Response of two varieties of upland rice to fertilizer and its residue in organic farming systems

RESPON DUA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP
PUPUK DAN RESIDUNYA DALAM
SISTEM BUDIDAYA ORGANIK

BASO DAENG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Respon Dua Varietas
Padi Gogo Terhadap Pupuk dan Residunya dalam Sistem Budidaya Organik
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.


Bogor, Januari 2012
Baso Daeng
NIM A252090091

ABSTRACT
BASO DAENG. Response of Two Varieties of Upland Rice to Fertilizer and Its
Residue in Organic Farming Systems. Under direction of SANDRA ARIFIN
AZIZ and MAYA MELATI.
Irrigation water crisis and the conversion of productive land constantly threaten
the productivity of rice. The phenomenon of degradation of land productivity due
to excessive synthetic chemical fertilizers in the past has contributed to the
limiting factor of rice production. Development of organic-based upland rice on
dry land is one alternative solution. Organic cultivation of upland rice needs
attention so that the empowerment of local input and the fulfillment of food need
can be realized. This experiment aims to determine the effect of organic fertilizer
types and its residue on growth and yield components of two varieties of upland
rice. Experiments were carried out in two planting seasons. The first growing
season used a split-plot design. The main plot consisted of chicken manure (20
tons/ha), Centrosema pubescens (4.3 tons/ha) + chicken manure (10 tons/ha), and

Tithonia diversifolia (4.3 tons/ha) + chicken manure (10 tons/ha). Subplot
consisted of Situ Patenggang and Limboto varieties. The experiment in the
second growing season used a split-split plot design. The main plot consisted of
50 and 100% dosage of fertilizer in the first growing season, the subplots are
Danau Gaung and Batu Tegi varieties. Chicken manure; chicken manure +
C.pubescens; chicken manure + T.diversifolia give the same effect on the
productivity of upland rice in the second growing season. Productivity of upland
rice in a row according to the treatment were 1.23,1.26, and 1.19 tons/ha. The use
of Tithonia diversifolia gives the best effect on some variables of plant growth
and plant resistance to pests and diseases. Limboto variety in the first growing
season and Batu Tegi variety in the second growing season are varieties that give
the best response to organic fertilizer. Danau Gaung and Batu Tegi varieties have
similar yield in the second growing season, with the productivity of each variety is
1.25 and 1.22 ton/ha. Dosage of 50 and 100% resulted similar productivity of
upland rice, the productivity given by each dosage is 1.28 and 1.19 ton/ha.
Combined treatment of type of organic fertilizer and varieties had the same effect
on plant productivity. Fertilizer dosage of 50 and 100 % give the same effect on
the components of crop yield in the second growing season. The combination of
fertilizer dosage, fertilizer types, and varieties only influenced plant height.
Chicken manure, C. pubescens and T. diversifolia can be used as the source of

organic fertilizer, depending on the level of difficulty in obtaining the material.
Key words : upland rice, organic, chicken manure, Centrosema pubescens,
Tithonia diversifolia

RINGKASAN
BASO DAENG. Respon Dua Varietas Padi Gogo Terhadap Pupuk dan
Residunya dalam Sistem Budidaya Organik. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN
AZIZ dan MAYA MELATI.
Krisis air irigasi secara terus-menerus mengancam produktivitas padi pada
lahan irigasi. Kenyataan ini semakin diperparah dengan tingginya laju konversi
lahan serta terjadinya fenomena degradasi produktivitas lahan akibat pemberian
pupuk kimia sintetik secara berlebihan pada masa lalu. Pengembangan padi gogo
berbasis organik pada lahan kering merupakan salah satu pilihan pemecahannya.
Sistem budidaya tanaman secara organik dapat dijadikan sebagai pilihan
teknik budidaya karena sistem ini berorientasi pada pemanfaatan input yang
tersedia (bahan lokal) sebagai sumber pupuk maupun pestisida untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Budidaya padi gogo secara organik
perlu mendapat perhatian sehingga pemberdayaan input lokal serta pemenuhan
kebutuhan pangan dapat terwujud.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik

yang berbeda serta pengaruh residunya pada komponen pertumbuhan dan hasil
dua varietas padi gogo. Percobaan dilaksanakan dalam dua musim tanam.
Percobaan musim tanam pertama menggunakan rancangan split-plot. Petak
utama adalah jenis pupuk organik yang terdiri atas pupuk kandang ayam

(20

ton/ha), pupuk kandang ayam (10 ton/ha) + pupuk hijau Centrosema pubescens
(4.3 ton/ha), dan pupuk kandang ayam (10 ton/ha) + pupuk hijau Tithonia
diversifolia (4.3 ton/ha). Anak petak terdiri atas varietas Situ Patenggang dan
Limboto.

