TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG INDOMARET CARD DI INDOMARET GROGOL Tinjauan Hukum Islam Tentang Indomaret Card Di Indomaret Grogol Sukoharjo Jawa Tengah.

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG INDOMARET CARD DI INDOMARET GROGOL

SUKOHARJO JAWA TENGAH

 

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.Sya)

Oleh: Aslamiyah NIM: I000110021 NIRM: 11/X/02.1.2/0248

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

PERNY]\T

AN KEASLIA]!

YJnglerJ rda i,

!3n.li6,nJh

iil

NIM

NIRI\,I

: 1000110021 :

ll/x/02.t

2/0243

*ukm

Ekoiomi syarian (HEs)

Nlenrdrkan

bah$a nask.h

publiklsi

ini

s*drd

kdelnruto. ldalah

hasil penelitia./karya

elr

sodiri, kauali pada hagian-bagi&

lcrtfltu

,€ns tehh ditujuL

iil

NIM: 1000110021


(5)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG INDOMARET CARD DI INDOMART GROGOL SUKOHARJO JAWA TENGAH

Oleh : Aslamiyah NIM: I000110021 NIRM: 11/X/02.1.2/0248

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah surakarta ABSTRAK

Jual beli seharusnya dilakukan sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditetukan hukum Islam. hal ini dimaksudkan agar kondisi barang yang dijual dan harga yang ditentukan sesuai dengan ketentuan umum, ketika terjadi kekurangan pada suatu barang maka harus diberitahukan, hal itu untuk menjamin dan memberikan perlindungan pada konsumen. lain halnya yang terjadi di Indomaret, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah yang menggunakan mekanisme member card dimana pemilik member card akan mendapat potongan harga, sedangkan yang lainnya tidak mendapatkannya.

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yang pertama bagaimana

hukum jual beli dengan menggunakan Indomaret Card di Indomaret, Grogol,

Sukoharjo, Jawa Tengah menurut hukum Islam?

Untuk mendapatkan permasalahan di atas dilakukan dengan penelitian kualitatif data diperoleh melalui observasi, interview (wawancara), serta studi dokumentasi kemudian dianalisis menggunakan studi analisis deskriptif normatif.

Berdasarkan hasil penilitian ini, didapat bahwa hukum jual beli dengan

menggunakan Member card (Indomaret Card) di Indomaret, Grogol, Sukoharjo,

Jawa Tengah menurut hukum Islam menyatakan bahwa inti dalam transaksi jual beli itu adalah ada kerelaan, suka sama suka serta tidak ada unsur keterpaksaan baik pihak penjual maupun pembeli, barang yang dijual jelas dan bermanfaat untuk konsumen, dalam hal ini transaksi jual beli di Indomaret dengan

menggunakan Membercard (Indomaret Card) antara pihak pengelola Indomaret

(penjual) maupun konsumennya (pembeli) tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang menurut hukum Islam, hal ini yang mengindikasikan bahwa dalam

transaksi jual beli menggunakan Membercard (Indomaret Card) di Indomaret,

Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah adalah boleh atau sah karena transaksi yang berlaku di Indomaret tidak bertentangan dengan hukum Islam.


(6)

2

REVIEW OF ISLAMIC LAW ON THE USE OF INDOMARET CARD FOR TRANSACTION IN INDOMART OF GROGOL,

SUKOHARJO, CENTRAL JAVA

By: Aslamiyah NIM: I000110021 NIRM: 11/X/02.1.2/0248 Faculty of Islamic Religion Muhammadiyah University of Surakarta

ABSTRACT

A trading should be conducted by obeying requirements and pillars determined by Islamic Law. It aims to keep goods and their pricings are in line with general. Thus, if a good has some flaw, consumer must know it. It is needed to ensure and provide protection for consumers. Another case happened in Indomart of Grogol, Sukoharjo, Central java. The department store used mechanism of member card in which an owner of the card gets discount. The discount was not applied for non-owner.

Problem statement of the research is: How does Islamic Law see the use of Indomaret card for transaction in Indomaret of Grogol, Sukoharjo, Central Java?

The research is qualitative one. Data is collected by using observation, interview and documentation. The data is analyzed by using descriptive normative analysis.

