Usaha preventif baik dilakukan masyarakat dengan mengecek saluran pemanas air dan juga memeriksa fasilitas AC pada kendaraan seperti mobil dan
jangan menyalakan kendaran di dalam ruangan tertutup[3]. Penanggulangan dengan cara
monitoring
ruangan juga dapat dilakukan dengan alat detektor gas yang banyak dijual di pasaran, namun kebanyakan perangkat dipakai secara
langsung dengan cara memonitoring pada tempat yang dicurigai mempunyai konsentrasi gas CO[4]. Alangkah lebih baik dilakukan pengukuran secara terpisah
dengan media wireless untuk mendapatkan data konsentrasi gas tanpa harus mendekat pada sumber gas CO. Permasalahan pada kalimat sebelumnya dapat
diselesaikan dengan mewujudkan sebuah perangkat detektor gas CO dengan layar monitoring hasil pengukuran kadar gas yang dapat dilihat secara langsung pada
alat detektor maupun secara
remote
pada sebuah
personal computer,
untuk
memudahkan memonitor keadaan ruangan hampir di mana saja.
Tujuan dari penelitian ini untuk menciptakan suatu alat pengukur kadar konsentrasi gas CO pada suatu ruangan dengan menggunakan perangkat wireless
sebagai perantara data yang mudah dan terjangkau untuk berbagai kalangan karena membutuhkan daya yang kecil dan biaya yang cukup murah. Manfaat dari
penelitian ini untuk dapat dilakukannya deteksi dini terhadap pemaparan gas CO yang beracun sehingga akan lebih mudah dalam melakukan penanggulangan
terhadap masalah gas tersebut.
2. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan pertimbangan, dalam penelitian ini akan disertakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan atau berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sugiarto tahun 2010, dengan judul Perancangan Sistem Pengendalian Suhu pada Gedung
Bertingkat dengan Teknologi
Wireless Sensor Networ
[5]. Penelitian ini dilakukan atas dasar adanya permasalahan pada sistem pengendalian suhu setiap ruangan
pada gedung – gedung bertingkat yang sangat sulit dilakukan. Penelitian oleh
Khamdan Amin Bisyri tahun 2012 dengan judul penelitian Rancang Bangun Komunikasi Data
Wireless
Mikrokontroler Menggunakan Modul XBee ZigBee IEEE 802.15.4, menjelaskan mengenai pengimplementasian mikrokontroler
Arduino Uno dan komunikasi data
wireless
pada sebuah sistem irigasi otomatis menggunakan sensor kelembaban tanah [9]. Penelitian yang dilakukan oleh Irvan
Adhi Eko Putro tahun 2012, dengan judul Rancang Bangun Alat Ukur Emisi Gas Buang, Studi Kasus : Pengukuran Gas Karbon Monoksida CO, Penulis
penelitian ini menjelaskan mengenai perancangan sebuah alat ukur emisi gas buang dengan alat pengukur berupa sensor MQ 7 sebagai pengukur kadar gas CO
dengan menggunakan Mikrokontroler Atmega8535[11].
Manfaat yang didapatkan dari penelitian terdahulu adalah didapatkan beberapa konsep yang berguna untuk perancangan sistem yang akan dibuat seperti
penggunaan rancang arsitektur dan bangun pada perangkat hingga perangkat wireless yang bisa digunakan untuk pertukaran data.
Perangkat XBee,
board
mikrokontroler Arduino Uno, juga perangkat sensor merupakan 3 komponen utama yang membentuk sebuah sistem jaringan yang
disebut
Wireless Sensor Network
WSN. WSN merupakan sistem yang melakukan
sensing,
perhitungan komputasi dan komunikasi yang memberikan kemampuan bagi administrator untuk mengukur, mengobservasi dan memberikan
reaksi terhadap kejadian dan fenomena lingkungan tertentu. Salah satu pembentuk komponen utama pembentuk WSN merupakan
sebuah mikrokontroler.
Board
Mikrokontroler Arduino Uno memiliki 14 pin
digital inputoutput
, 6
input
an analog, sebuah koneksi USB,
power jack,
sebuah tombol
reset
. Memulai penggunaan Arduino hanya dengan mengkoneksikan menggunakan kabel USB pada sebuah komputer atau hidupkan dengan
adapter
AC-DC baterai[6].
Teknologi ZigBee merupakan teknologi dengan
data rate
rendah
Low Data Rate
, biaya murah
Low cost
, protokol jaringan tanpa kabel yang ditujukan untuk otomasi dan aplikasi
remote control
[7]. Perangkat XBee merupakan perangkat
wireless
yang bekerja pada protokol ZigBee yang memungkinkan Arduino untuk berkomunikasi secara
wireless
[10]. Gas karbon monoksida CO merupakan gas yang tidak berbau tidak
mempunyai rasa maupun warna. Gas CO merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari kendaraan bermotor, alat pemanas, asap kereta api, namun yang
paling umum terdapat pada residu pembakaran pada mesin. Kendaraan bermesin seperti mobil, tingkat pembuangan asap mengandung sekitar 9 CO dan akan
meningkat persentasenya apabila terdapat di daerah yang macet sehingga juga akan meningkatkan bahaya keracunan. Gas CO mempunyai julukan sebagai
“silent killer” karena membunuh tanpa mengiritasi dan tanpa dirasakan oleh korbannya [3].
3. Metode Penelitian