Kajian Perekonomian Dan Disparitas Antar Wilayah Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR

WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

CHRISTIN VIVIANA SINAGA 050304018

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

Judul Skripsi : Kajian Perekonomian dan Disparitas Antar Wilayah di Provinsi Sumatera Utara

Nama : Christin Viviana Sinaga

NIM : 050304018

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

(Ir. Luhut Sihombing, MP) (Ir. Thomson Sebayang, MP) Ketua Anggota

Mengetahui,

(Ir. Luhut Sihombing MP) Ketua Departemen


(3)

RINGKASAN

CHRISTIN VIVIANA SINAGA (050304018/AGRIBISNIS) dengan judul

skripsi ” KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH

DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009

dan dibimbing oleh Bapak. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak. Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan indikator utama dalam melihat keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendaptan, dan tingkat pengangguran. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)dalam wilayah tersebut. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor.

Pembangunan dalam lingkup daerah secara spasila tidak selalu merata. Kesenjangan antardaerah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama karena sumber-sumber yang dimiliki pun berbeda, adanya kecenderungan peranan modal memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas seperti sarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi dan tenaga kerja terampil


(4)

selain itu ada juga ketimpangan retribusi pembagian APBD dari pemerintah pusat kepada daerah. Oleh karena itu, dengan penelitian ini dapat dilihat sejauh man tingkat pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi yang terjadi di Sumatera Utara serta sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan sumbangan terhadap pendapatan provinsi.

Metode yang digunakan adalah secara sensus yang menjadi objek penelitian adalah meliputi semua kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara sesuai dengan waktu penelitian . Metode analisis yang digunakan adalah Klassen Typology,

One-Way anova, Indeks Williammso, Shift-Share dan Regresi Linier Berganda. Dari hasil

penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 didominasi oleh Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi sebagai Wilayah Maju.

2) Terdapat perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Pantai Barat , tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dan tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

3) Secara serempak terdapat pengaruh pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara dan secara parsial hanya pertumbuhan PDRB yang mempengaruhi disparitas. 4) Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara antar daerah

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat : sumbangan terbesar berasal dari Kota Medan dan Deli Serdang, yang memperoleh keuntungan


(5)

kompetitif terbesar adalah Labuhan Batu sedangkan kabupaten yang kehilangan keunggulan kompetitif terbesar adalah Asahan, sektor ekonomi yang memiliki dampak bauran positif adalah sektor bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. 5) Terdapat Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Pendapatan

Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.

6) Tidak terdapat Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap Pertumbuhan Pendapatan (rPDRB) di Provinsi Sumatera Utara.


(6)

RIWAYAT HIDUP

CHRISTIN VIVIANA SINAGA, lahir di Aceh Timur pada tanggal

09 Desember 1986 anak dari Ayah Dj.Sinaga dan Ibu K.br Situmorang. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1993 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 1 No.101887 Tanjung

Morawa tamat pada tahun 1999

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Tanjung Morawa, tamat pada tahun 2002

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menegah Umum di SMU Negeri 1 Tanjung Morawa, tamat pada tahun 2005

4. Tahun 2005 diterima di departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

5. Bulan Juni – Juli 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Dolok Tolong, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi

6. Bulan Mei 2009 melaksanakan penelitian skripsi di kota Medan Provinsi Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ” KAJIAN PEREKONOMIAN DAN

DISPARITAS ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA.”

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakulta Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak.

Ir Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak. Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

membantu saya dalam penyempurnaan skripsi ini, Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP,

FP-USU..., seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha K’Lisbet, K’ Runi dan K’ Yani yang banyak membantu dalam administrasi di Departemen SEP, FP-USU, serta seluruh instansi terkait dengan penelitian ini, atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Dj. Sinaga dan Ibunda K. br Situmorang atas doa, kasih sayang dan kesabarannya dalam memberi motivasi dan bimbingan yang tiada henti, tak lupa juga kepada Kakakku Yanti, Lely dan Natalia serta abang Roi, abang iparku, keponakanku tersayang Hanny atas doa dan semangat yang diberikan. Aku akan tetap berusaha agar dapat menjadi apa yang kalian mau karena Semua indah pada waktunya.


(8)

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan saya khususnya Balha, Evha, Maya, Baher dan Bamer yang turut mendukung, membantu dan mendoakan penulis dan teman-teman stambuk 2005 yang lain dan buat seseorang yang telah banyak membantu dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini Love You So Much Honey...terima kasih atas doa-doanya...God Bless Us.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2009


(9)

DAFTAR ISI

RINGKASAN...i

RIWAYAT HIDUP...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

I. PENDAHULUAN...1

Latar Belakang dan Permasalahan... 1

Identifikasi Masalah... 6

Tujuan Penelitian... 7

Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8

2.1. Tinjauan Pustaka... 8

2.2. Landasan Teori... 17

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 21

2.4. Kerangka Pemikiran... 25

2.5. Hipotesis Penelitian... 26

III. METODE PENELITIAN... 27

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 27

Metode Pengumpul Data... 27

Metode Analisis Data... 28


(10)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN... 38

Kondisi Geografis Wilayah Sumatera Utara... 38

Kependudukan... 40

Sarana dan Prasarana Daerah... 43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN... 44

Tingkat Perkembangan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara (2001-2007) ... 44

Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi Dan Wilayah Pantai Barat di Provinsi Sumatera Utara... 53

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara... 65

Analisis Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara... 73

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara... 89

Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap Pertumbuhan Perekonomian Daerah (rPDRB) di Provinsi Sumatera Utara ... 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 99

Saran...100


(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul

Hal

1. Klassen Typology (Tipologi Klassen)...29

2. Sebaran Daerah Penelitian di Daerah Sumatera Utara ( Tahun 2007)...40

3. Rasio nilai PDRB dan rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupaten/kota di Sumatera Utara...45

4. Kategori Perekonomian Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Typologi Klassen...47

5. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007)... 49

6. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007) ... 52

7. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2001-2007)... 55

8. Pertumbuhan PDRB kabupaten di Wilayah Pantai Timur di Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2002-2007)... 58

9. Pertumbuhan PDRB kabupaten di Wilayah Dataran Tinggi di Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2002-2007)... 60

10. Pertumbuhan PDRB kabupaten di Wilayah Pantai Barat di Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 (2002-2007)... 62

11. Analysis Of Variance PDRB Per Kapita Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat...54

12. Indeks Disparitas dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2007...65

13. Indeks Disparitas Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur...66

14. Indeks Disparitas Kabupaten/Kota Wilayah Dataran Tinggi...67

15. Indeks Disparitas Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Barat...69

16. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Wilayah di Provinsi Sumatera Utara...71

17. Provincial share per sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar Tahun 2001-2007...76

18. Proportional Shift per Sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar Tahun 2001-2007...79

19. Differensial Shift per Sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar tahun 2001-2007...82

20. Total Change per Sektor di daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara antar Tahun 2001-2007...85

21. Rataan Nilai LQ Sektor Basis Ekonomi Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara...87


(12)

22. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap

Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara...89 23. Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap

Pertumbuhan Perekonomian Daerah (rPDRB) di


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul No.

Lamipran

1. Rata-rata nilai PDRB per kapita kabupaten/kota di Sumatera Utara,

Atas Harga Konstan 2000...1 2. Pertumbuhan PDRB setiap kaupaten/kota di Sumatera Utara,

Atas Harga Konstan 2000...2 3. Analysis Of Variance PDRB Per Kapita Wilayah Pantai Timur,

Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat...3 4. Indeks Disparitas Sumatera Utara tahun 2001(Indeks Wiliammson)...4 5. Indeks Disparitas berdasarkan orientasi wilayah di Sumatera Utara

tahun 2001(Indeks Wiliammson)...5 6. Jumlah dan pertumbuhan penduduk di provinsi Sumatera Utara

tahun 2001-2007...6 7. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk

terhadap Indeks Disparitas Wilayah di Provinsi Sumatera Utara...7 8. Shift-share sektor Ekonomi da Sumatera Utara tahun 2001-2007,

atas harga konstan 2000...8 9. Location Quentient Sektor Ekonomi di Sumatera Utara

tahun 2001-2007...9 10. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap

Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara...10 11. Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD)

terhadap Pertumbuhan Perekonomian Daerah (rPDRB)


(14)

RINGKASAN

CHRISTIN VIVIANA SINAGA (050304018/AGRIBISNIS) dengan judul

skripsi ” KAJIAN PEREKONOMIAN DAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH

DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009

dan dibimbing oleh Bapak. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak. Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan indikator utama dalam melihat keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendaptan, dan tingkat pengangguran. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)dalam wilayah tersebut. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor.