Based on results of the research, it was known that Islamic Law states that principle of a trading transaction is an agreement or wiliness between two parties, namely a seller and a buyer and, there is no element of force coming from both related parties and, the sold goods are useful for consumer. There was no element that are forbidden according to Islamic Law in transaction using member card in the Indomart. Therefore, the use of member card (Indomaret Card) for transaction in Indomaret of Grogol, Sukoharjo, Central Java is permitted or valid according to Islamic law.

Key words: Islamic Law, Indomaret Card, Indomart

1. PENDAHULUAN

Bisnis merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara umum bisnis dikesankan sebagai kegiatan usaha mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan halal dan haramnya.


(7)

Jenis dan bentuk muamalah yang kreasi dan perkembangannya diserahkan kepada para ahli di bidang itu. Bidang bidang inilah, yang menurut para ahli ushul

fiqih disebut persoalan persoalan ta‟aqquliyyat (yang bisa di nalar) Ma‟kulat

ma‟na (yang bisa dimasukkan logika). Artinya, dalam persoalan-persoalan muamalat yang dipentingkan adalah subtansi makna yang terkandung dalam suatu bentuk muamalah serta sasaran yang akan dicapai. Persaingan dalam dunia bisnis ritel membuat para pengusaha memberikan fasilitas khusus kepada para pelanggan. Salah satu fasilitas yang kerap kali diberikan adalah kartu pelanggan

atau member card. Member card adalah kartu dimana pemegang kartu akan

mendapatkan potongan harga khusus dari barang atau beberapa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tertentu. Salah satu bisnis yang memberikan fasilitas ini adalah Indomaret.

Berbeda cara dalam menyikapi member card (kartu diskon) sangat

tergantung sejauh mana pemahaman terhadap agamanya. Ada di antara mereka menyikapi dengan tidak menghiraukan alias tidak mau tahu yang penting untung mendapatkan potongan harga ketika belanja, belanja menjadi lebih ekonomis. Ada pula yang sangat berhati hati-bahkan anti pati dan mempermasalahkan hukumnya

karena mereka beranggapan bahwa transaksi yang di dalamnya terdapat member

card itu terdapat unsur garar (ketidakjelasan) karena mendapatkan diskon dari

harga barang atau jasa yang ditawarkan yang tidak diketahui kadar diskon yang akan diterimanya, mungkin saja jumlahnya lebih kecil ataupun lebih besar, apakah pemegang kartu akan untung dalam transaksi atau akan merugi jika menggunakan kartu secara terus menerus.

Dengan adanya perbedaan sikap tersebut maka peneliti merasa berkewajiban untuk melakukan penelitian, mencari tahu jawaban permasalahan

tentang “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli dengan menggunakan

Indomaret Card Di Indomart Grogol Sukoharjo Jawa Tengah.” Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka perlu adanya pembatasan masalah terkait permasalahan yang akan diteliti. Permasalahan


(8)

4

tersebut yaitu, “Bagaimana hukum transaksi jual Beli dengan Membercard

(Indomaret Card) di Indomaret, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah menurut hukum Islam?”

2. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN a. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui transaksi dengan menggunakan

Membercard (Indomaret Card) di Indomaret, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah menurut Hukum Islam.

b. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis

1) Sebagai sumbangan khasanah keilmuan yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemikiran hukum Islam terutama kajian fiqih kontemporer yang

membahas member card.

2) Memberikan sumbangan akademis kepada UMS (Universtas Muhammadiyah Surakarta) dan penerapan ilmu yang sudah didapat di dalam perkuliahan. b. Secara Praktis

1) Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingya pemahaman akan obyek penelitian untuk kemudian bisa diterapkan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari.

2)Sebagai bahan bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian lain yang

sesuai dengan hasil penelitian sekarang.

3) Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi sumber yang signifikan dalam memasok informasi dan rekomendasi yang bermanfaat bagi kaum muslimin Indonesia khususnya dan kaum muslimin di mana saja berada pada umumnya.


(9)

c. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Jual Beli Dalam Islam

Secara terminologi terdapat berbagai definisi Jual Beli yang dikemukakan oleh ulama fiqh, sekalipun substansinya dan tujuan masing-masing definisi adalah sama. Seperti ulama’ hanafiyah mendefinisikannya dengan “saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat”.

