ANALISIS DISPARITAS DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA.

ANALISIS DISPARITAS DAN IDENTIFIKASI SEKTOR
UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN
SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam Bidang Ilmu Ekonomi

Oleh :
SRI WINDA H DAMANIK
8146162020

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016 

ABSTRAK
Sri Winda H Damanik. Analisis Disparitas dan Identifikasi Sektor Unggulan

Dalam Perekonomian Sumatera Utara. Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan, 2016.

Sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah sangat bervariasi dan sangat berbeda
baik dari dalam pengelolaannya maupun dari kualitas dan kuantitasnya. Perbedaan
yang signifikan akan memberikan dampak negatif terhadap pembangunan
ekonomi daerah yang pada gilirannya akan sangat rentan dengan ketimpangan dan
ketidakmerataan pembangunan antar daerah tersebut. Ketimpangan yang terjadi
tidak hanya dari sisi makro ekonomi namun juga berdampak pada sektor-sektor
ekonomi dan tingkat pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis ketimpangan pembangunan ekonomi, mengetahui dan menganalisis
sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis, mengetahui dan
menganalisis perubahan dan pergeseran sector perekonomian dan untuk
mengetahui dan menganalisis kualitas antar sector dalam perkonomian di Propinsi
Sumatera Utara. Menggunakan data sekunder yang bersumber dari BPS Propinsi
Sumatera Utara dari tahun 2011 – 2015. Spesifikasi model yang digunakan
diadaptasi dari beberapa penelitian sebelumnya dengan melakukan penyesuaianpenyesuaian yang dianggap akan memberikan hasil yang lebih baik. Hasil
penelitian dengan menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entrophi Theil
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi diantara
kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara. Sementara itu dengan menggunakan

analisis Location Quotient (LQ) yang menjadisektor unggulan atau sektor basis
adalah kategori (A) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Hasil lainnya dengan
menggunakan analisis shift share secara agregat terjadi pertambahan tingkat
output ekonomi selama tahun 2011 – 2015 dan sebagian besar disebabkan oleh
efek pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional, sementara itu pengaruh dari efek
bauran industry/ sektoral (proporsional share) terhadap pertumbuhan ekonomi
propinsi Sumatera Utara bernilai negatif. Dan secara keseluruhan kategori
lapangan usaha perekonomian propinsi Sumatera Utara masih banyak memiliki
daya saing atau kemandirian daerah. Sedangkan hasil estimasi dengan Granger
Causality diketahui bahwa sektor sektor sekunder dan sektor tersier
mempengaruhi sektor primer, sektor tersier mempengaruhi sektor sekunder dan
tidak terdapat hubungan kausalitas antara sektor primer, sektor sekunder dan
sektor tersier.

Kata Kunci :Ketimpangan, Sektor Unggulan, Sektor Basis dan Non Basis, Sektor
Primer, Sekunder dan Tersier.



 


ABSTRACT
 
 

Winda. Analysis of Disparity analysis and identification Commodity Sector in
Economy of North Sumatra.Medan State University Graduate Program, 2016

Resources owned by an area very varied and very different both in its
management as well as on the quality and quantity. The significant differences
will have negative impacts on local economic development, which in turn would
be highly vulnerable to the imbalances and inequities in development across the
region. Inequality not only in terms of macroeconomic but also have an impact on
economic sectors and income levelThis study aims to identify and analyze the
imbalance of economic development, know and analyze sectors whether that be
the base sector and non bases, identify and analyze change and shifting economic
sectors and to identify and analyze the causality between sectors in perkonomian
in North Sumatra Province. Using secondary data from BPS North Sumatra
Province from the year 2011 - 2015.Specifications of the model used was adapted
from several previous studies by making adjustments that are considered will give

better results. The results using Williamson index and TheilEntrophi Index shows
that there is inequality of economic development among districts / cities in North
Sumatra Province. Meanwhile using Location Quotient (LQ), which became the
leading sectors or sectors of the base is a category (A) Agriculture, Forestry and
Fisheries. Other results by using shift share analysis in aggregate economic
output level increase occurred during the years 2011 - 2015 and is largely due to
the effects of economic growth at the national level, while the influence of mix
effects industry / sectoral (proportional share) of the North Sumatra provincial
economic growth is negative. And the overall category of undertaking of North
Sumatra province's economy still has a lot of competitiveness or independence in
the region. While the results of estimation with Granger Causality known that
sector secondary sector and the tertiary sector affecting the primary sector,
tertiary sector affects the secondary sector and there is no causal relationship
between the primary sector, the secondary sector and the tertiary sector

Keywords: Inequality, Commodity Sector, Sector Base and Non-Base, Sector
Primary, Secondary and Tertiary.
,

ii 


 

iv

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
atas segala rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat merampungkan
penyusunan tesis dengan judul “Analisis Disparitas dan Isentifikasi Sektor
Unggulan Dalam Perekonomian Sumatera Utara.” Disamping itu penulisan tesis
ini dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program
Pasca Sarjana Universitas Medan (UNIMED).
Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak sekalin mendapat masukan,
bimbingan dan arahan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan
2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan
3. Ibu Dr. Fitra Waty, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

Pascasarjana Universitas Negeri Medan sekaligus sebagai dosen
pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Dr. M. Fitri Ramadhana, M.Si sebagai dosen pembimbing pertama
sekaligus selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan atas arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan thesis ini

iii

iv

5. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi atas do’a dan dukungan untuk
penulis selama berlangsungnya masa perkuliahan hingga memasuki masa
penyelesaian kuliah.
6. Teristimewa buat suami dan anakku Hana Zahira Siregar atas do’a dan
dukungan untuk penulis selama berlangsungnya masa perkuliahan hingga
memasuki masa penyelesaian kuliah.
7. Para dosen pengajar dan teman-teman mahasiswa pasca sarjana angkatan
2014 Program Studi Ilmu Ekonomi beserta semua pihak yang telah

membantu penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
terdapat kelemahan yang perlu diperkuat dan kekurangan yang perlu dilengkapi.
Karena itu, penulis mengharapkan masukan, koreksi dan saran untuk memperkuat
kelemahan dan melengkapi kekurangan penelitian ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintah dan masyarakat.

