Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits pada Penggilingan Bakso di Kota Bogor

DETEKSI CEMARAN BABI DENGAN PORCINE DETECTION
KITS PADA PENGGILINGAN BAKSO DI KOTA BOGOR

MUHAMAD REZA PAHLEVI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Deteksi Cemaran Babi
dengan Porcine Detection Kits pada Penggilingan Bakso di Kota Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor berdasarkan perjanjian kerjasama dengan LPPOM MUI.

Bogor, Juli 2013

Muhamad Reza
Pahlevi
NIM F24070075

ABSTRAK
MUHAMAD REZA PAHLEVI. Deteksi Cemaran Babi Dengan Porcine
Detection Kits Pada Penggilingan Bakso Di Kota Bogor. Dibimbing oleh Dr. Ir.
JOKO HERMANIANTO dan Prof. Dr. Hj. PURWANTININGSIH.
Pemalsuan produk bakso dapat menimbulkan cemaran babi pada alat
penggilingan bakso yang terdapat di pasar-pasar tradisional Kota Bogor dan
cemaran babi tersebut dapat juga terjadi pada produk penggilingan lainnya yang
berbahan baku asli daging sapi. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya
cemaran babi pada alat penggilingan bakso yang beroperasi di Pasar Anyar dan
Pasar Bogor kota Bogor dengan menggunakan metode analisis Porcine Detection
Kits dan PCR. Sampel daging yang telah memiliki sertifikat halal digiling pada
tiga tempat penggilingan bakso (MG, JM, dan SM) di Pasar Anyar dan tiga

tempat lainnya (MN, MU dan HA) di Pasar Bogor dengan metode penarikan
sampel secara random sampling. Protein dari sampel tersebut dianalisis dengan
menggunakan Porcine Detection Kits dan diperoleh hasil positif pada
penggilingan bakso dengan kode SM. Analisis DNA sampel dengan
menggunakan PCR menunjukkan hasil negatif.
Kata kunci: babi, penggilingan daging, porcine detection, pcr

ABSTRACT
MUHAMAD REZA PAHLEVI. Detection of Pork Contamination Using Porcine
Detection Kits in Meatball Chopping Machine Shop in Bogor. Supervised by
JOKO HERMANIANTO and PURWANTININGSIH SUGITA.
Meat adulteration has already happened in many meatball chopping shop in
traditional market Kota Bogor. It contaminates the chopper and then contaminates
as well the otther products which is chopped in the same meat chopping machine.
The objectives from this research is showing the presence of pork contamination
in the meat chopper which operates in Pasar Anyar and Pasar Bogor at Bogor city
by using Porcine Detection Kits and PCR analysis. Meat samples that have been
already had halal certification was chopped in three differrent meatball chopping
shops (MG, JM, dan SM) at Pasar Anyar and the other three differrent meatball
chopping shops (MN, MU dan HA) at Pasar Bogor by using random sampling

method. Then, the samples were analysed using Porcine Detection Kits and
results positive in 1 sample that was chopped in SM meatball chopping shop. The
analysed samples using PCR show negative result.
Keywords: pork, meatball chopper, porcine detection, pcr

DETEKSI CEMARAN BABI DENGAN PORCINE DETECTION
KITS PADA PENGGILINGAN BAKSO DI KOTA BOGOR

MUHAMAD REZA PAHLEVI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi
Nama

: Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits pada
Penggilingan Bakso di Kota Bogor
: Muhamad Reza Pahlevi

NIM

: F24070075

Disetujui oleh

Dr. Ir. Joko Hermanianto
Pembimbing I

Prof. Dr. Purwantiningsih Sugita, MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr. Ir. Feri Kusnandar, M. Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak
bulan Agustus 2012 sampai dengan September 2012 ini adalah cemaran babi,
dengan judul Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits pada
Penggilingan Bakso di Kota Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Joko Hermanianto dan Prof. Dr. Purwantiningsih Sugita MS
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan,
bimbingan dan nasehat selama penelitian dan pennyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Ir. Hanifah Nuryani Lioe, M. Si sebagai dosen penguji pada ujian akhir
skripsi saya yang telah memberikan arahan, bimbingan dan nasehat selama
masa studi saya di Institut Pertanian Bogor.

3. LPPOM MUI sebagai tempat magang dan penelitian yang memberikan
izin dan dukungan selama pelaksanaan magang dan penelitian.
4. Ayahanda Muhammad Ali Usman dan Ibunda Emma Yusfa yang telah
memberikan segala bentuk dukungan yang luarbiasa lebih dari cukup
selama masa studi di Institut Pertanian Bogor
5. Adinda Rafiatul Rahmah selaku istri yang senantiasa mendampingi dalam
suka dan duka dalam perjalanan menuntaskan amanah akademik di Institut
Pertanian Bogor.
6. Adinda Miftahul Fajar, Kakanda Abdul Khaliq, Faizal dan Chairunnisas
selaku adik dan kakak kandung yang telah memberikan inspirasi dan
motivasi kehidupan selama masa studi di IPB.
7. Ananda Muhammad Fatih Fahlevi selaku anak pertama yang telah
memberikan senyum manisnya ketika saya dalam kondisi letih dan lemah
dan menguatkan motivasi saya untuk segera menyelesaikan studi di IPB.
8. Sahabat seperjuangan dan teman-teman angkatan 44 dan 45 yang tidak
bias disebutkan satu per satu telah memberikan begitu banyak
mengulurkan tangan membantu saya menuntaskan studi selama di IPB.
9. Pegawai Departemen ITP dan Unit Pelayanan Terpadu FATETA yang
telah membantu secara administrasi dan keuangan terkait kelengkapankelengkapan studi dan tugas akhir ini.
10. Seluruh pihak terkait yang telah memberikan doa yang tulus dan dukungan

penuh kepada saya selama masa studi di IPB.
Semoga karya ilmiah ini memberi manfaat kepada masyarakat halal Indonesia,
khususnya kota Bogor.