Pembangunan dalam lingkup daerah secara spasila tidak selalu merata. Kesenjangan antardaerah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama karena sumber-sumber yang dimiliki pun berbeda, adanya kecenderungan peranan modal memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas seperti sarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi dan tenaga kerja terampil


(15)

selain itu ada juga ketimpangan retribusi pembagian APBD dari pemerintah pusat kepada daerah. Oleh karena itu, dengan penelitian ini dapat dilihat sejauh man tingkat pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi yang terjadi di Sumatera Utara serta sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan sumbangan terhadap pendapatan provinsi.

Metode yang digunakan adalah secara sensus yang menjadi objek penelitian adalah meliputi semua kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara sesuai dengan waktu penelitian . Metode analisis yang digunakan adalah Klassen Typology,

One-Way anova, Indeks Williammso, Shift-Share dan Regresi Linier Berganda. Dari hasil

penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 didominasi oleh Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi sebagai Wilayah Maju.

2) Terdapat perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Pantai Barat , tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dan tidak terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

3) Secara serempak terdapat pengaruh pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara dan secara parsial hanya pertumbuhan PDRB yang mempengaruhi disparitas. 4) Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara antar daerah

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat : sumbangan terbesar berasal dari Kota Medan dan Deli Serdang, yang memperoleh keuntungan


(16)

kompetitif terbesar adalah Labuhan Batu sedangkan kabupaten yang kehilangan keunggulan kompetitif terbesar adalah Asahan, sektor ekonomi yang memiliki dampak bauran positif adalah sektor bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. 5) Terdapat Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Pendapatan

Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.

6) Tidak terdapat Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap Pertumbuhan Pendapatan (rPDRB) di Provinsi Sumatera Utara.


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Permasalahan

Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan dilaksanakan di daerah-daerah, baik yang bersifat sektoral maupun regional. Ini berarti bahwa Rencana Pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan di daerah, yang saling menunjang dan melengkapi satu sama lainnya dalam mewujudkan pembangunan negara secara keseluruhannya Hal ini sangatlah penting mengingat perencanaan pembangunan daerah dengan pendekatan wilayah memerlukan kerja sama antar daerah untuk mencapai keuntungan dan manfaat bersama. Dengan kerja sama antar daerah yang baik akan menghasilkan efisiensi yang tinggi dan daerah-daerah yang terlibat kerja sama akan mampu bersinergi dan hasilnya akan jauh lebih baik dari apa yang

diperoleh jika pembangunan daerahnya dilakukan sendiri-sendiri ( Kammaludin, 1999).

Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan prasyarat utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Pertambahan penduduk akan terus terjadi dan berarti kebutuhan ekonomi juga akan bertambah besar, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Konsekuensi yang harus dihadapi atas fenomena di atas adalah pertumbuhan ekonomi harus lebih besar dari pertumbuhan penduduk agar pertumbuhan pendapatan per kapita dapat tercapai. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diorientasikan untuk peningkatan pendapatan per kapita, dapat menyebabkan pola pembagian dari pertumbuhan itu


(18)

sendiri kurang diperhatikan, sehingga mengakibatkan timbulnya disparitas pendapatan di masyarakat (Tambunan, 2001).

Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembanguan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah, bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah dan proses penjalaran pertumbuhan merupakan hal yang penting (Deliarnov, 2007).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara relatif tinggi, tetapi pertumbuhan tersebut juga diiringi oleh disparitas antar wilayah yang semakin relatif besar. Strategi pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara masih mengacu pada pertumbuhanekonomi ( growth oriented strategy ), belum mengacu kepada pemerataan pembangunan yang semakin baik ( growth oriented strategy with

distribution ) ( Sirojuzilam, 2008).

Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari Wilayah Pantai Barat dan


(19)

Wilayah Dataran Tinggi. Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil (Bapedda, 2008).

Kegiatan ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Utara secara garis besar terkonsentrasi di Wilayah Pantai Timur, sedangkan di bagian tengah, Wilayah Pantai Barat , dan kepulauan di sekitar propinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan bertambahnya kesenjangan antar wilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatnya pengembangan wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertumbuhan perkotaan di wilayah-wilayah yang masih ketinggalan agar menjadi pusat pertumbuhan untuk mendorong perekonomian di wilayah tersebut sehingga dapat mengurangi kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antar wilayah di propinsi ini (Bapedda, 2008).

Untuk mengurangi kesenjangan antar sektor, antar kabupaten dan antar kota, pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai kebijakan secara menyeluruh dan terpadu termasuk meningkatkan alokasi dana langsung ke daerah, disamping itu untuk melanjutkan dan meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan serta menggerakkan kembali kegiatan ekonomi di berbagai daerah secara merata. Pengembangan Kawasan Wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu program prioritas dalam pembangunan Provinsi Sumatera Utara, sebagai bagian dari rencana strategis (renstra) Provinsi Sumatera Utara apa


(20)

yang selama ini diupayakan adalah bagaimana mengejar ketertinggalan Kawasan Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara dari kawasan lainnya (Kawasan Wilayah Pantai Timur dan Kawasan Wilayah Dataran Tinggi) salah satunya dengan meningkatkan aksesibilitas ke kawasan tersebut dengan memperlancar hubungan transportasi (Bapedda, 2008).

Pembangunan khususnya bidang ekonomi ditempatkan dalam urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usaha-usaha pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Secara bertahap diusahakan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan (Sirojuzilam, 2008).

Pembangunan dilaksanakan secara umum menyangkut beberapa aspek utama, mulai dari pembangunan di bidang ekonomi, sosial, kelembagaan dan aspek lingkungan. Akan tetapi di dalam proses pencapaiannya akan selalu mengakibatkan terjadinya ketimpangan. Hal ini sekaligus menolak pendapat kaum neoklasik yang terlalu optimis menyatakan bahwa pada awal pembangunan memang akan dijumpai ketidakseimbangan atau ketimpangan, akan tetapi pada akhirnya akan dicapai suatu keseimbangan atau kemerataan yang dapat dilihat dari Regional income disparities, dimana ketimpangan yang terjadi tidak hanya terhadap distribusi pendapatan masyarakat, akan tetapi juga terjadi terhadap pembangunan antar daerah di dalam wilayah suatu negara (Sirojuzilam, 2008).


(21)

Oleh karena itu diteliti sejauhmana strategi pembangunan yang telah diterapkan di Indonesia ini membuahkan hasil, baik yang bersifat positif maupun negatif yang dalam hal ini diambil Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah kasus.


(22)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat di rumuskan permasahan pokok sebagai berikut :

1) Bagaimana tingkat perkembangan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007?

2) Bagaimana perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007?

3) Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara?

4) Bagaimana struktur ekonomi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara antar daerah kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007?

5) Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah (APBD) terhadap perekonomian daerah di provinsi Sumatera Utara?

6) Bagaimana pengaruh pertumbuhan pengeluaran pemerintah (rAPBD) terhadap pertumbuhan perekonomian daerah (rPDRB) di provinsi Sumatera Utara?


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

2) Untuk mengukur perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

3) Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara? 4) Untuk mengukur struktur ekonomi kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara

di kabupaten/ kota dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

5) Untuk mengukur pengaruh pengeluaran pemerintah (APBD) terhadap perekonomian daerah di provinsi Sumatera Utara.

6) Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan pengeluaran pemerintah (rAPBD) terhadap pertumbuhan perekonomian daerah (rPDRB) di provinsi Sumatera Utara.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk pengambilan keputusan dalam Perencanaan Pengembangan Wilayah Provinsi Sumatera Utara.


(24)

3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yamg membutuhkan dan ingin meneruskan penelitian ini dimasa mendatang.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Hicks dalam kutipan Azulaidin (2003), menarik kesimpulan dari perbedaan yang umum terdapat dalam konteks perkembangan dan pertumbuhan. Pendapat tersebut diperjelas dengan mengatakan bahwa perkembangan ekonomi mengacu pada masalah negara-negara dengan ekonomi yang terbelakang, sedangkan pertumbuhan lebih mengacu pada masalah di negara-negara maju.

Schumpeter seperti dikutip oleh Sukirno (2003) mengemukakan perbedaan yang lebih tegas tentang perkembangan yang merupakan perubahan secara spontan dan terputus-putus dalam keadaan statisioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan mampu memberikan dan meningkatkan perhatian pada pembangunan kesejahteraan sosial. Upaya dan perhatian peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat secara berimbang tampak makin diwujudkan dengan dicanangkannya program pemerataan pembangunan yang intinya telah menitikberatkan pembangunan kesejahteraan sosial secara merata. Dengan tercapainya ekonomi dan pemerataan pendapatan berarti akan mengurangi jumlah penduduk yang tergolong miskin (Kamaluddin,1999).