Percobaan musim tanam ke-dua menempatkan faktor dosis pupuk

sebagai petak utama. Dosis yang digunakan adalah 50 dan 100 % dosis perlakuan
musim tanam pertama. Jenis pupuk organik sebagai anak petak, sedangkan anakanak petaknya adalah varietas Danau Gaung dan Batu Tegi.
Tanaman yang diberi pupuk T. diversifolia pada musim tanam pertama
nyata lebih tinggi dibandingkan tanaman lain yang diberi kedua jenis pupuk
lainnya, walaupun pada saat tanaman berumur 9 dan 10 MST tingginya relatif
sama dengan tanaman yang diberi pupuk C. pubescens. Kadar hara P tajuk

tanaman berbeda nyata dan lebih tinggi pada tanaman yang diberi pupuk

C. pubescens walaupun berbeda tidak nyata dengan tanaman yang diberi pupuk
kandang ayam.
Tanaman yang diberi pupuk T. diversifolia menunjukkan ketahanan yang
lebih baik terhadap serangan pathogen dan secara statistik berbeda nyata pada
umur tanaman 6, 12, dan 14 MST.

Pengaruh terbaik pupuk T. diversifolia

terhadap ketahanan tanaman ini juga terlihat pada musim tanam ke-dua, saat
tanaman berumur 10, 12, 14, dan 16 MST). Ketahanan tanaman yang diberi
pupuk kandang ayam dan C. pubescens relatif sama.
Jumlah anakan terbanyak pada musim tanam pertama ditunjukkan oleh
varietas Limboto, saat tanaman berumur 7, 9, dan 11 MST. Memasuki umur
tanaman 13 MST, jumlah anakan tidak berbeda nyata antar varietas walaupun
varietas Limboto masih menunjukkan jumlah anakan terbanyak.
Serapan hara terlihat berbeda nyata akibat pengaruh perbedaan varietas.
Serapan hara N, P, dan K tertinggi pada musim tanam pertama ditunjukkan oleh
varietas Limboto. Varietas Batu Tegi memberikan respon terbaik dan nyata pada

variabel serapan hara N, P, dan K pada musim tanam ke-dua. Perbedaan varietas
memberikan respon yang berbeda pula dan nyata pada variabel pengamatan
intensitas serangan hama dan keparahan penyakit pada kedua musim tanam.
Varietas Limboto menunjukkan tingkat ketahanan tanaman terbaik pada musim
tanam pertama dan varietas batu tegi pada musim tanam ke-dua.
Pemberian pupuk organik dengan dosis 50 % memberikan jumlah anakan
terbanyak saat tanaman berumur 17 dan 19 MST. Serapan hara K tertinggi
ditunjukkan oleh tanaman yang mendapatkan dosis pupuk sebanyak 100 %.
Ketahanan tanaman umur 6 dan 8 MST terlihat berbeda nyata dan tertinggi pada
pemberian pupuk organik dengan dosis 50 %.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tanaman yang mendapatkan
perlakuan pupuk kandang T. diversifolia lebih lambat memasuki fase pembungaan
dan pengaruhnya sama dengan perlakuan pupuk C. pubescens. Pupuk kandang
ayam memberikan pengaruh waktu paling cepat untuk tanaman memasuki fase
berbunga. Tanaman yang diberi pupuk T. diversifolia menunjukkan persentase
gabah hampa dan bobot kering tajuk paling tinggi dan berbeda nyata dengan
tanaman yang diberi pupuk lainnya.

Interaksi perlakuan dosis pupuk dan jenis pupuk hanya berpengaruh pada
variabel persentase gabah hampa pada penanaman musim ke-dua. Padi gogo yang

diberi kombinasi dosis pupuk 100 % dan jenis pupuk T. diversifolia menghasilkan
persentase gabah hampa tertinggi.

Interaksi dosis pupuk 50 % dan pupuk

kandang ayam menunjukkan persentase gabah hampa paling rendah.
Interaksi perlakuan dosis pupuk dan varietas berpengaruh pada komponen
pertumbuhan yaitu variabel tinggi tanaman 2 MST dan indeks keparahan serangan
hama dan penyakit. Pengaruh nyata interaksi perlakuan dosis pupuk dan varietas
terlihat juga pada komponen produksi yaitu variabel pengamatan bobot basah
tajuk dan akar.
Interaksi perlakuan varietas dan tiga jenis pupuk yang berbeda dapat
memberikan pengaruh pada komponen pertumbuhan tanaman yaitu tinggi
tanaman umur 10 dan 12 MST, serapan hara N, dan intensitas serangan hama dan
keparahan penyakit tanaman umur 8 MST. Interaksi pupuk T. diversifolia dan
varietas Batu Tegi menunjukkan nilai tinggi tanaman dan serapan hara N paling
tinggi dibanding kombinasi perlakuan lainnya.

Interaksi perlakuan ini juga


dikatahui menyebabkan ketahanan tanaman paling baik terhadap serangan hama
dan penyakit.
Pupuk kandang ayam; pupuk kandang ayam + C. pubescens; pupuk kandang
ayam + T. diversifolia memberikan pengaruh yang sama pada produktivitas padi
gogo pada musim tanam kedua. Produktivitas padi gogo berturut-turut sesuai
perlakuan yaitu 1.23, 1.26, dan 1,19 ton/ha. Penggunaan

T. diversifolia

memberikan pengaruh terbaik pada beberapa variabel pertumbuhan tanaman dan
ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Varietas Limboto pada musim
tanam pertama dan Batu Tegi pada musim tanam kedua memberikan respon
terbaik akibat pemberian pupuk organik.

