V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pengembangan komunitas petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala pada tahun 2001 melalui Dinas Kehutanan pemerintah meluncurkan program reboisasi
lahan kritis untuk ditanami bibit kelapa baru, sasaranya adalah lahan kritis akibat berhentinya proyek sejuta hektar pada masa orde baru.
Kecamatan Kahayan Kuala menjadi sebagai salah satu kecamatan yang termasuk kedalam program reboisasi mengingat lahan kritis yang ada di Kecamatan
Kahayan Kuala dapat menjadi upaya kepemilikan usaha produktif bagi masa depan generasi yang akan datang juga disamping itu usaha dari pemerintah dalam program
reboisasi ini dapat menghindari luasnya lahan gambut yang dapat menjadi sumber musibah kebakaran yang lebih luas lagi di Kalimantan Tengah.
Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan DAS Kahayan, maka luas lahan kritis di wilayah Kabupaten Pulang Pisau pada kawasan Hutan Produksi mencapai
Luas 89.120,47 Ha dan pada kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonvesi mencapai luas 292.430,96 Ha sehingga luas keseluruhan kawasan Prioritas I
mencapai luas 381.551, 43 Ha. Dengan asumsi kemampuan dana yang disediakan untuk kegiatan
Rehabilitasi hanya dengan cakupan luas 1000 Hatahun, maka upaya rehabilitasi akan memerlukan waktu kurang lebih 381 tahun, suatu situasi yang sangat
memprihatinkan. Salah satu faktor kunci keberhasilan kegiatan penghijauan adalah terletak
pada kelompok tani dan anggotanya yang secara langsung diberi peran dan tanggung jawab melaksanakan kegitan tersebut. Agar proses recruiting calon petani CP dan
calon lahan CL, maka diperlukan adanya mekanisme yang jelas, transparan, akuntanbilitas serta efektif dan efisien.
Untuk memenuhi program yang diadakan pemerintah untuk petani kelapa yang ada di Kalimantan Tengah melalui Dinas Perkebunan memfasilitasi
dibentuknya kelembagaan bagi petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala maka dibangunlah APKI sebagai wadah mengorganisasi petani dalam menerima program
35 dan wadah untuk bermusyawarah menyelesaikan masalah internal petani dan
masalah dengan internal yang dirasakan oleh petani . Program reboisasi dapat dilaksanakan dan berhasil sampai sekarang karena
bibit yang ditanam benar-benar hasil pilihan petani mengingat program yang direncanakan benar-benar hasilnya dapat dinikmati dan untuk kepentingan petani
masa akan datang, maka petani benar-benar merawat bibit kelapa tersebut dan sampai sekarang petani yang mendapat bantuan program bangga menceritakan
pertumbuhan kelapa hasil dari program sangat membantu petani . Lemahnya organisasi APKI baik dari segi pengetahuan tentang perkebunan
dan produktifitas dengan teknologi baru dan informasi menjadikan APKI kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat petani, untuk ikut menjadi anggota dalam
APKI karena program kerja juga belum jelas, untuk itu Ketua APKI mencoba untuk meyakinkan masyarakat petani kelapa melalui bantuan program baru yang sifatnya
lebih produktif yaitu Program Pengolahan Lanjutan Kelapa Proses pengolahan kelapa menjadi VCO dan Smoke Oil, dan pengolahan limbah sabut yang bekerja
sama dengan instansi terkait dari dinas yang ada di Kabupaten Pulang Pisau.
Deskripsi Kegiatan Pemberdayaan Petani dan Agrobisnis
Kabupaten Pulang Pisau memiliki potensi perkebunan kelapa milik rakyat seluas 10.298 Ha dengan produksi 16.496,5 ton kopra pertahun data Dinas
Perkebunan Pulang Pisau Tahun 2005. Dari produksi tersebut dirasakan petani kurang menguntungkan karena harga kopra semakin lama semakin menurun akibat
harga bahan baku kelapa yang semakin berkurang dan mahal, sehingga produksi kopra ditinggalkan petani, maka oleh Pemerintah DaerahPusat memprogramkan
pemberdayaan petani pedesaan melalui usaha agribisnis, salah satunya adalah pengolahan kelapa menjadi VCO, Smoke Oil untuk bahan pengawet ikan dan
pengolahan limbah kulit kelapa menjadi sabut. Sehingga pemberdayaan sistem agribisnis yang berdaya saing dengan
membangun keunggulan kompetitif produk-produk Daerah berdasarkan kompetitif sumber daya alam dan manusia di daerah yang bersangkutan. Berdasarkan fokus
36 program tersebut maka program rencana sumber daya nasional diorientasikan pada
upaya mengatasi : 1. Kemiskinan
2. Tenaga Kerja Khususnya di Pedesaan 3. Ketahanan Pangan
4. Pemberdayaan Masyarakat 5. Ekonomi Kerakyatan
6. Pemberdayaan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi. Wujud dan pemberdayaan sistem agribisnis melalui Proyek Pemberdayaan
Petani dan Agribisnis di kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau, salah satunya programnya adalah Pengolahan Kelapa menjadi VCO dengan melibatkan Kelompok
Petani Pekebun di kecamatan.