Bogor, Juli 2013
Muhamad Reza Pahlevi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PRAKATA

vi 

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian




Manfaat Penelitian



Hipotesis



Ruang Lingkup Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



Cemaran Babi




Porcine Detection Kits



Prinsip Dasar Porcine Detection Kits



Polymerase Chain Reaction (PCR)



Analisis DNA Babi dalam Produk Bakso dengan Menggunakan PCR



METODE




Bahan



Alat



Teknik Penarikan Sampel



Teknik Pengumpulan Data



Metode Persiapan Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits



Metode Persiapan Deteksi Cemaran Babi dengan PCR



Metode Analisis Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits



Metode Analisis Deteksi Cemaran Babi Dengan Polymerase Chain Reaction
(PCR)

Waktu dan Tempat Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN




Gambaran Umum Tempat Penggilingan Bakso di Kota Bogor



Hasil Uji Dasar Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits



Hasil Uji Konfirmasi Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits 11 
Hasil Uji Konfirmasi Deteksi Cemaran Babi dengan PCR

13 

Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Cemaran Babi pada Alat Penggilingan
Daging di Kota Bogor
14 
SIMPULAN DAN SARAN

15 

Simpulan

15 

Saran

16 

DAFTAR PUSTAKA

16 

LAMPIRAN

18 

RIWAYAT HIDUP

19 

DAFTAR TABEL
1 Sekuens primer reverse gen cyt b
2 Penjelasan hasil analisis cemaran babi pada sampel daging giling
bakso menggunakan PCR

13 
14 

DAFTAR GAMBAR
1

Nama bagian-bagian dari strip test dengan teknologi
immunokromatografi (Li Y et al. 2010)
2 Tahapan aliran assay imunokromatografik (Peruski et al. 2003)
3 Perbedaan proses deteksi cemaran babi dengan hasil positif dan negatif
pada Porcine Detection Kits (BL Inc 2007)
4 Prosedur penggunaan Porcine Detection Kits
5 Hasil uji pada tanggal 15 Agustus 2012 di Pasar Anyar pada 3
penggillingan bakso dengan kode MG, JM dan SM
6 Hasil uji pada tanggal 15 Agustus 2012 di Pasar Bogor pada 3
penggillingan bakso dengan kode MU, MN dan HA
7 Hasil uji pada tanggal 16 Agustus 2012 di Pasar Anyar pada 3
penggillingan bakso dengan kode SM, JM dan MG
8 Hasil uji pada tanggal 16 Agustus 2012 di Pasar Bogor pada 3
penggillingan bakso dengan kode MN, MU dan HA
9 Hasil uji pada tanggal 18 Agustus 2012 di Pasar Anyar pada 3
penggillingan bakso dengan kode SM, JM dan MG
10 Hasil uji pada tanggal 18 Agustus 2012 di Pasar Bogor pada 3
penggillingan bakso dengan kode HA, MU dan MN
11 Hasil uji pada tanggal 5 dan 6 September 2012 pada Penggilingan SM
Pasar Anyar. Sampel diambil 5 kali dalam 1 hari, lalu dicampur
dalam 1 sampel menjadi SM1 dan SM2
12 (a) dan (b) Hasil uji Sampel produk A-E dari Penggilingan SM pada
tanggal 5 September 2012. Sampel diambil pada: (A) dan (B) pada
kisaran waktu 03.00 – 05.00 WIB dan (C), (D) dan (E) pada 05.00 –
09.00 WIB
13 Visualisasi hasil amplifikasi DNA sampel daging giling SM1 pada gel
agarosa 2%. Keterangan Gambar 13 pada Tabel 2







10 
10 
11 
11 
12 

13 
14 

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perlengkapan lengkap Porcine Detection Kits (PerkinElmer 2011)

18 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemalsuan produk menjadi salah satu bentuk penyimpangan yang kerap terjadi
saat ini sebagai upaya untuk menurunkan biaya produksi, sehingga pelaku usaha
makanan mendapat keuntungan lebih besar. Persentase selisih perbedaan harga daging
babi dengan daging sapi pada tahun 2012 sekitar 25 – 30 % berdasarkan observasi
lapangan di Kota Bogor. Salah satu produk makanan olahan yang sering dipalsukan
adalah produk olahan daging bakso. Dengan kondisi harga daging sapi yang tinggi saat
ini, sangat memungkinkan para pelaku usaha kuliner bakso melakukan pemalsuan
daging dengan menukar bahan baku daging sapi dengan daging babi (Margawati &
Ridwan 2010). Penggunaan daging babi sebagai bahan baku bakso sangat bertentangan
dengan keyakinan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Pemalsuan daging produk bakso dapat menimbulkan cemaran babi pada alat
penggilingan bakso. Alat yang telah terkontaminasi akan selalu mencemari produk
daging yang menggunakan alat tersebut. Pencemaran dari alat penggilingan kepada
produk daging lainnya terjadi jika produk daging tersebut digiling pada alat
penggilingan yang telah tercemar kandungan babi. Alat penggilingan bakso yang ada di
Pasar Anyar dan Pasar Bogor memang digunakan secara bergantian antar pelanggan
tempat penggilingan bakso.
Cemaran babi pada produk daging dapat diuji menggunakan beberapa metode,
meliputi metode PCR, ELISA dan Porcine Detection Kits. Teknik Porcine Detection
Kits adalah teknik deteksi protein babi dengan teknologi immunokromatografi assay.
Teknik ini dikenal sebagai teknik yang mudah dilakukan dan praktis untuk mendeteksi
keberadaan cemaran babi dalam waktu yang singkat. Teknik ini juga dikenal sebagai
teknik deteksi yang memiliki sensitivitas minimum sangat kecil yaitu 0,05 % (b/b)
(PerkinElmer 2011). Semakin kecil nilai sensitivitas minimum suatu alat, semakin besar
kemungkinan untuk mendeteksi keberadaan cemaran babi pada produk daging sapi.
Penelitian untuk menguji cemaran babi yang terjadi pada proses penggilingan
dengan menggunakan teknik Porcine Detection Kits sangat perlu dilakukan sehingga
keberadaan cemaran babi pada produk daging giling bakso di Kota Bogor dapat segera
diketahui dan segera dilakukan upaya-upaya pencegahan cemaran babi di masa yang
akan datang.
Perumusan Masalah
Pemalsuan produk daging sapi dengan daging babi sering dilakukan oleh pelaku
usaha bakso untuk mendapatkan keuntungan lebih besar. Persentase selisih perbedaan
harga daging babi dengan daging sapi pada tahun 2012 sekitar 25 – 30 % berdasarkan
observasi lapangan di Kota Bogor. Alat penggilingan bakso digunakan secara
bergantian antar pelanggan tempat penggilingan. Praktik pemalsuan produk berbahan
baku daging menjelang lebaran Idul Fitri diduga telah terjadi di Kota Bogor
mengakibatkan cemaran babi telah tersebar pada banyak peralatan penggilingan dan
produk akhir berbahan baku asli daging sapi.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keberadaan cemaran babi pada alat
penggilingan bakso di pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Bogor dan memberikan
informasi dan rekomendasi kepada instansi terkait tentang pentingnya alat penggilingan
yang terbebas dari cemaran babi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pelaku usaha bakso untuk cermat memilih tempat
penggilingan, pelaku usaha jasa penggilingan untuk cermat menerima daging yang akan
digiling dan pemangku kebijakan terkait untuk membuat regulasi terkait potensi
cemaran babi pada produk olahan daging di Kota Bogor.
Hipotesis
Terdapat cemaran babi pada alat penggilingan bakso di Kota Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas dalam ruang lingkup pengujian keberadaan cemaran
babi menggunakan Porcine Detection Kits pada tempat penggilingan bakso yang ada di
Kota Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Cemaran Babi
Pada era perdagangan global, dimungkinkan terjadinya impor bahan makanan
dalam bentuk olahan atau mentah dari negara lain ke Indonesia tanpa melalui pengujian.
Sejumlah produk telah disertifikasi halal oleh MUI termasuk produk pangan daging.
Namun masih ditemukan beberapa kasus pencampuran daging babi pada produk daging
sapi olahan. Tujuan pencampuran tersebut untuk menghasilkan produk akhir dengan
harga yang relatif lebih murah dibandingkan jika menggunakan bahan asli, mengingat
harga daging sapi terus meningkat (Margawati 2010).
Hal tersebut tentunya sangat meresahkan penduduk Indonesia yang sebagian besar
adalah muslim. Dewasa ini kemajuan teknologi telah mengalami peningkatan dibidang
biologi molekuler. Teknologi tersebut dapat diaplikasikan dan mempermudah pengujian
akan adanya kontaminasi bahan lain diluar bahan aslinya. Endang Tri Margawati (2010)
telah melakukan pengujian pencemaran campuran daging babi pada produk bakso
menggunakan teknologi PCR. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
cemaran daging babi pada keempat sampel produk bakso yang diuji.
Porcine Detection Kits
PerkinElmer’s Porcine Detection Kits menyediakan hasil deteksi untuk daging
babi dalam waktu yang sangat cepat dan langsung di tempat pada beberapa tipe daging.
Terdapat dua unit alat yang tersedia yaitu alat uji untuk daging mentah dan sudah