Varietas Danau Gaung dan Batu Tegi

memberikan pengaruh yang sama pada produktiviytas musim tanam kedua,
dengan produktivitas masing-masing varietas adalah 1,25 dan 1,22 ton/ha. Dosis
50 dan 100% memberikan produktivitas padi gogo yang sama, produktivitas yang
diberikan oleh masing-masing dosis adalah 1,28 dan 1,19 ton/ha.

Kata kunci : Padi Gogo, Organik, Pupuk kandang ayam, Centrosema pubescens,
Tithonia diversifolia

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar bagi IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

RESPON DUA VARIETAS PADI GOGO TERHADAP
PUPUK DAN RESIDUNYA DALAM
SISTEM BUDIDAYA ORGANIK

BASO DAENG

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si

Judul Tesis

: Respon Dua Varietas Padi Gogo Terhadap Pupuk dan
Residunya dalam Sistem Budidaya Organik

Nama

: Baso Daeng


NIM

: A252090091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.
Ketua

Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc.
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Agronomi dan
Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 18 Januari 2012

Tanggal Lulus : 31 Januari 2012

PRAKATA
Laju konversi lahan menyebabkan penyempitan lahan pertanian produktif.
Pengembangan padi pada lahan kering merupakan solusi alternatif untuk
menjawab

tingginya

permintaan

pertambahan penduduk.

beras

seiring

semakin

meningkatnya

Padi gogo maupun padi lainnya yang toleran pada

kondisi kering perlu ditingkatkan produktivitas dan mutunya agar pengembangan
padi pada lahan kering dapat memenuhi kebutuhan padi nasional. Pengembangan
padi dalam sistem budidaya organik diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
sekaligus mewujudkan keamanan pangan serta kelestarian lingkungan.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
limpahan karunia dan penyertaanNya sehingga rangkaian penelitian hingga
penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Tesis dengan judul “Respon Dua Varietas
Padi Gogo Terhadap Pupuk dan Residunya dalam Sistem Budidaya Organik” ini
merupakan kajian ilmiah terhadap upaya pemanfaatan sumber daya lokal sebagai
sumber nutrisi bagi tanaman padi gogo. Sebagian besar dari penelitian ini didanai
melalui program I-MHERE B.2.c IPB tahun 2009-2011 dengan judul “Good
Agricultural Practices (GAP) of Rice and Soybean Production under Organic
Farming System” yang diterima oleh Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz,
M.S dan Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc sebagai komisi pembimbing, atas segala
arahan dan kontribusi selama penelitian hingga penulisan tesis ini. Rasa hormat
dan penghargaan penulis persembahkan kepada isteri, anak tercinta serta keluarga,
atas iringan doa, motivasi, dan kebersamaan.

Kepada tim peneliti organik

Cikarawang II (ibu Emma, ibu Tyas, ibu Elrisa, Deri, Ayu, Ezta, Tatied, Merry,
Siddiq), terima kasih atas kebersamaannya. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada tim teknis (pak Sarta, pak Samad, ibu Warni), terima kasih atas
segala bantuannya.

Kepada rekan-rekan FORSCA AGH-IPB dan seluruh

mahasiswa pascasarjana IPB, terima kasih atas dukungannya.

Semoga hasil

penelitian ini bermanfaat bagi kemajuan bersama.
Bogor, Januari 2012
Baso Daeng

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang (Makassar) pada tanggal 18 Januari
1978 dari ayah Sudirman dan ibu Subriah (almh).

Penulis merupakan anak

pertama dari lima bersaudara.
Tahun

1996

penulis

diterima

sebagai

mahasiswa

di

Universitas

Cenderawasih melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).
Penulis diterima pada program studi Agronomi, Fakultas Pertanian. Gelar Sarjana
penulis peroleh pada tahun 2001.
Tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana IPB pada
mayor Agronomi dan Hortikultura.

Penulis mengikuti program pendidikan

pascasarjana di IPB dengan memperoleh beasiswa melalui program Nuffic – NTP
250 Agri4 UNIPA.
Penulis aktif sebagai aktivis kampus pada organisasi Dewan Mahasiswa
Pascasarjana IPB (Dema Pasca IPB), Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB Asal
Tanah Papua (Forum Wacana Papua), dan Forum Mahasiswa Pascasarjana
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB (Forsca AGH-IPB). Jabatan terakhir
dalam organisasi yang dipercayakan kepada penulis adalah ketua Forum Wacana
Papua dan sekretaris FORSCA AGH-IPB periode 2011-2012.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Perumusan Masalah ................................................................................
Tujuan .....................................................................................................
Hipotesis .................................................................................................

1
1
4
5
5

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Perkembangan Tanaman Padi Gogo .......................................................
Pertanian Organik ...................................................................................
Pupuk Organik ........................................................................................
Residu Pupuk Organik ............................................................................