Pembiayaan Proyek
Dana penguatan modal kelompok sebesar Rp 350.000.000,- tiga ratus lima puluh juta rupiah, dana tersebut dibagi, untuk modal mesin juga modal uang Rp
5.000.000,- untuk masing-masing kelompok, dana tersebut untuk melancarkan pengoperasionalkan usaha kelompok.
Dana pemberdayaan kelompok Rp 75.000.000,- tujuh puluh lima juta rupiah dipergunakan untuk keperluan pembinaan kelompok dengan perincian
sebagai berikut : a. Dana pelatihan pengolahan VCO kewirausahaan dan pembinaan bagi kelompok
tani dianggarkan Rp 64.500.000,- enam puluh empat juta lima ratus ribu rupiah.
b. Dana operasional petugas lapanganpendamping dianggarkan sebesar Rp 10.500.000,- sepuluh juta lima ratus ribu rupiah.
Kecamatan Kahayan Kuala, Kabupaten Pulang Pisau masih tetap dipilih sebagai lokasi program karena potensi sumber daya kelapa sangat menguntungkan
petani sehingga dapat memajukan ekonomi lokal apabila sumber daya alam dapat dioptimalkan usaha produksinya. Untuk itu penguatan kelembagaan yang ada
menjadi salah satu kunci keberhasilan program. Penduduk Kecamatan Kahayan
37 Kuala memiliki karakteristik masyarakat dengan pola hidupnya masih tradisional
dimana ikatan kekeluargaan masih kuat, persaingan antara warganya belum kuat, toleransi dan sifat gotong royong tinggi. Adalah modal sosial yang perlu
dipertahankan dan didayakan dalam wujud usaha bersama petani untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan petani.
Pertimbangan lain di kecamatan tersebut memiliki luas areal kebun kelapa 8.353,75 dengan produksi 54.898.424 butirtahun dan potensi pengolahan 9.121.000
liter. Adapun nama-nama Kelompok Tani pengolahan VCO dibagi menjadi
beberapa kelompok dengan nama sebagai berikut ; 1. Bahaur Hulu
2. Bahaur Tengah 3. Bahaur Hilir
4. Rungun 5. Pesananan
6. Brunai 7. Pudak.
Waktu pelaksanaan proyek terhitung sejak turunnya DIP yaitu bulan Agustus 2005, sehingga pelaksanaan proyek efektif selama 4 empat bulan yaitu awal bulan
September sampai dengan akhir bulan Desember 2005. Bagaimana agar cita-cita petani untuk merubah struktur komunitas yang
semula berada dalam lapisan paling bawah dapat berubah menjadi lapisan masyarakat yang sejahtera. Salah satu faktor yang dapat dikembangkan adalah
penguatan APKI baik dari organisasinya, SDM.dan modal sosialnya dengan harapan program yang ada dan masih akan dijalani dapat berjalan sesuai perencanaan
program dan hasilnya dapat dinikmati petani kelapa berkelanjutan.
Tujuan Proyek
Tujuan proyek ini adalah untuk peremajaan kelapa yang berkurang akibat penebangan pohon kelapa untuk diambil kayu untuk kepentingan pemenuhan
kebutuhan kayu bagi rumah tangga bisa diatasi dengan reboisasi. Dengan adanya
38 reboisasi petani akan mempunyai pasokan hasil kelapa sehingga hasilnya dapat
meningkatkan pendapatan petani. Program reboisasi dapat dilaksanakan dan berhasil sampai sekarang karena bibit yang ditanam benar-benar hasil pilihan petani
mengingat program yang direncanakan benar-benar hasilnya dapat dinikmati dan untuk kepentingan petani masa yang akan datang, maka petani benar-benar merawat
bibit kelapa tersebut dan sampai sekarang petani petani yang mendapat bantuan program bangga menceritakan pertumbuhan kelapa hasil dari program sangat
membantu petani.