Medan, Januari 2017
Penulis,

Sri Winda H Damanik
NIM : 8146162020

iii

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .....................................................................................................


i

ABSTRACT ....................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................

iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………….....

v

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….....

vii

DAFTAR TABEL .........................................................................................


viii

BAB I

PENDAHULUAN ……………………………………………..
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.

BAB II

BAB III

BAB IV

Latar Belakang ……………………………………........
Rumusan Masalah ………………………………….......
Tujuan Penelitian …………………………………........
Manfaat Penelitian …………………………………......


1
14
15
15

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………....

16

2.1. Kerangka Teori ……………………………………........
2.1.1. Teori Pertumbuhan …………………………….....
2.1.2. Disparitas Pembangunan Ekonomi Wilayah ……..
2.1.3. Teori Myrdal ………………..................................
2.1.4. Teori Basis Ekonomi ..............................................
2.1.5. Hipotesis Kuznets ...................................................
2.1.6. Disparitas Pembangunan Ekonomi Daerah ……....
2.1.7. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole Theory) ...
2.2. Penelitian Terdahulu ……………………………………
2.3. Kerangka Penelitian …………………………………….

2.4. Hipotesis ……………………………………………......

16
16
21
23
25
27
30
40
43
51
53

METODE PENELITIAN …………………………………….

54

3.1. Lokasi Penelitian ………………………….................
3.2. Jenis dan Sumber Data ………………………………
3.3. Metode Analisis Data ……………………………......
3.3.1. Disparitas Wilayah ............................................
3.3.2. Identifikasi Struktur Perekonomian ...................
3.3.3. Analisis
Kausalitas Granger
(Granger
Causality Analysis) .............................................
3.4. Definisi Operasional …………………………………

54
54
54
54
56

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

66

4.1. Hasil Penelitian ............................................................
4.1.1. Gambaran Umum Perekonomian Sum. Utara ...
4.1.2. Ketimpangan Pembangunan ..............................
4.1.3. Sektor Unggulan ................................................

66
66
71
75

 


 

1

60
64

4.1.4. Pergeseran Struktur Ekonomi (Shift Share
Analysis) ............................................................
4.1.5. Kausalitas Antar Sektor Ekonomi (Granger
Causality Analysis) ............................................
4.2. Pembahasan .................................................................
4.2.1. Ketimpangan Pembangunan ..............................
4.2.2. Sektor Unggulan ................................................
4.2.3. Pergeseran Struktur Ekonomi ............................
4.2.4. Kausalitas Antar sektor ekonomi .......................

97
105
105
107
109
111

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

113

5.1. Kesimpulan ..................................................................
5.2. Saran ............................................................................

113
114

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

115

LAMPIRAN ………………………………………………………………..

118

BAB V

vi 
 

80

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/ Kota Atas
Dasar Harga Konstan 2010 (persen) Tahun 2011-2015 .…....

6

Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Sumatera
Utara Tahun 2011 – 2015 (persen) ........................................

12

Indeks Williamson Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2011 – 2015 .......................................................

72

Indeks Entrophi Theil Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera
Utara Tahun 2011 – 2015 ......................................................

72

Hasil Perhitungan Indeks Location Quetient (LQ) Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2011 – 2015 .......................................

76

Tabel 4.4.

Hasil Analisis Shift Share Kategori Lapangan Usaha ............

80

Tabel 4.5.

Uji Akar Unit Pada Tingkat Level ..........................................

97

Tabel 4.6.

Uji Derajat Integrasi Pada 2nd Difference ...............................

99

Tabel 4.7.

Hasil Uji Lag Lenght Variabel Sektor Primer (P) – Sekunder
(S) ...........................................................................................

100

Hasil Uji Lag Lenght Variabel Sektor Primer (P) – Sektor
Tersier (T) ...............................................................................

100

Hasil Uji Lag Lenght Variabel Sektor Sekunder (S) – Sektor
Tersier (T) ...............................................................................

101

Hasil Uji Kausalitas Granger Variabel Sektor Primer (P) –
Sektor Sekunder (S) ................................................................

103

Hasil Uji Kausalitas Granger Variabel Sektor Primer (P) –
Sektor Tersier (T) ...................................................................

103

Hasil Uji Kausalitas Granger Variabel Sektor Sekunder (S) –
Sektor Tersier (T) ...................................................................

103

Tabel 4.13.

Ringkasan Hasil Perhitungan Indeks Williamson ..................

106

Tabel 4.14.

Ringkasan Hasil Perhitungan Indeks Entrophi Theil ..............

107

Tabel 4.15.

Nilai Shift Share Perekonomian Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011-2015 ....................................................................

109

Tabel 1.2.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.

Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.

 

 
viii
 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2015 (Persen) .....................................

9

Gambar 2.1.

Kurva “U” Terbalik (Hipotesis Kuznets) …...........................

28

Gambar 2.2.

Kerangka Penelitian ................................................................

53

Gambar 4.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 2011 –
2015 ........................................................................................

67

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Kategori A, B, C dan D di Sumatera Utara Tahun 2011-2015

69

Gambar 4.2b. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Kategori E, F, G dan H di Sumatera Utara Tahun 2011-2015

69

Gambar 4.2a.

Gambar 4.2c.

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Kategori I, J, K dan L di Sumatera Utara Tahun 2011-2015 ..

70

Gambar 4.2d. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Kategori M, N, O, P, Q, R, S, T dan U di Sumatera Utara
Tahun 2011-2015 ....................................................................

