Urgensi Public Speaking Terhadap Kinerja Guru

URGENSI PUBLIC SPEAKING TERHADAP
KINERJA GURU
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh
SITI MAESAROH
NIM 1110011000046

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK

Siti Maesaroh (NIM 1110011000046) Urgensi Public Speaking terhadap

Kinerja Guru
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pentingnya kemampuan public
speaking yang dimiliki oleh pendidik terhadap kinerja guru, khususnya dalam
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam
pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library
research) pengumpulan bahan keperpustakaan dengan banyak mengkaji,
mengumpulkan, menganalisi data berupa membaca, mengikuti kuliah, menelaah
buku-buku, dan bahan-bahan informasi lainnya.
Dalam penelitian ini penulis menenukan hasil bahwa pentingnya public
speaking terhadap kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksananaan
pembelajaran. Yaitu: 1). Seorang guru perlu menyusun perencanaan dalam bentuk
struktur yang sistematis tentang apa yang akan ia sampaikan pada siswanya.
Dalam mempraktikkan public speaking seorang guru akan merencanakan dan
menciptakan sebuah kerangka yang mengorganisasikan konten yang akan ia
sampaikan.. Ia juga mempersiapkan bagaimana membuka presentasinya,
bagaimana menyampaikan inti materinya dan bagaimana yang akan disampaikan
untuk menyimpulkan keseluruhan konten yang telah ia sampaikan. 2). Dalam
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Maka guru sebagai
pembicara harus mempertahankan konsistensi dalam berkomunikasi karena

tujuan penyampaian pesan menempati posisi utama terutama dalam proses
penyampaian pesan. Tidak hanya meteri saja yang perlu disiapkan, kecakapan
guru dalam menyampaikan materi dan motivasi kepada siswa harus disiapkan
secara matang. Karena pendidik sebagai pemberi materi ajar juga harus
menyiapkan cara menyampaikan isi materi yang baik, memperhatikan kata demi
kata yang disampaikan, mimik, dan gaya berbicara agar apa yang disampaikan
bisa diserap dan pendidik faham dengan apa yang disampaikan agar kinerja guru
tersebut dapat dilakasanakn dengan baik. Guru perlu menyampaikan materi
pembelajaran secara tersusun dan sistematik, menggunakan bahasa yang jelas dan
mudah, memberi informasi yang jelas serta memberi contoh-contoh yang saling
berkaitan, memberi penekanan kepada materi esensial dan mengaitkan pelajaran
itu dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik yang telah dimiliki peserta
didik dan menggunakan alat bantu pembelajaran bagi membantu menjelaskan
sesuatu konsep.

Kata kunci: Urgensi, Public Speaking, dan Kinerja Guru

ii

ABSTRACT

Siti Maesaroh (NIM 1110011000046) Urgency of Public Speaking on Teacher
Performance
This purpose of this research is to know the importance of public speaking
skills possessed by educators on teacher performance, especially in the planning
of educated and dialogical learning and teaching practices. The Method of this
study is qualitative research methods. In collecting the data, the writer used library
research, collecting material with lots of assessing and analyzing data in the form
of reading, attending class, studying books, and other information materials.
In this research, the authors determined the result that the importance of
public speaking on the performance of teachers in planning and learning process.
The processes are 1). A teacher needs to prepare a plan in the form of systematic
structure of what he would convey to their students. In practicing of public
speaking, teacher will plan and create a framework that organizes content that will
be delivered. He is also preparing for how to open the presentation, how to convey
the essence of the material that will be delivered to conclude the entire content of
which they had to say. 2). In the implementation of educational and dialogical
learning. Then the teacher as a speaker must maintain consistency in the delivery
of messages to communicate for the purpose occupies a prime position especially
in the process of delivering a message. Not only material that need to be prepared,
but also the skills of teachers in presenting the material and motivation to the

students must be prepared carefully. Because educators as a giver of teaching
materials should also set up a way of delivering content that good, pay attention to
every word that was delivered, expression, and style of speaking process that what
is delivered can be absorbed and educators familiar with what is delivered so that
the teacher's performance can be done well. Teachers need to systematically
deliver learning materials by using language that is clear and easy, delivering clear
information and giving examples related to each other, giving emphasis to the
essential materials and connect the knowledge and experience of learners who
have owned learners and using a learning tool for helping explain something
concepts.
Keywords: Urgency, Public Speaking, and Teacher Performance

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim
Al-hamdulillahi rabibbil-‘aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat kasih dan sayang-Nya yang senantiasa
tercurah pada kita semua terutama bagi penulis sediri. Yang karena-Nya
keberadaan penulis terutama dalam masa-masa penyusunan skripsi ini tidak
dijumpai suatu kendala yang berarti. Shalawat serta ssalam tercurah kepada

junjungan besar Nabi Muhammad SAW suri tauladan paling mulia bagi semesta
alam.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulian
skripsi ini, namun berkat dorongan dan bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi
ini dapat diselesaikan. Di ruang yang terbatas ini, penulis mengungkapkan
perasaan hormat dan terima kasih yang tulus kepada orang-orang yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan skripsi ini, dengan sadar penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
akan pernah terwujud tanpa adanya peran serta dari orang-orang di sekitar penulis.
Mereka adalah:
1.

Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.

2.

Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Kepala Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Dosen Penasehat Akademik terima kasih atas ilmu dan
bimbingannya selama ini.


