atau lebih. Berbagai
faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan serta penurunan fungsi ginjal
dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan maupun proses degeneratif
3
(Hidayati, 2008). Salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan
peningkatan kejadian gagal ginjal kronik adalah konsumsi minuman
suplemen energi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pranandari tentang faktor risiko gagal
ginjal kronik di Unit Hemodialisa RSUD Wates Kulon Progo, dengan
metodologi penelitian analitik case control. Hasil penelitian didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat penggunaan suplemen
energi dengan kejadian gagal ginjal kronis dengan (OR= 0,450).
Gagal ginjal kronis juga dapat disebabkan oleh akibat komplikasi dari
penyakit lain seperti hipertensi, DM, infeksi yang menyebabkan kerusakan
struktur ginjal yang reversibel. Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh
penyakit hipertensi dapat dicegah dengan melakukan pengoontrol rutin
tekanan darah (Suwitra, 2014)
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Energi
Drink (minuman berenergi) termasuk salah satu suplemen makanan yang
terdiri dari komponen multivitamin, makronutrien (karbohidrat, protein),
taurin dengan atau tanpa kafein dan biasanya ditambahkan herbal seperti
ginseng, jahe, dan sebagainya dengan bentuk sediaan cairan Obat Dalam
(COD) dalam kemasan botol bervolume 150 mL, 250 mL atau serbuk dan
tablet yang dilarutkan menjadi minuman.
Hasil wawancara bebas yang dilakukan pada anggal 16 Januari 2016
terhadap 8 orang pasien rawat jalan Hemodialisa 75% (6 orang) mengatakan
mengkonsumsi minuman energy drink 3 kali dalam satu minggu, bahkan
4
37,5% (3 orang) yang mengaku berprofesi supir hampir setiap hari
mengkonsumsi minuman berenergi seperti jenis M150. Dari data rumah sakit
Umum Pringsewu diketahui penderita gagal ginjal kronis yang harus
menjalani hemodialisa dari periode Januari 2015 sampai dengan Desember
2015 sebanyak 65 orang.
Mengkonsumsi minuman berenergi melewati batas aman (kadar taurin
melebih 1gr dan 50 mg kafein per sekali saji) dapat berdampak tidak baik
terhadap ginjal, karena minuman ini mengandung kafein dan taurin yang
tinggi. Zat ini dapat menyebabkan kerusakan pada gemorulus ginjal. sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan konsumsi
minuman berenergi dengan kejadian gagal ginjal kronis di ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah
“apakah ada hubungan konsumsi minuman berenergi dengan kejadian gagal
ginjal kronis di Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan konsumsi minuman berenergi dengan kejadian gagal
ginjal kronis Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
2. Tujuan Khusus
a.
Diketahui distribusi frekuensi konsumsi minuman berenergi di
Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
5
b.
Diketahui distribusi frekuensi kejadian gagal ginjal kronis di Rumah
Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
c.
Diketahui hubungan konsumsi minuman berenergi dengan kejadian
gagal ginjal kronis Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
wawasan peneliti tentang gagal ginjal kronis.
2.
Bagi Rumah Sakit Umum Pringsewu
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah
Sakit Umum Pringsewu untuk lebih mensosialisasikan hubungan
konsumsi minuman berenergi terhadap gagal ginjal kronis.
3.
Bagi STIKes Aisyah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan
bahan bacaan untuk meningkatkan wawasan tentang gagal ginjal akibat
riwayat konsumsi minuman berenergi
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu
keperawatan medikal bedah khususnya masalah ginjal kronis.
6
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman
berenergi dengan kejadian gagal ginjal kronis. Subjek penelitian adalah
pasien hemodialisa. Metode peneltian yang akan digunakan adalah analitik
cross sectional. Tempat penelitian di Rumah sakit Umum Pringsewu.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli tahun 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik kini telah menjadi masalah kesehatan serius di
dunia. Menurut WHO (2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan
saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke
12 tertinggi angka kematian.
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Center Of Disease (CDC) di
Amerika Serikat pada tahun 2011 berdasarkan diagnosa dokter ditemukan
bahwa 10% dari orang dewasa menderita penyakit gagal ginjak kronis.
Sedangkan di dunia WHO memperkirakan jumlah penderita penyakit gagal
ginjal kronis sekitar 20 juta orang (WHO, 2014).
Di Indonesia, dari data di beberapa bagian Nefrologi, diperkirakan
insiden gagal ginjal kronis berkisar 100-150 per satu juta penduduk dan
prevalensi mencapai 200-250 kasus per juta penduduk (Bakrie, 2005). Pada
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis terjadi fluktuasi
status volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit plasma yang sangat
tergantung pada jumlah cairan yang diminum dan fungsi ginjal sisa (Lubis,
2009)
Sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2013 penyakit gagal ginjal
kronis merupakan pringkat kesepuluh penyaki tidak menular dengan angka
kejadian yang cukup tinggi yaitu 0.2 %. Angka prevalensi penyakit gagal
1
2
ginjal kronis tertinggi di Aceh, Gorontalo dan sulawesi utara sebesar 0.4%.