70

Gambar 4.3a.

Perkembangan LQ Lapangan Usaha Unggulan Kategori A,
L dan G Dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2011 – 2015 .................................................................

77

Gambar 4.3b. Perkembangan LQ Lapangan Usaha Unggulan Kategori E, F
dan H Dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun
2011 – 2015 ............................................................................

78

Gambar 4.4.

Indeks Williamson dan Indeks Entrophy Theil Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2011-2015 .......................................... 105

Gambar 4.5.

Rata-Rata Nilai Indeks Location Quotient (LQ) Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2011-2015 .......................................... 109

Gambar 4.6.

Hubungan Antar Sektor Ekonomi ..........................................

 

 


 

111

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Data Penelitian ......................................................................

120

Lampiran 2.

Laju Pertumbuhan Kategori Lapangan Usaha Prop.
Sumatera Utara ......................................................................

122

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota Prop.Sumatera
Utara ......................................................................................

123

Lampiran 4.

Hasil Estimasi Metode Williamson dan Entrophi Theil ........

124

Lampiran 5.

Hasil Estimasi Model Location Quetion (LQ) ......................

126

Lampiran 6.

Hasil Estimasi Model Shift Share ..........................................

127

Lampiran 7.

Data Olahan Untuk Estimasi Model Granger Kausalitas ......

128

Lampiran 8.

Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) ...................................

129

Lampiran 9.

Hasil Uji Derajat Integrasi Pada First Difference .................

130

Lampiran 10. Hasil Uji Derajat Integrasi Pada Second Difference .............

131

Lampiran 11. Hasil Uji Lag Length ............................................................

132

Lampiran 12. Hasil Uji Kausalitas Granger .................................................

134

Lampiran 13. Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing Tesis .....................

135

Lampiran 14. Surat Undangan Seminar Proposal Tesis ..............................

136

Lampiran 15. Surat Undangan Ujian Tesis .................................................

137

Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup ..........................................................

138

Lampiran 3.

 
viii
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pada seluruh sektor kehidupan manusia. Pada negara berkembang
termasuk Indonesia lebih memfokuskan melakukan pembangunan di sektor
ekonomi dengan tujuan pembangunan tersebut dapat mendukung pencapaian
tujuan atau mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan sektor lainnya.
Keterbelakangan utama yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang
berkembang juga berada pada sektor ekonomi. Oleh sebab itu tidak
mengherankan, bahkan dapat dikatakan merupakan tuntutan dan tujuan negara
apabila pembangunan ekonomi mendapat perhatian khusus.
Menurut Irawan dan Suparmoko (2002), Pembangunan ekonomi adalah
usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur
dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan
ekonomi disamping untuk menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk
meningkatkan produktivitas. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat
output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya
baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, tingkat teknologi, keadaan
pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari
output itu sendiri.
Sedangkan pembangunan ekonomi daerah menurut Arsyad (2001), adalah
suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber
1



daya yang ada membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan
sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru, serta merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, menuntut
pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan
ekonomi

guna

peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

dimana

tujuan

penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik
dan memajukan perekonomian daerah.
Kedua Undang-Undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi
daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan yang selama
ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Kewenangan tersebut mencakup
seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama serta moneter dan fiskal.
Kewenangan pembiayaannya, yaitu daerah dapat menggali sekaligus menikmati
sumber-sumber potensi ekonomi, serta sumber daya alamnya tanpa ada intervensi
terlalu jauh dari pemerintah pusat. Hal ini akan berdampak terhadap
perekonomian daerah yang pada akhirnya tercipta peningkatan pembangunan
daerah.
Indikator keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan
ekonomi,

pemerataan

keadilan

dan

keberlanjutan

(Adisasmita,

2013).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat ekonomi yang
berlangsung dari tahun ke tahun. (Sukirno, 1994 dalam Kuncoro, 2003).



Terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peranan sektor-sektor yang
ada dalam suatu perekonomian. Untuk melihat sektor-sektor yang memberikan
peran utama bagi perkembangan perekonomian daerah. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap masalah ketimpangan dalam perkembangan dalam
pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara
berbagai daearah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan
tingkat pendapatan perkapita antara daerah.
Myrdal (1957) dalam Hidayati (2008) menunjukan bahwa perbedaan
tingkat kemajuan ekonomi antar daerah yang berlebihan dapat menyebabkan
pengaruh yang merugikan terhadap perkembangan daerah secara keseluruhan.
Ketimpangan pembangunan antar wilayah dapat dilihat dari perbedaan tingkat
kesejahteraan dan perkembangan ekonomi antar wilayah.
Kecenderungan persebaran penguasaan PDRB dan laju pertumbuhan yang
tidak sama akan menyebabkan semakin timpangnya pembangunan antar wilayah.
Ketimpangan pembangunan antar wilayah juga ditandai dengan rendahnya
aksesibilitas pelayanan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial terutama
masyarakat di perdesaan, wilayah terpencil, perbatasan serta wilayah tertinggal.
Ketimpangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan ditunjukkan oleh
rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa, tertinggalnya pembangunan
kawasan perdesaan dibanding dengan perkotaan, dan tingginya ketergantungan
kawasan perdesaan terhadap kawasan perkotaan.
Karakteristik fisik dan sosial wilayah di Indonesia yang beragam
memberikan berbagai potensi wilayah berbeda. Perbedaan potensi wilayah di