3
diproses. Porcine Detection Kit untuk daging mentah memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
yaitu: memungkinkan untuk mendeteksi daging babi pada produk daging mentah;
memiliki sensitivitas tinggi 0.05 % daging babi pada jenis daging lain; chromatographic
immunoassay yang cepat; mudah untuk digunakan; dan deteksi sensitivitas minimum:
batas deteksi terbawah (0,05 % babi pada daging sapi, 0,05% pada daging ayam)
(PerkinElmer 2011)
Prinsip Dasar Porcine Detection Kits
Porcine Detection Kits adalah teknik deteksi DNA babi menggunakan teknologi
immuno kromatografik assay yang dilengkapi dengan perlengkapan yang sangat
sederhana. Salah satu peralatan penting pada Porcine Detection Kits adalah strip tes.
Strip tes (Gambar 2) terdiri dari beberapa bagian yaitu: (1) bantalan sampel sebagai area
aplikasi (A), bantalan konjugat sebagai area reaksi (B), garis uji dan garis kontrol yang
terletak pada membran nitroselulosa sebagai area deteksi (C), dan bantalan absorpsi
(penyerapan). Strip tes memiliki tebal 5 mm dan panjang 60 mm (Huang SH 2006).

Gambar 1 Nama bagian-bagian dari strip test dengan teknologi immunokromatografi (Li
Y et al. 2010)
Cara kerja immunokromatografi pada Porcine Detection Kits adalah sebagai
berikut: (1) cairan sampel yang melekat pada bantalan sampel bertemu dengan
antibodi berlapis koloid emas lalu mengalir ke bantalan konjugat, (2) cairan sampel
dan antibodi tersebut melekat menjadi immun kompleks pada bantalan konjugat, (3)
immun kompleks mengalir pada nitroselulosa membran dan bertemu dengan antibodi
lainnya yang terdapat pada garis tes dan garis kontrol, (4) immun kompleks tersebut
melekat pada antibodi garis tes dan garis kontrol menghasilkan pewarnaan garis
merah keunguan pada kedua garis, dan (5) hasil pewarnaan yang valid terjadi setelah
15 menit (Peruski et al. 2003). Prinsip kerja immunokromatografi pada Porcine
Detection Kits ini sama halnya dengan kromatografi lapis tipis.

4

Gambar 2 Tahapan aliran assay imunokromatografik (Peruski et al. 2003)
Jika kedua garis (tes dan kontrol) mengalami pewarnaan merah keunguan, maka
hasil pengujian sampel tersebut positif mengandung antigen babi. Jika garis kontrol saja
mengalami pewarnaan, maka hasil pengujian sampel tersebut negatif, tidak
mengandung cemaran babi (BL Inc 2007).

Gambar 3 Perbedaan proses deteksi cemaran babi dengan hasil positif dan negatif pada
Porcine Detection Kits (BL Inc 2007)
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan salah satu teknik amplifikasi
asam nukleat in vitro yang paling banyak dipelajari dan digunakan secara luas.
Dalam waktu sembilan tahun sejak pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan dari
Cetus Corporation, PCR telah berkembang menjadi teknik utama dalam laboratorium
biologi molekuler, antara lain untuk transkripsi in vitro dari PCR template, PCR
rekombinan, DNAse I footprinting, sequencing dengan bantuan phage promoters, dan
sebagainya (Putra 1999).
PCR digunakan untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target
tertentu dengan cara mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan
molekul DNA target tersebut melalui bantuan enzim dan oligonukleotida sebagai