(26)

Proses terjadinya pertumbuhan wilayah dipengaruhi berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, dimana pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan jenis barang-barang ekonomi untuk penduduk. Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan dimana hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai di lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah ( Sirojuzilam, 2008).

Pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan dan perubahan distribusi pendapatan. Tetapi peningkatan pendapatan tidak akan banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sedangkan peningkatan pendapatan dalam arti meningkatkan pemerataan pendapatan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nyata (Kamaluddin, 1983).

2.1.2. Penduduk

Peranan penduduk dalam perekonomian sangat nyata, sesuai dengan asumsi klasik bahwa jumlah penduduk mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Karena jumlah penduduk yang besar merupakan gambaran pasar yang luas dan jaminan tersedianya input faktor produksi. Tersedianya pasar yang luas serta input produksi yang banyak merupakan pendorong bagi keberlangsungan produksi. Namun jumlah penduduk yang besar juga merupakan hambatan bagi pertumbuhan ekonomi apabila tidak terjadi adanya akumulasi kapital (Sirojuzilam, 2008).

Pertambahan penduduk bukanlah merupakan suatu masalah, melainkan sebaliknya justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan ekonomi. Populasi


(27)

yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan menggerakan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomis (economics of scale) produk yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya merangsang tingkat output atau produksi agregat yang lebih tinggi lagi (Sirojuzilam, 2008).

Masalah besar dari kependudukan adalah kepadatan penduduk, dan selalu menjadi problema tersendiri bagi suatu wilayah karena akan memunculkan masalah lain seperti: permukiman, penyediaan lapangan pekerjaan, sarana dan prasarana, dan masalah sosial lainnya. Berbagai studi empiris yang telah dilakukan oleh Amstrong dan Taylor, membuktikan bahwa kepadatan penduduk dapat memberikan efek positif ataupun negative terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika sebagian besar penduduk (seperti: penduduk usia lanjut, anak-anak, dan para penganggur) tidak ikut berpartisipasi terhadap aktifitas ekonomi regional maka pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya alam, dan kapasitas produksi yang terpasang, dalam masyarakat yang bersangkutan (Abipraja, 2002).

Antara pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan kependudukan nasional terdapat pengaruh timbal balik atau mempengaruhi satu sama lainnya. Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional diperlukan sejumlah sumberdaya


(28)

penduduk yang memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selain jumlah penduduk juga distribusi penduduk yang serasi diharapkan dapat menunjang pembangunan ekonomi nasional secara lebih mantap dan terarah. Kemajuan pembangunan ekonomi nasional diukur dari hasil produksi menurut sektor dan pembangunan kependudukan nasional dilihat dari jumlah penduduk menurut wilayah dan kaitan antara produksi menurut sektor dan penduduk di berbagai wilayah dicerminkan oleh alokasi kegiatan ekonomi di berbagai wilayah dan kapasitas penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor (Adisasmita, 2005).

2.1.3. Konsep Disparitas

Disparitas merupakan kondisi perlu bagi percepatan pertumbuhan ekonomi pada awal pembangunan. Disparitas antara daerah di Indonesia yang didekati dengan disparitas pendapatan antar daerah (Indeks Williamson) yang mencerminkan disparitas pada tingkat pembangunan ekonomi suatu daerah. Wilayah Pulau Jawa yang memiliki disparitas yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lain sangat mungkin terjadi efisiensi yang cukup baik, karena investasi masih terkonsentrasi di Jawa, terjadi aglomerasi melalui lokalisasi maupun urbanisasi di Jawa, dan tersedianya tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan cukup baik (Abipraja, 2002).

Williamson mengemukakan empat faktor yang mendasari pola U terbalik dalam pengembangan wilayah, yaitu sumber daya alam, migrasi tenaga kerja, perpindahan modal, dan kebijaksanaan pemerintah. Dia menyatakan bahwa ketersediaan sumber daya alam yang berbeda akan menimbulkan pertumbuhan wilayah yang tidak seimbang pada awal pembangunan. Perpindahan tenaga kerja dan modal dari wilayah


(29)

yang kurang berkembang ke wilayah yang lebih maju dan kebijaksanaan pemerintah dapat menyebabkan peningkatan kesenjangan wilayah (Abipraja, 2002).

Karvis dan Oshima menyajikan data yang mendukung Hipotesis Kuznet bahwa pada awalnya pertumbuhan meningkatkan tingkat disparitas, dan alasannya adalah bahwa perubahan struktur ekonomi menyebabkan peningkatan dalam tingkat disparitas. Dalam penelitiannya juga ditemukan bukti bahwa ekonomi dengan distribusi pendapatan yang tidak merata pembangunannya mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan dengan pemerataan pendapatan yang relatif baik (Abipraja, 2002).

Pertumbuhan ekonomi harus direncanakan secara komprehensif dalam, upaya terciptanya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian maka wilayah yang awalnya miskin, tertinggal, dan tidak produktif akan menjadi lebih produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi inilah kemudian dikenal dengan istilah “redistribution with growth”. Pertumbuhan ekonomi daerah yang bebeda-beda intensitasnya akan menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah (Sirijuzilam, 2008).

2.1.4. Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi adalah akibat adanya interaksi antara akumulasi dan proses perubahan konsumsi masyarakat yang terjadi akibat adanya peningkatan pendapatan per kapita. Dalam pembangunan ekonomi ini, sektor pertanian masih diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan pendapatan


(30)

nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan penyediaan bahan pangan (Sirozujilam, 2008).

Menurut Bendavid analisis Shift-Share adalah salah satu bentuk teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu :

1. Provincial share (Sp), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (provinsi). Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sarna dengan pertumbuhan provinsi maka peranannya terhadap provinsi tetap.

2. Proportional (Industry-Mix) Shift adalah pertumbuhan Nilai Tambah Bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat provinsi.

3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang sarna di tingkat provinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat (Ghalib, 2005).

Sektor ekonomi dikelompokkan dalam tiga sektor utama perekonomian, yaitu pertanian yang meliputi pertanian bahan makanan, perkebunan, peternakan,


(31)

kehutanan dan perikanan. Sektor pengolahan meliputi pertambangan dan penggalian, industri manufaktur, listrik, gas dan air minum, konstruksi dan bangunan. Sektor pelayanan meliputi perdagangan, hotel dan restoran, tranportasi dan komunikasi, jasa keuangan dan jasa sosial lainnya (Azulaidin, 2003).

2.1.5. Perhitungan Pendapatan

Pendekatan perhitungan pendapatan yang paling penting dan secara luas digunakan adalah pendekatan pengeluaran. Persamaan perhitungan pendapatan dengan pendekatan pengeluaran, yaitu :

Y = C + I + G + (X-M)

Perhitungan ini membagi ekonomi pendapatan ke dalam 4 sektor yaitu : 1) Konsumsi rumah tangga (C)

2) Investasi atau pembentukan modal swasta (I) 3) Pengeluaran Pemerintah (G)

4) Ekspor Netto (X-M)

Pertumbuhan ekonomi secara sempit dapat diartikan dengan meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah lepas dari peranan para pelaku ekonomi yakni pemerintah yang berperan dengan instrument kebijakan publik dan fiskal, swasta yang berperan dalam pengembangan investasi serta masyarakat itu sendiri yang dapat berperan sebagai input dari faktor produksi dan jaminan terciptanya pasar dalam perekonomian Investasi dalam pembangunan dapat dinyatakan pada nominal


(32)

yang terdapat dalam APBN atau APBD, dimana sebenarnya seluruh angka-angka pada APBD merupakan investasi pemerintah (public investment) (Widodo, 2006).

Pada tahap awal perkembangan ekonomi persentase investas pemerintah terhadap total investasi besar sebab pemerintah harus menyediakan prasarana seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya. Wagner dalam Hyman mengembangkan teori dimana perkembangan pesentase pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap Produk Domestik Bruto. Dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat, terutama pengeluaran pemerintah untuk mengatur hubungan dalam masyarakat seperti: hukum, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya (Abipraja, 2002).