Indonesia

menyebabkan

kesenjangan

yaitu:

kesenjangan

antar

wilayah,

kesenjangan antar desa dan kota kesenjangan antara golongan pendapatan
(Kuncoro, 2004).
Pendekatan makro yang meliputi penetapan sektor unggulan utama (basic
sector) sebagai faktor pemicu utama pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
kerja, dan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB, penetapan sektor
unggulan penunjang sebagai sektor yang berfungsi mendukung perkembangan
dan keberlangsungan terhadap sektor unggulan utama, baik untuk jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang dan penetapan sektor pendukung (non basic
sector) sebagai sektor yang berfungsi mendorong dan memperlancar sektor
unggulan tersebut.
Untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi regional serta meningkatkan
kontribusinya terhadap pembentukan total Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), maka pembangunan sektor unggulan dapat dijadikan sebagai penggerak
pembangunan ekonomi. Secara umum tujuan pembangunan bidang ekonomi
khususnya sektor unggulan adalah untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi
dengan demikian dapat tercipta stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis, dan
tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yang dinikmati oleh masyarakat daerah
tersebut.
Suatu daerah akan mengalami percepatan pertumbuhan apabila memiliki
sektor ekonomi yang mampu mengakselerasi pembangunan dan sektor – sektor
yang lain (Rustiadi,2011). Potensi ekonomi yang ada disetiap daerah perlu digali
dan dimanfaatkan secara efesien dan efektif untuk menunjang pembangunan
maupun pertumbuhan ekonomi diwilayah tersebut. Pengembangan ekonomi



sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemajuan
ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yang harus dilaksanakan. Untuk
itu penentuan sektor ekonomi unggulan dalam pembangunan daerah adalah
penting dilakukan sebagai upaya pengalokasian sumber daya yang tersedia
dengan tepat.
Pertumbuhan sektor ekonomi unggulan di suatu daerah diyakini akan
mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor ekonomi lain daerah
setempat dan perekonomian daerah sekitar. Dalam hal ini daerah perkembangan
sektor ekonomi unggulan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan
sumberdaya daerah sekitar dan bagi daerah pengembangan sektor ekonomi
unggulan sendiri akan meningkatkan ekspor produck dan jasa yang dihasilkan.
Namun demikian pengembangan suatu daerah yang cepat akan menimbulkan
kesenjangan pendapatan antar daerah bila tidak secara tepat diantisipasi
Sumatera Utara sebagai salah satu propinsi terbesar di Indonesia, memiliki
luas sebesar 71.680,68 Km2yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota dengan batas
daerah perairan dan laut serta dua provinsi lain: di sebelah Utara berbatasan
dengan Provinsi Aceh, di sebelah Timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka,
di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di
sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia..
Kondisi perekonomian yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2010 untuk seluruh kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara
selama tahun 2011 – 2015 disajikan dalam Tabel 1.1 berikut.



Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Atas
Dasar Harga Konstan 2010 (persen), Tahun 2011 - 2015
Kabupaten/Kota

2011

2012

2013

2014

2015*

1. N i a s
2. Mandailing Natal
3. Tapanuli Selatan
4. Tapanuli Tengah
5. Tapanuli Utara
6. Toba Samosir
7. Labuhanbatu
8. Asahan
9. Simalungun
10. D a i r i
11. K a r o
12. Deli Serdang
13. Langkat
14. Nias Selatan
15. Humbang Hasundutan
16. Pakpak Bharat
17. Samosir
18. Serdang Bedagai
19. Batu Bara
20. Padang Lawas Utara
21. Padang Lawas
22. Labuhanbatu Selatan
23. Labuhanbatu Utara
24. Nias Utara
25. Nias Barat
26. Sibolga
27. Tanjung Balai
28. Pematang Siantar
29. Tebing Tinggi
30. M e d a n
31. B i n j a i
32. Padangsidimpuan
33. Gunung Sitoli
Sumatera Utara

6,47
6,47
9,39
5,28
5,06
5,25
6,29
5,69
6,26
5,19
5,26
5,15
6,66
5,35
5,77
6,21
6,25
6,29
5,91
6,59
6,41
6,54
6,57
6,41
6,76
5,94
6,42
6,86
5,94
7,91
6,26
6,09
6,38
6,66

6,27
6,27
9,09
5,11
4,90
5,08
6,09
5,51
6,06
5,03
5,09
4,99
6,45
5,18
5,59
6,01
6,05
6,09
5,72
6,38
6,21
6,33
6,36
6,21
6,55
5,75
6,22
6,64
5,75
7,66
6,06
5,90
6,18
6,45

6,35
6,37
17,43
5,18
5,27
4,85
5,98
5,71
5,25
5,05
4,95
9,22
5,61
4,65
5,72
5,91
6,10
5,80
4,23
6,15
6,14
6,05
6,27
6,34
5,17
5,96
5,94
5,75
6,01
5,36
6,07
5,80
6,22
6,07

5,47
6,52
4,43
5,04
5,11
4,23
5,22
5,89
5,33
5,03
5,09
7,51
5,12
4,32
5,32
5,92
5,95
5,12
4,20
6,08
5,97
5,32
5,39
5,56
5,12
5,89
5,78
6,34
5,45
6,08
5,83
5,17
6,10
5,23

5,43
6,22
5,02
5,08
4,81
4,55
5,04
5,57
5,24
5,04
5,01
5,25
5,03
4,46
5,24
5,93
5,77
5,05
4,11
5,94
5,74
5,13
5,18
5,49
4,87
5,65
5,58
5,24
4,86
5,74
5,40
5,04
5,39
5,10