5
primer dalam suatu thermocycle. Panjang target DNA berkisar antara puluhan
sampai ribuan nukleotida yang posisinya diapit sepasang primer. Primer yang
berada sebelum daerah target disebut primer forward dan yang berada setelah daerah
target disebut primer reverse. Enzim yang digunakan sebagai pencetak rangkaian
molekul DNA yang baru dikenal disebut enzim polimerase. Untuk dapat mencetak
rangkaian tersebut dalam teknik PCR, diperlukan juga dNTPs yang mencakup
dATP (nukleotida berbasa Adenin), dCTP (sitosin), dGTP (guanin), dan dTTP (Timin)
(Muladno 2010).
Analisis DNA Babi dalam Produk Bakso dengan Menggunakan PCR
Metode analisis dengan menggunakan DNA memiliki beberapa keuntungan,
yaitu DNA dapat ditemukan di semua tipe sel pada suatu individu dengan
informasi genetik yang identik, DNA merupakan molekul yang stabil dalam proses
ekstraksi, dan analisis DNA sangat mungkin dikerjakan dari beberapa tipe sampel
yang berbeda (Jain 2004).
Analisisi adanya cemaran babi pada produk bakso yang dijual di pasaran pernah
dilakukan oleh Ardi (2012) dengan supervisi di bawah LPPOM MUI. Ardi (2012)
menyatakan bahwa tingkat cemaran babi minimum yang dapat diidentifikasi dengan
teknik PCR sebesar 0.5% (b/b) dan pengujian terhadap sampel bakso dari 3 pedagang
bakso di Pasar Anyar, 1 pedagang di Pasar Bogor dan 1 pedagang di Pasar Jambu Dua
tidak menunjukkan adanya cemaran daging babi. Kelima pedagang tersebut membeli
daging pada tempat penjual daging yang berbeda dan menggiling bakso pada tempat
penggilingan yang berbeda pula.

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging segar yang memiliki
sertifikat halal, daging giling hasil penggilingan pada tempat penggilingan yang diuji,
dan larutan ekstraksi Porcine Detection Kits.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah perangkat Porcine Detection Kits
(strip tes dan tabung percobaan), PCR dan Freezer. Kantong plastik juga merupakan
alat yang digunakan sebagai media transportasi sampel yang diambil dari pasar menuju
LPPOM MUI dan Lab Genetika Molekular Ternak Fakultas Peternakan IPB.
Teknik Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode random sampling. Pasar Anyar dan Pasar
Bogor masing-masing memiliki 10-12 tempat penggilingan bakso yang beroperasi
secara aktif. Hanya tiga tempat penggilingan bakso yang diambil sebagai sampel dalam
penelitian ini dari tiap-tiap pasar. Tempat penggilingan SM, JM dan MG mewakili Pasar
Anyar. Tempat penggilingan HA, MU dan MN mewakili Pasar Bogor.

6
Teknik Pengumpulan Data
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi informasi pasar
mengenai keberadaan dan kondisi tempat penggilingan bakso melalui observasi lapang;
informasi sertifikasi halal daging yang dijadikan sebagai sampel daging melalui
observasi lapang; dan informasi mengenai metode analisis Porcine Detection Kits dan
PCR melalui konsultasi langsung dengan staf LPPOM MUI dan Fakultas Peternakan
IPB.
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi metode Porcine
Detection Kits, PCR, dan metode pencucian alat yang tercemar babi melalui studi
literatur.
Metode Persiapan Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits
Metode persiapan untuk deteksi cemaran babi menggunakan teknik Porcine
Detection Kits terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap awal dan tahap konfirmasi. Tahap
awal persiapan untuk deteksi cemaran babi terdiri dari (a) menentukan tempat
penggilingan bakso yang terbilang cukup banyak digunakan oleh produsen bakso; (b)
membeli daging sapi asli yang terjamin halal sebanyak 0,5 kg; (c) menggiling daging di
enam jasa penggilingan yang tersebar di pasar tradisional ( Pasar Anyar dan Pasar
Bogor) di Kota Bogor; (d) mengambil sebanyak dua bungkus plastik ukuran kecil dari
enam hasil penggilingan untuk dijadikan sampel hari ke-1. Langkah a sampai d diulang
pada hari yang berbeda untuk mendapatkan sampel hari ke-2 dan ke-3. Uji deteksi
cemaran babi menggunakan Porcine Detection Kits dilakukan secara duplo pada setiap
sampel (hari ke-1, 2 dan 3) dan hasil uji dicatat. Uji deteksi cemaran babi pada tahap
konfirmasi dilakukan secara triplo menggunakan tes Porcine.
Jika penggilingan bakso hasil pengambilan tahap awal ada yang terbukti positif
melalui uji Porcine, maka pengambilan sampel daging giling tahap konfirmasi
dilakukan. Sampel adonan daging diambil selama dua hari pada tempat penggilingan
yang terbukti positif mengandung cemaran babi. Pengambilan sampel dilakukan secara
acak berdasarkan dua termin waktu yang berbeda, yaitu: termin waktu pertama (pukul
03.00-05.00 WIB) sebanyak dua sampel dan termin waktu kedua (pukul 06.00-09.00
WIB) sebanyak tiga sampel. Kelima sampel ini nantinya akan diuji dengan Porcine
untuk dideteksi keberadaan cemaran babi pada pelanggan yang datang pada termin
waktu pertama dan kedua.
Metode Persiapan Deteksi Cemaran Babi dengan PCR
Ekstraksi DNA
Sampel yang digunakan merupakan produk olahan daging yang tercemar daging
babi. Ekstraksi DNA pada sampel dilakukan dengan menggunakan metode standar
fenolkloroform (Sambrook et al. 1989) yang telah dimodifikasi untuk produk tercemar
daging babi.
Preparasi Sampel
Sebanyak 75 mg sampel adonan daging diambil dari 5 titik yang tersebar pada
sampel. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1.5 mL.

7
Degradasi Protein
Sampel dalam tabung ditambahkan 1× STE sampai volume 340 μL, 40 μL SDS
10%, dan 20 μL protein kinase K 5 mg/mL. Campuran diinkubasi pada suhu 55 oC
selama 2 jam sambil digoyang perlahan
Degradasi Bahan Organik
Sampel yang telah diinkubasi ditambahkan 400 μL larutan fenol, 400 μL
kloroform isoamil alkohol (24:1), dan 40 μL NaCl 5 M. Campuran digoyang dalam
suhu kamar selama 1 jam.
Presipitasi DNA
Sampel hasil ekstraksi selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 12 000 rpm
selama 5 menit hingga fase air terpisah dengan fase fenol. Fase air dipindahkan ke
dalam tabung baru dengan volume terukur (± 400 μL). Molekul DNA diendapkan
dengan cara menambahkan 800 μL alkohol absolut dan 40 μL NaCl 5 M. Campuran
kemudian diinkubasi pada suhu -20 oC selama semalam, dan selanjutnya disentrifugasi
pada kecepatan 12 000 rpm selama 1 menit. Endapan DNA yang diperoleh dicuci
dengan alkohol 70% kemudian diendapkan lagi. Endapan DNA yang telah bersih dari
alkohol dipulihkan dengan menambahkan 100 μL TE. Sampel DNA disimpan pada
suhu -20 oC dan siap digunakan.
Metode Analisis Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits
Prosedur analisis deteksi cemaran babi dengan Porcine Detection Kits meliputi 3.0
mL larutan ekstrak ditambahkan pada tabung percobaan; sampel daging (sekitar 0.5
gram) dimasukkan ke dalam tabung percobaan; tabung percobaan ditutup dengan rapat;
tabung dikocok selama 20 – 30 detik; penutup dibuka; dan dimasukkan strip test ke
dalam cairan sampai muncul warna merah; strip test dikeluarkan dan diletakkan dengan
posisi horizontal di atas permukaan yang horizontal; hasil tes dibaca setelah 10 – 15
menit (pembacaan garis-garis dilakukan selama 10 menit. Jika hasilnya negatif, maka
dibaca lagi sampai 15 menit untuk keputusan akhir)

