Intertekstual Riffatere .2 Semangat Feminis

mewujudkannya. Resiko-resiko yang dalam keadaan normal dihindari akan diambilnya demi mewujudkan suatu tujuan. Pengorbanan diri yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dilakukan tanpa ragu-ragu. Setiap orang mungkin memperoleh kekuatan yang besar baik dalam pengertian material dan spiritual dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya secara maksimal. Namun, semangat sebagian besar orang tidak bertahan seumur hidup karena tidak punya landasan yang kuat. Sering kali tidak ada tujuan khusus yang akan mempertahankan semangat dalam semua keadaan dan memberikan kekuatan kepada mereka. Jadi, untuk mewujudkan sesuatu, semangat yang tinggi harus ditanamkan dalam diri, karena segala sesuatu tidak akan bisa berjalan dengan baik apabila tidak dilandasi dengan rasa semangat. Jadi, secara keseluruhan pengertian semangat feminis adalah minat yang menggebu pada diri perempuan yang berjuang untuk mendapatkan hak disejajarkan dengan kaum laki-laki.

2.2.3 Intertekstual Riffatere

Riffatere dalam Teeuw 1983, mengungkapkan bahwa secara luas interteks diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Lebih dari itu, teks itu sendiri secara etimologis textus, bahasa latin berarti tenunan, anyaman, penggabungan, susunan, dan jalinan. Produksi makna terjadi dalam interteks yaitu melalui proses proposisi, permutasi, dan transformasi. Penelitian dilakukan dengan cara mencari hubungan-hubungan bermakna diantara dua teks atau lebih. Teks-teks yang dikerangkakan sebagai interteks tidak terbatas sebagai persamaan genre, interteks memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan hypogram. Interteks dapat dilakukan antara novel dengan novel, novel dengan puisi, novel dengan film. Hubungan yang dimaksudkan tidak semata-mata sebagai persamaan, melainkan juga sebaliknya pertentangan, baik sebagai parodi maupun negasi. Ratna 2006: 173. Khazanah kebudayaan Indonesia merupakan hypogram yang sangat kaya dalam rangka penelitian intertekstual, khususnya sastra Indonesia modern. Interteks merupakan usaha pencarian makna secara mendalam untuk mengetahui seberapa besar pengaruh karya sastra yang sudah ada sebelumnya terhadap karya yang baru. Penelusuran makna dilakukan di luar karya individual, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu Ratna 2006: 175. Hubungan intertekstual dapat dikaitkan dengan teori resepsi. Pada dasarnya pembacalah yang menentukan ada atau tidak adanya kaitan antara teks yang satu dengan terks yang lainya. Teori intertekstual sangat penting dalam memahami sastra. Tidak ada karya yang asli dalam pengertian yang sesungguhnya. Artinya, tidak ada karya yang tidak diciptakan dalam keadaan kosong tanpa referensi dunia lain. Dalam proses interteks, konsep yang memegang peranan penting adalah hypogram. Menurut Rifaterre, hypogram sebagai struktur prateks, generator teks puitika yang mungkin merupakan kata-kata tiruan, kutipan, kompleks tematik, kata-kata tunggal, atau keseluruhan teks. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teori intertekstual adalah sebuah teori yang berusaha untuk menemukan hubungan antara satu teks dengan teks-teks lain. Dengan kata lain, karya sastra yang baru merupakan sebuah transformasi dari karya sastra yang telah lahir sebelumnya. Seorang pengarang ketika menulis karyanya pasti sudah terpengaruh oleh karya-karya yang lain. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam teks yang sedang ditulisnya pasti mengandung teks-teks yang lain. Namun pengarang tidak semata-mata hanya mencontoh saja, akan tetapi mengembangkan atau merombaknya menjadi sebuah karya yang baru dengan bahasa dan gaya yang berbeda. Pada intinya, kajian intertekstual disini berusaha untuk menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya pada karya sastra yang muncul kemudian.

2.2.4. Hubungan Intertekstual