(33)

2.2. Landasan Teori

Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi menggambarkan tentang kenaikan riil dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku belum tentu menghasilkan pembangunan ekonomi dan peningkatan dalam kesejahteraan (pendapatan) masyarakat. Hal ini disebabkan karena bersamaan dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi akan berlaku pula pertambahan penduduk. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi selalu rendah dan tidak melebihi tingkat pertambahan penduduk, pendapatan rata-rata masyarakat (pendapatan perkapita) akan mengalami penurunan. Apabila dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi sama dengan pertambahan penduduk, maka perekonomian negara tersebut tidak mengalami perkembangan dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mengalami kemajuan (Sukirno, 2006)

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambanhan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan ( Tarigan, 2004a).

Pertumbuhan ekonomi daerah berbeda-beda intensitasnya akan menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar


(34)

daerah. Myrdal dan Friedman dalam Sirojuzilam, (2008) menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan daerah akan menuju kepada divergensi.

Hirschman dalam Sirojuzilam, (2008) mengemukakan konsep pengembangan wilayah yaitu dalam suatu wilayah atau daerah yang cukup luas hanya terdapat beberapa titik pertumbuhan (growth center), dimana industri berada pada suatu kelompok daerah tertentu sehingga menyebabkan timbulnya daerah pusat dan daerah belakang (hinterland). Untuk mengurangi ketimpangan ini perlu memperbanyak titik-titik pertumbuhan baru.

Growth Poles Theory adalah salah satu teori yang dapat menggabungkan antara

prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentarlisasi sekaligus. Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah. Selain itu teori ini juga menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu (Sirojuzilam, 2008).

Konsep Growth Poles Theory ini berasal dari salah satu ahli perencanaan yang bernama Perroux. Menurutnya, suatu pusat pengembangan didefenisikan sebagai suatu konsentrasi industri pada suatu tempat tertetu yang kesemuanya saling berkaitan melalui hubungan antara input dan output dengan industri utama (propulsive

industey). Konsentrasi dan saling berkaitan merupakan dua faktor penting pada setiap


(35)

aglomeration economics yang dapat menunjang pertumbuhan industri-industri yang

bersangkutan melalui penurunan ongkos produksi (Sirojuzilam, 2008).

Pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, Pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar ( daerah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang memiliki banyak fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik ( pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut (Tarigan, 2004b).

Kuznest seperti dikutip oleh Azulaidin (2003), mengemukakan hipotesis Neo-Klasik tentang ketimpangan wilayah ( regionnal disparity) mengikuti suatu pola yang berbentuk huruf U terbalik, dimana pada permulaan proses pembangunan ketimpangan wilayah akan cenderung meningkat (divergence). Akan tetapi apabila pembangunan berlanjut terus dan mobilitas modal serta tenaga kerja telah lancar, barulah ketimpangan wilayah mulai berkurang (convergence).

Kuznest menemukan bukti yang mengagumkan bahwa hubungan itu berbentuk U terbalik, yaitu proses pertumbuhan melalui perluasan sektor modern yang pada awalnya mengakibatkan peningkatan perbedaan pendapatan di antara rumah tangga, kemudian mencapai tingkat pendapatan rata-rata tertentu dan akhirnya mulai


(36)

menurun. Kuznest menyebutkan bahwa di antara faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi pola ini, terdapat dua faktor penting, yaitu terpusatnya modal pada kelompok pendapatan tinggi dan pergeseran penduduk dari sektor pertanian tradisional menuju sektor industri modern (Abipraja, 2002).

Menurut Dornbusch, Fisher dan Startz dalam kutipan Sitohang (2006), pengurangan ketimpangan (konvergensi) terjadi jika negara atau daerah yang dengan tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat tabungan dan akses ke fungsi produksi yang sama, akan mencapai tingkatan pendapatan yang sama. Artinya jika terjadi perbedaan atau ketimpangan pada tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat tabungan, dan akses produksi yang sama, maka akan menyebabkan ketimpangan pendapatan antar daerah yang dimaksud.

Menurut Hirschman , seperti dikutip oleh Azulaidin (2003) bila terjadi pembangunan di suatu wilayah akan terdapat daya tarik kuat yang menciptakan konsentrasi pembangunan dan tergantung pada potensi wilayah yang dimiliki masing-masing wilayah. Sedangkan Esmara seperti dikutip oleh Azulaidin (2003) menyatakan konsep pusat pertumbuhan sebagai alat perumusan kebijaksanaan yang seringkali menjadi pertentangan antara kepentingan wilayah dan nasional terutama dalam penentuan lokasi dan dapat menimbulkan pertumbuhan yang tidak seimbang.

Ketertarikan tentang disparitas antar negara dimulai dari penelitian yang dilakukan oleh Kuznest yang mengembangkan hipotesis bahwa pada awalnya disparitas akan meningkat dan selanjutnya akan menurun sejalan dengan proses pembangunan. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa pertumbuhan pada awal pembangunan,


(37)

akan terkonsentrasikan di wilayah-wilayah yang sudah modern. Atau dengan kata lain pertumbuhan di wilayah yang sudah modern akan lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lain. Pada negera-negara berkembang dimana sektor pertanian masih mendominasi, tingkat disparitas sangat kecil. Ketika kemudian pada awal pembangunan terjadi industrialisasi, menyebabkan tingkat disparitas akan meningkat (Abipraja, 2002).

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

Sjafrizal (1997) dalam kutipan Azuladin (2003) menemukan bahwa penyebaran penduduk yang tidak merata dan kegiatan ekonomi yang terlalu bersifat ke wilayah perkotaan menyebabkan terdapatnya ketimpangan wilayah Indonesia. Perbedaan yang tinggi dalam kepadatan antara Jawa dan Wilayah Indonesia Bagian Barat dengan wilayah lainnya mengakibatkan perbedaan pendapatan dan pertumbuhan antar wilayah di Indonesia.

Irfan (1998) dalam kutipan Azuladin (1998) menyimpulkan faktor dominan penyebab terjadinya ketimpangan wilayah di Indonesia adalah perbedaan produktivitas tenaga kerja dan menemukan di Provinsi Sumatera Utara faktor kepadatan penduduk berpengaruh positif, sedangkan keuntungan lokasi dan produktivitas tenaga kerja menurunkan angka ketimpangan wilayah.

Tadjoeddin (2001) dalam kutipan Sitohang (2006) menyimpulkan bahwa diantara 291 kabupaten/kota yang memiliki nilai output per kapita yang sangat tinggi sehingga daerah-daerah ini merupakan kantong pertumbuhan (enclave regions), yang antara lain disebabkan oleh keberadaan minyak dan gas bumi, atau sumberdaya lainnya. Ada


(38)

13 kabupaten/kota teratas memiliki PDRB per kapita yang sangat tinggi. Daerah-daerah ini memiliki kekhususan dalam hal karakteristik ekonominya, yang biasa digolongkan menjadi daerah kantong industri, perdagangan dan jasa.

Azulaidin (2003) dalam penelitiannya yang menganalisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar wilayah pembangunan di Sumatera Utara berkesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh jumlah penduduk, PMDN (Penanaman Modal dalam Negeri) dan pengeluaran pemerintah. Kabupaten yang memiliki tingkat ketimpangan ekonomi terbesar adalah Asahan, Medan dan Labuhan Batu. Yang memiliki ketimpangan ekonomi rendah adalah Langkat, Tebing Tinggi dan Tapanuli Selatan. Sedangkan sektor pertanian menjadi sektor basis di semua kabupaten di Sumatera Utara. Sedangkan kota-kota yang tidak memiliki basis di sektor pertanian kecuali Kota Tanjung Balai. Sektor pengolahan menjadi basis ekonomi di Kota Pematang Siantar, Medan, Binjai dan Kabupaten Asahan.

2.4. Kerangka Pemikiran

Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembangunan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan ekonomi wilayah.

Maka, untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara rill dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas harga konstan, yaitu pertumbuhan


(39)

yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan perekonomian. Dalam menghitung pendapatan regional ini, hanya diperlukan konsep domestik. Ini menunjukan bahwa seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/ lapangan usaha di suatu wilayah dihitung tanpa memperhatikan kepemilikan faktor produksi.

Penduduk merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, dimana penduduk merupakan faktor utama dalam menentukan banyaknya permintaan bahan konsumen yang perlu disediakan. Begitu juga fasilitas umum yang perlu dibangun di suatu wilayah dan jumlah penduduk dapat dilihat sebagai faktor produksi yang dapat dialokasikan untuk berbagai kegiatan sehingga dapat dicapai nilai tambah yang maksimal bagi suatu wilayah tersebut.

Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda intensitasnya menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Dalam teori pembangunan seimbang adakalanya pembangunan yang seimbang dimaksudkan sebagai pembanguan berbagai sektor ekonomi secara serentak sehingga berbagai sektor ekonomi menciptakan pasar bagi sektor lain.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat (output) sebaliknya pembangunan bukan hanya saja memerlukan peningkatan produksi


(40)

barang-barang dan jasa-jasa tetapi juga harus menjamin pembagiannya secara lebih merata kepada segenap lapisan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin tertinggal akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempecepat pertumbuhan itu sendiri.


(41)

Skema Kerangka Pemikiran

Kajian Perekonomian Daerah di Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Keterangan :

Menyatakan Pengaruh dan Keterkaitan Struktur

Ekonomi

Tingkat Disparitas

KECENDRUNGAN PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN EKONOMI

WILAYAH

Indikator Utama Keberhasilan Pembangunan Pertumbuhan

Ekonomi

PDRB

( Produk Domestik Regional Bruto)

Typologi Perkembangan

Wilayah

Sektor Ekonomi


(42)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka berikut ini diajukan beberapa hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

1) Tingkat perkembangan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 adalah relatif tinggi.

2) Perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007 adalah signifikan.

3) Terdapat pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007.

4) Terdapat Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (APBD) terhadap Perekonomian Daerah di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007. 5) Terdapat Pengaruh Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah (rAPBD) terhadap

Pertumbuhan Perekonomian Daerah (rPDRB) di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007.


(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara dan yang menjadi objek penelitian adalah meliputi semua kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara berdasarkan sensus ( Sugiyono, 2007)

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi seperti Biro Pusat Stastistik Sumatera Utara, literatur- literatur dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.

Data yang dibutuhkan, antara lain adalah :

1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2001-2007 dalam Juta Rupiah.

2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2001-2007 dalam Rupiah. 3) Jumlah penduduk menurut kabupaten/ kota selama tahun 2000-2007.

4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing kabupaten/ kota selama tahun 2001-2007 atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha dalam Juta Rupiah.

5) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara tahun selama tahun 2001-2007 atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha dalam Juta Rupiah.


(44)

6) Angaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) menurut kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2001-2007 dalam Rupiah.

3.3. Metode Analisa Data

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan pertama adalah alat analisis Klassen

Typology (Tipologi Klassen) yang berdasarkan pendekatan melalui 1 (satu) indikator,

yaitu matriks seperti di bawah ini (Sirojuzilam, 2008) :

Secara matematis tipologi klassen dapat diuraikan sebagai berikut :

Ui1 – Ui0

Laju pertumbuhan pendapatan perkapita daerah Ui0

U1 – U0

Laju pertumbuhan pendapatan perkapita nasional U0

Yi = Ui1 – Ui0 - U1 – U0

………(1) Ui0 U0

Xi = Ui

……….(2) U

Keterangan :

Ui =Pendapatan Perkapita daerah

U = Pendapatan perkapita nasional

Uii = Pendapatan Perkapita daerah I pada tahun to

Ui1 = Pendapatan perkapita daerah I pada tahun t1

Uo = Pendapatan Perkapita nasional pada tahun to


(45)

Tabel 1 : Klassen Typology (Tipologi Klassen) Besar PDRB perkapita

Pertumbuhan PDRB

Rasio PDRB perkapita setiap kabupaten / kota terhadap rata-rata perkapita provinsi

Rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupaten / kota terhadap pertumbuhan PDRB provinsi

Tinggi ( ≥ 1 )

Tinggi ( ≥ 1 ) Rendah ( < 1 ) (w 1)

wilayah maju

( w 3)

wilayah rendah

Rendah ( <1 )

(w 2) Wilayah lamban atau maju tapi tertekan

(w 4) wilayah kurang

berkembang atau tertinggal

Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

(1) Wilayah cepat-maju dan cepat-tumbuh adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara;

(2) Wilayah maju tapi tertekan atau Lamban adalah daerah yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara;

(3)Wilayah rendah atau berkembang cepat adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara;

(4) Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara.


(46)

Dikatakan “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan digolongkan “rendah” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan ke -2 (dua) adalah metode uji beda One-Way Anova. Untuk menguji apakah ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara ketiga Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dengan menggunakan SPSS 16. Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut :

      + +           − + + − + − + − − − = 3 2 1 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 3 ) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( n n n n n n S n S n S n X X X th

H0 = µ1 = µ2 = µ3

H1≠ µ1 ≠ µ2 ≠ µ3

Keterangan :

µ1 = variabel 1 ( pendapatan perkapita rata-rata Wilayah Pantai Timur) µ2 = variabel 2 ( pendapatan perkapita rata-rata Wilayah Dataran Tinggi) µ3 = variabel 3 ( pendapatan perkapita rata-rata Wilayah Pantai Barat ) s1 = simpangan baku variabel I

s2= simpangan baku variabel 2

s3= simpangan baku variabel 3

n1 = Jumlah sampel variabel 1

n2 = Jumlah sampel variabel 2


(47)

Kriteria uji :

t-hit ≤ t-tabel...H0 diterima (H1 ditolak)

t-hit > t-tabel...H0 ditolakj (H1 diterima)

Keterangan :

H0 = Tidak ada perbedaan pendapatan perkapita rata-rata antar ketiga wilayah

H1 = Ada perbedaan pendapatan perkapita rata-rata antar ketiga wilayah

(Djalal, 2002).

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan ke-3 (ketiga) adalah alat analisis Indeks Wiliammson yang berdasarkan pendekatan melalui 1 (satu) indikator. Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut ( Sirojuzilam, 2008) :

Pi Σ ( Yi – Y )2

p 0 < Vw < 1 Vw =

Y Keterangan :

Yi = pendapatan perkapita daerah i

Y = pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara Pi = jumlah penduduk daerah i

p = jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara

Nilai Vw : Vw = 0 artinya tidak ada ketimpangan atau disparitas Vw = 1 artinya ketimpangan atau disparitas sangat tinggi

Kemudian dianalisis dengan model regresi linier berganda, dimana model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variable terikat, dan beberapa variable bebas. Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut :


(48)

Yi = b0 + b1X1 + b2X2

Keterangan :

Yi = Tingkat disparitas

b0 = Koefisien Intercept

b1, b2 = koefisien arah regresi (slope)

X1 = pertumbuhan penduduk

X2 = pertumbuhan ekonomi

Proses selanjutnya adalah melakukan pembuktian hipotesis dengan teknik analisis sebagai berikut :

Uji regresi secara Simultan (Uji F)

Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas dimana :

Ho : βi = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh erhadap variabel tidak bebas. Hi : βi ≠ 0, artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Fhitung dibandingkan dengan Ftabel pada derajat signifikan 5%. Bila Fhitung≥ Ftabel, maka

Ho ditolak dan Hi diterima. Ini menjelaskan bahwa variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Bila Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, ini

berarti variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Uji Regresi secara Partial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsia. Keterangan :


(49)

Ho : β i = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap variabel tidak bebas.

Hi : β i ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai thitung masing-masing variabel

bebas dengan ttabel pada signifikan 5%. Bila nilai thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan

Hi diterima, berarti variabel bebas memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak,

berarti secara parsial tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.

Alat Analisis yang digunakan untuk tujuan ke – 4 (empat) digunakan formulasi Shift-Share, yaitu :

Dampak nyata pertumbuhan ekonomi daerah: (1) Dij = Nij + Mij + Cij atau Dij = Eij * - Eij

Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional (2) Nij = Eij X rn

Pengaruh bauran industri: (3) Mij = Eij (rin– rn)

Pengaruh keunggulan kompetitif: (4) Cij = Eij (rij–rin)

Keterangan :

Eij adalah kesempatan kerja di sektor i daerah j

Ein adalah kesempatan kerja di sektor i nasional


(50)

rin adalah laju pertumbuhan sektor i nasional

rn adalah laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Alat analisa yang digunakan untuk tujuan ke- 5 (lima) dan ke-6 (enam) digunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dengan metode Ordinary Least Squre (OLS) dengan alat Bantu SPSS 16.

Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut : Yi = b0 + b1X1

Keterangan :

Yi = Variabel Terikat

b0 = Koefisien Intercept

b1 = koefisien arah regresi (slope)

X1 = variable bebas

harga b1 dapat dihitung dengan rumus :

JKxx JKyy X X n Y X XY n b = − ⋅ − =

∑ ∑

2 2 1 ) (

Dengan proses pengujian t adalah

xx h JK s b t / 1 =

Hipotesis H0 : koefisien regresi tidak signifikan (H0 : b1 = 0)

Hi : koefisien regresi signifikan (H1 : b1 ≠ 0)

Dengan ketentuan: jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima


(51)

3.4. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan opersional.