2. Dasar Hukum Jual Beli dalam Islam

Jual Beli “al-Bā‟i” merupakan akad yang diperbolehkan. hal ini

berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an, Al-Hadits ataupun

Ijma’ulama. Di antara dalil (landasan syari’ah) yang memperoleh praktek akad jual Beli adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

Dalam firman Allah SWT. (Surat Al-Baqarah: 275).

            .... 

Allah telah menghalalkan jual Beli dan mengharamkan riba1.

Ayat ini menunjukkan tentang kehalalan jual-beli dan keharaman riba. Ayat ini menolak argumen kaum mushrikin yang menentang disyari’atkannya jual

beli yang telah di syari’atkan Allah SWT. dalam al-Qur’an dan menganggap

identik dan sama dengan sistem ribawi.2

b. Hadits

Hukum jual Beli juga dijelaskan dalam Sunnah Rasulullah SAW. Ialah:

1

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT.Tanjung Mas Inti Semarang, 1992. hlm. 69.

2


(10)

6

Dari Rifa‟ah bin Rafira bahwasanya Nabi SAW. Pernah ditanya pekerjaan mana yang paling baik, Beliau menjawab: “karya tangan seseorang dan tiap-tiap penjualan yang baik”. (Riwayat Bazzar, hadits shahih menurut Hakim).3

Dalam hadits Nabi tersebut di maksudkan bahwa jual Beli itu usaha yang

lebih baik dengan adanya catatan (mabrur) yang secara umum diartikan atas dasar

suka sama suka dan bebas dari penipuan dan pengkhianatan dan itu merupakan

prinsip pokok dalam transaksi.4

c. Ijma’

a. Rukun-rukun Jual Beli

Dalam melak sanakan suatu perikatan (jual beli) terdapat rukun dan syarat yang harus di penuhi. Secara bahasa rukun adalah “sesuatu yang

harus dipenuhi untuk syahnya pekerjaan’’.5

Dalam buku Fiqih Muamalah karangan Rachmat Syafe’i(2000), rukun

yang pokok dalam akad jual beli itu adalah jāb qābul. yaitu ucapan

penyerahan hak milik si satu dan ucapan penerimaan dipihak lain.

1) Bā‟i (Penjual)

Adalah seorang atau sekelompok orang yang menjual benda/barang kepada pihak lain atau pembeli baik berbentuk individu atau kelompok. 2) Mustar (Pembeli)

Adalah seorang atau sekelompok orang yang membeli benda/barang dari penjual baik berbentuk individu atau kelompok.

3) Ma‟qūd „alaih (Benda/ Barang)

Adalah objek dari transaksi jual Beli baik berbentuk barang/ benda atau uang.

3

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulugul Maram, Jeddah: Al-Thoba’ah Wal-Nashar Al-Tauzi’, t.th. hlm. 165.

4

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, Bogor: Kencana, 2003, Cet-1, hlm. 194.

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 996.


(11)

4) igat ( jāb qābul)

Yaitu ucapan penyerahan hak milik dari satu pihak dan ucapan penerimaan di pihak lain baik dari penjual dan pembeli.

b. Syarat-syarat Jual Beli

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam akad jual Beli adalah sebagai berikut :

1) Terkait dengan Subjek Akad (āqid)

Subjek Akad atauāqid (penjual dan pembeli) yang dalam hal ini bisa

dua atau beberapa orang melakukan akad, adapun syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad ialah:

a) Bālig, Berumur 15 tahun ke atas/dewasa.

b) Kehendak Sendiri, artinya tidak ada unsur pemaksaan kehendak baik dari penjual atau pembeli dalam transaksi jual Beli.

c) Tidak Mubazir, (Pemboros), sebab harta orang yang mubazir itu ditangan

walinya.

d) Berakal, yang dimaksud dengan berakal adalah dapat membedakan atau

memilih mana yang terbaik bagi dirinya6.

2) Terkait dengan Objek Akad (Ma‟qūd „alaih)

Ma‟qūd „alaih (objek akad). Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah:

a). Suci atau mungkin untuk disucikan, maka tidak syah penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi dan yang lainnya.

b). Memberi manfaat menurut Syara’, maka dilarang jual beli benda-benda

yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut Syara’.

c). Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lainnya, maka tidaklah sah jual Beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.