3.

Ibu Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.

4.

Bapak Tanenji, MA. Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya,
memberi masukan, motivasi, perhatian serta doa dalam membimbing
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga bapak senantiasa diberikan
nikmat sehat serta dalam lindungan Allah selalu, dan menjadi suri tauladan
kami.

iii

5.

Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku kuliah, semoga
ilmu yang bapak/ibu berikan bermanfaat dan menjadi amal ibadah.

6.

Keluarga besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7.

Kahfi Motivator School om Bagus dan keluarga, para pengajar, kaka senior
dan teman-teman seangkatan, yang telah memberikan banyak ilmu dan
inspirasi sehingga terselesaikan skripsi ini.

8.

Ibu (Muflikhatun) dan bapak (Muchari S.Pd.I) yang telah membesarkan,
merawat, mendidik, mendoakan, memotivasi, memberikan dukungan baik
moril maupun materil dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kepada
penulis. Kepada mereka penulis ucapkan sembah sujud sedalam-dalamnya,
semoga Allah selalu memberikan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan

selalu dalam lindungan-Nya. Amiiin.

9.

Adik-adikku tersayang Asnawi dan Abdul Syukur yang memberi doa
motivasi, semangat dan nasehat *kadang lebih dewasa dari penulis. Kejar
mimpi dan cita-cita kita agar menjadi manusia yang bermanfaat untuk
sendiri dan orang lain.

10.

Mbah K.H. Ismail, Mbah Hj. Kamilah dan Mbah Iroh yang selalu
memberikan doa, semangat, nasehat/wejangan, dukungan baik moril
maupun materil dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dan memberi
motivasi yang luar biasa kepada penulis, semoga selalu diberikan kesehatan
keselamatan, kebahagiaan umur yang panjang dan selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amiin.

11.


Om tante dan pasangannya: Drs. H. Nuheri S.H, M.H./Upi Meliana S.H.,
Lutfiah/Fathullah, Abdul Jamil S.H.I./Nasrul Aeni S.H.I., Fathurozak S.Pt./
Sri

Dewi

A.Md.,

banget)/Baeturrohman
Nurhayati/Rohidi,

Nurchikmah
S.H.,

S.H.I

(tente

yang


memotivasi

Nasrudin S.Psi./secepatnya menyusul,

Suharti/Lanang

(Alm.)

dan

Tajilah/Suami

yang

memberikan doa motivasi dan semangat yang luar biasa kepada penulis,

iv

semoga selalu diberikan kesehatan keselamatan, kebahagiaan umur panjang
dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

12.

Sepupuku tersayang Aprilia Farchataeni, Toriq Farhan, Aulia, Fata, Billa,
Fikri Aunilah, Kinzi, Affan, Fatah, Fatih, Abu, Umam, Indah, Habibi, Fadil,
dan Faldo kejar terus mimpi dan cita-cita kita!!

13.

Keluarga besar PAI seangkatan khususnya P20AI (Ngeok, Puji, Titi, Ncek,
Ncoop, Ella, Dian, Uci, Yani, Upi, Ijal,Yuda, Albert, Tio, Amin, Ali, dan
semuanya) yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik
selama dalam mengukuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.

14.

Keluarga besar: Pondok Pesantren DAAR EL-HIKAM,

KMPLHK

RANITA UIN JAKARTA, IMT CIPUTAT, HMI KOMTAR, LAPEMNI,
dan FK2I yang memberikan banyak ilmu dan pengalaman luar biasa selama
menjadi anggota, semoga manfaat! amiiin
15.

Sahabat-sahabat ku Suprapti, Alis Arsita, Endang, Uni Fadlilah, Siti Pujiat,
Yully Khusniah dan Septia Rahayu yang senantiasa membantu dalam
menyelesaikan penelitian.

16.

Terkakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, dari dalam lubuk hati penulis selalu melekat salam
hotmat kepada mereka dan penulis panjatkan doa dan rasa syukur kepada
Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh
dan mendapatkan balasan yang lebih baik dari-Nya. Amiin.
Akhirul kalam, Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses

yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan,
pengorbanan, dan harapan. Penulis mohon maaf apabila skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan perbaikan-perbaikan pada dunia pendidikan khususnya pada bidang
studi Agama Islam.
Jakarta, 05 November 2014
Wasalam,
Siti Maesaroh
v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah . .............................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian....................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Public Speaking
1. Sejarah Public Speaking ..................................................................... 10
2. Pengertian Public Speaking ................................................................ 11
3. Faktor Pendukung Public Speaking.................................................... 12
4. Metode Public Speaking ..................................................................... 14
5. Instrumen Persuasive Public Speaking ............................................... 15
B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru...................................................................... 17
2. Kriteria Kualitas Kinerja Guru ............................................................ 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru .......................................... 23
4. Penilaian Kinerja Guru ........................................................................ 24
5. Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar .................................... 25

vi

6. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru ................................ 28
C. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................ 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian ...................................................................... 34
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 34
C. Fokus Penelitian ........................................................................................ 35
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 36
1. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 36
2. Instrumen Penelitian ............................................................................ 36
3. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 36
4. Teknik Analisis Data ........................................................................... 37