3.4.1 Defenisi :

1) PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

2) PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya sebagai keseluruhan nilai tambah Bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah.

3) Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang diterima oleh masing-masing perkepala penduduk dimana pendapatan tersebut dihasilkan dengan membagi pendapatan regional/produk regional neto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

4) Perkembangan ekonomi adalah suatu keadaan yang memerlukan dan melibatkan semacam pengarahan dan pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasan dan pemeliharaan atau perubahan nilai kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu sama.

5) Disparitas adalah suatu kondisi pembangunan yang terkonsentrasi di satu atau beberapa daerah, dimana pada satu sisi pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dan di sisi lain ketimpangan cukup tinggi, hal ini yang menyebabkan pertumbuhan


(52)

ekonomi secara keseluruhan tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan, salah satunya dengan kemudahan mendapatkan kesempatan kerja.

6) Sektor basis atau unggulan adalah kegiatan yang bersifat tidak terikat pada kondosi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jesis pekerjaan lain.

7) Sektor non-basis atau non-unggulan adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri yang bergantung kepada kodisi umum perekonomian wilayah tersebut secara keseluruhan.

8) Pertumbuhan penduduk adalah suatu keadaan yang menunjukkan perubahan jumlah penduduk yang menetap di suatu wilayah pada tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

9) Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan yang menunjukkan jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.


(53)

3.4.2. Batasan Operasional :

1) Penelitian ini mengenai tingkat perkembangan ekonomi, tingkat perbedaan pendapatan, pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap tingkat disparitas, dan struktur ekonomi Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 7 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007.

2) Data yang digunakan dari kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara yang dibagi kedalam 3 wilayah yaitu Wilayah Pantai Barat yang terdiri dari Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Sibolga dan Padang Sidimpuan, Wilayah Dataran Tinggi yang terdiri dari Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir dan Pematang Siantar dan Wilayah Pantai Timur yang terdiri dari Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai.

3) PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) yang digunakan PDRB harga konstan tahun 2000.


(54)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis Wilayah Sumatera Utara 4.1.1. Luas Wilayah

Provinsi Sumatera Utara ditetapkan sebagai satu provinsi pada tanghgal 15 April 1948 sebagai realisasi Undang-Undang No. 10 tahun 1948. Provinsi Sumatera Utara terletak di Pulau Sumatera diantara 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia, dengan posisi geografis antara 10 - 40 LU dan 980 - 1000 BT. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Wilayah Pantai Timur dan 156 pulau di Wilayah Pantai Barat .

4.1.2. Topografis

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan Wilayah Dataran Tinggi di kawasan pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari Wilayah Pantai Barat dan Wilayah Dataran Tinggi. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis.


(55)

Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.

4.1.3. Iklim

Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78% - 91%, Curah hujan (800-4000) mm / Tahun dan penyinaran matahari 43%.

4.1.4. Batas Administrasi

Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan Internasional, dekat dengan dua Negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) provinsi, dengan batas sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat. 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia


(56)

Seiring dengan laju perkembangan pemekaran wilayah Kabupaten / Kota di wilayah Sumatera Utara yang begitu pesat, sampai tahun 2008 jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara telah bertambah jumlahnya menjadi 28 Kabupaten / Kota yang terdiri dari 21 Kabupaten dan 7 Kota, dengan Ibukota Provinsinya di kota Medan dengan luas total luas wilayah adalah 265 Km2. Berdasarkan pendekatan pembanguna wilayah, propinsi Sumatera Utara dikelompokkan menjadi 3 wilayah, yaitu : Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat . Selanjutnya terlihat pada tabel berikut :

4.2. Kependudukan

Tabel 2. : Sebaran Daerah Penelitian di Daerah Sumatera Utara ( Tahun 2007) Oriented

Wilayah

Kabupaten/ Kota Luas Daerah ( Km2)

Jumlah Penduduk ( Jiwa) I. Pantai Timur 1. Labuhan Batu

2. Asahan 3. Deli Serdang 4. Langkat

5. Serdang Bedagai 6. Batubara 7. Tanjung Balai 8. Tebing Tinggi 9. Medan 10. Binjai 9223,18 2829,95 2407,96 6263,30 1989,98 1750,80 60,52 37,99 265,10 90,33 1007185 676605 1686366 1027414 618656 373836 159932 139409 2083156 248256 II. Wilayah Dataran

Tinggi

1. Tapanuli Utara 2. Toba Samosir 3. Simalungun 4. Dairi 5. Karo

6. Humbang Hasundutan 7. Pakpak Bharat 8. Samosir

9. Pematang Siantar

3726,52 2474,40 4386,60 1927,80 2127,29 2335,33 1218,30 2069,05 79,99 263750 169299 846329 268780 351368 153837 38726 131205 236607 III. Wilayah Pantai

Barat

1. Nias

2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Nias Selatan 6. Sibolga

7. Padang Sidimpuan

3495,39 6618,79 12148,30 2188 1825,20 10,77 140 442548 417590 637312 305922 271944 93207 185132

JUMLAH 71680,84 12834371


(1)

4 PANTAI BARAT Tapanuli Tengah 2,929,030 1,026,601,741,327.04 272333 0.12436177 1.2767E+11 357309.4031 0.090636054 5 Nias Selatan 3,450,234 242,073,418,377.33 275422 0.125772372 30446148032 174488.2461 0.044261153

6 Sibolga 6,012,499 4,285,957,539,529.47 85505 0.039046143 1.6735E+11 409084.4766 0.103769457

7 Padang Sidimpuan 4,288,940 120,198,413,584.18 168536 0.076962525 9250773380 96180.94083 0.024397514

Jumlah 27,595,705 2189845 4.09458E+11 639889.2136 0.162316002

Rata-Rata 3,942,244

Lampiran 5.4.Indeks Wiliammson di Pantai Timur Sumatera Utara tahun 2004

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

PANTAI TIMUR

Labuhan Batu 7,208,710 28,307,202,562.09 933866 0.123977339 3509451645 59240.62496 0.008030496

2 Asahan 9,391,462 4,058,228,604,354.09 1009856 0.134065551 5.44069E+11 737610.0952 0.09998839

3 Deli Serdang 6,836,814 291,754,940,576.31 1523881 0.202306017 59023780062 242948.1016 0.032933374

4 Langkat 5,790,730 2,516,117,505,508.75 955348 0.126829227 3.19117E+11 564904.6272 0.076576913

5 Serdang Bedagai 5,556,284 3,314,851,791,305.20 583071 0.077406813 2.56592E+11 506549.2209 0.068666415

6 Tanjung Balai 7,345,543 986,867,319.75 149238 0.019812404 19552213.64 4421.788511 0.000599405

7 Tebing Tinggi 6,248,169 1,274,163,352,311.31 134382 0.017840164 22731283388 150768.9736 0.020437826

8 Medan 11,748,852 19,113,462,004,896.30 2010676 0.266931508 5.10199E+12 2258757.455 0.306190929

9 Binjai 6,266,053 1,234,108,684,686.42 232236 0.030830977 38048776616 195060.9562 0.026441925

Jumlah 66,392,617 7532554 6.3451E+12 2518947.417 0.341461563

Rata-Rata 7,376,957

Indeks Wiliammson di Dataran Tinggi Sumatera Utara tahun 2004

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

DATARAN TINGGI

Tapanuli Utara 4,593,627 1,717,566,348,657.98 255400 0.108790892 1.86856E+11 432267.9435 0.073213802

2 Toba Samosir 8,190,000 5,224,943,102,802.97 167587 0.071385823 3.72987E+11 610726.5048 0.103439568

3 Simalungun 5,177,504 528,067,536,548.75 818975 0.348852861 1.84218E+11 429206.0937 0.072695212

4 Dairi 5,985,671 6,639,714,686.42 259158 0.11039166 732969126.1 27073.40256 0.004585459

5 Karo 7,953,427 4,199,386,399,146.86 312300 0.133028174 5.58637E+11 747420.0311 0.126591534

6 Humbang Hasundutar 4,738,093 1,359,774,180,308.20 152519 0.064967416 88341014808 297222.1641 0.050340917

7 Pakpak Bharat 3,392,620 6,307,966,562,985.20 34260 0.014593485 92055212633 303406.0194 0.051388285

8 Samosir 6,232,274 107,641,371,202.09 119873 0.051061435 5496322915 74137.18982 0.012556715

9 Pematang Siantar 6,874,463 941,436,378,643.75 227551 0.096928255 91251785060 302079.104 0.051163543

Jumlah 53,137,679 2347623 1.58057E+12 1257208.939 0.212935165

Rata-Rata 5,904,187

Indeks Wiliammson di Pantai Barat Sumatera Utara tahun 2004

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

PANTAI BARAT

Nias 3,717,144 121,279,256,502.94 433350 0.193185309 23429370589 153066.5561 0.037651084