3) Terkait dengan jāb qābul (Lafad igat)

Definisi jāb qābul menurut ulama Hanafiyah yaitu penetapan

perbuatantertentu yang menunjukkan keridaan yang diucapkan oleh orang

6


(12)

8

pertama, baik yang menyerahkan maupun yang menerima, sedangkan qābul adalah orang yang berkata setelah orang yang mengucapkan jāb qābul , yang menunjukkan keridaan atas ucapan orang yang pertama.

Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqh Sunnah ada tiga syarat yang harus

dipenuhi dalam igat Akad, yaitu :

a) Satu sama lainnya berhubungan di satu tempat tanpa ada pemisah yang

merusak.

b) Ada kesepakatan jāb qābul . dengan qābul pada barang yang saling

mereka rela berupa barang yang dijual dan harga barang. Jika sekiranya kedua belah pihak tidak sepakat, jual beli (akad) dinyatakan

tidak sah. Ungkapan harus menunjukan masa lalu (maḍi) seperti

perkataan penjual : Aku telah jual dan perkatan pembeli : aku telah

terima, atau masa sekarang (muḍari`) jika yang diinginkan pada waktu

itu juga, seperti sekarang : sekarang aku jual dan sekarang aku beli. Jika yang diingini masa yang akan datang atau terdapat kata yang menunjukkan masa datang dan misalnya, maka hal itu baru merupakan janji untuk berakad. Janji it berakad tidak sah sebagai akad sah, karena

itu menjadi tidak sah menurut hukum.7

Rukun yang pokok dalam akad (perjanjian) jual-beli itu adalah jāb

qābul yaitu ucapan menyerahkan hak milik di satu pihak dan ucapan

penerimaan di pihak lain. Adanya jāb qābul dalam transaksi ini

merupakan indikasi adanya saling ridha dari pihak pihak yang mengadakan transaksi.

jāb qābul adalah salah satu bentuk indilkasi yang meyakinkankan adanya rasa suka sama suka. Bila pada waktu ini dapat menemukan cara lain yang dapat ditempatkan sebagai indikasi seperti saling mengangguk atau saling mendatangani dokumen, maka dengan demikian telah memenuhi unsur suatu transaksi. Umpamanya transaksi yang dilakukan di supermarket atau minimarket, pembeli telah menyerahkan uang dan

7


(13)

penjual melalui petugasnya di counter telah memberikan slip tanda

terima ,maka sah jual-beli itu.8

Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa jāb ialah

suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak pertama untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Qābul ialah suatu pernyataan

menerima dari pihak kedua atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama.

Dalam hubungannya dalam jāb qābul, bahwa syarat -syarat sah jāb

qābul ialah:

(1). Jangan ada yang memmisahkan. jangan pembeli diam diam saja

setelah penjual menyatakan jāb qābul dan sebaliknya.

(2). Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara jāb dan qābul .

(3). Beragama Islam Syarat beragama islam khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu.

4. Jual Beli yang Dilarang dan Jual Beli yang Diperbolehkan dalam Islam a. Jual Beli yang dilarang

Jual Beli yang dilarang dalam Islam, Wahab Al-Juhlili

membagi menjadi 4 (empat) poin yaitu sebagi berikut:9

1) Terlarang Sebab Ahliyah (ahli akad)

Ahli akad adalah orang yang melakukan akad, baik dari penjual maupun pembeli. Ulama telah sepakat bahwa jual Beli dikategorikan syahid apabila dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal dan memilih.

Adapun yang dipandang tidak sah dalam jual beli adalah sebagai berikut:

2). Jual Beli orang Gila

Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli orang yang gila tidak sah,

begitu pula sejenisnya seperti orang mabuk dan lain-lain. Jika orang gila dapat sadar seketika dan gila seketika (kadang-kadang sadar dan

8

Ibid

9


(14)

10

kadang-kadang gila). Maka akad yang dilakukannya pada waktu sadar

dinyatakan sah dan yang dilakukan ketika tidak gila tidak sah.10

3). Jual Beli Anak Kecil

Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli anak kecil (belum

mumayyiz) dipadang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringan atau sepele.

b. Terlarang Sebab igat

Jual Beli terlarang sebab sighat maksudnya adalah tidak terpenuhinya

perkataan, ucapan serah terima ( jāb qābul) baik dari penjual maupun

pembeli. Jual Beli yang tidak memenuhi ketentuan tesebut dipandang tidak sah.