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif
1. Urgensi Public Speaking terhadap Kinerja Guru dalam Perencanaan
dan Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................ 39
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif
1. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran yang Berkaitan
dengan Kemampuan Public Speaking ................................................. 43
2. Kinerja Guru dalam Pelaksaan Pembelajaran yang Mendidik dan
Dialogis yang Berkaitan dengan Kemampuan Public Speaking ......... 47
3. Interpretasi Hasil Analisis ................................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 59
B. Saran .......................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 61

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang berpotensi di bidang pembangunan. Kualitas kinerja guru akan sangat
menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling
banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau
pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang
dibayangkan banyak orang, dengan bermodal penguasaan materi itu sudah cukup,
hal ini belumlah cukup dan dapat dikatakan sebagai guru yang memiliki pekerjaan
yang profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki
keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaan, menjaga kode etik.
“Seorang guru yang profesional, memiliki keahlian, keterampilan dan
kemampuan sebagaimana filosofi dari Ki Hajar Dewantara, “Ing garso sung
talodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” Tidak cukup dengan
menguasai materi pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh

1

2

atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan
maju”. 1
Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan
dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literaturliteratur dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan
pengetahuan yang digelutinya.
Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, guru
amat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan peran
kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan
peran dan tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor
yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan yang akan
berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah. 2
Akan tetapi pada kenyataan yang ada, para guru hanya berperan sebagai
penyampai suatu pengetahuan. Upaya mereka kurang optimal, sehingga para
lulusan yang dihasilkanpun kurang optimal dalam suatu bidang.
Seni mengajar merupakan sebuah upaya membingkai aktivitas pelajaran di
dalam kelas dengan nuansa estetis serta pendekatan yang bersifat humanis
dan rasa. Seni belajar berkaitan dengan berbagai seni yang lain, seperti seni
berbicara atau retorika (public speaking), seni berkomunikasi atau persuasive,
seni humor atau selera humor dan seni visual atau teatrikal. Guru yang
memiliki rasa dan jiwa seni yang tinggi, dipadukan dengan tingkat
pemahaman yang mendalam terhadap materi, akan memberikan siswa
impresilebih dalam mengajar, di sinilah kemudian, makna guru dalam
mengajar dirasa betul sifat pentingnya 3.
“Guru atau pendidik memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di
dalam

proses

belajar-mengajar,

dalam

usahanya

untuk

mengantarkan

siswa/peserta didik ke arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap kegiatan
guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak
didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya 4.”
Disinilah seorang guru harus memahami bahwa siswa dalam dunia
pendidikan sangat unik, guru harus memperlakukan siswa dengan tidak memihak,
mampu membawa siswanya untuk serius dan bersemangat dalam menggapai cita1

Martinis Yamin, Sertifikasi ProfesiKeguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada
Press, 2007), Cet.1 hal 23
2
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Reflika Aditama, 2010), h.144
3
Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak,
(Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 18
4
Sardiman, Interaksi &Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h.125

3

citanya sesuai dengan kemampuan dan bidangnya. Tugas pendidik yaitu berusaha
menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang
menakutkan.
Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan
komunikasi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar,
dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar. Komunikasi antara pengajar dengan warga
belajar, diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, bagaimana
dalam peroses interaksi itu pihak pelajar mampu memberikan dan
mengembangkan motivasi kepada pihak warga belajar/siswa/subjek didik,
agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal 5.
Pendidik memiliki ciri khas yang berbeda dengan pendidik lainya dalam
kemampuan berbicara atau diistilahkan dengan public speaking, jika pendidik
tidak memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara dihadapan peserta didik,
pastinya sangat sulit untuk bisa melakukan interaksi yang baik dengan peserta
didik. Dengan adanya kemampuan berbicara yang baik yang dimiliki pendidik
maka akan memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memperoleh
informasi yang telah disampaikan.
Seorang guru yang pernah mengalami pengalaman buruk berbicara di
depan publik kemungkinan besar akan memperbaiki sikap yang negatif terhadap
public speaking. Seorang guru yang terlibat dalam public speaking, harus
mengevaluasi sikapnya terhadap proses berbicara di depan publik dan menemukan
alasan mengapa ia memiliki sikap demikian dengan berkaca dari pengalaman
lampaunya. Selain sikap, persepsi seorang pembicara terhadap dirinya sendiri
adalah faktor penting dalam menentukan karakternya sebagai seorang public
speaker. Dalam konteks pengajaran, apabila seorang guru memiliki keyakinan
terhadap dirinya bahwa ia dapat menjadi seorang public speaker yang baik, maka
hal tesrebut akan tercermin dari caranya berbicara dan tampil di depan publik.
Keterampilan berbahasa yang menyangkut tentang komunikasi adalah
keterampilan berbicara. Pada hakikatnya, berbicara merupakan kegiatan utama
yang dilakukan oleh manusia. Setelah pada awal proses pemerolehan bahasa,
manusia menyimak setiap apa yang didengarnya, maka selanjutnya apa yang di
5

Sardiman, Ibid., h. 2

4

dengar itu akan diproses dalam alat pemerolehan bahasa yang selanjutnya akan
dikeluarkan dalam bentuk perkataan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa separuh dari
hidup manusia dihabiskan untuk berbicara terlebih seorang guru atau pendidik.
Sebagaimana firman Allah swt yang terdapat dalam Q.S Ar-Rahman ayat
3 dan 4 mengenai kemampuan dalam berbicara atau kemampuan komunikasi
yang dimiliki oleh seseorang :
     …
“Dan menciptakan manusia, yang mengajarinnya pandai berbicara”. (Q.s
Ar-rahman : 3-4). 6