Sedangkan berdasarkan Rekam Medik (RM) di Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumo (RSCM) tahun 2012 penyakit gagal ginjal kronis mencapai 535
penderita (Dewi, 2013).
Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang
timbul akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan,
penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. Kelainan tersebut dapat
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang
berbeda-beda. Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih,
dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama
sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak
menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk
menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah (Riskesdas, 2013). Di
Rumah Sakit Abdul Muluk Provinsi Lampung rata-rata kunjungan pasien
gagal ginjal kronis tahap akhir yang melakukan terapi hemodialisa rata-rata
57 pasien per hari. sedangkan kunjungan perbulannya mencapai 1500 pasien
(Maksum, 2015).
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan terdapat penurunan fungsi
ginjal karena adanya kerusakan dari parenkim ginjal yang bersifat kronik dan
irreversibel. Gagal ginjal kronik terjadi apabila laju filtrasi glomeruler (LFG)
kurang dari 60 ml/menit/ 1,73 m2 selama tiga bulan atau lebih. Berbagai
faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan serta penurunan fungsi ginjal
dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan maupun proses degeneratif
3
(Hidayati, 2008). Salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan
peningkatan kejadian gagal ginjal kronik adalah konsumsi minuman
suplemen energi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pranandari tentang faktor risiko gagal
ginjal kronik di Unit Hemodialisa RSUD Wates Kulon Progo, dengan
metodologi penelitian analitik case control. Hasil penelitian didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat penggunaan suplemen
energi dengan kejadian gagal ginjal kronis dengan (OR= 0,450).
Gagal ginjal kronis juga dapat disebabkan oleh akibat komplikasi dari
penyakit lain seperti hipertensi, DM, infeksi yang menyebabkan kerusakan
struktur ginjal yang reversibel. Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh
penyakit hipertensi dapat dicegah dengan melakukan pengoontrol rutin
tekanan darah (Suwitra, 2014)
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Energi
Drink (minuman berenergi) termasuk salah satu suplemen makanan yang
terdiri dari komponen multivitamin, makronutrien (karbohidrat, protein),
taurin dengan atau tanpa kafein dan biasanya ditambahkan herbal seperti
ginseng, jahe, dan sebagainya dengan bentuk sediaan cairan Obat Dalam
(COD) dalam kemasan botol bervolume 150 mL, 250 mL atau serbuk dan
tablet yang dilarutkan menjadi minuman.
Hasil wawancara bebas yang dilakukan pada anggal 16 Januari 2016
terhadap 8 orang pasien rawat jalan Hemodialisa 75% (6 orang) mengatakan
mengkonsumsi minuman energy drink 3 kali dalam satu minggu, bahkan
4
37,5% (3 orang) yang mengaku berprofesi supir hampir setiap hari
mengkonsumsi minuman berenergi seperti jenis M150. Dari data rumah sakit
Umum Pringsewu diketahui penderita gagal ginjal kronis yang harus
menjalani hemodialisa dari periode Januari 2015 sampai dengan Desember
2015 sebanyak 65 orang.
Mengkonsumsi minuman berenergi melewati batas aman (kadar taurin
melebih 1gr dan 50 mg kafein per sekali saji) dapat berdampak tidak baik
terhadap ginjal, karena minuman ini mengandung kafein dan taurin yang
tinggi. Zat ini dapat menyebabkan kerusakan pada gemorulus ginjal. sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan konsumsi
minuman berenergi dengan kejadian gagal ginjal kronis di ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah
“apakah ada hubungan konsumsi minuman berenergi dengan kejadian gagal
ginjal kronis di Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan konsumsi minuman berenergi dengan kejadian gagal
ginjal kronis Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
2. Tujuan Khusus
a.
Diketahui distribusi frekuensi konsumsi minuman berenergi di
Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
5
b.
Diketahui distribusi frekuensi kejadian gagal ginjal kronis di Rumah
Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
c.
Diketahui hubungan konsumsi minuman berenergi dengan kejadian
gagal ginjal kronis Rumah Sakit Umum Pringsewu tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
wawasan peneliti tentang gagal ginjal kronis.
2.
Bagi Rumah Sakit Umum Pringsewu
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah
Sakit Umum Pringsewu untuk lebih mensosialisasikan hubungan
konsumsi minuman berenergi terhadap gagal ginjal kronis.
3.
Bagi STIKes Aisyah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan
bahan bacaan untuk meningkatkan wawasan tentang gagal ginjal akibat
riwayat konsumsi minuman berenergi
4.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu
keperawatan medikal bedah khususnya masalah ginjal kronis.
6
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman
berenergi dengan kejadian gagal ginjal kronis. Subjek penelitian adalah
pasien hemodialisa. Metode peneltian yang akan digunakan adalah analitik
cross sectional. Tempat penelitian di Rumah sakit Umum Pringsewu.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli tahun 2016