7
7
7
10
12

BAHAN DAN METODE ................................................................................
Waktu dan Tempat ..................................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................
Pengamatan .............................................................................................

15
15
15
15
18
20

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Keadaan Umum ......................................................................................
Hasil ........................................................................................................
Pembahasan ............................................................................................

27
27
30
47

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan .............................................................................................
Saran .......................................................................................................

59
59
59

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

61

LAMPIRAN .....................................................................................................

67

DAFTAR TABEL
Halaman

1.

Sumbangan Unsur Hara Perlakuan Pupuk Organik pada Musim
Tanam Pertama dan Ke-dua ......................................................................

29

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan
Produksi Padi Gogo akibat Perlakuan Pupuk dan Varietas pada
Musim Tanam Pertama .............................................................................

31

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan
Produksi Padi Gogo akibat Perlakuan Dosis, Pupuk, dan Varietas
pada Musim Tanam Ke-dua ......................................................................

33

Pengaruh Jenis Pupuk terhadap Komponen Pertumbuhan Padi
Gogo yang Dibudidayakan Secara Organik dalam Dua Musim Tanam ...

36

Pengaruh Varietas terhadap Komponen Pertumbuhan Padi
Gogo yang Dibudidayakan Secara Organik dalam Dua Musim Tanam ...

38

Pengaruh Dosis Pupuk terhadap Komponen Pertumbuhan Padi Gogo
yang Dibudidayakan Secara Organik pada Musim Tanam Ke-dua ..........

39

Pengaruh Jenis Pupuk terhadap Komponen Produksi Padi Gogo
yang Dibudidayakan Secara Organik dalam Dua Musim Tanam .............

41

Pengaruh Varietas terhadap Komponen Produksi Padi Gogo
yang Dibudidayakan Secara Organik dalam Dua Musim Tanam .............

42

Pengaruh Dosis Pupuk terhadap Komponen Produksi Padi Gogo
yang Dibudidayakan Secara Organik pada Musim Tanam Ke-dua ..........

43

10. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Jenis Pupuk dan Varietas terhadap
Komponen Pertumbuhan Padi Gogo yang Dibudidayakan Secara
Organik pada Musim Tanam Pertama ......................................................

44

11. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk dan Jenis Pupuk terhadap
Komponen Produksi Padi Gogo yang Dibudidayakan Secara Organik
pada Musim Tanam Ke-dua ......................................................................

45

12. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk dan Varietas terhadap
Komponen Pertumbuhan Padi Gogo yang Dibudidayakan Secara
Organik pada Musim Tanam Ke-dua ........................................................

45

13. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk dan Varietas terhadap
Komponen Produksi Padi Gogo yang Dibudidayakan Secara Organik
pada Musim Tanam Ke-dua ......................................................................

46

14. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Jenis Pupuk dan Varietas terhadap
Komponen Pertumbuhan Padi Gogo yang Dibudidayakan Secara
Organik pada Musim Tanam Ke-dua ........................................................

46

15. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk, Jenis Pupuk dan
Varietas terhadap Komponen Pertumbuhan Padi Gogo yang
Dibudidayakan Secara Organik pada Musim Tanam Ke-dua ...................

47

2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.

Tanaman Centrosema pubescens ..............................................................

20

2.

Tanaman Tithonia diversifolia ..................................................................

20

3.

Data Iklim Selama Penelitian Berlangsung ..............................................

30

4.

Serapan Hara pada Musim Tanam Pertama ..............................................

56

5.

Serapan Hara pada Musim Tanam Kedua .................................................

56

6.

Persentase Gabah Hampa akibat Kombinasi Dosis dan Jenis Pupuk .......

57

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1.

Kandungan Hara Pupuk Organik pada Musim Tanam Pertama
dan Kedua .................................................................................................

67

2.

Deskripsi Tanaman Padi Gogo .................................................................

68

3.

Denah Petak Percobaan dan Penempatan Perlakuan ................................

70

4.

Hasil Analisis Sifat Tanah pada Lokasi Penelitian ...................................

72

5.

Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ........................................................

74

6.

Batas Optimal dan Titik Kritis Kandungan Hara pada Tanaman Padi .....

75

7.

Ramuan Pestisida Nabati yang Digunakan Selama Penelitian
Berlangsung ..............................................................................................

76

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan pokok bangsa
Indonesia. Sampai saat ini beras merupakan bahan pangan yang hampir selalu
muncul dalam menu sehari-hari. Beras mengambil porsi terbesar dalam hidangan
dan merupakan sumber energi yang terbesar (Khumaidi 2008).
Upaya peningkatan produksi padi akhir-akhir ini terus mengalami
permasalahan serius.