2 Mandailing Natal 3,524,171 292,924,191,353.65 379045 0.168976405 49497276910 222479.8348 0.054725259

3 Tapanuli Selatan 3,967,584 9,567,131,451.51 609922 0.271900242 2601305355 51002.99358 0.012545641

4 Tapanuli Tengah 3,037,506 1,056,557,264,734.37 278472 0.124141454 1.31163E+11 362163.7136 0.089084492


(2)

6 Sibolga 6,189,477 4,511,721,308,321.65 87260 0.038900081 1.75506E+11 418934.7486 0.103048947

7 Padang Sidimpuan 4,406,377 116,268,237,207.37 172419 0.076863546 8936789014 94534.59163 0.023253478

Jumlah 28,457,770 2243183 4.16642E+11 645478.2883 0.158773791

Rata-Rata 4,065,396

Lampiran 5.5.Indeks Wiliammson di Pantai Timur Sumatera Utara tahun 2005

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n) ((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

PANTAI TIMUR

Labuhan Batu 7,365,989 51,390,320,765.44 951773 0.124139506 6379569037 79872.20441 0.010519628

2 Asahan 9,535,741 3,775,473,095,992.11 1024369 0.133608184 5.04434E+11 710235.2445 0.093542061

3 Deli Serdang 7,007,613 342,307,294,946.78 1569638 0.204727478 70079709244 264725.7246 0.034865898

4 Langkat 5,898,438 2,870,467,249,521.78 970433 0.126573325 3.63325E+11 602764.1199 0.079387496

5 Serdang Bedagai 5,746,192 3,409,530,244,075.11 588176 0.076715643 2.61564E+11 511433.5799 0.06735874

6 Tanjung Balai 7,468,769 15,354,762,005.44 152814 0.01993149 306043292.6 17494.09308 0.002304073

7 Tebing Tinggi 6,460,242 1,282,423,373,441.78 135671 0.017695533 22693165664 150642.5095 0.019840484

8 Medan 12,411,650 23,222,439,734,444.40 2036185 0.265579083 6.16739E+12 2483423.895 0.327081189

9 Binjai 6,439,516 1,329,794,898,667.11 237904 0.031029757 41263212770 203133.4851 0.026753847

Jumlah 68,334,150 7666963 7.43744E+12 2727166.833 0.359183534

Rata-Rata 7,592,683

Indeks Wiliammson di Dararan Tinggi Sumatera Utara tahun 2005

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n) ((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1 Tapanuli Utara 4,809,865 1,610,967,075,014.83 256201 0.108212549 1.74327E+11 417524.6733 0.068681945

2 Toba Samosir 8,527,447 5,994,384,533,801.49 158677 0.067020982 4.0175E+11 633837.1533 0.104264901

3 Simalungun 5,295,447 614,117,945,357.05 826101 0.348923285 2.1428E+11 462903.9327 0.07614674

4 Dairi 6,254,208 30,661,488,640.05 261287 0.110360741 3383824603 58170.6507 0.009568952

5 DATARAN TINGGI Karo 7,804,430 2,976,750,573,087.60 316207 0.133557501 3.97567E+11 630529.4346 0.103720788

6 Humbang Hasundutar 4,903,423 1,382,225,291,236.16 152997 0.0646219 89322023948 298867.9038 0.049163152

7 Pakpak Bharat 3,564,234 6,324,569,999,180.05 34542 0.01458963 92273137591 303764.9381 0.049968704

8 Samosir 6,394,266 99,327,226,316.05 131073 0.05536178 5498932043 74154.78436 0.012198309

9 Pematang Siantar 7,158,614 1,165,342,319,882.27 230487 0.097351633 1.13448E+11 336820.3937 0.055406258

Jumlah 54,711,934 2367572 1.49185E+12 1221412.995 0.200919912

Rata-Rata 6,079,104

Indeks Wiliammson di Pantai Barat Sumatera Utara tahun 2005

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n) ((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1 Nias 3,524,455 257,193,297,959.51 441807 0.192748445 49573608362 222651.3157 0.055226576

2 Mandailing Natal 3,657,467 139,973,470,688.65 386150 0.168466802 23580882915 153560.6815 0.038089291


(3)

4 PANTAI BARAT Tapanuli Tengah 3,148,611 779,664,780,759.51 283035 0.123480516 96273409304 310279.5664 0.076961944

5 Nias Selatan 3,471,118 314,137,029,714.80 288233 0.125748263 39502185721 198751.5678 0.049298468

6 Sibolga 6,331,930 5,291,530,596,413.08 88717 0.038704828 2.04808E+11 452556.936 0.112252515

7 Padang Sidimpuan 3,963,041 4,699,964,310.94 177499 0.077438013 363955898.6 19077.62822 0.004732027

Jumlah 28,221,181 2292143 4.16465E+11 645340.7054 0.160070726

Rata-Rata 4,031,597

Lampiran 5.6.Indeks Wiliammson di Pantai Timur Sumatera Utara tahun 2006

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

PANTAI TIMUR

Labuhan Batu 7,480,311 135,099,863,520.44 987157 0.1251898 16913124865 130050.4705 0.016571435

2 Asahan 10,293,037 5,978,840,027,777.78 1038554 0.131707892 7.8746E+11 887389.6638 0.113073946

3 Deli Serdang 7,097,625 562,868,060,188.44 1634115 0.207236062 1.16647E+11 341535.5918 0.043519525

4 Langkat 5,808,584 4,158,688,749,320.11 1013849 0.12857484 5.34703E+11 731233.7113 0.093176069

5 Serdang Bedagai 5,927,942 3,686,124,805,136.11 605630 0.076805106 2.83113E+11 532083.8355 0.067799774

6 Tanjung Balai 7,551,912 87,591,335,069.44 156475 0.01984393 1738156279 41691.20145 0.005312422

7 Tebing Tinggi 6,691,874 1,336,327,522,680.11 137959 0.017495758 23380062415 152905.4035 0.019483681

8 Medan 13,174,001 28,367,667,878,407.10 2067288 0.262170426 7.43716E+12 2727116.345 0.34749763

9 Binjai 6,605,547 1,543,367,264,544.44 244256 0.030976187 47807632848 218649.5663 0.027861006

Jumlah 70,630,833 7885283 9.24893E+12 3041204.607 0.387519732

Rata-Rata 7,847,870

Indeks Wiliammson di Dataran Tinggi Sumatera Utara tahun 2006

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1 Tapanuli Utara 5,066,911 1,314,490,530,485.44 256444 0.105508413 1.3869E+11 372410.8073 0.059936494

2 Toba Samosir 8,414,648 4,845,390,033,141.78 169116 0.06957917 3.37138E+11 580636.0459 0.093448654

3 Simalungun 5,444,628 591,046,264,555.11 841198 0.346092971 2.04557E+11 452279.7336 0.072790748

4 Dairi 6,367,513 23,743,625,373.44 267629 0.110110242 2614416343 51131.3636 0.008229178

5

DATARAN

TINGGI Karo 7,968,385 3,079,890,451,469.45 342555 0.140936946 4.3407E+11 658840.1595 0.10603497

6 Humbang Hasundutar 5,285,913 860,275,418,440.11 152757 0.062848609 54067113106 232523.3603 0.037422746 7 Pakpak Bharat 3,735,792 6,138,657,023,915.11 34822 0.014326769 87947121084 296558.7987 0.047728729

8 Samosir 6,647,601 188,510,246,232.11 130662 0.053758092 10133951214 100667.5281 0.016201621

9 Pematang Siantar 6,989,419 602,169,274,685.45 235372 0.096838788 58313342640 241481.5576 0.038864495

Jumlah 55,920,810 2430555 1.32753E+12 1152185.439 0.185434885


(4)

Indeks Wiliammson di Pantai Barat Sumatera Utara tahun 2006

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) √((Yi-Y)^2 )(Fi / n)) Vw

(Yi) (Fi)

1 Nias 3,686,636 258,269,127,603.45 442019 0.189898765 49044988398 221461.0313 0.052793705

2 Mandailing Natal 3,826,922 135,362,077,937.16 413750 0.177753929 24061141228 155116.5408 0.036977959 3 Tapanuli Selatan 4,346,092 22,877,815,731.45 629212 0.270320013 6184331444 78640.52037 0.018746975 4 PANTAI BARAT Tapanuli Tengah 3,156,520 1,078,103,972,461.73 297843 0.127958341 1.37952E+11 371419.4336 0.088542024