Gambar 4 Prosedur penggunaan Porcine Detection Kits
Metode Analisis Deteksi Cemaran Babi Dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Amplifikasi fragmen DNA spesifik dilakukan dengan metode PCR. Komponen
reaksi yang digunakan sebanyak 25 μL, terdiri atas 50 μg sampel DNA, primer forward
15 pmol, primer reverse 5 pmol, campuran dNTP 200 μM, MgCl2 1 mM, dan Taq
polymerase 0.5 unit beserta bufernya. Proses amplifikasi dijalankan dengan kondisi
denaturasi awal pada suhu 95 oC selama 5 menit, kemudian dilakukan 35 siklus yang
terdiri atas denaturasi pada suhu 95 oC selama 45 detik, penempelan primer pada suhu

8
60 oC selama 45 detik, dan pemanjangan DNA baru pada suhu 72 oC selama 1 menit.
Setelah itu, pemanjangan akhir dilakukan pada suhu 72 oC selama 5 menit (Ardi 2012).
Elektroforesis dan Visualisasi Produk PCR
Produk PCR divisualisasikan dengan teknik elektroforesis gel agarosa 2%. Gel
dibuat dari 0.6 g agarosa dan 30 mL larutan bufer (0.5 × TBE) yang dipanaskan.
Larutan agarosa dibiarkan agak dingin sambil diaduk dengan pengaduk magnet, lalu
ditambahkan 2.5 μL pewarna etidium. Sebanyak 5 μL produk PCR dilarutkan dalam 1
μL loading dye. Elektroforesis dilakukan selama 40 menit pada tegangan 100 volt atau
sampai pewarna biru bromtimol mencapai bagian bawah gel. Setelah elektroforesis
selesai, gel diambil untuk dilakukan pemotretan menggunakan UV. DNA dapat
divisualisasi karena pewarna etidium bromida (EtBr) dapat terperangkap (intercalated)
di antara pasangan-pasangan basa DNA, yang jika disinari radiasi UV akan
memendarkan cahaya sehingga dapat terdeteksi (Ardi 2012).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan
September 2012. Lokasi pengambilan sampel berada pada enam tempat penggilingan
bakso yang ada di kedua pasar tradisional Kota Bogor, yaitu Pasar Anyar dan Pasar
Bogor. Adapun kode dari enam jasa penggilingan daging tersebut adalah HA, MU
dan MN untuk Pasar Bogor dan SM, JM dan MG untuk Pasar Anyar.
Tempat pengujian sampel menggunakan Porcine Detection Kits dilakukan di
Laboratorium LPPOM MUI. Tempat pengujian sampel menggunakan metode PCR
berlangsung di Laboratorium Genetika Molekular Ternak Fakultas Peternakan IPB.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Tempat Penggilingan Bakso di Kota Bogor
Pasar Anyar dan Pasar Bogor yang terletak di pusat kota Bogor masing-masing
memiliki 10-12 tempat penggilingan bakso yang masih aktif beroperasi melayani
pelanggan. Pelanggan tersebut pada umumnya adalah para pelaku usaha makanan bakso
yang menjual bakso di sekitar kota Bogor. Tempat penggilingan bakso yang berada
pada kedua pasar tersebut biasanya sudah ramai dikunjungi para pelanggan sejak pukul
03.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB.
Pekerja yang bertugas mengoperasikan alat penggilingan bakso bekerja tanpa
henti selama enam jam lamanya dikarenakan begitu ramainya pelanggan yang ingin
dagingnya digiling dengan cepat. Pekerja tersebut tidak sama sekali melakukan deteksi
atau seleksi awal terhadap daging yang akan digiling sebagai upaya pencegahan
terjadinya cemaran babi pada alat penggilingan daging. Pekerja tersebut juga tidak
melakukan pencucian alat penggilingan setiap pergantian pelanggan. Tempat
penggilingan daging yang terdapat di kedua pasar ini belum memiliki sertifikat jaminan
halal dari LPPOM MUI.

9
Hasil Uji Dasar Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits
Hampir semua hasil uji menunjukkan hasil negatif. Hanya hasil uji pada
penggilingan SM yang terdeteksi positif. Hasil negatif berarti bahwa alat penggilingan
MG, JM, MU, MN, dan HA tidak mengandung cemaran babi. Hasil positif berarti
bahwa penggilingan bakso SM terbukti mengandung cemaran babi pada adonan hasil
penggilingan bakso. Berdasarkan hasil positif tersebut, penggilingan SM perlu diteliti
lebih lanjut dengan menggunakan Porcine Detection Kits dan PCR sebagai analisis
konfirmasi dari hasil deteksi yang terbukti positif.
Daging halal yang dijadikan bahan utama dari adonan untuk digiling di
penggilingan bakso tidak otomatis terjamin halal pada produk akhir proses
penggilingan. Daging halal yang bersentuhan dengan alat yang telah terkontaminasi
babi dapat tercemar kandungan babi. Alat yang telah terkontaminasi babi tentunya
disebabkan oleh cemaran babi yang ada pada produk yang dipalsukan. Praktik
pemalsuan produk babi dapat dilakukan dengan sengaja oleh pedagang bakso atau
pemasok daging (supplier).
kode

MG

JM

SM

Gambar 5 Hasil uji pada tanggal 15 Agustus 2012 di Pasar Anyar pada 3 penggillingan
bakso dengan kode MG, JM dan SM
kode

