Kajian Pustaka T1 672009057 Full Text
8
Gambar 5 Diagram Alir Proses Kerja
Sesuai pada Gambar 5 dilakukan penerapan sistem jaringan secara keseluruhan berdasarkan desain yang telah dibuat sebelumnya. Tahap ini memiliki
tujuan dapat melakukan pengecekan apabila terdapat permasalahan dalam sistem, ketika sistem yang dibuat diterapkan secara nyata. Dalam pelaksanaanya,
penelitian ini akan melakukan beberapa skenario untuk mendapatkan data yang valid
sesuai keinginan. Hal lain dengan tujuan dapat membedakan performa layanan jaringan, ketika proses streaming audio dan video melalui jaringan WDS
sebelum dan sesudah peran manajemen bandwidth ada di dalamnya. Skenario tersebut, yaitu a Streaming melalui jaringan WDS sebelum didukung
manajemen bandwidth, dimana data streaming akan diakses dari jaringan lokal menggunakan server streaming local, b Streaming melalui jaringan WDS
sebelum didukung manajemen bandwidth, dimana akses data streaming berasal dari public internet, c Streaming melalui jaringan WDS yang sudah didukung
oleh manajemen bandwidth, dengan data streaming yang diakses dari jaringan lokal menggunakan server streaming local, d Streaming melalui jaringan WDS
yang sudah didukung oleh manajemen bandwidth, dengan akses data streaming berasal dari public internet.
Skenario yang sudah dibuat, selanjutnya menentukan konfigurasi sistem untuk diimplementasikan sesuai skenario. Konfigurasi yang diimplementasikan
pada hardware terlihat pada Tabel 2.
9
Tabel 2 Konfigurasi Hardware
No. Hardware
Konfigurasi
1. Router
Mikrotik •
Nama Interface •
IP address Subnet mask IPv4 •
Default gateway , DNS, NAT.
• Firewall Mangle
• Simple Queue
• Queue Tree
2. Komputer Server
• IP address, Gateway
• Install
dan konfigurasi VLC server media player
. 3.
Wireless AP 1
• IP address WLAN
• SSID
• WDS
4. Wireless
AP 2 •
IP address WLAN •
SSID •
WDS 5.
Client WLAN
• IP address
• Install
dan konfigurasi VLC client media player
.
Dalam membangun jaringan WDS, yang dilakukan pertama yaitu menghubungkan AP 1 192.168.0.224 dan AP 2 192.168.0.324 dengan mode
bridge . Dalam mode tersebut dapat membentuk koneksi WDS yang bekerja
dengan identifikasi SSID kedua access point untuk sinkronisasi dan beberapa kesamaan konfigurasi diantaranya, penggunaan channel radio yang sama
channel 11, mode standar wireless yang sama 802.11 n. AP 2 pada jaringan WDS ini berfungsi sebagai repeater yang menyediakan link koneksi terhadap AP
1 dan menyediakan koneksi infrastruktur kepada client. Konfigurasi jaringan WDS yang terbentuk selanjutnya dikoneksikan ke mikrotik router. Hal tersebut
dilakukan dengan menyambungkan interface LAN pada AP 1 192.168.0.224 menuju interface mikrotik eth1-to-Loc 192.168.0.124. Melalui konfigurasi
tersebut maka jaringan WDS dapat terhubung dengan mikrotik sebagai gateway jaringan.
Mikrotik sebagai gateway jaringan WDS memiliki beberapa konfigurasi diantaranya pemberian nama interface dan IP address yang sudah dibahas
sebelumnya. Konfigurasi lain yaitu pada penggunaan DNS server dengan alamat 192.168.1.1 yang mengacu pada modem ADSL speedy, pengaturan default
gateway router yang menuju IP 192.168.1.1 modem ADSL dengan destination
address 0.0.0.00 internet. Setelah semua konfigurasi jaringan selesai dan dapat
bekerja dengan baik, selanjutnya adalah konfigurasi penerapan manajemen bandwidth
untuk memaksimalkan aktivitas streaming data audio dan video. Konfigurasi manajemen bandwidth dilakukan dengan menerapkan konsep kerja
10 pada router mikrotik menggunakan sistem HTB Hierarchical Token Bucket
pada fitur queue tree. Sebelum penerapan manajemen bandwidth, dilakukan limit bandwidth
keseluruhan pada interface menuju local WLAN. Konfigurasi tersebut bertujuan memberikan nilai bandwidth tetap yang dimiliki jaringan yaitu 256 kbs
menggunakan fitur simple queue. Selanjutnya konfigurasi firewall mangle membuat mark connection dan mark packet pada paket-paket data yang akan
dilakukan filter. Konfigurasi ini menggunakan chain prerouting yang berarti connection
atau packet yang menggunakan chain ini akan mengalami pemrosesan di dalam router mikrotik, proses itu selanjutnya digunakan untuk menandai
connection dan packet. Packet mark bekerja dengan mengenali paket yang
didapatkan dari connection mark. Rules tersebut bekerja berurutan dari atas hingga bawah, sehingga deklarasi marking sebuah data dibuat sesuai index
berurutan yaitu 0 mark-connection content FLV, 1 mark-packet content FLV, 2 mark-connection content mp3, 3 mark-connection content FLV
MP3 Local, 4 mark-packet content FLV MP3 Local 5 mark packet content mp3, 6mark-connection content ZIP, 7 mark-packet content ZIP,
8 mark-connection content APK, 9 mark-packet content APK, 10 mark- connection
content Ping, 11 mark-packet content Ping, 12 mark-connection content all, 13 mark-packet content all. Deklarasi mark connection dan mark
packet sesuai konten yang sudah dibuat akan melalui filter, seterusnya hingga
berakhir pada all connection dan all packet yang merupakan pengecualian dari paket yang sudah masuk filter. Pada akhirnya marking packet yang sudah dibuat
digunakan pada pembuatan queue tree.
Gambar 6 Konfigurasi Queue Tree