* Angka Sementara
Sumber : BPS, PDRB Kab/Kota Sumatera Utara Tahun 2012-2016



Tabel 1.1 diatas menunjukkan perkembangan perekonomian kabupaten/
kota di Sumatera Utara selama tahun 2011-2015 yang rata-rata cenderung
melambat. Tercatat secara agregat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun
2011 sebesar 6,66 persen dan teus mengalami perlambatan pertumbuhan di tahun
2012 menjadi sebesar 6,45 persen, tahun 2013 menjadi sebesar 6,07 persen.
Kondisi perekonomian yang cenderung tertekan akibat masih tergantungnya
perekonomian daerah ke pemerintah pusat menjadi salah satu penyebab
menurunnya pertumbuhan ekonomi selama 2 (dua) tahun kedepan, dimana
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2014 sebesar 5,23 persen dan turun
menjadi sebesar 5,10 persen di tahun 2015.
Dari data-data laju pertumbuhan ekonomi pada Tabel 1.1 tersebut juga
dapat menjelaskan telah terjadinya ketimpangan dalam perekonomian di
kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara. Ketimpangan yang makin tinggi antar
wilayah ini dapat memunculkan masalah kecemburuan sosial, kerawanan
disintegrasi wilayah dan disparitas ekonomi yang makin lebar dan tajam.
Disparitas ekonomi yang terjadi di kabupaten/ kota di propinsi Sumatera
Utara khususnya disebabkan oleh banyak fakor, diantaranya adalah sumber daya
alam yang dimiliki daerah, sumber daya manusia, sarana fisik dan infrastruktur
dalam mendukung pembangunan ekonomi itu sendiri serta pendapatan daerah
sebagai modal dasar pembangunan seta indikator lainnya.
Ketimpangan pembangunan pada prinsipnya merupakan ketimpangan
ekonomi yang mengandung makna kemiskinan dan kesenjangan. Agar
ketimpangan dan perkembangan antar suatu daerah dengan daerah lain tidak
menciptakan jurang yang semakin lebar, maka implikasi kebijaksanaan terhadap



daur perkembangan dari pembangunan haruslah dirumuskan secara tepat
(Suryana, 2000).
Ketimpangan dan pemerataan sebenarnya telah dikenal cukup lama di
Indonesia, misalnya program yang melatarbelakangi program padat karya,
berbagai pembangunan infrastruktur, seperti dalam program perbaikan kampung
yaitu perbaikan jalan, pos kamling, pembangunan irigasi dan lain-lain. Berbagai
program jaring pengaman sosial seperti pembangunan jaringan infrastruktur di
pedesaan, yang meliputi jalan, irigasi, listrik, telepon, pelayanan kesehatan dan
pendidikan.
Hasil studi Easterly (1999) dalam Arsyad (2001) mengungkapkan bahwa
tingkat ketimpangan (disparities) yang tinggi merupakan penghambat dari
kemakmuran, tumbuhnya institusi yang berkualitas, dan berkembangnya
pendidikan yang bermutu tinggi.
Dalam lingkup negara, ketimpangan secara spasial tidak selalu merata.
Kesenjangan antar derah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa
daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami
pertumbuhan yang lambat. Daerah–daerah tersebut tidak mengalami kemajuan
yang sama disebabkan oleh karena kurangnya sumber–sumber yang dimiliki;
adanya kecenderungan peranan modal (investor) memilih daerah perkotaan atau
daerah yang telah memilki fasilitas seperti prasarana perhubungan, jaringan
listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi, juga tenaga kerja yang
terampil; di samping itu adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan
dari Pemerintah Pusat kepada daerah.



Sumber : BPS Prop. Sumatera Utara Tahun 2016

Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2015 (Persen)

10 

Gambar 1.1 menunjukkan ketimpangan pembangunan ekonomi yang
diukur dar laju pertumbuhan ekonomi masing-masing kabupaten/ kota di propinsi
Sumatera Utara selama tahun 2015, dimana kabupaten/ kota yang memiliki laju
pertumbuhan ekonomi dibawah laju pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera
Utara, yaitu sebesar 5,10 persen sebanyak 14 kabupaten/ kota dengan kabupaten
Batubara yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi terendah, yaitu sebesar 4,11
persen.
Sementara itu, kabupaten/ kota yang memiliki laju pertumuhan ekonomi
diatas laju pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Utara sebanyak 19
kabupaten/ kota dengan kabupaten Mandailing Natal yang memiliki laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 6,22 persen selama tahun 2015.
Sejak tahun 2014, BPS telah menggunakan metodologi penghitungan
PDB/ PDRB dalam konsep yang baru, yaitu penggunaan tahun dasar 2010 yang
semula tahun dasar 2000. Dalam penelitian ini sektor lapangan usaha
menggunakan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010, dimana sektor
lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB menggunakan 21 (Dua puluh satu)
kategori di mulai dari kategori A hingga kategori U.
Kategori tersebut meliputi, (A) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; (B)
Pertambangan dan Penggalian; (C) Industri Pengolahan; (D) Pengadaan Listrik
dan Gas; (E) Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang; (F)
Konstruksi; (G) Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor; (H) Transportasi dan Pergudangan; (I) Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; (J) Informasi dan Komunikasi; (K) Jasa Keuangan dan Asuransi; (L) Real
Estate; (M,N) Jasa Perusahaan; (O) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

11 

Jaminan Sosial; (P) Jasa Pendidikan; (Q) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan
(R,S,T,U) Jasa Lainnya
Seluruh kategori tersebut merupakan agregat seluruh sektor ekonomi yang
merupakan gambaran perekonomian dari suatu daerah atau wilayah. Sektor-sektor
lapangan usaha ini memberikan kontribusi yang berbeda terhadap PDRB, hal ini
disebabkan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang juga
memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga dengan demikian setiap daerah
atau wilayah kabupaten/ kota memiliki spesifikasi dan keunggulan sektor yang
berbeda.
Keunggulan sektor yang berbeda ini sebagai salah satu sumber
ketimpangan regional yang terjadi antara kabupaten/ kota di Sumatera Utara.
Semakin besar sumber daya alam dan sumber daya lainnya akan membuat daerah
tersebut semakin maju sebaliknya daerah yang terbatas sumber daya alam dan
sumber daya lainnya akan semakin tertinggal. Perbedaan inilah yang akan
menimbulkan ketimpangan antar daerah semakin nyata.
Kondisi ketimpangan yang semakin lebar akan memicu berbagai masalah
dan kesenjangan sosial, diantaranya adalah melambatnya perekonomian daerah,
timbulnya masalah urbanisasi, pengangguran dan masalah sosial lainnya. Jika hal
ini tidak segera diambil kebijkan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah
akan menimbulkan kegagalan dalam pembangunan daerah itu sendiri.
Salah satu indikator dalam menentukan keunggulan daerah dilihat dari
struktur perekonomian daerah, yaitu sektor-sektor perekonomian dalam lapangan
usaha yang memiliki pertumbuhan yang terus meningkat. Struktur perekonomian
Propinsi Sumatera Utara disajikan dalam Tabel 1.2 selama tahun 2011 – 2015.