MU

MN

HA

Gambar 6 Hasil uji pada tanggal 15 Agustus 2012 di Pasar Bogor pada 3 penggillingan
bakso dengan kode MU, MN dan HA

10

Hasil uji deteksi pada tanggal 16 Agustus dan 18 Agustus menunjukkan hasil
yang berbeda dengan hasil uji deteksi pada tanggal 15 Agustus, khususnya pada
penggilingan SM. Hasil uji pada tanggal 16 dan 18 Agustus ini menunjukkan hasil
negatif pada semua adonan hasil penggilingan. Perbedaan ini bisa saja terjadi
dikarenakan pengambilan sampel dilakukan pada hari yang berbeda (termin waktu yang
sama: pukul 06.00-09.00 WIB) secara acak
kode

SM

JM

MG

Gambar 7 Hasil uji pada tanggal 16 Agustus 2012 di Pasar Anyar pada 3 penggillingan
bakso dengan kode SM, JM dan MG
kode

MN

MU

HA

Gambar 8 Hasil uji pada tanggal 16 Agustus 2012 di Pasar Bogor pada 3 penggillingan
bakso dengan kode MN, MU dan HA

11
kode

HA

MU

MN

Gambar 9 Hasil uji pada tanggal 18 Agustus 2012 di Pasar Anyar pada 3 penggillingan
bakso dengan kode SM, JM dan MG
kode

HA

MU

MN

Gambar 10 Hasil uji pada tanggal 18 Agustus 2012 di Pasar Bogor pada 3 penggillingan
bakso dengan kode HA, MU dan MN
Hasil Uji Konfirmasi Deteksi Cemaran Babi dengan Porcine Detection Kits
Pada tahap konfirmasi, uji deteksi kembali dilakukan khusus pada tempat
penggilingan bakso yang terdeteksi positif mengandung cemaran babi menggunakan
Porcine Detection Kits. Pengambilan sampel dilakukan pada tempat penggilingan
dengan kode SM pada tanggal 5 dan 6 September 2012 (SM1 dan SM2). Hasil
pengujian pada sampel SM1 menunjukkan hasil positif. Hasil positif tersebut
mengandung arti bahwa sampel SM1 telah tercemar kandungan babi. Sedangkan
pengujian pada sampel SM2 menunjukkan hasil negatif, artinya tidak mengandung
cemaran babi. Kedua pengujian ini menunjukkan hasil yang berbeda dikarenakan
pelanggan yang menggunakan jasa penggilingan pada tanggal 5 dan 6 September juga
berbeda. Cemaran babi yang terjadi pada sampel SM1 disebabkan alat penggilingan
bakso telah tercemar kandungan babi yang berasal dari daging yang dipalsukan.

12

Gambar 11 Hasil uji pada tanggal 5 dan 6 September 2012 pada Penggilingan SM Pasar
Anyar. Sampel diambil 5 kali dalam 1 hari, lalu dicampur dalam 1 sampel
menjadi SM1 dan SM2
Uji lanjut pada penggilingan SM untuk konfirmasi adanya cemaran babi terbukti
kembali positif pada sampel uji C, D dan E. Sampel A dan B adalah sampel produk
yang diambil secara acak dari pelanggan yang datang pada termin waktu pertama
penggilingan bakso (pukul 03.00-05.00 wib) sedangkan sampel C, D dan E diambil
secara acak dari pelanggan yang datang pada termin waktu kedua (pukul 06.00-09.00
wib). Pada termin waktu pertama penggilingan, terlihat bahwa masih belum terlihat
keberadaan cemaran babi pada alat penggilingan bakso SM. Ketika masuk termin waktu
kedua penggilingan, cemaran babi sudah mulai terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa
alat penggilingan yang telah tercemar kandungan babi akan menimbulkan cemaran babi
pula pada setiap produk penggilingan yang ada setelahnya.

(a)

(b)

13
Gambar 12 (a) dan (b) Hasil uji Sampel produk A-E dari Penggilingan SM pada tanggal
5 September 2012. Sampel diambil pada: (A) dan (B) pada kisaran waktu
03.00 – 05.00 WIB dan (C), (D) dan (E) pada 05.00 – 09.00 WIB
Hasil Uji Konfirmasi Deteksi Cemaran Babi dengan PCR
Proses perbanyakan sekuens DNA melalui teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR) merupakan alternatif lain dalam penentuan adanya pemalsuan spesies lain dalam
suatu produk (Nuraini 2004). Keberadaan cemaran babi yang telah terbukti positif
menggunakan Porcine Detection Kits pada tempat penggilingan SM1 diuji kembali pada
tahap konfirmasi ini menggunakan metode PCR sebagai metode alternatif.
Identifikasi DNA pada PCR dilakukan dengan konsentrasi DNA hasil isolasi
sebesar 50 μg/μL yang akan bereaksi pada proses amplifikasi dengan mesin PCR.
Sampel direaksikan dengan campuran komponen PCR yang terdiri atas primer forward,
primer reverse, campuran dNTP, MgCl2, enzim taq polymerase dan bufer. Amplifikasi
dijalankan pada suhu penempelan (annealing) 60 0C. Primer yang digunakan pada
amplifikasi fragmen DNA spesifik sapi dan babi mengikuti Matsunaga et al. (1999).
Sekuens primer forward keduanya sama 5’-GAC CTC CCA GCT CCA TCA AAC
ATC TCA TCT TGA TGA AA-3’. Sekuens primer reverse ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Sekuens primer reverse gen cyt b
Jenis Hewan

Reverse (5’-3’)

Hasil Amplifikasi

Sapi*

CTA GAA AAG TGT AAG ACC CGT AAT ATA AG

274 pb

Babi*

GCT GAT AGT AGA TTT GTG ATG ACC GTA

398 pb

Keterangan

: * Matsunaga et al. (1999)

Proses reaksi PCR terdiri atas 3 tahap utama: denaturasi, penempelan dan
elongasi. Tiga tahapa tersebut akan terjadi pada suhu yang telah diatur. Pada tahap
pertama, akan terjadi deanturasi potongan DNA utama. Suhu denaturasi yang dilakukan
dalam penelitian adalah 95 0C. Untai tunggal DNA hasil denaturasi selanjutnya akan
mengalami proses penempelan oleh primer forward maupun reverse pada suhu 60 0C.
Proses yang terakhir adalah pemanjangan rantai DNA pada suhu 72 0C sesuai dengan
panjang basa target yang telah ditentukan. Produk DNA yang terbentuk pada
amplifikasi pertama akan menjadi cetakan pada siklus selanjutnya.