a.Terlarang sebab Ma‟qūd „Alaih

Secara umum Ma‟qūd „Alaih adalah harta yang dijadikan alat

pertukaran oleh orang yang akad, biasa disebut Bā‟i (barang jualan) dan

harga. Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila mauqud

alaih adalah barang yang tetap atau bermanfaat, berbentuk dapat diserahkan, dapat dilihat oleh orang yang melakukan akad, tidak bersangkutan dengan milik orang lain dan tidak ada larangan dari

syara’11.

b. Terlarang Sebab Syarat

1). Jual Beli Riba

2). Jual Beli Barang dari Hasil Merampas

3). Jual Beli Waktu Adzan Jum’at

e. Jual Beli yang diperbolehkan

Jual Beli yang diperbolehkan oleh agama Islam adalah jual beli yang dilakukan dengan kejujuran, tidak ada kesamaran atau unsur penipuan.

Kemudian rukun dan syaratnya terpenuhi, barangnya bukan milik orang lain dan tidak terikat dengan khiyar lagi.

10

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12. hlm. 51.

11


(15)

3. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Observasi

Metode observasi (pengamatan) adalah pengamatan yang

memungkinkan peneliti mencatat semua peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang

langsung diperoleh dari data.12

Metode ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat langsung praktek

jual-Beli dengan menggunakan Indomaret Card pada Indomaret Grogol

Sukoharjo dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang

fenomena–fenomena yang sedang diteliti yang berhubungan dengan praktek

jual-Beli dengan menggunakan Indomaret Card di Indomaret Grogol,

Sukoharjo, Jawa Tengah. 2. Wawancara

Metode wawancara (interview) adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.12

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih actual dan sesuai dengan masalah

penelitian.13

4. METODE ANALISIS DATA

analisis data kualitatif adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

12Moleong, “

Metodologi Penelitian Kualitatif“, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm. 174

13Mulyana, “

Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu komunikasi dan Ilmu Sosial Budaya, (Bandung: Rosda karya, 2008), hlm. 108.


(16)

12

yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.14

Untuk memperoleh hasil yang lengkap, tepat dan benar maka analisis data yang digunakan adalah: metode induktif, Metode Induktif yaitu menganalisis data yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa yang khusus tadi ditarik

generalisasi yang bersifat umum.15 Penyusun menggunakan praktek transaksi

jual-Beli dengan menggunakan kartu diskon (Indomaret card) di Indomaret

Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah dengan teori jual-Beli dalam hukum Islam. 5. PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa inti dalam transaksi jual beli itu adalah ada kerelaan, suka sama suka serta tidak ada unsur keterpaksaan baik pihak penjual maupun pembeli, barang yang dijual jelas dan tidak mengandung

unsur garar dan bermanfaat untuk konsumen, dalam hal ini transaksi jual beli

di Indomaret dengan menggunakan kartu member antara pihak pengelola

Indomaret (penjual) maupun konsumennya (pembeli) tidak mengandung

unsur-unsur yang dilarang menurut hukum Islam.

b. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berusaha memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Mengingat mayoritas konsumen di Indonesia adalah muslim, maka

pemerintah senantiasa mengawasi barang dan/atau jasa yang bertentangan dengan hukum Islam, dalam hal ini pemerintah dapat bekerjasama dengan pihak yang lebih berkompeten.

2. Bagi para konsumen (pembeli), terlebih dahulu harus menggali, mengetahui

dan memahami berbagai informasi mengenai berbagai macam promo yang

14Muhammad, “

Metodologi Penelitian Ekonomi Islam” (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm.

152

15


(17)

akan diberikan oleh pihak penjual agar terjadi keseimbangan baik hak maupun tanggungjawab yang terpenuhi.

3. Bagi para penjual, diharapkan agar memberikan penjelasan informasi tentang

produk yang akan diperjualbelikan kepada pihak konsumen baik mengenai kelebihan ataupun kelemahan yang terkandung dan produk tersebut.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Musyaiqih, Kholid bin. Sudah Halalkah Semua Transaksi Anda? Fiqih

Muamalat Masa Kini. Klaten: Inas Media. 2009.

Ali, M. Hasan, Berbagai Macam Transaksi, Cet-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003.