12 

Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Sumatera Utara
Tahun 2011 – 2015 (persen)
Lapangan Usaha
dan

2012

2013

2014

2015

5,88

5,31

4,71

4,39

5,60

10,72

11,95

26,03

5,14

6,40

3,22

5,64

4,84

2,97

3,52

A

Pertanian.
Perikanan

B

Pertambangan dan Penggalian

C

Industri Pengolahan

D

Pengadaan Listrik dan Gas

E

Pengadaan Air Pengelolaan
Sampah Limbah & Daur Ulang

6,30

5,13

5,68

6,04

6,44

F

Konstruksi

8,46

6,67

7,66

6,79

5,52

G

Perdagangan Besar & Eceran
& Reparasi Mobil & Sp Motor

7,13

7,91

5,57

6,94

4,36

H

Transportasi dan Pergudangan

10,24

8,25

7,41

5,71

5,49

I

Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum

8,52

6,75

7,81

6,48

6,95

J

Informasi dan Komunikasi

9,96

8,79

7,78

7,23

7,11

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

8,71

10,09

9,59

2,62

7,17

L

Real Estate

9,66

6,96

6,94

6,59

5,76

10,68

6,04

6,68

6,76

5,86

M,N

Kehutanan

2011

Jasa Perusahaan

13,87 (3,03) (3,98)

3,21 (1,30)

O

Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial

8,93

2,53

3,34

6,92

5,83

P

Jasa Pendidikan

4,79

4,94

8,34

6,37

5,03

Q

Jasa Kesehatan dan Kegiatan
16,00
Sosial

10,58

10,82

7,00

6,93

7,83

7,45

7,04

6,69

R,S,
T,U

Jasa Lainnya

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

9,00

13 

Tabel 1.2. menunjukkan perkembangan laju pertumbuhan ekonomi
menurut lapangan usaha, dimana di tahun 2011 sektor dengan laju pertumbuhan
ekonomi tertinggi adalah sektor transportasi dan komunikasi dengan pertumbuhan
sebesar 7,56 persen, disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 6,62 persen dan sektor
konstruksi/ bangunan sebesar 6,54 persen. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi
terendah adalah sektor pertambangan & penggalian sebesar 1,43 persen disusul
oleh sektor industri pengolahan sebesar 2,76 persen dan sektor pertanian sebesar
4,85 persen.
Tahun 2010, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan laju
pertumbuhan sebesar 10,78 persen merupakan sektor dengan laju pertumbuhan
tertinggi selama tahun 2010, disusul oleh sektor transportasi dan keuangan sebesar
9,44 persen dan sektor listrik, air minum dan gas sebesar 6,88 persen. Lapangan
usaha dengan laju pertumbuhan terendah adalah sektor industri pengolahan
dengan laju pertumbuhan sebesar 4,16 persen, disusul oleh sektor pertanian
sebesar 5,70 persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 5,87 persen.
Tahun 2011 hingga tahun 2013 sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan masih mendominasi, dengan laju pertumbuhan tertinggi masingmasing sebesar 13,61 persen di tahun 2011, sebesar 11,20 persen di tahun 2012
dan sebesar 8,31 persen di tahun 2013. Sedangkan laju pertumbuhan terendah
selama tahun 2011 adalah sektor industri pengolahan sebesar 2,05 persen, tahun
2012 sektor pertambangan dan penggalian dengan laju pertumbuhan sebesar 2,04
persen dan di tahun 2013 sektor listrik, air minum dan gas dengan laju
pertumbuhan sebesar 3,95 persen.

14 

Dari seluruh sektor ekonomi di propinsi Sumatera Utara, tercatat di tahun
2012 laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan, disusul oleh sektor perdagangan, perhotelan dan restoran serta sektor
transportasi dan keuangan. Ketiga sektor terbesar tersebut secara agregat
merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi pada PDRB propinsi
Sumatera Utara, namun demikian masih perlu dilakukan penelitian apakah sektorsektor tersebut merupakan sektorunggulan atau sektor basis di propinsi Sumatera
Utara. Demikian pula halnya pergeseran sektor dan keterkaitan antar sektor yang
terjadi tidak dapat dipastikan dengan hanya melihat angka-angka yang tercatat
dalam Tabel 1.2.
Dengan latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan untuk menentukan
sektor unggulan atau sektor basis, untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi
di propinsi Sumatera Utara, serta untuk melihat disparitas perekonomian antara
kabupaten/ kota di Sumatera Utara. Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Disparitas dan Identifikasi Sektor
Unggulan, Perubahan dan Pergeseran Sektoral Dalam Perekonomian Sumatera
Utara”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana ketimpangan pembangunan ekonomi antara kabupaten/ kota di
Propinsi Sumatera Utara?
2. Sector-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam
perekonomian Propinsi Sumatera Utara?