Fenomena krisis air secara terus-menerus mengancam

produktivitas padi pada lahan irigasi. Kenyataan ini semakin diperparah dengan
tingginya laju konversi lahan serta terjadinya fenomena degradasi produktivitas
lahan akibat pemberian pupuk kimia sintetik secara berlebihan pada masa lalu.
Dengan demikian, pemenuhan pangan (terutama beras) tidak dapat bergantung
hanya pada usaha padi sawah saja tetapi perlu diupayakan pengembangan padi
gogo pada lahan kering.
Saat ini pemerintah memberi perhatian pada pembangunan wilayah yang
didominasi oleh lahan kering (Toha et al. 2008). Pengembangan pertanian lahan
kering dengan membudidayakan padi gogo varietas unggul merupakan salah satu
alternatif pengembangan produksi pertanian yang layak dipertimbangkan dengan
tetap memperhatikan persyaratan agronominya.

Hasil penelitian Toha (2007)

menunjukkan bahwa padi gogo varietas Situ Patenggang dan Limboto merupakan
varietas unggul yang layak dikembangkan karena memiliki kelebihan utama yaitu
toleran terhadap serangan penyakit blas.
Proporsi padi gogo dalam perpadian nasional masih tergolong rendah, 9 %
dari segi luas areal tanam dan 5 % dari segi produksi (Suwarno et al. 2008). Data
sementara produksi padi gogo Indonesia pada tahun 2009 adalah luas panen 1.08
juta hektar, produksi total 3.22 juta ton, produktivitas 2.96 ton/ha. Produktivitas
padi gogo tersebut masih jauh di bawah produktivitas padi sawah yang telah
mencapai 4.99 ton/ha (KEMENTAN 2010; BPS 2010). Potensi produktivitas
padi gogo pada skala penelitian dapat mencapai 3.5-6.6 ton/ha (Toha 2000).

Lahan kering umumnya memiliki kesuburan tanah yang rendah sehingga
dikhawatirkan akan menghambat upaya pengembangan padi gogo.

Menurut

Go (2008), padi gogo hanya dapat berproduksi tinggi pada tanah berkadar humus
tinggi (di atas 5 %), berstruktur mantap dan tidak mengalami genangan air
berkepanjangan. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa penambahan bahan
organik mutlak diperlukan guna meningkatkan kesuburan tanah pada daerah lahan
kering.
Penggunaan pupuk organik sebagai sumber hara dapat diterapkan dalam
budidaya secara organik.

Sistem pertanian organik merupakan suatu bentuk

budidaya yang tidak menggunakan bahan kimia sintetik sama sekali dan
mengandalkan sepenuhnya pada penggunaan bahan organik alami (FAO 2003).
Sistem budidaya organik merupakan trend pertanian masa kini dengan prinsip
“back to nature”. Meningkatnya kembali pengembangan pertanian organik dipicu
oleh semakin meningkatnya kesadaran manusia terhadap bahaya dan dampak
negatif penggunaan pupuk bahan kimia sintetik yang diketahui berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
Saat ini, produksi secara organik sudah menjadi syarat bagi beberapa
komoditi yang bernilai ekonomi tinggi terutama untuk tujuan ekspor termasuk
komoditi pangan.

Data produksi padi gogo Indonesia seperti yang telah

disebutkan di atas merupakan data produksi padi yang dibudidayakan secara
konvensional. Sejauh ini belum dijumpai data yang menginformasikan potensi
maupun produksi padi gogo Indonesia yang dibudidayakan secara organik.
Sistem budidaya tanaman secara organik dapat dijadikan sebagai pilihan teknik
budidaya karena sistem ini berorientasi pada pemanfaatan input yang tersedia
(input lokal) sebagai sumber pupuk maupun pestisida untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Budidaya padi gogo secara organik
perlu mendapat perhatian sehingga pemberdayaan input lokal serta pemenuhan
kebutuhan pangan dapat terwujud.
Penambahan bahan organik merupakan salah satu cara peningkatan kualitas
tanah (Sanchez 1992). Bahan organik terdiri dari campuran residu tanaman dan
hewan dalam berbagai tahap dekomposisi, tubuh mikroorganisme dan hewan kecil
yang masih hidup maupun sudah mati serta sisa-sisa hasil dekomposisi (Schnitzer

1991). Pemberian bahan organik dapat memberi beberapa manfaat di antaranya
dapat meningkatkan kandungan unsur hara, mengurangi pencemaran lingkungan
serta mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Bahan organik dalam bentuk segar
maupun yang sudah dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat kimia,
biologi dan fisika tanah serta berfungsi sebagai sumber nutrisi tanaman.
Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan pupuk kandang maupun pupuk hijau.