“Ayat di atas dijelaskan dalam tafsir al-Qurthubi bahwa “Allah
mengajarkan kepada setiap kaum bahasa kepada mereka, yang mereka gunakan
untuk berkomunikasi”. 7
Dari penjelasan tafsir tersebut sudah jelas bahwa Allah telah
menganugerahkan kemampuan berbahasa kepada manusia. Terlebih pada
perkembangan jaman seperti saat ini dan meningkatkannya kemampuan manusia
dibidang bisnis, tenaga kerja, dan dalam bidang pendidikan khususnya. Seorang
pendidik dituntut untuk lebih terampil dalam berkomunikasi khususnya ketika
“berbicara di depan peserta didik” untuk menyatakan pikiran, gagasan, ide,
perasaan, sekaligus terampil menangkap informasi-informasi yang diterima oleh
peserta didik.
Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai
komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan nonverbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks,
catatan, lisan, cerita. Pesan itu telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan para siswa.

6
7

515-517

Al-Qur’an dan terjemah
Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi(17),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.

5

Didalam kelas guru menjelaskan, siswa bertanya, menyimak, sebaliknya
guru mendapat informasi dari siswa-siswanya, dan menjawab pertanyaan
siswa serta mencari solusi bersama-sama, kedua belah pihak (komunikator
dan komunikan) aktif, dan peran yang lebih dominan terletak pada siswa atau
yang lebih aktif. Pada akhir dari penyajian materi, guru melakukan evaluasi
untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah
dikomunikasikan 8.
Guru yang mampu berbicara dengan baik di depan public dapat
menyampaikan pesannya kepada pendengar. Bila ia berbicara pada anak didiknya,
mereka akan mendengar dan memahami maksudnya, dan ketika ia membahas
pelajaran di depan kelas, di depan forum, ia pun bisa menggerakan murid ke arah
yang

dikatakannya.

Berbicara

yang

baik

akan

mudah

menyampaikan

pandangannya dan pasti didengarkan oleh patner bicarannya.
Seorang pengajar tidak hanya butuh pengetahuan dari bahan ajarnya,
sebagai seorang guru, pengajar haruslah menyampaikan bahan ajar dengan
presepsi yang tepat demi kepentingan pembelajaran. Terlibatnya dialog
antara guru dan siswa merupakan titik awal dari seni itu sendiri. Dengan
dialog, guru jelas berbeda dengan buku. Guru bukanlah media yang pasif.
Guru dapat memotivasi belajar demi tujuan pembelajaran. 9
Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul
perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian
seseorang siswa kadang kala timbul dan ada kalanya hilang sama sekali. Suatu
saat siswa kurang perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru di
depan muka kelas bukan disebabkan karna siswa tidak memiliki minat dalam
belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik
ketenangannya di ruang kelas atau seorang pendidik kurang memberikan teknik
pengajaran yang bervariasi sehingga anak menjadi tidak tertarik terhadap apa
yang dijelaskan oleh guru tersebut.
Sebaliknya tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap
pelajaran yang disajikan oleh seorang guru. Oleh karena itu, diperlukan kecakapan
guru untuk dapat membangkitkan perhatian anak didik. Perhatian yang
dibangkitkan oleh guru tersebut perhatian yang disengaja, sedangkan perhatian

8

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung Persada
Press, 2007), hal.Cet.1 24-25
9
Ahmad Faidi, Tutorial Mengajar untuk Melejitkan Otak Kanan dan Kiri Anak,
(Jogjakarta: Diva Press, 2013), cet. 1 h. 15

6

yang timbul dengan sendirinya dalam diri sendiri tersebut dengan perhatian
spontan.
Untuk membangkitkan perhatian yang disengaja maka guru harus dapat:
a. Dapat menunjukan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi
siswa.
b. Berusaha menghubungkan antara apa yang telah diketahui siswa dengan
materi yang akan disajikan,
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat
d. Berusaha menghindarkan hukuman, dan dapat memberikan hadiah
secara bijaksana.
Sedangkan perhatian spontan dapat dibangkitkan dengan cara:
a. Mengajar dengan persiapan baik
b. Menggunakan alat peraga sebagai media
c. Sedapat mungkin menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu
d. Mengadakan selingan yang sehat 10.
Untuk itu, maka kemudian seorang guru harus memiliki berbagai
pengetahuan, misalnya metode mengajar, pengelolaan pengajaran berbicara
(public speaking) dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses belajar
mengajar.
Pendidik dalam menyampaikan informasi tidak hanya sekedar berbicara
di mana informasi yang disampaikan lewat begitu saja, akan tetapi seorang
pembicara atau pendidik harus mempelajari tekhnik public speaking agar
informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Pembicara yang
mencoba bersikap sangat serius atau yang banyak akalnya mungkin saja gagal,
namun pembicara yang menarik pendengarnya dengan keyakinan yang kongkret,
tidak pernah gagal. Kalau sang pembicara sangat meyakini nilai pesan yang
disampaikannya, penyampaiannya akan seperti kobaran api. Terlepas dari betapa
penting kualitas percaya diri dan antusiasme yang sebagian orang tidak
mempunyainya.
“Ciptakan komunikasi telegrafis diantara kepala kita dengan hati
kita.Bukan hanya memberi fakta-fakta melainkan juga menyingkapkan sikap kita
sendiri terhadap fakta-fakta tersebut” 11.
10