Bakry, Nazar . Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1994.

Departemen Agama RI. 1995. Al-qur‟an dan Terjemah. Jakarta: Yayasan

Penyelennggara Terjemah Al –Qur’an. 2005.

Isa Beekum, Rafiq . Etka Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Jabir Al-Jaza’iri, Abu Bakar. Minhajul Muslim Konsep Hidup Ideal dalam Islam.

Jakarta: Darul Falah. 2011.

Majah, Ibnu. Penerjemah: Abdullah Shonnaji, Sunan Ibnu Majah Tarjamah.

Semarang: CV Assyifa’: 1992.

Mardani, Fiqih Ekonomi Syari‟ah: Fiqih Muamalah.. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. 2012.

Moleong, Lexy.j. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2007.

Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2008.

Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu


(18)

14

Sabiq, Sayyid . Fiqh Sunnah jilid 12, Alih Bahasa Kamaludin, Marzuki dkk,

Bandung: Al-Ma’arif, 1996.

Singaribu, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

1989.

Suharsini, Arikunto. Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT

Rineka Cipta. 1993.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Syarifudin, Amir. Garis- Garis Besar Fiqih, Jakarta: Kencana, 2003.

Tarmizi, Erwandi. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: P.T. Berkat


(1)

penjual melalui petugasnya di counter telah memberikan slip tanda terima ,maka sah jual-beli itu.8

Dari rumusan-rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa jāb ialah suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak pertama untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Qābul ialah suatu pernyataan menerima dari pihak kedua atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama.

Dalam hubungannya dalam jāb qābul, bahwa syarat -syarat sah jāb

qābul ialah:

(1). Jangan ada yang memmisahkan. jangan pembeli diam diam saja setelah penjual menyatakan jāb qābul dan sebaliknya.

(2). Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara jāb dan qābul .

(3). Beragama Islam Syarat beragama islam khusus untuk pembeli saja dalam benda-benda tertentu.

4. Jual Beli yang Dilarang dan Jual Beli yang Diperbolehkan dalam Islam a. Jual Beli yang dilarang

Jual Beli yang dilarang dalam Islam, Wahab Al-Juhlili membagi menjadi 4 (empat) poin yaitu sebagi berikut:9

1) Terlarang Sebab Ahliyah (ahli akad)

Ahli akad adalah orang yang melakukan akad, baik dari penjual maupun pembeli. Ulama telah sepakat bahwa jual Beli dikategorikan syahid apabila dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal dan memilih.

Adapun yang dipandang tidak sah dalam jual beli adalah sebagai berikut:

2). Jual Beli orang Gila

Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli orang yang gila tidak sah, begitu pula sejenisnya seperti orang mabuk dan lain-lain. Jika orang gila dapat sadar seketika dan gila seketika (kadang-kadang sadar dan

8 Ibid

9


(2)

kadang-kadang gila). Maka akad yang dilakukannya pada waktu sadar dinyatakan sah dan yang dilakukan ketika tidak gila tidak sah.10

3). Jual Beli Anak Kecil

Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli anak kecil (belum mumayyiz) dipadang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringan atau sepele.

b. Terlarang Sebab igat

Jual Beli terlarang sebab sighat maksudnya adalah tidak terpenuhinya perkataan, ucapan serah terima ( jāb qābul) baik dari penjual maupun pembeli. Jual Beli yang tidak memenuhi ketentuan tesebut dipandang tidak sah.

a.Terlarang sebab Ma‟qūd „Alaih

Secara umum Ma‟qūd „Alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, biasa disebut Bā‟i (barang jualan) dan harga. Ulama’ fiqh sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila mauqud alaih adalah barang yang tetap atau bermanfaat, berbentuk dapat diserahkan, dapat dilihat oleh orang yang melakukan akad, tidak bersangkutan dengan milik orang lain dan tidak ada larangan dari syara’11.

b. Terlarang Sebab Syarat 1). Jual Beli Riba

2). Jual Beli Barang dari Hasil Merampas 3). Jual Beli Waktu Adzan Jum’at

e. Jual Beli yang diperbolehkan

Jual Beli yang diperbolehkan oleh agama Islam adalah jual beli yang dilakukan dengan kejujuran, tidak ada kesamaran atau unsur penipuan.