Hasil penelitian

penggunaan bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan pupuk kandang
menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan
efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk terutama pupuk K (Iqbal
2008).
Serangan penyakit blas merupakan penyakit yang sangat ditakuti dalam
budidaya padi gogo. Oleh karena itu, perlu dipilih varietas yang tahan blas dalam
budidaya padi gogo. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2009) menyatakan
bahwa beberapa varietas padi gogo yang tahan blas diantaranya Situ Patenggang,
Limboto, Danau Gaung dan Batu Tegi. Kelebihan yang dimiliki varietas-varietas
padi gogo ini menunjukkan potensinya untuk dikembangkan secara organik.
Hijauan berpotensi sebagai sumber hara yang banyak dijumpai adalah
kelompok tanaman legum yaitu Centrosema pubescens dan Tithonia diversifolia.
C. pubescens merupakan tanaman kacangan penutup tanah, memiliki bintil akar
yang dapat diandalkan dalam memfiksasi N dari udara. Menurut Hartatik (2007),
T. diversifolia merupakan gulma tahunan yang sering dijumpai pada areal kebun,
memiliki potensi yang cukup baik sebagai sumber hara. Hasil analisis terhadap
sumber pupuk organik menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam mengandung
0.42 – 1.14 % N, 0.21 – 0.68 % P, dan 0.64 – 1.65 % K. Kandungan unsur hara
pada tanaman C. pubescens adalah 2.97 % N, 0.33 % P, dan 0.32 % K. Unsur
hara yang terkandung pada daun dan batang muda T. diversifolia adalah 3.06 –
3.64 % N, 0.25 – 0.34 % P, dan 0.56 – 5.75 % K (Lampiran 1). Simanihuruk
(2007) menjelaskan bahwa aplikasi T. diversifolia dapat mensubtitusi pemberian
pupuk N sintetik sebanyak 40 % dan mampu meningkatkan jumlah anakan
tanaman padi gogo.

Iqbal (2008) menambahkan bahwa pemberian pupuk

kandang kotoran ayam untuk mensubtitusi pupuk sintetik, ternyata mampu
meningkatkan serapan unsur N serta meningkatkan kandungan klorofil a dan b.
Unsur hara yang terkandung dalam bahan organik dapat dimanfaatkan
tanaman dalam waktu yang lama.
berlangsung secara perlahan.

Umumnya proses pelepasan unsur hara

Hal ini memungkinkan bahan organik tersebut

meninggalkan residu setelah dimanfaatkan tanaman pada musim tanam pertama.
Residu bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman pada musim tanam
berikutnya dan akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Webstern and
Wilson (1996) menyatakan bahwa pupuk organik umumnya melepaskan unsur
hara secara perlahan sehingga residunya dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu
yang lama.
Brady (1990) menyatakan bahwa pemanfaatan bahan organik dapat
memberikan keuntungan karena residunya dapat dimanfaatkan sampai 3 atau 4
tahun.

Hasil penelitian Melati et al. (2008) menunjukkan bahwa perlakuan

kombinasi residu pupuk organik mampu meningkatkan bobot kering dan bobot
basah akar serta mampu menekan intensitas serangan hama dan kejadian penyakit
pada tanaman kedelai. Sutanto (2002) menjelaskan bahwa penggunaan residu
bahan organik pada tanah latosol cenderung meningkatkan kadar C-organik tanah.

Perumusan Masalah
Fenomena terjadinya tingkat produksi padi per satuan luas yang mendatar
akhir-akhir ini merupakan akibat dari penurunan daya dukung lahan sawah.
Akumulasi residu bahan kimia sintetik yang terkandung dalam tanah akibat
pemupukan tidak berimbang telah menghadirkan masalah tersendiri bagi
kesuburan tanah pertanian sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi tanah.
Faktor keterbatasan air irigasi yang terus mengancam dunia pertanian akan
menjadi permasalahan serius yang perlu diupayakan pemecahannya. Krisis air
turut mempengaruhi upaya peningkatan produksi padi, sehingga perhatian untuk
pemberdayaan lahan kering berbasis padi gogo perlu didukung penuh. Konsep
pertanian berkelanjutan dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah perlu
dikombinasikan dengan pemberdayaan lahan kering berbasis padi gogo, sehingga

peningkatan produksi dan kondisi lingkungan yang lestari dalam jangka panjang
dapat tercapai.
Salah satu manfaat pemberian pupuk organik adalah memungkinkan
tersedianya residu pupuk yang dapat dimanfaatkan pada penanaman selanjutnya.
Adanya residu pupuk ini akan membantu penyediaan unsur hara dalam tanah
sehingga dapat mengurangi dosis pemberian pupuk organik pada musim
penanaman selanjutnya.
Penelitian dengan pemberian pupuk organik perlu dilakukan sedikitnya
dalam dua musim penanaman. Hal ini untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan
oleh residu pupuk yang masih tersisa di dalam dan belum dimanfaatkan tanaman
pada musim tanam sebelumnya.
Banyak potensi bahan organik di sekitar lahan yang dapat dikembangkan
sehingga dapat membantu dalam menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.
Pupuk kandang, hijauan C. pubescens serta T. diversifolia merupakan sumber
bahan organik yang perlu dikaji kemampuannya masing-masing dalam
meningkatkan kandungan unsur hara tanah dan produksi padi gogo.

Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis
pupuk organik yang berbeda serta pengaruh residunya pada komponen
pertumbuhan dan hasil dua varietas padi gogo.

Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Terdapat jenis pupuk organik yang terbaik bagi produktivitas padi gogo.
2. Terdapat varietas padi gogo yang memberikan respon terbaik akibat
pemberian pupuk organik.
3. Terdapat interaksi perlakuan jenis pupuk organik dan varietas yang
memberikan pengaruh terbaik pada produktivitas padi gogo.
4. Terdapat dosis pupuk organik yang terbaik terhadap produktivitas padi gogo
pada musim tanam kedua.

5. Terdapat interaksi perlakuan dosis dan jenis pupuk organik serta varietas yang

memberikan pengaruh terbaik terhadap produktivitas padi gogo pada musim
tanam kedua.

TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Penanaman Padi Gogo
Secara umum presentasi pengembangan tanaman padi di Indonesia adalah
padi sawah 63 %, padi gogo 14 %, padi rawa 3 % dan padi tadah hujan 20 %
(Prasetyo 2003). Padi gogo sendiri umumnya ditanam sekali setahun pada awal
musim hujan.

Setelah panen, dilanjutkan dengan penanaman palawija atau

kacang-kacangan. Saat ini budidaya padi gogo tengah mendapatkan perhatian
yang lebih dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Hal ini erat kaitannya
dengan program pemberdayaan lahan kering.
Sehubungan dengan program tersebut di atas, pemerintah telah melepas
beberapa varietas padi gogo unggul seperti Limboto dan Situ Patenggang.
Varietas ini diketahui memiliki kelebihan yaitu tahan blas, berumur genjah,
toleran terhadap naungan dan kekeringan serta memiliki potensi hasil tinggi.
Kelebihan tersebut memungkinkan pengembangan padi gogo dapat dioptimalkan
pada lahan kering terbuka maupun ternaungi.
Prasetyo (2003) menyatakan bahwa upaya optimalisasi pemanfaatan lahan
kering untuk pengembangan padi gogo memiliki beberapa nilai positif, di
antaranya :
1. Secara nasional ikut andil dalam mempertahankan swasembada beras maupun
dalam upaya pencapaian swasembada berkelanjutan.
2. Petani akan mendapatkan tambahan pendapatan.
3. Padi gogo yang dibudidayakan sebagai tanaman sela pada areal pertanaman
komoditi perkebunan, akan memberikan tambahan pendapatan bagi
perusahaan.
4. Konservasi tanah setempat akan terjaga karena dapat mencegah erosi serta
memperbaiki kondisi fisik maupun kimia tanah.
Pertanian Organik
Konsep pertanian organik muncul sebagai terobosan dalam upaya
melakukan perbaikan terhadap fenomena kerusakan tanah dan lingkungan yang
terjadi dimana-mana. Beberapa pemikiran bahkan menganggap pertanian organik
merupakan suatu sistem terpadu yang mengarah pada pertanian berkelanjutan

(Rigby & Caceres 2001). Daya dukung lingkungan terhadap agroekosistem dalam
jangka waktu panjang (long term sustainable agriculture) menjadi perhatian
utama dalam sistem pertanian organik.
Perlu diakui bahwa kehadiran revolusi hijau sangat berjasa bagi kehidupan
manusia, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hadirnya revolusi
hijau ini ditandai dengan adanya aktivitas pemuliaan tanaman, pemupukan serta
pemberantasan hama secara intensif.

Kemajuan bioteknologi memberi

kesempatan bagi para pemulia tanaman dalam menciptakan berbagai tanaman
hibrida. Pada bidang pemupukan, muncul berbagai pupuk kimia buatan yang
dapat memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman secara lengkap dan cepat.
Selanjutnya dalam hal pemberantasan hama dan penyakit tanaman, ditemukan
pestisida yang sangat efektif memberantas hama dan penyakit yang menyerang
tanaman. Hanya saja, program yang baik ini nyatanya diikuti pula oleh bencana
yang merugikan lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
Terdapat beberapa kelemahan sebagai dampak pelaksanaan revolusi hijau.
Kemajuan teknologi pemuliaan tanaman memberikan ancaman terhadap
keanekaragaman hayati.
menyebabkan

banyak

Penanaman varietas hibrida secara besar-besaran,
jenis

tanaman

lokal

yang

tersingkirkan,

kurang

diperhatikan, bahkan punah. Pupuk kimia semakin gencar diaplikasikan karena
memiliki kemampuan ajaib untuk memacu pertumbuhan tanaman.

Akhirnya,

diketahui juga bahwa pupuk kimia dapat menyebabkan kerusakan pada tanah.
Struktur tanah yang secara alami remah dapat berubah menjadi liat dan keras
secara simultan.
Pemberantasan hama dan penyakit tanaman menggunakan pestisida
memang sangat efektif. Penggunaan pestisida secara terus-menerus justru hanya
akan menimbulkan resistensi pada hama sasaran sehingga akan semakin sulit
dibasmi. Penemuan DDT (dichloro diphenil trichloroptane) justru menimbulkan
dampak negatif yang lebih besar bagi manusia. Tanah yang tercemar residu
pestisida dapat mematikan jasad renik dalam tanah yang berguna bagi kesuburan
tanah. Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida juga dapat meracuni manusia
setelah terjadi kontak, terhirup saat pengaplikasiannya. Berbagai penyakit kanker