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002) h. 8-9
11
Dale Canegie, Pubic Speaking for Success, (Ciputat: Karisma Publishing Group, 2010)
h.166

7

Menciptakan suasana komunikatif yang baik dalam hubungan personal
antara guru dengan guru yang lain, antara guru dengan murid, dan antara murid
dengan murid merupakan suatu keadaan yang memungkinkan proses belajar
mengajar yang berlangsung secara efektif.
Lembaga pendidikan tidak terlepas dari masalah-masalah yang ada,
diantaranya masalah kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dan kinerja
guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Masalah kinerja guru dalam perencanaan
pembelajaran di mana guru masih ada yang belum membuat persiapan
pembelajaran sebelum mengajar. Selain itu juga terlihat masalah yang
berhubungan dengan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari guru yang belum dapat mengkondusifkan keadaan kelas menjadi
tenang ketika ada siswa yang melakukan keributan dikelas. Guru dalam
pelaksanaan pembelajaran juga belum menggunakan strategi pembelajaran yang
bervariasi sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa
dan kinerja yang dihasilkan guru pun belum optimal.
Guru yang kompeten akan akan melaksanakan tugas belajar mengajar
didalam kelas dengan penuh semangat, serta penuh makna, murid selalu
mendapatkan hal baru setiap kali masuk kelas untuk belajar. Murid tidak akan
pernah bosan untuk belajar dikelas karena memiliki guru yang kompeten. Karena
pada hakikatnya guru yang kompeten akan melahirkan murid-murid yang rajin
belajar karena mereka mencintai proses pembelajaran dan memahami arti penting
belajar untuk masa depannya.
Di sinilah pentingnya public speaking terhadap kinerja guru, agar
komponen-komponen sistem lingkunagan itu saling mempengaruhi secara
bervariasi, sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan
kompleks. Masing-masing profil, sistem lingkungan belajar, diperuntukan tujuantujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar
tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan
belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem
lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar
pengembangan gerak dan seterusnya.

8

Keperihatinan terhadap kinerja guru yang masih kurang dalam penyampaian
materi kepada siswa sehingga belum sepenuhnya maksimal dan pengajar yang
masih menggunakan model mengajar yang membuat peserta didik bosan, hal itu
disebabkan karena kurangnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh
pengajar. Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat tema penelitian
ini dengan judul: “Urgensi public speaking terhadap kinerja guru”

B.

Identifikasi Masalah
1. Masih terdapat persoalan di mana kinerja guru dalam perencanaan
pembelajaran

dan

pelaksanaan

pembelajaran

belum

sepenuhnya

maksimal, sehingga penyerapan materi pelajaran yang diterima oleh
siswa belum dapat diserap optimal.
2. Rendahnya kemampuan public speaking yang dimiliki oleh pendidik
sehingga yang terjadi pembelajaran terasa membosankan bagi siswa dan
kinerja yang dihasilkan guru pun belum optimal.
3. Kurangnya kecakapan guru untuk membangkitkan perhatian anak didik
agar memiliki minat dan semangat dalam belajar.

C.

Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Untuk itu penulis membatasi masalah pada: Urgensi public speaking
terhadap kinerja guru.

D.

Perumusan masalah
Dari pembatasan masalah di atas, penulis menganggap perlu adanya

perumusan masalah agar pembahasannya terarah dan tidak meluas maka penulis
merumuskan masalah pada:
1. Bagaimana urgensi public speaking terhadap kinerja guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran?

9

2. Bagaimana kinerja guru (kompetensi peadagogis) dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan public
speaking?

E.

Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian penulisan skripsi ini adalah :
a. Ingin menjelaskan urgensi public speaking terhadap kinerja guru.
b. Untuk mengetahui kinerja guru (kompetensi peadagogis) dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan
kemampuan public speaking?
2. Manfaat penelitian
Memberikan manfaat yang besar bagi para pendidik dalam
menggunakan dan menerapkan urgensi public speaking yang baik agar
dalam memberikan pengajaran atau informasi kepada siswa bisa diserap dan
menghasilkan suasana belajar mengajar yang efektif, inovatif, dan
menyenangkan.

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Public Speaking
1. Sejarah Public Speaking
“Dahulu public speaking dikenal sebagai retorika. Retorika (retoric)
biasanya disinonimkan dengan seni atau kepandaian berpidato, sedangkan
tujuannya adalah menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain agar
mereka mengikuti kehendak kita.” 1
Menurut Aristoteles yang dikutip oleh saifuddin Zuhri, dalam retorika
terdapat 3 bagian:
a. Ethos (ethical)
Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara berkomunikasi
b. Pathos (emosional)
Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan
“Psikologi massa”.
c. Logos (logikal)
Yaitu pemilihan kaat atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara. 2
Zaman modern, di Prancis gerakan humanisme melahirkan penyair,
pengarang, moralis yang terkenal sampai pada Revolusi Prancis. Mereka
adalah Mirabeus. Dia adalah sosok yang terkenal sebagai ahli pidato atau
berbicara didepan public. Di Inggris, orang Inggris mempelajari retorika atau
seni bicara secara sistematis dan mengembangkan dengan karakter tersendiri.
Ilmu retorika di Inggris dipergunakan dalam usaha untuk memperluas
kekuasaan Kerajaan Inggris. Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat
dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu prilaku
1

Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h. 2
Ibid.,h. 2

2

10

11

seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika mulai digeser speech
communication, atau oral communication atau lebih dikenal dengan public
speaking. 3
“Pada abad pertengahan ilmu retorika (public speaking) dengan sebutan
lain ‘gaya berani berbicara’ telah lahir sejak abad pertama. Savonarola adalah
tokoh ilmu retorika atau public speaking di abad petengahan sebelum masehi
(SM). Ajaran Savonalora yang terkenal ialah dialektika dan logika”. 4
Pada zaman Renaisans dan Humanisme pada abad-14 dan abad ke-16,
berkembanglah Renaisans di Italia. Sajak saat itulah, muncul suatu
pemahaman baru terhadap zaman Romawi dan Yunani kuno, sehingga ilmu
retorika atau public speaking dikembangkan kembali. Pada era itu pula,
buku-buku mengenai ilmu retorika atau public speaking, seni sastra, filsafat,
dan pendidikan banyak diterbitkan 5.
2. Pengertian Public Speaking
Secara etimologis, public menurut Kamus Inggris Indonesia, berarti
“masyarakat umum”. Sedangkan speaking “ialah berbicara, berpidato.” 6

Jadi

public speaking dapat diartikan secara harfiyah adalah berbicara atau berpidato
dihadapan masyarakat umum.
“Menurut Sirait mendiskripsikan pengertian public speaking sebagai
berikut: public speaking adalah rangkaian cara berfikir yang didasarkan dari
seluruh talenta manusia atas pengalaman masa lalu, masa sekarang dan masa yang
akan datang dan dipadukan dengan etika, pola perilaku, ilmu pengetahuan,
teknologi, budaya, analisis keadaan dan faktor lainnya 7.”
Public speaking/ komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato,
komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi
khalayak (audience communication). Apapun nama-namanya, komunikasi
publik menunjukan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan
oleh pembicara dalam situasi tatap muka didepan khalayak yang lebih besar.

3

Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), Cet.1 h.3
Op.cit., h.3
5
Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h. 2-3
6
Jhon M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
2003), hal. 455
7
Charles Bonar Sirait, The Power Of Public Speaking, (Jakarta: PT Gramedia, 3013),
h.102-103
4

12

Komunikasi publik memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan itu tidak
berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan dipersiapkan lebih awal 8.
“Public speaking merupakan ilmu berbicara didepan umum, berani
berbicara di depan publik, berbicara di depan publik/sejumlah orang/umum
merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi” 9.
Sedangkan pengertian lain dalam buku Tubagus Wahyudi menjelaskan
bahwa public speaking bukan hal yang bisa terjadi dengan sendirinya pada
seseorang. Tetapi public speaking adalah sebuah ilmu yang kita semua sadari
bahwa tidak akan mungkin sebuah ilmu itu dikuasai oleh seseorang kalau dia
tidak menyiapkan waktu, menginvestasikan waktu untuk belajar. Public
speaking adalah sebuah keterampilan yang diawali oleh sebuah pemahaman
sebuah ilmu 10.
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan oleh
penulis bahwa public speaking merupakan seni atau keterampilan berbicara
didepan umum dengan memperhatikan unsur-unsur yang ada didalam komunikasi
agar informasi yang disampaikan pembicara dapat diterima dengan baik oleh
pendengar. Dan Public speaking merupakan rumpun keluarga dari ilmu
komunikasi yang memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang untuk
dapat berbicara di depan publik, kelompok maupun perseorangan dan merupakan
metode untuk dapat berbicara di depan khalayak dengan baik dimulai dari
kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan penutup.

3. Faktor Pendukung Public Speaking
Menurut Albert Mehrabian seorang professor di University of Colivornia,
dan dikutip oleh Tubagus Wahyudi menemukan hasil penelitian yang menyatakan
ada tiga faktor pemdukung pembicara/public speaking antara lain :

8

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005),

h.34
9

Saifudin Zuhri, Public Speaking, (Jogjakarta: Graha ilmu, 2010), h.1
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC
Publisher, 2013), h.61
10

13

a. Verbal (7%)
Verbal yaitu bagaimana seorang pembicara memilih kata-kata yang
tepat sesuai dengan konsep atau esensi, maksud dan tujuan berbicara
didepan umum.
b. Vokal (38%)
Vokal yaitu bagaimana seorang pembicara harus sadar bahwa dia
mengeluarkan suara sesuai dengan komoditas pesannya yang akan
disampaikan.
c. Visual (55%)
Visual yaitu bagaimana seorang pembicara mampu menghadirkan
mimik, gesture, dan body language-nya. 11
“Aspek vokal dengan persentase 38% menempati tempat kedua dan
memiliki kontribusi besar bagi kesuksesan Aspek ini sangat penting. Banyak
pihak percaya bahwa cara kita mengartikulasikan dan menyarankan pesan yang
akan kita sampaikan ke audiens tiga kali lebih penting daripada pesan itu sendiri.
Dan setiap manusia ternyata punya kemampuan menciptakan suara yang baik. 12”
Dalam public speaking, bahasa tubuh kita sangat penting karena
mempengaruhi perhatian audiens. Keseluruhan tubuh kita merupakan seperangkat
yang sangat membantu dalam setiap penampilan kita dihadapan audiens. Tidak
hanya menyiratkan apa yang sedang dipikirkan oleh pembicara, tetapi juga dapat
membantu pemahaman audiens mengenai isi pembicaraan asalkan disampaikan
dengan tepat dan benar.
Menurut pandangan penulis, meskipun materi yang sudah disampaikan
berjalan lancar, menarik dan pada waktu yang tepat, namun ketika audiens tibatiba terganggu dengan gerakan spontan yang dilakukan oleh pembicara maka
hasilnya mereka hanya menyukai topiknya saja dan tidak menyukai performance
pembicara. Menjadi pembicara memang tidak mudah. Sebagai pembicara kita
dituntut untuk menyampaikan pesan yang menarik tidak hanya materi namun
11