5 Nias Selatan 3,838,639 126,877,625,829.88 271026 0.116437309 14773289274 121545.4206 0.028974999

6 Sibolga 6,428,893 4,991,002,381,326.45 91941 0.039499393 1.97142E+11 444006.2685 0.105845871

7 Padang Sidimpuan 4,080,163 13,150,322,860.73 181865 0.07813225 1027464310 32054.08415 0.007641317

Jumlah 29,363,865 2327656 4.30185E+11 655885.0332 0.156355277

Rata-Rata 4,194,838

Lampiran 5.7. Indeks Wiliammson di Pantai Timur Sumatera Utara tahun 2007

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi / n))

√((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

PANTAI TIMUR

Labuhan Batu 7,823,209 3991670280 1007185 0.131705016 525722996.5 22928.65012 0.002954712

2 Asahan 6,903,598 7.33475E+11 676605 0.088476568 64895317820 254745.5943 0.032827916

3 Deli Serdang 7,272,541 2.37645E+11 1686366 0.220518435 52405076041 228921.55 0.029500088

4 Langkat 6,013,173 3.05151E+12 1027414 0.13435027 4.09971E+11 640289.6193 0.082511237

5 Serdang Bedagai 6,165,679 2.54195E+12 618656 0.08089884 2.05641E+11 453476.6232 0.058437488

6 Tanjung Balai 7,684,976 5633002844 159932 0.020913582 117806269.5 10853.85966 0.001398688

7 Tebing Tinggi 7,018,280 5.50192E+11 139409 0.018229883 10029937024 100149.5733 0.012905824

8 Medan 14,090,603 4.00762E+13 2083456 0.272444094 1.09185E+13 3304317.465 0.425812497

9 Binjai 6,868,205 7.95351E+11 248256 0.032463311 25819715596 160685.1443 0.02070677

Jumlah 69,840,264 7647279 1.16879E+13 3418759.912 0.440560179

Rata-Rata 7,760,029

Indeks Wiliammson diDataran Tinggi Sumatera Utara tahun 2007

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi / n))

√((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

DATARAN TINGGI

Tapanuli Utara 5,223,677 1.48814E+12 263750 0.107219762 1.59557E+11 399446.4861 0.061991502

2 Toba Samosir 8,890,383 5.9869E+12 169299 0.068823501 4.1204E+11 641903.0471 0.099619187

3 Simalungun 5,699,142 5.54171E+11 846329 0.344050025 1.90662E+11 436649.1198 0.067765109

4 Dairi 6,658,987 46405154078 268780 0.10926456 5070438734 71207.01324 0.011050866

5 Karo 8,167,326 2.97134E+12 351368 0.142838269 4.24421E+11 651476.0756 0.101104858

6 Humbang Hasundutar 5,566,235 7.69714E+11 153837 0.062537883 48136282080 219399.8224 0.034049428


(5)

8 Samosir 6,923,956 2.30772E+11 131205 0.053337512 12308815259 110945.1002 0.017217959

9 Pematang Siantar 7,308,632 7.48335E+11 236607 0.096185578 71979030348 268289.0798 0.041636724

Jumlah 57,992,116 2459901 1.45564E+12 1206500.064 0.187240979

Rata-Rata 6,443,568

Indeks Wiliammson di Pantai Barat Sumatera Utara tahun 2007

No Orientasi Wilayah Kabupaten / Kota

PDRB perkapita

(Yi-Y)^2

Jumlah Penduduk

(Fi / n)

((Yi-Y)^2 )(Fi / n))

√((Yi-Y)^2 )(Fi /

n)) Vw

(Yi) (Fi)

1

PANTAI BARAT

Nias 3,930,595 2.05E+11 442548 0.188025858 38545257077 196329.4605 0.044789678

2 Mandailing Natal 4,036,725 1.20159E+11 417590 0.177421925 21318769419 146009.484 0.033309915

3 Tapanuli Selatan 4,479,129 9170935225 637312 0.270775453 2483264145 49832.36042 0.01136852

4 Tapanuli Tengah 3,278,022 1.22178E+12 305922 0.129977418 1.58804E+11 398502.11 0.090912393

5 Nias Selatan 4,010,626 1.38934E+11 271944 0.115541148 16052549522 126698.6564 0.028904434

6 Sibolga 6,692,413 5.33171E+12 93207 0.039600961 2.11141E+11 459500.5251 0.104828284

7 Padang Sidimpuan 4,256,038 16211910276 185132 0.078657237 1275184075 35709.71961 0.008146647

Jumlah 30,683,548 2353655 4.4962E+11 670536.8658 0.15297312

Rata-Rata 4,383,364

Lampiran 6. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2007

No. Kabupaten / Kota

Jumlah penduduk Pertumbuhan penduduk (%)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

1 Nias 683416 699148 698994 422170 433350 441807 442019 442548 2.30 -0.02 -39.60 2.65 1.95 0.05 0.12

2 Mandailing Natal 359849 368400 367990 369691 379045 386150 413750 417590 2.38 -0.11 0.46 2.53 1.87 7.15 0.93 3 Tapanuli Selatan 734364 749003 761205 596188 609922 626702 629212 637312 1.99 1.63 -21.68 2.30 2.75 0.40 1.29 4 Tapanuli Tengah 244679 249668 270600 272333 278472 283035 297843 305922 2.04 8.38 0.64 2.25 1.64 5.23 2.71 5 Tapanuli Utara 407711 407831 407581 255162 255400 256201 256444 263750 0.03 -0.06 -37.40 0.09 0.31 0.09 2.85 6 Toba Samosir 304125 306373 285615 285586 167587 158677 169116 169299 0.74 -6.78 -0.01 -41.32 -5.32 6.58 0.11

7 Labuhan Batu 844924 863483 905258 910502 933866 951773 987157 1007185 2.20 4.84 0.58 2.57 1.92 3.72 2.03

8 Asahan 935855 943822 987244 990230 1009856 1024369 1038554 676605 0.85 4.60 0.30 1.98 1.44 1.38 -34.85

9 Simalungun 855802 863679 808210 880288 818975 826101 841198 846329 0.92 -6.42 8.92 -6.97 0.87 1.83 0.61

10 Dairi 292857 295323 289323 255847 259158 261287 267629 268780 0.84 -2.03 -11.57 1.29 0.82 2.43 0.43

11 Karo 287854 287854 305452 306869 312300 316207 342555 351368 0.00 6.11 0.46 1.77 1.25 8.33 2.57

12 Deli Serdang 1959488 2021021 2041121 2054707 1523881 1569638 1634115 1686366 3.14 0.99 0.67 -25.83 3.00 4.11 3.20


(6)

14 Nias Selatan 0 0 0 275422 282715 288233 271026 271944 0.00 0.00 0.00 2.65 1.95 -5.97 0.34

15 Humbang Hasundutan 0 0 0 152377 152519 152997 152757 153837 0.00 0.00 0.00 0.09 0.31 -0.16 0.71

16 Pakpak Bharat 0 0 0 33822 34260 34542 34822 38726 0.00 0.00 0.00 1.30 0.82 0.81 11.21

17 Samosir 0 0 0 0 119873 131073 130662 131205 0.00 0.00 0.00 0.00 9.34 -0.31 0.42

18 Serdang Bedagai 0 0 0 0 583071 588176 605630 618656 0.00 0.00 0.00 0.00 0.88 2.97 2.15

19 Batu Bara 0 0 0 0 0 0 0 373836 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

20 Sibolga 71895 84034 85100 85505 87260 88717 91941 93207 16.88 1.27 0.48 2.05 1.67 3.63 1.38

21 Tanjung Balai 108202 136621 143836 144979 149238 152814 156475 159932 26.26 5.28 0.79 2.94 2.40 2.40 2.21

22 Pematang Siantar 219328 245099 223824 233949 227551 230487 235372 236607 11.75 -8.68 4.52 -2.73 1.29 2.12 0.52

23 Tebing Tinggi 116767 126302 132306 132760 134382 135671 137959 139409 8.17 4.75 0.34 1.22 0.96 1.69 1.05

24 Medan 1730752 1933746 1972248 1979340 2010676 2036185 2067288 2083456 11.73 1.99 0.36 1.58 1.27 1.53 0.78

25 Binjai 181904 219122 224244 225535 232236 237904 244256 248256 20.46 2.34 0.58 2.97 2.44 2.67 1.64

26 Padang Sidimpuan 168536 172419 177499 181865 185132 0.00 0.00 0.00 2.30 2.95 2.46 1.80