15 

3. Bagaimana perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Propinsi
Sumatera Utara?
4. Bagaimana kausalitas antar sektor dalam perkonomian terhadap sektor
basis dalam perekonomian di Propinsi Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan diatas, maka ditetapkan tujuan penelitian, yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis ketimpangan pembangunan ekonomi
antara kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor apakah yang menjadi
sektor basis dan non basis dalam perekonomian Propinsi Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui dan menganalisis perubahan dan pergeseran sektor
perekonomian Propinsi Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis kausalitas antar sektor dalam
perkonomian di Propinsi Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Sebagai

bahan

informasi

dan

pertimbangan

untuk

perencanaan

pembangunan ekonomi Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan
dan perencanaan ekonomi daerah.
3. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis untuk mengetahui bagaimana
ketimpangan pembangunan ekonomi di kabupaten/ kota di Propinsi
Sumatera Utara.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Dari hasil estimasi dengan menggunakan Indeks Williamson dan Indeks
Entrophi Theil menunjukkan terjadi ketidakmerataan/ ketimpangan (disparity)
pembangunan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan hasil
perhitungan dengan Indeks Williamson terhadap kabupaten/ kota di Propinsi
Sumatera Utara menunjukkan ketimpangan terendah terdapat di Kota
Pematang Siantar, dengan menggunakan Indeks Entrophi Theil, ketimpangan
terendah terdapat di Kabupaten Deli Serdang.
2) Dari hasil estimasi dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ)
terbentuklah kategori lapangan usaha yang menjadi sektorunggulan atau
sektor basis, yaitu : kategori (A) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, kategori
(E) Pengadaan Air Pengelolaan Sampah Limbah dan Daur Ulang, kategori (F)
Konstruksi, kategori (G) Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor dan kategori (H) Transportasi dan Pergudanganserta
kategori (L) Real Estate dalam perekonomian di Propinsi Sumatera Utara.
3) Dari hasil analisis shift share secara agregat terjadi pertambahan tingkat
output ekonomi selama tahun 2011 – 2015 sebesar 33.016,64juta rupiah dan
sebagian besar disebabkan oleh efek pertumbuhan ekonomi di tingkat
nasional, sementara itu pengaruh dari efek bauran industry/ sektoral

114 

115 
 

(proporsional share) terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Utara
bernilai

negatif.

Dan

secara

keseluruhan

kategori

lapangan

usaha

perekonomian propinsi Sumatera Utara masih banyak memiliki daya saing
atau kemandirian daerah.
4) Dari hasil estimasi dengan Granger Causality diketahui bahwa sektor sektor
sekunder dan sektor tersier mempengaruhi sektor primer, sektor tersier
mempengaruhi sektor sekunder. Tidak terdapat hubungan kausalitas antara
sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier.
5.2. Saran
1. Dalam memacu perekonomian propinsi Sumatera Utara, pemerintah daerah
sebaiknya lebih optimal dalam membuat kebijakan dan regulasi khususnya
pada kategori lapangan usaha yang merupakan sektor unggulan terutama
sektor-sektor dengan penyumbang multiplier terbesar dan memberikan output
yang lebih besar. Regulasi dan kebijakan yang mampu mendorong
pertumbuhan berupa pembangunan sarana dan prasarana baik fisik seperti
pembangunan dan revitalisasi pengairan, subsidi bibit tanaman dan pupuk,
penyaluran modal dengan sistem kredit bunga ringan, serta lainnya, maupun
non fisik seperti sosialisasi dan penerangan, pelatihan dan praktek kerja, serta
memberikan kemudahan akses terhadap pelaku-pelaku ekonomi pada sektorsektor ekonomi tersebut sehingga akan memberikan dampak positif pada
pertumbuhan sektor lainnya secara agregat.
2. Peningkatan anggaran khususnya untuk kategori lapangan usaha yang
merupakan sektor unggulan seperti sektor primer perlu ditingkatkan guna
lebih mendorong pertumbuhan sektor unggulan tersebut sehingga sektor

116 
 

unggulan tersebut lebih tumbuh dan mendorong sektor lain untuk lebih
berkembang.
3. Lebih banyak lagi penelitian sejenis dengan menambah variabel ataupun
mengganti variabel lainnya sehingga menambah khazanah dan wawasan
dalam melakukan penelitian yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

Aaberg, I., 1973, Regional Productivity Differential in Swedish Manufacturing,
Regional and Urban Economics, 3, Elsevier Science Publishers,
Amsterdam
Adisasmita, H.Rahardjo, 2013, Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Akita, T., R. A. Lukman, and Y. Yamada. 2001-2004. Inequality in the
Distribution of Household Expenditures in Indonesia: A Theil
Decomposition Analysis. The Developing Economies XXXVII-2 (June):
197–221
Alonso, Wiliam, 1972, Location Theory, Reading In Urban Economics,
Macmillan Publishing Co. Inc, New York
Anilda Katili, 2003, “Identifikasi Sektor Unggulan di Kota Gorontalo Suatu
Analisis Ekonomi Regional”, Thesis, Gorontalo.
Arsyad, Lincolin, 2001, “Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah”, BPFE, Yogyakarta.
______________, 2004, “Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah”, BPFE, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2000-2013, “Medan Dalam Angka 2000-2013”, Medan.
__________________________, “PDRB Kota Medan 2000-2013”, Medan.
Baldwin, Richard E. dan Philippe Martin, 2004, Agglomeration and Regional
Growth, Graduate Institute of International Studies, Geneva
http://www.core.ucl.ac.be/staff/thissehandbook/baldwin%3amartin.pdf,
Akses 10 Juli 2010
Bonet, Jaime. 2006. “Fiscal Decentralization and Regional Income Disparities:
Evidence from the Colombian Experience”. Springer Verlag.
Deichmann, Uwe, Somik V Lall, dan Zmarak Shalizi, 2001, Agglomeration
Economies and productivity in Indian Industry, WoPEc
http://netec.mcc.ac.uk/WoPEc/data/Papers/wopwobaiu2663.html,
12 Juli 2010