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC
Publisher, 2013), h.180
12
Charles Bonar Sirait, The Power Of Public Speaking, (Jakarta: PT Gramedia, 3013),
h.102-103

14

penampilan juga merupakan syarat yang penting yang harus dimiliki oleh
pembicara.

4. Metode Public Speaking
Menurut Helena Olii dalam buku Public Speaking ada empat metode
public speaking yang dilakukan pembicara dalam pemilihan saat akan
berlangsung public speaking, sebagai berikut:
a. Metode naskah (Menuskrip)
Naskahnya dibuat tertulis secara lengkap sesuai dengan apa yang akan
disampaikan kepada public. Pembicara mengembangkan gagasan-gagasannya
dalam kalimat-kalimat atau alinea-alinea. Bahkan ada pembicara tertentu
menuliskan salam atau sapaan pembukaan dan salam saat penutupan. Cara
demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang
diucapkan dalam situasi resmi akan disebarluaskan dan dijadikan contoh bagi
siapa saja yang akan mendengarkannya.
b. Metode menghafal (memoriter)
Cara ini sebenarnya lanjutan seperti membaca naskah. metode menghafal
merupakan sebuah persiapan yang dilakukan oleh seoramg pembicara dan
naskah yang telah dipersiapkan sebelum dipresentasikan bukan untuk dibaca,
melainkan untuk dihafal.
c. Metode spontanitas (Impromtu)
Cara ini berbeda dengan kedua cara sebelumnya. Pembicaraan tidak
menyiapkan naskah, atau tidak membaca naskah. Pembicara hanya
memikirkan masalah pada apa yang akan dikemukakan. Biasanya dilakukan
hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak.
d. Metode penjabaran kerangka (ekstemporer)
Metode penjabaran kerangka yaitu menjabarkan materi yang berpola secara
lengkap. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus

15

disiapkan garis-garis besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap
paling penting untuk disampaikan 13.
Menurut hemat penulis, dari keempat metode dalam public speaking di atas
terdapat kekuatan dan kelemahan masing-masing. Untuk itu seorang pembicara
atau public speaking harus mampu menempatkan dan memilih metode mana yang
harus digunakan tentunya hal ini disesuaikan dengan kecocokan dari masingmasing metode dan penyesuaian acara yang sedang berlangsung dalam artian
apakah perlu menggunakan naskah, kerangka, atau hafalan akan tetapi terlepas
dari itu semua seorang pembicara harus memperhatikan dan mengutamakan
audiens agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens.

5. Instrumen Persuasive Public Speaking
Yang dimaksud dengan instrument persuasive adalah elemen yang
merupakan alat-alat dalam membantu seseorang public speaker melakukan
persuasi, adalah sebagai berikut :
a. Ice breaker.Upaya untuk membuka sebuah penampilan disaat kita berbicara
dengan membantu menciptakan suasana yang nyaman, suasana yang lebih
membuat audiens percaya kepada kita.
1) Ice breaker merupakan pelumas atau pembuka tabir jarak antara kita
sebagai seorang pembicara dengan audiens.
2) Ice breaker adalah memenuhi kebutuhan kodrat manusiawi, yaitu gradasi.
Manusia adalah makhluk yang tidak senang pada kondisi atau suatu yang
tidak berangsur-angsur. Sehingga seorang pembicara ketika tampil
menjalankan tugasnya, dia tidak boleh langsung menyampaikan materi.
3) Ice breaking bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan audiens kepada
kita 14.
“Bagian awal ini juga berfungsi untuk menarik minat pendengar, dan
memperkenalkan topik yang dibicarakan. Tujuannya supaya pendengar
tertarik untuk mendengar pembicara lebih lanjut”. 15

13

Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), Cet.1 h.38-

41
14

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC
Publisher, 2013), h. 217-218
15
Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Macanan jaya Cemerlang 2007), h.3