14

Gambar 13 Visualisasi hasil amplifikasi DNA sampel daging giling SM1 pada gel
agarosa 2%. Keterangan Gambar 13 pada Tabel 2
Tabel 2 Penjelasan hasil analisis cemaran babi pada sampel daging giling bakso
menggunakan PCR
Lajur
Sapi (274 bp)
Babi (398 bp)
Keterangan
M
S
B
C
D
1
2

DNA Marker 100 bp
+
Kontrol positif (DNA Sapi murni)
+
Kontrol Positif (DNA Babi murni)
+
+
Kontrol DNA Campuran
Kontrol negatif (Air)
‐ 
‐ 
Sampel daging (Ulangan 1)


Sampel daging (Ulangan 2)

‐ 
Keterangan: + DNA teramplifikasi; - DNA tidak teramplifikasi
Visualisasi DNA hasil reaksi PCR dilakukan pada gel agarosa 2%. Kontrol
positif yang digunakan pada pengujian ini adalah DNA sapi murni dan babi murni. Air
digunakan sebagai kontrol negatif. Gambar 13 menunjukkan bahwa seluruh sampel
teramplifikasi dengan baik, ditunjukkan dengan munculnya fragmen DNA sapi pada
274 bp. Basepairs adalah ukuran panjang strand DNA skala internasional. 1 bp sama
halnya dengan 3.4 Å (340 pm). Fragmen DNA babi tidak muncul untuk semua sampel
dan hanya muncul pada kontrol positif. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan
keberadaan cemaran babi pada sampel daging giling SM1.
Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Cemaran Babi pada Alat Penggilingan
Daging di Kota Bogor
Cemaran babi dalam ketentuan syariah termasuk dalam kategori Najis
Mughollazhoh atau najis berat. Berdasarkan ketentuan syariah tersebut, alat
penggilingan daging yang tercemar oleh kandungan babi harus dicuci dengan air
sebanyak tujuh kali dan satu diantaranya dicampur tanah. Dalil tentang keharusan
mencuci najis berat dengan air tujuh kali dan salah satunya dengan tanah adalah hadits

15
berikut ini: Dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sucinya wadah
air milik kalian yang diminum anjing adalah dengan mencucinya pakai air tujuh kali,
salah satunya dengan tanah." (H.R. Muslim).
Alat penggilingan daging termasuk alat yang sensitif jika dicuci dengan air yang
bercampur tanah. Oleh karena itu, pencucian alat penggilingan daging tersebut dapat
dicuci dengan air ditambah bahan campuran atau cairan yang mengandung unsur-unsur
tanah. Ketentuan yang mengatur pencucian menggunakan bahan campuran atau cairan
yang mengandung unsur-unsur tanah tersebut diatur dalam kaidah Fiqih disebut Qiyash.
Komisi Fatwa MUI masih membahas secara mendalam dan komprehensif mengenai
ketentuan pencucian alat yang tercemar babi saat ini (LPPOM MUI 2013).
Pencucian pada mesin penggilingan bakso sesuai syariat adalah cara
penanggulangan yang dianjurkan untuk menghilangkan cemaran babi. Akan tetapi hal
ini juga belum begitu praktis bagi usaha jasa penggilingan bakso karena akan terjadi
penggunaan air yang banyak sehingga biaya operasional menjadi meningkat. Selain itu,
proses pencucian juga akan memperlambat proses pelayanan jasa penggilingan itu
sendiri dikarenakan jumlah pelanggan yang menunggu antrian begitu banyak.
Deteksi daging sebelum dilakukan penggilingan adalah cara preventif untuk
menghindari cemaran babi pada alat penggilingan daging. Deteksi daging dapat
dilakukan menggunakan alat deteksi yang cepat dan mudah dilakukan seperti Porcine
Detection Kits namun pemilik jasa penggilingan daging perlu mengeluarkan biaya yang
besar untuk membeli alat deteksi Porcine. Deteksi daging dapat juga dilakukan secara
fisik namun memerlukan pemahaman yang baik dari pelaku usaha jasa penggilingan
daging untuk mengamati secara detail perbedaan antara daging babi dan sapi. Terdapat
lima aspek perbedaan antara daging babi dan sapi yaitu perbedaan warna, serat daging,
tipe lemak, aroma, dan tekstur (Asysyaukani 2009). Pemahaman yang baik tersebut
diperlukan pelatihan berulang-ulang mengenal perbedaan secara fisik antara daging babi
dan sapi. LPPOM MUI dapat memberikan pelatihan kepada pelaku usaha jasa
penggilingan daging di Kota Bogor mengenai perbedaan antara daging babi dan sapi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggilingan bakso yang terdapat di pasar-pasar Kota Bogor terbukti tidak
mengandung cemaran babi, kecuali penggilingan dengan kode SM, berdasarkan uji
Porcine Detection Kits dengan menggunakan teknologi immunokromatografi assay.
Cemaran babi pada tempat penggilingan SM terjadi pada termin waktu kedua
penggilingan (pukul 05.00-09.00 WIB). Uji konfirmasi menggunakan teknik PCR pada
sampel daging dari penggilingan SM1 menunjukkan hasil negatif, artinya sampel
daging tidak tercemar kandungan babi. Daging halal yang bersentuhan dengan alat yang
telah terkontaminasi babi dapat tercemar kandungan babi. Alat yang telah
terkontaminasi babi tentunya disebabkan oleh cemaran babi yang ada pada produk yang
dipalsukan. Alat penggilingan yang telah tercemar kandungan babi akan menimbulkan
cemaran babi pula pada setiap produk penggilingan yang ada setelahnya.