Akses

Djalal, Nachrowi. Hardius, Usman. 2006. “Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometruka untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas
Indonesia. Jakarta
Ezcurra and Manuel, 2006. Regional Disparities and National Development
Revisited: The Case of Western, Europe Urban and Regional Studies, 13
(4): 355-369.
Fachrurazy, 2009, :”Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah
Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”,
Thesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.
116 

117 

Firmansyah, Rizky. 2015. “ Analisis Penentuan Sector Unggulan Perekonomian
Dengan Metode Analisis Hierarchy Process ( Ahp) Dan Share Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Studi Di Kota Malang”. Vol 2 Nomor 2,
November 2015. Malang
Friedman, John, dan William Alonso, 1986, Regional Development and Planning:
A Reader, The M.I.T Press, Massachussetts
Glasson, Jhon, 1990, “Pengantar Perencanaan Regional”, Terjemahan Paul
Sitohang, lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.
Hasani, Akrom, 2010, “Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan
Shift Share di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2003-2008”, Skripsi,
universitas Diponegoro, Semarang.
Hidayat,Paidi dan Raina. L. S. 2008.. “Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota
Pemekaran Di Sumatera Utara”, Thesis, Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara Medan.
Hidayati, R.A. (2008). Analisis ketimpangan ekonomi antar kecamatan di
Kabupaten Gresik.
Isard, Walter, 1979, Introduction To Regional Science, Prentice-Hall, Inc. New
York
Idrus, Muhammad, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Erlangga, Yogyakarta
Jhingan, M. L, 1992, “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaani”, Terjemahan
D. Guritno, Rajawali, Jakarta.
Joko,Waluyo,2004. “Hubungan Antara Tingkat Kesenjangan Pendapatan
Dengan Pertumbuhan Ekonomi : Suatu Studi Lintas Negara”. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Volume 9 No. 1 Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta
Juoro, Umar, 1989, Perkembangan Studi Ekonomi Aglomerasi dan Implikasinya
bagi perkembangan Perkotaan di Indonesia, Ekonomi dan Keuangan
Indonesia, Vol.37, No.2, 1989
Katili,Anilda, 2003, “Identifikasi Sektor Unggulan di Kota Gorontalo Suatu
Analisis Ekonomi Regional”, Thesis, Gorontalo
Kuncoro, Mudrajad, 2000, Beyond Agglomeration and Urbanization, Gadjah
Mada International Journal of Business, Vol.2, September 2000,
Yogyakarta
www.mudrajad.com/?page_id=17
________________, 2001, Regional Clustering of Indonesia Manufacturing
Industry: A spatial Analysis with Geograpic Information System (GIS),
Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 3 No. 3 September
2001, Yogyakarta
________________, 2002, Analisis Spasial dan Regional : Studi aglomerasi dan
kluster industri Indonesia, UPP STIM YKPN, Yogyakarta

118 

________________, 2003, Why Manufacturing Industry Pesisted to Cluster
Spatially in Java? Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 5
No. 2 May 2003, Yogyakarta
________________, 2004, Analisis Spasial dan Regional: Studi Agglomeration
dan Kluster Industri di Indonesia, AMP YKPN, Yogyakarta
________________, 2006, Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi,
Perencanaan, Strategi, dan Peluang, Erlangga, Yogyakarta
Lisna 2009, “Analisis Ketimpangan Pembangunan Antar Kabupaten Tapanuli
Utara Dengan Kabupaten Deli Serdang”. Skipsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Manik, F. R. 2009. “Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kota Medan
dengan Kabupaten Simalungun”. Skipsi, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Marhayanie, 2003, “Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial Dalam Perencanaan
Pembangunan Kota Medan”, Thesis, Program Pasca Sarjana USU, Medan.
Martin, Philippe dan Gianmarco IP. Ottaviono, 2001, Growth and Agglomeration,
International Economic Review, Vol.42, No.4, November 2001, Akses 20
Juli 2010
____________________________________________, 2003, Economic Growth :
Explaining Agglomeration, Centre for Economic Policy Research
http://www.cepr.org/Pubs/bulletin/dsp/dp1529.htm, Akses 3 Agustus 2010
McKelvey, W.Daniel Kass. 2007. A Biomonitoring Study of Lead, Cadmium and
Mercury in the Blood of New York City Adults, Envoronmental Health
Prospectives, Vol 115, No 10:1435-1441
O’Sullivan, Artur, 1998, Urban Economies, Irwin Mr. Graw-Hill, Boston
Purwaningsih, 2009, “Analisis Struktur Ekonomi dan Penentuan Sektor Unggulan
Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah”. Thesis, Program
Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Sulteng.
Rustiadi, E., Saefulhakim., & Panuju, D.R. (2011), Jakarta:Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
S. A. Cahyono & W.W. Wijaya. 2014. “Identifikasi Sector Unggulan dan
Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten di Sub DAS Bengawan Solo
Hulu”. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1.
Surakarta
S. Hascaryo, A. 2015. “Analisis Sector Unggulan Bagi Pertumbuhan Ekonoi
Daerah Di Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Vol. 3, No 5,2015.
Suryani, Timtim. 2010. “Analisis Peran Sector Ekonomi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Pemalang ( Analisis Table Input Output Kabupaten

119 

Pemalang Tahun 2010)”. Economics Development Analysis Journal. Vol.
2. No. 1. Semarang
Supangkat, Harlan, 2002, “Analisis Penentuan Sektor Prioritas Dalam
Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan Dengan
Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”, Thesis Program Pasca Sarjana
USU, Medan.
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.
Andi, Jakarta.
Sirojuzilam, 2008, “Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional,
Ketimpangan Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi
Sumatera Utara”, Pustaka Bangsa Press.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan
Pertama, Padang.
Suryana et al. 2000, Kebijakan Peningkatan Produktivitas dan Pertumbuhan
Agroindustri Pedesaaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tabuchi, Takatoshi dan Atsushi Yoshida, 1999, Urban Agglomeration Economies
In Consumption and