16

Penulis menyimpulkan bahwa Ice breaker merupakan sebuah
jembatan penghubung bagi pembicara dihadapan audiens saat membuka
penampilan baik berupa mativasi, humor, cerita atau hiburan.
b. Energizer. Merupakan poin-poin yang sama dengan ice breaker, hanya
berbeda pada peletakannya. Sekali lagi, energaizer diletakan ditengah-tengah
penampilan kita disaat menyampaikan materi. Kenapa harus ada energaizer di
setiap penampilan atau di pertengahan pembicaraan.
1) Karena kesadaran akan cara kerja otak dimana fokus manusia di setiap 20
menit akan terjadi penurunan. Penurunan itu harus distimulus, harus
diberikan semacam suplemen dalam bentuk energizer sehingga itu
kembali membaik.
2) Untuk mempertahankan fokus audiens.
3) Menyegarkan suasana
4) Mampu menjaga suasana komunikatif. 16
Pada bagian tengah ini berfungsi untuk menyajikan, topik yang
dibicarakan, secara lebih mendalam lagi. Di bagian inilah, semua informasi
dituangkan untuk mendukung topiknya. Tujuannya supaya pendengar makin
berminat untuk mendengarkan pembicaraan sampai selesai 17.
Menurut hemat penulis energaizer merupakan upaya yang dilakukan
oleh pembicara ditengah-tengah penampilan untuk membangkitkan kembali
semangat audiens. Agar audiens lebih fokus dalam menerima informasi.
c. Closing power, yaitu penutup yang berisi:
1) Kesimpulan-kesimpulan
2) Ajakan-ajakan dan motivasi
3) Kata-kata bijak atau mungkin kita bisa mengutip ayat suci
4) Sebutkan tujuan hidup yang baik, benar, dan bagus, yang berkaitan dengan
materi yang baru saja kita sampaikan. Sekaligus mungkin kita tambahkan
kata-kata mutiara, lalu kita akhiri dengan closing power kita dengan saran,
berterima kasih kepada audiens, dan kita menyampaikan salam.
Sampaikanlah pula di mana dan dengan cara apa audiens bisa
menghubungi kita kemudian hari 18.
Seperti yang telah dijelaskan diatas dapat penulis dapat menyimpulkan
Closing power merupakan bagian penutup dalam sebuah penampilan
berisikan tentang kesimpulan, motivasi, saran, ajakan dan ucapan terima
16

Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC
Publisher, 2013), h. 218.
17
Helena Olii, Op,cit, h.3
18
Tubagus Wahyudi, The Secret of Public Speaking era Konseptual, (Jakarta: BBC
Publisher, 2013), h 218-219

17

kasih kepada audiens agar pembicara memilki kesan yang baik dihadapan
audiens.
B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Berbicara tentang kinerja guru terdapat beberapa pengertian atau makna
kinerja guru, seperti beberapa pendapat dibawah ini:
Kinerja atau performance yang diartikan “dengan prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja, dan penampilan
kerja.” 19 Menurut Poerwadarmita dalam kamus besar bahasa Indonesia. “Kinerja
adalah suatu yang ingin dicapai, prestasi yang ingin di perlihatkan dan
kemampuan kerja seseorang 20”.
Mulyasa menjelaskan bahwa, “kinerja dapat diartika sebagai prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian, atau unjuk kerja”. 21 “Kinerja adalah penampilan
hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi 22.”
Guru menurut kamus besar bahasa Indonesia “adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar, kencing berdiri, murid
kencing berlari, kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh guru (orang
atasanya)” 23.
Guru merupakan suatu profesi yang “berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang diluar bidang pendidikan” 24.
”Menurut Undang-undang guru No.14 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1: Guru
adalah

pendidik

profesional

dengan

tugas

utama

mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

19

Arif firdaus, Profil Guru SMK Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 53
WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), h. 56
21
E mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
2003), h. 136
22
Yaslis Ilyas, KINERJA teori, penilaian dan penelitian, (Depok: Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKMUI, 2002), h.65
23
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Naional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), h. 377
24
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Rakasa, 2010), h.15 Cet.5
20

18

pada pendidikan anak usia dini dan jalur pendiidkan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah” 25.
Jadi guru merupakan tenaga profesional yang memiliki keahlian khusus
sebagai pendidik/pengajar yang tugasnya mendidik, mengajar, melatih siswanya
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
mengembangkan keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat dilingkungan
dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dimasyarakat.
Kinerja guru “merupakan kinerja atau untuk kerja yang dilakukan oleh
guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan
sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang
paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan
/pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah” 26.
Kinerja guru “merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab atas peserta didik dibawah bimbingannya dengan
meningkatkan prestasi belajar peserta didik” 27.
Menurut Suryo Subroto yang dimaksudkan dengan kinerja guru dalam
proses belajar mengajar adalah Kesanggupan atau kecakapan para guru dalam
menciptakan komunikasi dan edukatif antara guru dan peserta didik yang
mencakup suasana kognitif, efektif dan psikomotorik sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi
dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran 28.
Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik
anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi
pendidikan.
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas penulis menyimpulkan bahwa
kinerja guru adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang
menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan didalam
lingkungan pendidikan.
25

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Tim Gaung
Persada Press, 2007), hal. 210-211 Cet.2
26
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Reflika Aditama, 2010), h.144
27
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta:RajaGrafindo Persada,2013), Cet. 1 h.54
28
Suryo subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1 h. 8

19

2. Kriteria Kualitas Kinerja Guru
Keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru tidak lepas
dari tingkat kompetensi guru dalam melaksanakan tugas yang diembannya.
Kemampuan yang harus di miliki guru telah disebutkan dalam “Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi:
a. Kompetensi paedagodik
b. Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi professional
d. Kompetensi sosial. 29”
Untuk lebih jelas, berikut pendeskripsikan secara singkat empat macam
kemampuan yang mutlak yang harus dikuasai oleh seorang guru:
1) Kompetensi Paedagogik
“Kompetensi Paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya 30.”
Kriteria kompetensi paedagogik meliputi : a) Penguasaan terhadap
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional,
dan intelektual. b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mend