16
Saran
LPPOM MUI perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tren
cemaran babi yang terjadi pada tempat-tempat penggilingan daging untuk bakso yang
ada di Pasar Bogor dan Pasar Anyar. LPPOM MUI perlu melakukan pelatihan
mengenai perbedaan secara fisik antara daging babi dan sapi kepada pelaku usaha
penggilingan bakso di Kota Bogor sehingga mereka dapat menjadi lebih selektif dalam
menerima jasa penggilingan bakso agar alat penggilingan bakso terhindar dari cemaran
babi. LPPOM MUI segera mengeluarkan aturan pencucian pada alat penggilingan bakso
yang terkena najis berat.
Pelaku usaha bakso yang telah memproduksi bakso dalam jumlah banyak
disarankan untuk menggunakan alat penggilingan bakso sendiri agar terhindar dari
cemaran babi yang telah terbukti terjadi di alat penggilingan bakso di pasar tradisional.
Pelaku usaha bakso tidak melakukan praktik pemalsuan daging dikarenakan tergiur
akan keuntungan yang lebih besar. Pelaku usaha bakso memberikan label “produk
bakso mengandung babi” sehingga masyarakat dapat memilih sesuai keyakinan masingmasing.
Pelaku usaha penggilingan bakso memiliki sistem pencegahan melalui deteksi
dini cemaran babi dan penanggulangan melalui pencucian najis berat sesuai aturan yang
dikeluarkan LPPOM MUI. Pemerintah terkait disarankan untuk membuat regulasi
mengenai kewajiban tempat penggilingan bakso di Kota Bogor untuk memiliki sistem
jaminan halal dan memberikan dukungan anggaran untuk pelatihan deteksi dini cemaran
babi secara fisik yang diadakan LPPOM MUI kepada para pelaku usaha penggilingan
bakso.

DAFTAR PUSTAKA
Ardi, Andika. 2012. Validasi Metode Ekstraksi DNA pada Analisis DNA Babi dalam
Produk Bakso [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Asysyaukani, MT. 2009. Mengenal Beda Daging Sapi dan Babi [internet]. [diacu 2013
Juli 13]. Tersedia dari: http://ilmupangan.blogspot.com/2009/08/mengenal-bedadaging-sapi-daging-babi.html
[BL
Inc]
Biological
Laboratory
Incorporated.
2007.
Principal
of
immunochromatography kit [internet]. [diacu 2013 Juni 6]. Tersedia dari: http://blinc.jp/imno_e.html.
Huang SH.2006. Gold nanoparticle-based immunochromatographic test for
identification of Staphylococcus aureus from clinical specimens. Clin Chim
Ac.373(2):139-143.
Jain, Shally. 2004. Use Of Cytochrome B Gene Variability In Detecting Meat
Species By Multiplex PCR Assay, Department Of Veterinary Public Health,
College Of Veterinary Science & Animal Husbandry, Anand Agricultural
University, Anand.
Li Y, Hou L, Ye J, Liu X, Dan H, Jin M, Chen H, Cao S. 2010. Development of a
convenient immunochromatographic strip for the diagnosis of infection with
Japanese encephalitis virus in swine. J Virol Method.168(2):51-56.

17
[LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia. 2013. KF MUI Membahas Pencucian Alat Terkontaminasi Najis
Mughollazhoh
[internet].
[diacu
12013
Juli
12].
Tersedia
dari:
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1522
Margawati, Endang Tri., Muhamad Ridwan. 2010. Pengujian Pencemaran Daging Babi
Pada Beberapa Produk Bakso Dengan Teknologi PCR: Pencarian Sistem Pengujian
Efektif. Bogor (ID) : Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI
Matsunaga T et al. 1999. A quick and simple method for the identifcation of meat
species and meat products by PCR assay. Meat Sci 51:143-148.
Muladno, 2010. Teknologi Rekayasa Genetik Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB Press
Nuraini H. 2004. Pengembangan sekuen Porcine Repetitive Element-1 (PRE-1) sebsgai
penanda molekuler untuk mendeteksi material babi pada produk daging
olahan.Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.
Peruski A H , and Peruski L F Clin. 2003. Principles of the four primary immunological
assays. Diagn. Lab. Immunol. 2003;10:506-513
PerkinElmer. 2011. Immunochromatography diagram of porcine detection kit [internet].
[diacu
2013
Juni
6].
Tersedia
dari:
http:
//web.perkinelmer.com/porcine?gclid=CJvcuqmhl7YCFYR66wodxQsA2w
Putra, Suhartono. 1999. Biologi Molekuler Kedokteran, editor: Suhartono Taat
Putra. Surabaya (ID): Airlangga University Press.
Sambrook J, Fritsch EF, Maniatis T. 1989. Molecular Cloning. A Laboratory Manual.
New York: Cold Spring Harbour Lab.

18

LAMPIRAN
Lampiran 1 Perlengkapan lengkap Porcine Detection Kits (PerkinElmer 2011)

19

RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap saya adalah Muhamad Reza Pahlevi. Saya
dilahirkan pada tanggal 27 Desember 1987 di Kota Medan,
Sumatera Utara. Saya merupakan anak keempat dari lima
bersaudara. Kedua orangtua saya bernama Muhammad Ali
Usman dan Emma Yusfa. Saya lahir dan tumbuh besar dalam
lingkungan keluarga yang harmonis dalam nuansa religius dan
sederhana.
Sewaktu saya duduk di bangku sekolah menengah atas,
saya bercita-cita kelak setelah lulus dari SMA N 8 Jakarta saya
hendak melanjutkan studi Pendidikan Dokter di Universitas
Indonesia atau Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Cita-cita
tersebut berubah setelah ada informasi dari guru Bimbingan Konseling bahwa saya
diterima di Institut Pertanian Bogor dengan program studi Ilmu dan Teknologi Pangan
melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) tahun 2007. Cita-cita menjadi
seorang dokter kini telah berubah menjadi ahli ketahanan dan kedaulatan pangan di
Indonesia.
Selama menjalani masa studi S1 di IPB, saya banyak mengikuti kegiatan
akademik dan kemahasiswaan berupa lomba antar mahasiswa, seminar kemahasiswaan,
keagamaan dan pertanian, lokakarya kemahasiswaan dan pertanian, pelatihan
pembuatan produk pangan baru. Saya juga terlibat aktif dalam organisasi
kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Tingkat Persiapan Bersama
(TPB), BEM Fakultas Teknologi Pertanian, dan BEM Keluarga Mahasiswa IPB sebagai
ketua organisasi. Saya dipercaya oleh institusi IPB untuk mewakili suara mahasiswa
dalam Majelis Wali Amanat IPB menentukan arah pembangunan pendidikan di IPB
pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Masa aktif saya di kegiatan kemahasiswaan ditutup dengan keikutsertaan saya
dalam Konferensi Pemuda Internasional “ONE YOUNG WORLD” 2011 yang diadakan
di Zurich, Swiss sebagai delegasi Indonesia. Berakhirnya masa aktif dalam dunia
kemahasiswaan dan akademik saya di IPB, lantas tidak membuat semangat pengabdian
dan perjuangan saya meredup justru semakin menyala-nyala untuk terus berkarya demi
terwujudnya Indonesia yang makmur dan sejahtera.