Tahapan-Tahapan Persiapan Proyek
1. Menghimpun informasi tentang daerah di Kabupaten Pulang Pisau yang mempunyai potensi besar tentang produksi kelapa, kesipan petaninya dan
berbagai faktor pendukung lainnya. 2. Pembuatan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis serta kelengkapan
administrasi lainnya. 3. Menetapkan petugas pendampin di lapangan untuk membimbing petani dalam hal
pembentukan kelompok, pembuatan proposal, pengelolaan mesin.
Kendala dan Hambatan
Petani kelapa belum siap untuk membuat proposal, pembentukan kelompok, pengelolaan mesin, dikarenakan lemahnya organisasi APKI baik dari segi
pengetahuan SDM, teknik produktivitas, dan modal sosial sehingga APKI yang diharapkan dapat mendampingi petani dari petugas penyuluh lapangan tetapi
kenyataannya APKI belum siap seperti anggota petani lainnya sehingga petani
kurang percaya kepada APKI.
Untuk membangkitkan semangat petani dalam berkebun APKI berusaha bekerja sama dengan instansi terkait seperti Dinas Sosial, Perkebunan, Perdagangan,
Industri dan Koperasi untuk menciptakan program baru yaitu agrobisnis kelapa
menjadi olahan lanjutan berupa VCO, briket, Smoke Oil.
39
Evaluasi Program
Pelaksanaan program reboisasi, pengembangan agrobisnis ditinjau dari prinsip pengembangan masyarakat sebagai berikut :
1. Program reboisasi atau penanaman kembali lahan rusak akibat gagalnya proyek sejuta hektar masa pemerintahan orde baru dengan tujuan meningkatkan usaha
petani di masa depan melalui peremajaan kelapa tua. Peremajaan lahan rusak dengan penanaman kembali pada prinsipnya dilakukan untuk mengkondisikan
agar tanaman selalu pada posisi berproduksi optimal. Namun luas lahan rusak dengan usaha program jauh berbanding sehingga pelaksanaan peremajaan sulit
mengejar dengan usaha ekonomi yang diharapkan petani sehingga tidak memungkinkan dapat dinikmati petani karena luas lahan rusak pada tahun 2001
di Indonesia sekitar 400 ribu ha atau 11 dari total areal, sedangkan program peremajaan hanya 1000 ha itupun tidak setiap tahun ada, maka sampai kapan
lahan rusak bisa ditanami kembali hal ini terjadi karena keterbatasan dana yang dimiliki negara. Sedangkan kondisi petani sangat memprihatinkan setelah
dilanda krisis ekonomi yang melanda Indonesia. 2. Program usaha agrobisnis, program ini menekankan adanya kelembagaan yang
mampu mengembangkan usaha produksi bagi petani sehingga petani mempunyai kemampuan, keterampilan dari menjual buah kelapa butiran menjadi produsen
olahan lanjutan berupa VCO, dan lain-lain. Namun kelembagaan yang ada di Kecamatan sangat lemah kondisinya baik dari segi : 1 SDM petani dari fisik
kepemilikan lahan luas tetapi perawatan kurang, sehingga dari segi ekonomi pendapatan petani dari buah kelapa tidak menentu karena harga ditentukan secara
monopoli oleh pengelola, dari segi pengetahuan petani hanya sebatas SD sampai SMP, sedikit yang mencapai pendidikan tingkat atas. 2 Teknologi budidaya
benih bibit. Sebagian besar kelapa yang dikembangkan petani adalah kelapa berumur panjang, karena kelapa berumur pendek bertekonologi hibrid harganya
relatif mahal. Pengolahan produksi lanjutan masih menggunakan alat tradisional sehingga mutu hasil rendah jaringan pasar belum luas. Belum adanya mitra kerja
yang menjamin kontinuitas tata niaga atau jaringan pasar produk kelapa dan turunannya. Modal sosial lemah karena informasi sering tidak sampai akibat
40 melemahnya rasa kebersamaan adanya persaingan terselubung sehingga
trut kepercayaan diantara petani kurang terjalin.
Dari keterangan di atas maka pengembangan petani melalui program reboisasi dan usaha agrobisnis belum dapat dirasakan oleh petani secara langsung,
namun dari aspek pengembangan petani dapat berhasil dan akan bermanfaat apabila kendala-kendala yang dirasakan petani bisa diatasi untuk itu diperlukan wadah
kelembagaan bagi petani yang kuat, baik SDM, teknologi, modal sosial, agar mampu mendorong kemandirian dan keberhasilan.
Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Mata pencaharian mayoritas masyarakat di Kecamatan Kahayan Kuala adalah petani kelapa. Dalam hal ini, sektor lain seperti perdagangan dan jasa, ruang lingkup
masih terkait dengan pertanian. Pemerintah melakukan upaya dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui program jangka panjang
perkebunan kelapa dengan reboisasi lahan rusak dan program jangka pendek usaha agrobisnis. Melalui program tersebut perekonomian masyarakat diharapkan akan
mengalami peningkatan serta menimbulkan multiplayer effect pada sektor-sektor lain.
Hasil pengamatan di lapangan, menunjukkan bahwa program-program tersebut belum efektif dan efisien untuk mengembangkan ekonomi masyarakat,
khususnya pada bidang pertanian.
Pengembangan Kelembagaan, Modal dan Gerakan Sosial
Program reboisasi yang disalurkan pada kelompok-kelompok tani bentukan baru telah mempengaruhi eksistensi kelompok tani yang tumbuh di masyarakat.
APKI secara kelembagaan mengalami stagnasi. Demikian juga modal sosial yang terbentuk dalam internal kelompok meskipun pihak eksternal mengalami degradasi.
Yang paling memprihatinkan adalah hilangnya rasa tanggungjawab masyarakat terhadap property yang dimiliki oleh swasta maupun pemerintah.
Program usaha agrobisnis secara konseptual mengacu pada prinsip pengembangan masyarakat. Program tersebut disalurkan melalaui lembaga APKI
41 yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala warisan dari Kabupaten Lama yaitu Kuala
Kapuas. Setelah adanya pemekaran APKI ikut dalam wilayah Kabupaten baru yaitu Pulang Pisau. Kabupaten baru belum mengerti sepenuhnya dengan keberadaan APKI
dan kredibilitas kinerja APKI, penyaluran program lewat ketua APKI tanpa melibatkan petani untuk mendapatkan persetujuannya akibat melemahkan modal
sosial yang ada dalam masyarakat, karena masyarakat petani tidak merasa dilibatkan sehingga posisi petani hanya sekedar buruh dalam kegiatan program sedang ketua
APKI merasa sebagai bos pengelola yang tidak adil dalam menjalankan program. Penghentian sepihak program oleh ketua APKI menunjukan kekuasaan
ketua APKI dengan kekuatan masyarakat petani tidak berimbang. Program usaha Agrobisnis di anggap sebagai program setengah hati, karena bantuan hanya berupa
mesin dan janji pemberian bantuan modal awal kepada petani tidak terealisasi, kontrol dari dinas yang terkait tidak ada, sehingga sulit berkelanjutan karena program
hanya dikuasai oleh ketua APKI. Namun dampak positif dari program usaha Agrobisnis adalah terbentuknya Central bisnis di pedesaan meskipun ini juga belum
bisa optimal kendalnya oleh lemahnya organisasi APKI sampai sekarang.
Ikhtisar
Program Reboisasi sebenarnya bermaksud mengembangkan ekonomi jangka panjang petani, namun petani sangat mengharapkan program yang sesuai dengan
keadaan petani sekarang yaitu program yang dapat meningkatkan kinerja petani dan menambah hasil bagi petani sehingga program yang ada kurang menyentuh dengan
kepentingan petani saat ini. Bantuan pengembangan masyarakat melalui usaha agrobisnis disambut
petani dengan antusias, melalui perkenalan program sampai latihan pengolahan lanjutan diikuti petani dengan semangat harapanya petani dapat segera mengolah
kelapa butiran menjadi olahan lanjutan yang dapat dijual dipasaran yang lebih luas sehingga pendapatan petani bertambah meningkat, namun apa daya setelah selesai
latihan ketrampilan selesai juga program dan tidak berjalan seperti harapan karena informasi tentang keberlanjutan program belum sampai menghasilkan produksi
berhenti begitu saja, tidak ada pendamping bagi petani untuk dapat melanjutkan program sehingga harapan petani berhenti begitu saja alasanya dinas terkait sibuk
42 belum sempat mendampingi petani sampai program benar-benar dapat dimanfaatkan
petani. Petani sudah mengerti dengan teknik produksi kelapa tetapi kemana petani harus menjual belum ada akses bagi petani untuk memasarkan karena pasar yang ada
di desa hanya membeli kopra dan kelapa butiran, sedangkan untuk menjual hasil produksi berupa VCO belum ada jejaring pasar, jadi program untuk siapa.
VI. GAMBARAN APKI SECARA UMUM