pada manusia diketahui disebabkan karena adanya akumulasi

residu bahan

organik dalam tubuh (Andoko 2002).
Kesadaran akan pentingnya sistem pertanian organik yang ramah
lingkungan dipicu oleh semakin memburuknya keadaan lingkungan dan
penurunan daya dukung lahan terhadap produksi pertanian. Penggunaan bahan
kimia yang tinggi dalam proses produksi pertanian menjadi salah satu penyebab
terjadinya kerusakan lingkungan dan degradasi lahan.
Pertanian organik dengan mengandalkan penggunaan pupuk organik
sebenarnya merupakan sistem budidaya yang lebih dulu dikenal petani. Menurut
Rachman et al. (2008), sebelum tahun 1950an penggunaan pupuk organik pada
areal pertanaman sangat tinggi.

Setelah tahun 1960an, penggunaan pupuk

anorganik justru lebih mendominasi, bahkan peran pupuk organik seakan
terabaikan.

Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya produksi pupuk

anorganik dan semakin berkembangnya varietas unggul yang lebih responsif
terhadap pupuk anorganik.
Banyak hasil penelitian telah menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK saja
tidak dapat mempertahankan produktivitas pada sistem pertanaman intensif secara
berkepanjangan (Yaduvanshi 2003; Jiang et al. 2008).

Penambahan pupuk

organik dapat meningkatkan sifat fisik tanah (Li & Zhang 2007; Mandal et al.
2003), kesuburan tanah dan produksi tanaman (Yang et al. 2008; Mandal et al.
2003; Li & Zhang 2007; Manna et al 2007).
Menurut Sugiyanta (2007), teknologi produksi tanaman padi sejak tahun
2000 dirancang dengan prinsip penghematan dalam sarana produksi, ramah
lingkungan tetapi tetap memperhatikan peningkatan produksinya. Kesemuanya
ini dilakukan dalam rangka mencari solusi yang tepat untuk menanggulangi akibat
buruk yang timbul sejak dilakukannya revolusi hijau.

Suriadikarta dan

Simanungkalit (2008) menyatakan bahwa tumbuhnya kesadaran tentang dampak
negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap
lingkungan, menyebabkan sebagian kecil petani mulai beralih dari sistem
pertanian konvensional ke sistem pertanian organik.
Di Indonesia, pertanian organik semakin mencuat seiring dengan terjadinya
krisis ekonomi tahun 1997 yang mengakibatkan kenaikan harga yang sangat

signifikan untuk beberapa harga sarana produksi. Harga-harga sarana produksi
melampaui ambang ekonomis bagi suatu kegiatan produksi pertanian. Akibatnya,
petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia yang mahal melainkan hanya
menggunakan pupuk kandang atau kompos.

Penanganan serangan hama

dilakukan menggunakan berbagai ramuan alam yang diyakini dapat mengusir
bahkan mematikan hama tersebut (Andoko 2002).

Pupuk Organik
Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara dalam upaya
meningkatkan kualitas tanah. Beberapa manfaat pemberian bahan organik adalah
meningkatkan kandungan humus tanah, mengurangi pencemaran lingkungan,
mengurangi pengurasan tanah yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi,
memperbaiki sifat-sifat tanah serta memperbaiki kesehatan tanah (Swift &
Sanchez 1984).
Peranan bahan organik dengan hasil akhir dekomposisi berupa humus dapat
meningkatkan kesuburan fisik tanah, kesuburan kimiawi serta kesuburan biologis
tanah. Peranan bahan organik dalam meningkatkan kesuburan fisik tanah adalah
dengan mengurangi plastisitas dan kelekatan serta memperbaiki aerasi tanah.
Humus juga menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap sehingga penyerapan
panas meningkat (Syukur 2005). Fungsi bahan organik dalam meningkatkan
kesuburan kimiawi adalah pengikatan atau penyerapan ion lebih besar,
meningkatkan kapasitas tukar kation. Misel mengandung muatan negatif dari
gugus –COOH dan –OH yang memungkinkan pertukaran kation meningkat.
Secara kimiawi, bahan organik dapat juga mengurangi kehilangan unsur hara
akibat pelindian. Bahan organik mampu mengikat ion dan immobilisasi N, P dan
S (Schnitzer 1991).
Pengaruh bahan organik bagi kesuburan biologis tanah adalah untuk
membentuk

jaringan

tubuh

mikroorganisme

dan

sumber

energi

bagi

mikroorganisme tanah. Bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan populasi
mikroorganisme tanah dan akan berdampak pada peningkatan unsur hara
(Widiana 1994).

Kandungan bahan organik merupakan kunci utama bagi kesuburan
kesehatan tanah (Rachman et al. 2008). Kadar bahan organik yang optimum
untuk pertumbuhan tanaman adalah sekitar 3-5 %, sedangkan pada banyak lahan
pertanian di Indonesia (lahan kering maupun sawah) memiliki kadar bahan
organik