Kemudian rukun dan syaratnya terpenuhi, barangnya bukan milik orang lain dan tidak terikat dengan khiyar lagi.

10

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 12. hlm. 51. 11


(3)

3. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Observasi

Metode observasi (pengamatan) adalah pengamatan yang memungkinkan peneliti mencatat semua peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.12

Metode ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat langsung praktek jual-Beli dengan menggunakan Indomaret Card pada Indomaret Grogol Sukoharjo dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena–fenomena yang sedang diteliti yang berhubungan dengan praktek jual-Beli dengan menggunakan Indomaret Card di Indomaret Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah.

2. Wawancara

Metode wawancara (interview) adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.12

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih actual dan sesuai dengan masalah penelitian.13

4. METODE ANALISIS DATA

analisis data kualitatif adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

12Moleong, “

Metodologi Penelitian Kualitatif“, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm. 174

13Mulyana, “

Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu komunikasi dan Ilmu Sosial Budaya, (Bandung: Rosda karya, 2008), hlm. 108.


(4)

yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.14

Untuk memperoleh hasil yang lengkap, tepat dan benar maka analisis data yang digunakan adalah: metode induktif, Metode Induktif yaitu menganalisis data yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa yang khusus tadi ditarik generalisasi yang bersifat umum.15 Penyusun menggunakan praktek transaksi jual-Beli dengan menggunakan kartu diskon (Indomaret card) di Indomaret Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah dengan teori jual-Beli dalam hukum Islam.

5. PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan dalam skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa inti dalam transaksi jual beli itu adalah ada kerelaan, suka sama suka serta tidak ada unsur keterpaksaan baik pihak penjual maupun pembeli, barang yang dijual jelas dan tidak mengandung unsur garar dan bermanfaat untuk konsumen, dalam hal ini transaksi jual beli di Indomaret dengan menggunakan kartu member antara pihak pengelola Indomaret (penjual) maupun konsumennya (pembeli) tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang menurut hukum Islam.

b. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berusaha memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Mengingat mayoritas konsumen di Indonesia adalah muslim, maka pemerintah senantiasa mengawasi barang dan/atau jasa yang bertentangan dengan hukum Islam, dalam hal ini pemerintah dapat bekerjasama dengan pihak yang lebih berkompeten.

2. Bagi para konsumen (pembeli), terlebih dahulu harus menggali, mengetahui dan memahami berbagai informasi mengenai berbagai macam promo yang

14Muhammad, “

Metodologi Penelitian Ekonomi Islam” (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm.

152 15


(5)

akan diberikan oleh pihak penjual agar terjadi keseimbangan baik hak maupun tanggungjawab yang terpenuhi.

3. Bagi para penjual, diharapkan agar memberikan penjelasan informasi tentang produk yang akan diperjualbelikan kepada pihak konsumen baik mengenai kelebihan ataupun kelemahan yang terkandung dan produk tersebut.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Musyaiqih, Kholid bin. Sudah Halalkah Semua Transaksi Anda? Fiqih Muamalat Masa Kini. Klaten: Inas Media. 2009.

Ali, M. Hasan, Berbagai Macam Transaksi, Cet-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Bakry, Nazar . Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.

Departemen Agama RI. 1995. Al-qur‟an dan Terjemah. Jakarta: Yayasan Penyelennggara Terjemah Al –Qur’an. 2005.

Isa Beekum, Rafiq . Etka Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Jabir Al-Jaza’iri, Abu Bakar. Minhajul Muslim Konsep Hidup Ideal dalam Islam. Jakarta: Darul Falah. 2011.

Majah, Ibnu. Penerjemah: Abdullah Shonnaji, Sunan Ibnu Majah Tarjamah. Semarang: CV Assyifa’: 1992.

Mardani, Fiqih Ekonomi Syari‟ah: Fiqih Muamalah.. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012.

Moleong, Lexy.j. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2007. Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2008. Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu


(6)

Sabiq, Sayyid . Fiqh Sunnah jilid 12, Alih Bahasa Kamaludin, Marzuki dkk, Bandung: Al-Ma’arif, 1996.

Singaribu, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. 1989.

Suharsini, Arikunto. Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Syarifudin, Amir. Garis- Garis Besar Fiqih, Jakarta: Kencana, 2003.

Tarmizi, Erwandi. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: P.T. Berkat Mulia Insani. 2013.